Sedangkan itu dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ada 2 dua pasal untuk diterapkannya pertanggungjawaban pidana terhadap pengendara yang mengakibatkan kecelakaan
lalu lintas, yakni :
39
1 Barangsiapa karena kesalahannya kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana
kurungan paling lama satu tahun. Pasal 359
Barangsiapa karena kesalahannya kealpaannya menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu
tahun.
Pasal 360
2 Barang siapa karena kesalahannya kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan
atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling
tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
D. Analisis Penulis
Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan harus mencerminkan rasa keadilan dan dituntut untuk mempunyai keyakinan berdasarkan alat-alat bukti yang sah dan berdasarkan
keadilan yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-undang yang mengatur. Seberat atau seringan apapun Pidana yang dijatuhkan oleh hakim, tidak akan menjadi masalah selama
tidak melebihi batas minimum dan maksimum pemidanaan yang diancamkan dalam Pasal yang bersangkutan.
Putusan hakim harus memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak. Untuk itu sebelum menjatuhkan putusan pemidanaan hakim harus mempertimbangan aspek keadilan dari:
1. Sisi pelaku kejahatan 2. Sisi korban kejahatan dampak kejahatan bagi korban
3. Sisi kepentingan masyarakat pada umumnya
39
Ibid, Pasal 359 dan Pasal 360
Universitas Sumatera Utara
Majelis hakim sebelum menjatuhkan putusan melakukan pertimbangan-pertibangan baik itu aspek yuridis maupun pertimbangan dari aspek psikologis dan sosiologis. Sebelum
pertimbangan-pertimbangan yuridis ini dibuktikan dan diperimbangkan oleh majelis hakim akan menarik fakta-fakta dalam persidangan yang timbul dan merupakan konsklusi komulatif dari
keterangan para saksi, keterangaan terdakwa, dan barang bukti yang diajukan dan diperiksa dipersidangan.
Berdasarkan analisis penulis tentang pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan sanksi dalam perkara putusan No. 3969Pid.B2010PN.Medan, bahwa sanksi yang diberikan
sudah Tepat, mengingat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang yang membuat surat dakwaan terhadap terdakwa dengan memberikan dakwaan Pasal 310 ayat 3 dan pasal 310 ayat 4 Undang-
undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan No. 22 Tahun 2009,. Mengingat ilmu hukum mengenal adanya asas yang menyatakan bahwa peraturan yang lebih khusus diutamakan dari peraturan
yang umum sifatnya lex spesialis degorat lex generalis, dalam artian Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan No.22 Tahun 2009 lex spesialis mengenyampingkan KUHPidana
lex generalis. Dari hal-hal yang memberatkan dan meringankan dari terdakwa, yang mana perbuatan
terdakwa menyebabkan orang lain mati dan mendapat luka sedemikian rupa yang berdasarkan barang bukti yang ada kemudian dihubungkan dengan dakwaan Penuntut Umum, maka Hakim
dapat memperoleh fakta-fakta, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar Hukum Majelis Hakim menjatuhkan putusan. Dengan pemberian hukuman penjara oleh hakim, maka diharapkan
dan dimungkinkan terdakwa tidak dapat mengulangi lagi perbuatannya dikemudian hari. Tetapi seharusnya hakim tidak dapat menjatuhkan pidana secara sepihak dengan
menjatuhkan pidana penjara selama 3 tiga bulan kepada terdakwa.Pada dasarnya pidana
Universitas Sumatera Utara
penjara yang diterima oleh si terdakwa lebih ringan 3 tiga bulan daripada tuntutan jaksa penuntut umum yang menjatuhkan pidana penjara selama 6enam bulan.
Kita juga dapat melihat umur terdakwa yang berumur 17 tujuh belas tahun. Yang mana dalam anak merupakan orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai usia 8
delapan tahun tetapi belum mencapai usia 18 tahun dan belum pernah menikah.
40
Yang mana menurut Pasal 81 ayat 2 Undang –undang Sistem Pidana Anak No 11 Tahun 2012 yang menyebutkan bahwa pidana penjara yang dijatuhkan kepada anak paling lama
12 satu perdua dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.
41
40
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana ANak
41
Ibid, Pasal 81
Dilihat dari segi umur dan penjatuhan pidana yang diterapkan terhadap siterdakwa, maka seharusnya hakim bias juga menerapkan restorative justice terhadapa terdakwa. Yang
mana keadilan restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana yang melibatkan pelaku, korban, keluarga pelakukorban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama – sama mencari
penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan. Pada dasarnya restorative justice ditujukan untuk membuat pelanggar bertanggung
jawab untuk memperbaiki kerugianyang ditimbulkan oleh kesalahannya dan memberikan kesempatan kepada terdakwa untuk membuktikan dan alitasnya dalam bertanggungjawab atas
kerugian yang ditimbulkan disamping rasa bersalah secara konstrutif.Tetapi hal ini sangat tergantung keseriusan tindak pidananya dan melihat keadaan dan kemampuan keluarga anak
untuk mendidik dan membina anak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN