3.2. Latar Belakang Berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras
Desa Namo Rambe Pada Tahun 1988
Menghindarkan diri dari jeratan “rentenir” atau “ijon” adalah tujuan utama berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras di Desa Namo Rambe.
Ini diawali sejak tahun 1988, ketika banyak penduduk Desa Namo Rambe yang terlilit hutang pada rentenir. Mereka yang pada umumnya berprofesi
sebagai petani sering mengalami kekurangan modal dan terpaksa meminjam uang kepada para ”ijon” atau “rentenir” untuk menutupi kebutuhan akan modal
tersebut. Peminjaman uang kepada ”rentenir” dilakukan karena karena prosesnya yang cepat dan tidak melalui prosedur administrasi yang terlalu rumit, dimana
para petani peminjam uang hanya melakukan perjanjian penjualan hasil panen mereka kepada “rentenir” dengan harga yang murah atau pengembalian
pinjaman uang disertai bunga yang tinggi. Masalah yang kemudian muncul ialah apabila sang peminjam uang tidak
mampu mengembalikan pinjamannya pada waktu yang telah ditentukan, bahkan dengan hasil panen yang mereka dapatkan. Untuk mengatasi masalah tersebut
terkadang banyak diantara mereka yang menjual tanah persawahannya untuk melunasi hutang. Hal yang tentunya sangatlah membahayakan bagi kehidupan
para petani karena pada umumnya mereka hidup dengan mengandalkan ketersediaan sumber daya alam.
Universitas Sumatera Utara
Melihat kondisi yang semakin memprihatinkan, maka kemudian dibentuklah suatu badan koperasi kredit yang bernama Koperasi Credit Union
Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tahun 1988. Badan kopersi ini awalnya dibentuk dari sebuah Lembaga Gereja, yaitu Partisipasi Pembangunan Parpem
GBKP Pusat di Sibolangit, yang pada saat itu pun badan koperasi ini masih berkantor di lingkungan GBKP Desa Namo Rambe karena masih mengawali
kinerjanya dan belum memiliki kantor sendiri. Koperasi Credit Union ini pada awalnya dikelola oleh seorang anggota Partisipasi Pembangunan GBKP
Sibolangit bernama Ibu Sarintan Br Barus. Sebelum berdirinya Koperasi Credit Union Gunanta Ras, Ibu Sarintan
Br Barus sebenarnya sudah aktif dalam memotivasi penduduk Desa Namo Rambe untuk masuk menjadi anggotanya. Namun untuk mengajak masyarakat
desa menjadi anggotanya bukanlah pekerjaan yang mudah. Ini dikarenakan masih kentalnya budaya Karo yang dikenal sangat selektif dalam mengadaptasi
pengaruh asing. Masyarakat Desa Namo Rambe yang sebagian besar adalah orang-orang Karo mengartikan kata “koperasi” dengan makna “disunat,”
sehingga hal inilah yang menyebabkan sebagian besar masyarakat desa masih takut untuk masuk menjadi anggotanya.
Dengan pendekatan yang dilakukan secara bertahap dengan penuh kesabaran, Ibu Sarintan br Barus mulai menjelaskan dengan berhati-hati bahwa
sistem ini juga merupakan perwujudan ajaran Gereja yang sangat penting. Sistem kredit yang diterapkan akan berfungsi maksimal sebagai pedoman dalam
menjalankan kehidupan ekonomi secara lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
Setelah melalui proses yang bertahap, pembetukan Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe pada tanggal 28 Oktober 1988
akhirnya mendapatkan sebanyak 9 orang anggota awal.
19
Perspektif masyarakat yang seperti ini kemudian semakin menekan dan membuat perempuan kehilangan fungsi sosialnya untuk dapat dianggap mampu
menjalankan suatu organisasi. Padahal, pada dasarnya semua manusia itu sama, sederajat dan mempunyai kemampuan masing-masing. Hal inilah yang
menyebabkan para perempuan susah diajak untuk masuk menjadi anggota Koperasi Credit Union Gunanta Ras Desa Namo Rambe. Akan tetapi dengan
Pada saat itu semua anggotanya adalah para perempuan atau ibu-ibu rumah tangga. Mengapa semua
anggotanya perempuan? Karena perempuan dinilai lebih tekun dalam mengatur anggaran rumah tangga, terutama apabila berhadapan langsung dengan
kebutuhan rumah tangga. Sebagai contoh, seorang anak akan meminta uang terlebih dahulu pada seorang ibu daripada kepada ayahnya.
Ide untuk menjadikan Koperasi Credit Union sebagai sarana pemecahan masalah keuangan anggota juga menimbulkan masalah lain. Ini disebabkan
karena pengelola dan para anggotanya yang seluruhnya adalah ibu-ibu rumah tangga harus berhadapan dengan tanggungjawab dan ketentuan-ketentuan
khususnya sebagai seorang istri. Ini dikarenakan dalam adat-istiadat Karo, seorang perempuan telah “ditukur” dibeli secara adat oleh suaminya sehingga
melahirkan suatu struktur soaial dan ketentuan adat yang kuat di dalam sebuah keluarga.
19
Wawancara dengan Ibu Sarintan Br Barus pada tanggal 28 Maret 2010
Universitas Sumatera Utara
sangat kuatnya dukungan terhadap Parpem dan fasilitas maksimal yang diberikan oleh pihak GBKP, maka semua kecurigaan dan pandangan negatif
masyarakat terhadap badan koperasi ini akhirnya secara perlahan mulai menghilang dan masyarakat desa mulai menerima beroperasinya koperasi ini.
3.3. Mekanisme Kerja Koperasi Credit Union Gunanta Ras