Persepsi Responden Terhadap Kenaikan Harga BBM Sikap Responden Terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak BBM

83 Pemberian skor data kategori sikap dilakukan mulai dari respon negatif menuju respon yang positif, yakni: a. Skor tidak setuju negatif adalah -1 b. Skor kurang setuju netral adalah 0 c. Skor setuju positif adalah 1 Dari jawaban yang telah dianalisis, kemudian dapat diklasifikasikan apakah persepsi dan sikap bernilai positif atau negatif dengan menggunakan interval kelas seperti yang terlihat pada uraian dibawah ini : Interval Kelas i = Banyak Kelas K Nilai Tertinggi H – Nilai Terendah L = 3 1 – -1 = 3 2 = 0.66 Maka untuk menentukan kategori persepsi, dan sikap adalah positif atau negatif dengan adanya batasan nilai sebagai berikut: Respon dengan nilai -1 sampai dengan -0,33 = respon negatif Respon dengan nilai -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral Respon dengan nilai 0,33 sampai dengan 1 = respon positif

5.3.1. Persepsi Responden Terhadap Kenaikan Harga BBM

Pemberian skor variabel persepsi dalam pelaksanaan kenaikan harga BBM ini merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel persepsi V1 84 merupakan hasil rata-rata ∑ skor variabel persepsi : hasil jumlah sub variabelitem dikali jumlah responden. Jumlah sub variabel persepsi ada 15 sub variabel lihat lampiran. Sehingga rata – rata V1 = ∑skor variabel : 15 x 36. Untuk mengetahui apakah persepsi Pedagang kaki lima terhadap kenaikan harga BBM tersebut termasuk respon positif atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan nilai -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden. Hasil akhir dapat dilihat apakah persepsi positif, netral ataupun negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut : = 100 : 15 x 36 = 100 : 540 = 0,18 Keterangan : ∑ skor variabel persepsi = 100 Jumlah sub variabel persepsi = 15 Jumlah Responden = 36 Hasil skor variabel persepsi V1 = 0,18 Persepsi netraltidak peduli yaitu 0.18 karena berada di antara -0,33 sampai 0,33 Berdasarkan hasil skala likert tersebut, dapat diketahui bahwa responden memiliki persepsi netral atau tidak peduli dikarenakan responden tidak paham dan apatis mengenai kenaikan harga BBM yang telah diterapkan. 85

5.3.2. Sikap Responden Terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak BBM

Pemberian skor variabel sikap dalam pelaksanaan Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak BBM ini merupakan variabel kedua dalam mengukur respon. Hasil skor variabel sikap V2 merupakan hasil rata-rata ∑ skor variabel sikap : hasil jumlah sub variabelitem dikali jumlah responden. Jumlah sub variabel sikap ada 14 sub variabel lihat lampiran. Sehingga rata-rata V2= ∑skor variabel : 14 x 36. Untuk mengetahui apakah sikap mahasiswa tersebut dalam pelaksanaan Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak BBM termasuk respon positif, netral ataupun negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan nilai -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah responden. Hasil akhir dapat dilihat apakah sikap positif, netral atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut : = -195 : 14 x 36 = -195 : 504 = -0,39 Keterangan : ∑ skor variabel sikap = -195 Jumlah sub variabel sikap = 14 Jumlah responden = 36 Hasil skor variabel sikap V2 = -0,39 Sikap negatif yaitu -0,39 karena berada di antara -1 sampai -0,33 86 Berdasarkan hasil skala likert tersebut, dapat diketahui bahwa responden memiliki sikap negatif dikarenakan responden tidak sepakat mengenai kenaikan harga BBM yang telah diterapkan. Berdasarkan hasil dari kategori persepsi dan sikap yang telah dianalisis, maka kemudian dapat ditentukan respon pedagang kaki lima tentang kenaikan harga bahan bakar minyak. Adapun Respon pedagang kaki lima tentang kenaikan harga bahan bakar minyak adalah : 3 Hasil Persepsi + Hasil Sikap = 3 0,18+ - 0,39 = - 3 0,21 = - 0,07 Berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan bahwa respon pedagang kaki lima antara persepsi maupun sikap adalah netraltidak peduli dengan nilai -0,07, sebab berada diantara 0.33 sampai -0,33. Jadi, respon pedagang kaki lima terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak BBM adalah netraltidak peduli. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa pedagang kaki lima yang berjualan di jl, Dr. Mansyur depan kampus USU Kota Medan tidak memahami secara mendalam akan manfaat dan tujuan dari kenaikan harga BBM. Hal ini menimbulkan respon ketidakpedulian dikalangan pedagang tentang nilai positif yang ingin disampaikan pemerintah melalui kebijakan tersebut. Sebab pedagang harus melakukan penataan kembali terhadap usahanya agar tetap dapat bertahan. Siap tidak siap pedagang harus menerima kenyataannya 87 bahwa harga kebutuhan bahan baku mengalami kenaikan. Proses sosialisasi dan komunikasi yang kurang dilakukan oleh pemerintah dianggap sebagai penyebab ketidakpedulian para pedagang. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan muncul rasa tidak percaya dalam diri pedagang terhadap pemerintah dan program maupun kebijakannnya. Artinya tidak ada lagi dukungan oleh rakyat khususnya pedagang, sebab yang dipahami oleh pedagang apabila kenaikan BBM dilakukan maka hanya akan merugikan masyarakat, meningkatkan inflasi serta kesulitan kesulitan dalam aktifitas ekonomi maupun pada sektor lainnya. Dapat dipahami bahwa kenaikan harga BBM bukanlah kebijakan yang ditujukan secara langsung untuk menghambat ataupun mematikan langkah para pedagang, khususnya para pelaku usaha kecil, namun kebijakan ini membuat aktifitas ekonomi mengalami gejolak, mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi maupun pendistribusiannya. Efeknya adalah naiknya harga harga barang dan jasa. Kenaikan ini menyebabkan inflasi dimasyarakat, karena meningkatnya pengeluaran akibat kenaikan barang dan jasa serta biaya transportasi. jika efek ini tidak diantisipasi dengan baik, maka angka pertumbuhan kemiskinan dan pengangguran akan semakin tinggi. Pemerintah diharapkan mampu menghadirkan sebuah formulasi untuk mengatasi permasalahan ini, misalnya dengan membuka ruang-ruang dagang bagi PKL ditiap kota di Indonesia, memberikan kemudahan perijinan pemberian modal usaha, membangun akses infrastruktur dan pembangunan didesa desa yang memiliki potensi ekonomi dsb. Pedagang hanya berharap, pemerintah mampu menghadirkan kebijakan yang pro terhadap ekonomi rakyat kecil, serta fokus dan konsisten untuk mengembangkan sektor UMKM, dan sektor ekonomi informal lainnya. Sebab jika dikelola dan didukung secara serius, sektor-sektor ini dapat meningkatkan perekonomian bangsa. 88 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan