Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Studi Kasus PKL di Jalan Dr. Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan

(1)

1

RESPON PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TENTANG KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

STUDI KASUS PKL DI JALAN DR.MANSYUR DEPAN KAMPUS USU KOTA MEDAN

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh GelarSarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh: EKA HERMAWAN

090902019

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

i

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA : EKA HERMAWAN

N I M : 090902019

ABSTRAK

Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Studi Kasus PKL di Jalan Dr. Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan

Kenaikan BBM yang belakangan terjadi, menimbulkan gejolak luar biasa dalam perekonomian Indonesia. Disatu sisi kenaikan ini membawa dampak positif bagi devisa Negara yang dinilai lebih efisien sebab berhasil mengalihkan subsidi ke sektor – sektor yang dianggap produktif seperti pendidikan dan kesehatan. Namun disisi lain kenaikan tersebut juga membawa dampak negatif, karena memicu tingginya Inflasi dimasyarakat akibat naiknya biaya transportasi publik dan harga harga kebutuhan pokok. Tentunya kenaikan tersebut semakin menekan para pelaku usaha sektor informal dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Selain modal usaha yang mengalami kenaikan, omset atau pendapatan mereka pun mengalami penurunan akibat berkurangnya daya beli masyarakat. Melalui penelitian ini, penulis berusaha untuk mengungkapkan bagaimana respon pedagang kaki lima di jalan Dr. Mansyur sebagai persoalan yang muncul akibat kenaikan harga tersebut. Serta mencoba mengupas strategi serta usaha mereka dalam menekan modal usaha yang meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan respon pedagang kaki lima di jl. Dr. Mansyur mengenai kenaikan harga BBM. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan metode kuantitatif serta menggunakan skala likert sebagai metode analisis data. Responden penelitian ini adalah pedagang kaki lima di jalan Dr. Mansyur depan kampus USU kota Medan yang terdiri dari pedagang makanan dan minuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon pedagang kaki lima terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) adalah netral/tidak peduli dengan nilai -0,07, sebab berada diantara 0,33 sampai -0,33. Respon tersebut diukur berdasarkan variabel persepsi dan sikap yang diperoleh dari para pedagang. Respon ini terjadi karena pedagang harus berupaya agar tetap bisa bertahan dalam kondisi ekonomi yang menekan mereka.

Tidak adanya pendekatan yang dilakukan pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan membuat ketidakpedulian dikalangan pedagang, yang jika dibiarkan berlarut akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemerintahan. Oleh karena itu pemerintah seharusnya membuka ruang komunikasi dan sosialisasi serta membuat kebijakan yang mendukung perkembangan ekonomi sektor informal sebagai upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan menekan angka kemiskinan.


(3)

ii

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WALFARE NAME :EKA HERMAWAN

N I M :090902019

ABSTRACT

The recent rise in fuel prices, causing tremendous upheaval in the Indonesian economy. On one side of this increase a positive impact on the country's foreign exchange is considered more efficient because it managed to divert subsidies to the sector - considered productive sector such as education and health. On the other hand the increase is also a negative impact, because the community trigger high inflation due to rising costs of public transport and the price of the price of basic necessities. Obviously the increase is the more pressing business people in the informal sector meet their economic needs. In addition to venture capital has increased, turnover or their income also declined due to reduced purchasing power. Through this study, the authors attempted to reveal how the response hawkers on the street Dr. Mansour as issues that arise as a result of the price increase. As well as try to explore strategies and their efforts to suppress the rise of venture capital.

The aim of this study was to describe the response of street vendors in jl. Dr. Mansyur about the rising fuel prices. The method used in this research is descriptive approach with quantitative methods and use a Likert scale as data analysis methods. Respondents are hawkers on the street Dr. Mansyur front Medan USU campus consisting of food and beverage vendors.

The results showed that the response of vendors to price increases of fuel oil (BBM) is a neutral / not concerned with the value of -0.07, because it is between 0.33 to -0.33. The response variables measured based on the perceptions and attitudes derived from the merchants. This response occurs because the merchant must try to survive in economic conditions that suppress them.

The absence of the approach taken by the government in taking a policy of making the indifference among traders, which if allowed to go will cause distrust of government. Therefore, the government should open a space of communication and socialization and create policies that support the economic development of the informal sector in an effort to improve social welfare and reduce poverty.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat dan karunia serta kekuatan yang telah diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriringsalam saya haturkankepadaRasulullah SAW beserta keluarga dan sahabat beliauyang senantiasa sampai saat ini nilai-nilai kebaikannya dapat ditauladani oleh seluruh umatmanusia di bumi ini.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial di departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Judul skripsi ini adalah Respon Pedagang Kaki Lima(PKL) tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua yang sangat penulis cintai yaitu ayahanda Alm. Sukono dan ibunda Elin Herlina yang telah menjadi semangat penulis dalam keadaan apapun serta seluruh keluarga yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP, selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Bengkel Ginting, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, serta telah bersedia membagi ilmunya kepada penulis.

4. Seluruh dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah memberikan ilmu kepada penulis baik dalam perkuliahan maupun dalam kehidupan sehari-hari.


(5)

iv

5. Seluruh staff pendidikan dan administrasi FISIP USU terkhusus buat kak Zuraidah dan kak Deby.

6. Seluruh Pedagang di depan kampus USU yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara dan pengisian kuosioner dengan penulis untuk memberikan informasi yang penulis butuhkan.

7. Kedua orangtua yang selalu mendoakan kesuksesan penulis yaitu ayahanda Alm. Sukono dan ibunda Elin Herlina yang tak pernah lelah memberi semangat dan mendukung seluruh kegiatan yang penulis lakukan demi terselesaikannya skripsi ini serta kedua adik tercinta yaitu Yuki Herawati dan Ryan Fathurrahman.

8. Buat rekan-rekan seperjuangan stambuk 2009 yang telah memberikan dan menemani penulis dalam menjalani proses belajar di HMI Komisariat Fisip USU. Terkhusus buat Frengky, Hamzah, Mita, Farid, Heri, Saddam, Joni, Adoel, Rakhmadhan, Poso, Oci, Asrul, Teguh, Yudith, dan Vero. You’re Incredible

9. Buat seluruh keluarga besar HMI Komisariat Fisip USU yang telah memberikan pengalaman dalam perjalanan kehidupan penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya.

10.Buat rekan-rekan 2010, Ari, Amal, Riki, Depi, Cafri, Habib, Mail, Ipan, Yugo, Muklis, dan Yuva. Yang pernah berjuang bersama di kepengurusan HMI Komisariat Fisip USU periode 2012-2013. Serta, buat rekan-rekan 2011, Iil, Rijak, Dadan, Kibo, Riski tembung, Rusmi, Umi, Mujahid, Tio, Dwi, Yusup, Fikri, Rio, Doni, Corie, Sayid, Arep, Ojan, dan Tyas, yang pernah menyempatkan untuk bermain bersama.

11.Buat keluarga besar Yayasan Budhi Dharma atas kesempatan dan waktu yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.


(6)

v

12.Buat seluruh Rafa Wedding Organizer and Decoration yang telah memberikan keahlian dan pengalaman kepada penulis.

13.Buat Ibunda Hj. Chairiah Sudjono Giatmo yang telah memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis serta menjadi tokoh inspirasional bagi kehidupan penulis.

14.Yang terkhusus kepada Adinda Cia Fitrianis, yang telah menemani dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, terima kasih atas dukungannya, waktu, serta cerita dalam proses skripsi ini. Thank you for my day colouring, There’s always and stay together.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun guna perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan pendidikan Indonesia.

Medan, November 2015


(7)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK………...i

KATA PENGANTAR………..iii

DAFTAR ISI ……….…………...vi

DAFTAR DIAGRAM………...x

DAFTAR LAMPIRAN………...xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang………...1

1.2.Perumusan Masalah………...9

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian………10

1.31. Tujuan Penelitian………....10

1.3.2. Manfaat Penelitian………...10

1.4. Sistematika Penulisan………..10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi BBM……….12

2.1.1. Jenis-Jenis BBM……….12

2.1.2. Proses Produksi………....15

2.1.3. Dampak Kenaikan Harga BBM………...16


(8)

vii

2.3. Teori Sektor Informal Perkotaan………...19

2.4.Defenisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM)……….21

2.4.1. Peran UMKM Dalam Ekonomi………...22

2.4.2. Kategori UMKM………..22

2.5. Defenisi Pedagang Kaki Lima (PKL)……….24

2.5.1. Penggolongan Pedagang Kaki Lima (PKL)……….….24

2.5.1.1 Jenis Barang dan Jasa………25

2.5.1.2 Jenis Ruang Usaha………...26

2.5.1.3 Jenis Sarana Usaha dan Ukuran Ruangnya………..26

2.5.1.4 Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima ……….28

2.6. Pengertian Respon……….30

2.6.1.Pengertian Kognisi (Pengetahuan)………..30

2.6.2.Pengertian Afeksi (Sikap)………...31

2.6.3.Pengertian Psikomotorik (Tindakan)………..31

2.7.Kerangka Pemikiran……….31


(9)

viii

2.8.Definisi Konsep dan Definisi Operasional………..33

2.8.1.Definisi Konsep………..33

2.8.2.Definisi Operasional………...33

BAB III. METODE PENELITAIAN 3.1. Tipe Penelitian………....35

3.2.Lokasi Penelitian……….36

3.3.Populasi dan Sampel………...36

3.3.1. Populasi………36

3.3.2. Sampel………..37

3.4.Teknik Pengumpulan Data………...37

3.5.Teknik Analisis Data………38

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Jalan. Dr. Mansyur………41

4.2. Demografi Lokasi………..44

4.2.1 Jumlah Penduduk………...45

4.2.2. Mata Pencarian Penduduk………...45

4.3.Gambaran Potensi Bisnis di jalan Dr. Mansyur ………..46

BAB V. ANALISIS DATA 5.1 karakteristik Identitas Responden………...47

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Dagangannya…….47

5.1.2 karakteristik responden berdasarkan Agama………49


(10)

ix

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…………..51 5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berjualan………...52 5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berjualan………...52 5.2 Respon Pedagang Kaki Lima Terhadap Kenaikan Harga BBM……..53 5.2.1 Persepsi Responden Terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar

Minyak………...53 5.2.2 Sikap Responden Terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar

Minyak ( BBM )……….68 5.3 Analisa data Kuantitatif terhadap kenaikan Harga

Bahan Bakar Minyak……….82 5.3.1. Persepsi Responden Terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar

Minyak………..83 5.3.2 Sikap Responden Terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar

Minyak ( BBM )………85

BAB VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan……….88

6.2. Saran………...89

DAFTAR PUSTAKA


(11)

x DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Distribusi Responden berdasarkan jenis dagangannya………48

Diagram 5.2 Distribusi responden berdasarkan Agama………....49

Diagram 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Usia………..….50

Diagram 5.4 Distribusi Pedagang Berdasarkan Jenis Kelamin………...51

Diagram 5.5 Distribusi responden berdasarkan lama berjualan………..…..52

Diagram 5.6 Pengetahuan PKL Tentang Larangan Berjualan………...53

Diagram 5.7. Pengetahuan PKL tentang BBM yang disubsidi pemerintah………...54

Diagram 5.8 Pengetahuan PKL Tentang Kebijakan Kenaikan Harga BBM……….55

Diagram 5.9 Perolehan Informasi PKL melalui Media Cetak atau Elektronik…...56

Diagram 5.10 Pengetahuan Pedagang tentang penyebab kenaikan harga BBM………...57

Diagram 5.11 Pengetahuan Pedagang Tentang dampak naiknya harga BBM………...58

Diagram 5.12 Pengetahuan Pedagang Tentang peran BBM dalam aktifitas ekonomi……...59

Diagram 5.13 Pengetahuan PKL Tentang Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap Barang dan jasa………..…...60

Diagram 5.14 Pengetahuan Pedagang Tentang Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap Bahan Pokok………...…...61

Diagram 5.15 Pengetahuan Pedagang Tentang tujuan dinaikkannya Harga BBM………...62

Diagram 5.16 Pengetahuan Pedagang Tentang landasan hukum kenaikan harga BBM…...63

Diagram 5.17 Pengetahuan Pedagang Tentang Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap Pedagang………...64

Diagram 5.18 Pengetahuan Pedagang Tentang Sosialisasi Kenaikan Harga BBM………...65 Diagram 5.19 Pengetahuan Pedagang Tentang Sosialisasi Kenaikan Harga


(12)

xi

BBM Oleh Pemerintah Setempat………....…...66

Diagram 5.20 Pengetahuan Pedagang Tentang Manfaat kenaikan Harga BBM………...67

Diagram 5.21 Sikap pedagang tentang kelayakan kenaikan BBM oleh Pemerintah……….68

Diagram 5.22 Penilaian pedagang tentang Ketepatan kenaikan Harga BBM………...69

Diagram 5.23 Penilaian pedagang tentang pelaksanaan kebijakan kenaikan harga BBM………70

Diagram 5.24 Dampak kenaikan BBM terhadap psikologis Pedagang……….71

Diagram 5.25 Dampak terhadap perekonomian Pedagang………...72

Diagram 5. 26 Dampak terhadap Modal Pedagang………...73

Diagram 5.27 Dampak terhadap Penurunan Pendapatan………. …74

Diagram 5.28 Dampak kenaikan harga BBM dengan kenaikan harga dagangan………..75

Diagram 5.29 Dampak kenaikan harga BBM dengan pengurangan porsi makanan……….76

Diagram 5.30 Dampak kenaikan harga BBM dengan pengurangan kualitas produk………77

Diagram 5.31 Dampak kenaikan harga BBM dengan pergantian bahan yang lebih murah……..78

Diagram 5.31 Dampak Terhadap Upaya lain Yang dilakukan………..79

Diagram 5.33 Upaya Menolak Kenaikan Harga BBM………..80


(13)

i

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA : EKA HERMAWAN

N I M : 090902019

ABSTRAK

Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Studi Kasus PKL di Jalan Dr. Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan

Kenaikan BBM yang belakangan terjadi, menimbulkan gejolak luar biasa dalam perekonomian Indonesia. Disatu sisi kenaikan ini membawa dampak positif bagi devisa Negara yang dinilai lebih efisien sebab berhasil mengalihkan subsidi ke sektor – sektor yang dianggap produktif seperti pendidikan dan kesehatan. Namun disisi lain kenaikan tersebut juga membawa dampak negatif, karena memicu tingginya Inflasi dimasyarakat akibat naiknya biaya transportasi publik dan harga harga kebutuhan pokok. Tentunya kenaikan tersebut semakin menekan para pelaku usaha sektor informal dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Selain modal usaha yang mengalami kenaikan, omset atau pendapatan mereka pun mengalami penurunan akibat berkurangnya daya beli masyarakat. Melalui penelitian ini, penulis berusaha untuk mengungkapkan bagaimana respon pedagang kaki lima di jalan Dr. Mansyur sebagai persoalan yang muncul akibat kenaikan harga tersebut. Serta mencoba mengupas strategi serta usaha mereka dalam menekan modal usaha yang meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan respon pedagang kaki lima di jl. Dr. Mansyur mengenai kenaikan harga BBM. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan metode kuantitatif serta menggunakan skala likert sebagai metode analisis data. Responden penelitian ini adalah pedagang kaki lima di jalan Dr. Mansyur depan kampus USU kota Medan yang terdiri dari pedagang makanan dan minuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon pedagang kaki lima terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) adalah netral/tidak peduli dengan nilai -0,07, sebab berada diantara 0,33 sampai -0,33. Respon tersebut diukur berdasarkan variabel persepsi dan sikap yang diperoleh dari para pedagang. Respon ini terjadi karena pedagang harus berupaya agar tetap bisa bertahan dalam kondisi ekonomi yang menekan mereka.

Tidak adanya pendekatan yang dilakukan pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan membuat ketidakpedulian dikalangan pedagang, yang jika dibiarkan berlarut akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemerintahan. Oleh karena itu pemerintah seharusnya membuka ruang komunikasi dan sosialisasi serta membuat kebijakan yang mendukung perkembangan ekonomi sektor informal sebagai upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan menekan angka kemiskinan.


(14)

ii

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WALFARE NAME :EKA HERMAWAN

N I M :090902019

ABSTRACT

The recent rise in fuel prices, causing tremendous upheaval in the Indonesian economy. On one side of this increase a positive impact on the country's foreign exchange is considered more efficient because it managed to divert subsidies to the sector - considered productive sector such as education and health. On the other hand the increase is also a negative impact, because the community trigger high inflation due to rising costs of public transport and the price of the price of basic necessities. Obviously the increase is the more pressing business people in the informal sector meet their economic needs. In addition to venture capital has increased, turnover or their income also declined due to reduced purchasing power. Through this study, the authors attempted to reveal how the response hawkers on the street Dr. Mansour as issues that arise as a result of the price increase. As well as try to explore strategies and their efforts to suppress the rise of venture capital.

The aim of this study was to describe the response of street vendors in jl. Dr. Mansyur about the rising fuel prices. The method used in this research is descriptive approach with quantitative methods and use a Likert scale as data analysis methods. Respondents are hawkers on the street Dr. Mansyur front Medan USU campus consisting of food and beverage vendors.

The results showed that the response of vendors to price increases of fuel oil (BBM) is a neutral / not concerned with the value of -0.07, because it is between 0.33 to -0.33. The response variables measured based on the perceptions and attitudes derived from the merchants. This response occurs because the merchant must try to survive in economic conditions that suppress them.

The absence of the approach taken by the government in taking a policy of making the indifference among traders, which if allowed to go will cause distrust of government. Therefore, the government should open a space of communication and socialization and create policies that support the economic development of the informal sector in an effort to improve social welfare and reduce poverty.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Bahan Bakar Minyak (BBM) memiliki peran sangat penting dalam kehidupan masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat desa maupun kota, baik sebagai kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan produksi dan distribusi pengusaha, terutama dalam menunjang operasional industri dan transportasi. Sebagai salah satu bagian dalam operasional industri dan transportasi, tentu saja kestabilan harga BBM juga turut ambil peran dalam mempengaruhi stabilitas ekonomi, dan berimbas hampir disegala sektor kehidupan masyarakat.

Jika harga BBM dinaikkan maka akan menimbulkan permasalahan disegala bidang. Hal ini akan memberikan dampak yang sangat signifikan ketika harga dari bahan bakar minyak (BBM) ini naik terutama dibidang ekonomi masyarakat. Kenaikan harga BBM secara umum akan memberikan pengaruh terhadap inflasi melalui dua tahap. Tahap pertama merupakan dampak langsung terhadap inflasi dari komoditas BBM dan tarif angkutan. Inflasi ini merupakan dampak dari komoditas bensin dan solar yang mengalami kenaikan serta tarif angkutan dalam dan antar kota yang mengalami penyesuaian tarif sesuai dengan kenaikan harga tersebut. Akibatnya modal produksi juga akan meningkat, seiring dengan kenaikan ongkos produksi dalam penyediaan bahan baku. Tahap kedua merupakan tahap lanjutan yang terdiri dari dua yaitu dampak terhadap kenaikan harga komoditas dan jasa lainnya seiring dengan meningkatnya biaya transportasi dan distribusi. Akibatnya harga barang dan jasa yang dipasarkan dimasyarakat mengalami peningkatan dan penyesuaian baik dari segi hargayang akan mempengaruhi biaya hidup masyarakat, yang akhirnya akan berujung pada kemampuan daya beli masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut maka para pekerja baik


(16)

2

karyawan maupun buruh perusahaan akan meminta kenaikan upah atau gaji. Kondisi tersebut akhirnya dapat memicu konflik antara pekerja dan pengusaha.

Di Indonesia kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM sebenarnya bukanlah hal yang baru. Bahkan jika dilihat dari data yang ada, menaikkan harga BBM sudah dilakukan sejak zaman Presiden Soekarno. Setidaknya dimasa kepemimpinan Soekarno sedikitnya telah terjadi 12 kali kenaikan harga BBM. Meski tak ada angka pasti berapa kenaikan dan kapan kenaikan itu, namun dokumen pada Biro Perancang Negara tahun 1965 menyebutkan jika kenaikan BBM di masa itu untuk membantu pemerintah dalam membangun sektor pendidikan, kesehatan,danperumahan.Di era Orde Baru atau saat Soeharto memimpin, kenaikan harga BBM juga beberapa kali terjadi. Catatan Kementerian ESDM menujukkan sedikitnya terjadi 18 kali kenaikan harga diera ini. Kali ini masyarakat sedang digoncangkan oleh isu kenaikan oleh pemerintah.

Pada masa pemerintahan Presiden kenaikan. Pada liter. Dua tahun kemudian, pada 1993, Soeharto kembali menaikkan harga BBM dari menjadi Rp 700 per liter. Hingga akhirnya saat krisis ekonomi menghantam Indonesia, harga BBM naik menjadi Rp 1.200 per liter pada 5 Mei 1998. Setelah rezim Soeharto runtuh dan digantikan Habibie, tidak ada catatan kenaikan harga BBM. Hal ini cukup wajar mengingat masa kepemimpinan Habibie yang hanya 18 bulan menjadi presiden atau terhitung sejak 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999. Selama masa kepemimpinannya, Habibie justru menurunkan harga BBM dari Rp 1.200 menjadi Rp 1.000 per liter.

Memasuki tahun 2000 tepatnya April 2000 atau dimasa-masa awal kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, harga BBM diturunkan menjadi Rp 600 per liter.


(17)

3

Tidak berselang lama tepatnya Oktober 2000, harga BBM dinaikkan menjadi Rp 1.150 per liter. Pada Juni 2011, Gus Dur kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 1.450 per liter. Ketika menjadi presiden Indonesia kelima, putri mengambil kebijakan serupa. Pada Maret 2002, Megawati menaikkan harga BBM dari Rp 1.450 menjadi menjadi Rp 1.550 per liter. Mega kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 1.810 per liter diawal Januari 2003

Selama dua periode kepemimpinannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tercatat tiga kali menaikkan harga BBM dan tiga kali pula menurunkan harga bensi harga BBM menjadi Rp 2.400 per liter pada Maret 2005. Harga BBM kembali naik menjadi Rp 4.500 per liter pada Oktober 2005. liter pada 23 Mei 2008. Dipenghujung 2008 atau menjelang Pemilu 2009, SBY menurunkan harga BBM menjadi Rp 5.500 per liter. Harga BBM kembali turun menjadi Rp 5.000 per liter pada 15 Desember 2008. SBY kembali menurunkan harga BBM menjadi Rp 4.500 per liter pada 15 Januari 2009.Setahun jelang lengser, pemerintahan SBY kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 6.500 per liter. Tepatnya pada 21 Juni 2013. SBY sudah beberapa kali menjelaskan alasannya mengambil kebijakan yang tidak populis ini. Salah satunya karena tidak ingin membebani presiden periode berikutnya.

Pada masa kepemimpinan Jokowi tanggal 18 November 2014 harga premium dari 6.500 menjadi 8.500 /liter, Solar dari 5.500 menjadi 7500 /liter dan minyak tanah Rp 2.500 per liter. Tanggal 1 Januari 2015 harga premium turun dari Rp 8.500 menjadi Rp 7.600/liter, harga solar dari Rp 7.500 menjadi Rp 7.250 / liter, Minyak tanah tetap Rp 2.500 per liter. Pada 19


(18)

4

Januari 2015 harga Premium dari Rp 7.600 menjadi Rp 6.600 /liter (luar Jawa-Bali), Premium dari Rp 7.600 menjadi Rp 6.700 / liter (Jawa-Bali), Solar dari Rp 7.250 menjadi Rp 6.400 / liter dan Minyak tanah tetap Rp 2.500 per liter.Tanggal 1 Maret 2015 harga Premium dari Rp 6.600 menjadi Rp 6.800 / liter (luar Jawa-Bali), harga Premium dari Rp 6.700 menjadi Rp 6.900 /liter (Jawa-Bali), Solar tetap Rp 6.400 / liter dan Minyak tanah tetap Rp 2.500 per liter. Tanggal 28 Maret 2015Untuk wilayah penugasan Jawa Madura Bali harga BBM Premium naik dari Rp 6.900 menjadi Rp 7.400. Sedangkan untuk solar naik dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900.Sedangkan untuk wilayah penugasan luar Jawa Madura Bali, harga Premium naik dari Rp 6.800 menjadi Rp7.300.Sedangkan harga solar sama dengan area jawa

Rp

Dilihat dari sudut pandang yang positif, mengenai dampak kenaikan harga BBM yaitu pemerintah ingin menyelamatkan anggaran APBN jika tidak maka kerugian APBN akan membengkak serta anggaran dari subsidi BBM dialihkan untuk membiayai program yang lebih produktif baik itu infrastruktur kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya.Seperti yang diungkapkan oleh Jokowi saat menaikkan harga BBM, Jokowi beralasan ingin memperbaiki pengelolaan anggaran agar lebih sehat dan tidak banyak uang negara dihabiskan untuk subsidi yang sifatnya konsumtif. Alasan lain diungkapkan ketika Jokowi menurunkan harga BBM. Saat itu Jokowi beralasan kebijakannya itu merespon harga minyak dunia yang terus mengalami penurunan. Harga dinaikkan lagi dengan alasan meningkatnya rata-rata harga minyak dunia dan masih berfluktuasi serta melemahnya nilai tukar rupiah dalam 1 (satu) bulan terakhir, maka harga jual eceran BBM secara umum perlu dinaikkan. Demi menjaga kestabilan perekonomian nasional serta untuk menjamin penyediaan BBM Nasional.Kenyataan sosial menunjukkanbahwa


(19)

5

banyak pemerintahan negara-negara berkuasa yang berkembang mengalami krisislegitimasi politik sebagai dampak dari kenaikan harga BBM

Disisi lain hal ini terjadi karena posisi BBM yang strategis secara ekonomis maupun secara politik. Meski demikian, perlu ditegaskan bahwa kenaikan harga BBM harus dikelola secara baik, agar tidak menimbulkan reaksi dan pergolakan dalam masyarakat. Karena kenyatannya, setiap ada kenaikan dan penurunan harga BBM, selalu muncul reaksi dan keresahan masyarakat dalam berbagai bentuk.Berbagai reaksi yang timbul dalam masyarakat, menunjukkan bahwa tingkat sensifitas masyarakat terhadap kenaikan harga BBM cukup tinggi. Hal ini berarti, kenaikan harga BBM tidak hanya memiliki sensifitas strategis secara ekonomis tetapi juga secara politik.

Pada dasarnya kenaikan BBM sangat dirasakan oleh masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, terutama aktifitas perekonomiannya membutuhkan BBM. Mereka yang bermata pencarian dibidang transportasi contohnya pengemudi angkot dan tukang becak yang harus menaikkan tarif sewa untuk mengimbangi pengeluaran untuk mengisi BBM. Hal ini tentunya menimbulkan protes dari penumpang mereka tentang mahalnya tarif angkot. Tidak hanya itu sebagai salah satu pelaku ekonomi, para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tentunya turut merasakan efek dari kenaikan harga BBM. Beberapa efek yang terasa yaitu dengan bertambahnya biaya operasional usaha baik dalam bidang produksi maupun transportasi barang dan jasa yang dihasilkan. Hampir semua pelaku usaha berupaya untuk melakukan efisiensi dengan adanya kondisi tersebut, beberapa diantaranya dengan menekan biaya produksi, bahkan tidak sedikit yang harus gulung tikar akibat tidak mampu untuk memenuhi biaya – biaya tersebut.


(20)

6

Pengamat ekonomi Tri Yus Wijayanto mengatakan, dampak dari kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak masyarakat dari segala sektor ekonomi dan akan menyebabkan timbulkan inflasi. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan memikirkan strategi untuk menghadapinya.“Peningkatan inflasi Indonesia sangat dipengaruhi oleh harga BBM,” ungkap pengamat ekonomi Tri Yus Wijayanto. Menurutnya, perputaran perekonomian Indonesia tidak pernah stabil. Contohnya, jika harga BBM naik, maka harga barang lain ikut naik, namun jika tidak ikut tur

Pemerintah dalam hal ini seharusnya dapat menjaga kestabilan ekonomi dengan membuat regulasi-regulasi serta kebijakan yang dapat mengatasi persoalan produksi khususnya bagi pelaku UMKM. Apalagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.

Salah satu pelaku dari UMKM adalah pedagang kaki lima (PKL), dalam posisinya sebagai bagian dari pelaku UMKM, para pedagang kaki lima pastinya juga turut merasakan dampak dari kenaikan BBM.PKL yang kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih, bahkan sangat, murah daripada membeli di toko. Modal dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang hendak memulai bisnis dengan


(21)

7

modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang biasanya mendirikan bisnisnya di sekitar rumah mereka.

Oleh karena itu, hasil pra-survei menunjukkan bahwa sebagian besar PKL yang tersebar dijalan Dr. Mansyur depan kampus USU, ternyata memperoleh pendapatan rata-rata pertahun masih tergolong rendah. Indikasi rendahnya tingkat pendapatan mereka dapat ditelusuri melalui kepemilikan rumah tinggal, dimana sebagian besar masih mengontrak rumah, bahkan ada diantara mereka yang masih tinggal di rumah keluarga.

Hasil pengamatan sementara menunjukkan bahwa kondisi ini diduga berkaitan dengan faktor internal, diantaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan formal dan keterampilan dalam berusaha, perilaku konsumtif (konsumerisme), serta kecilnya modal yang dimiliki. Sehingga dengan keterbatasan itulah mereka berjualan di sepanjang jalan Dr.Mansyur depan kampus USU.

Faktor eksternal berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam Pemberdayaan Pedagang Kreatif Lapangan yang hingga saat ini baru sebagian kecil saja yang telah memperoleh pembinaan dari pemerintah kota Medan maupun swasta. Kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pedagang dalam memperoleh bahan baku yang harganya mengalami kenaikan. Kenaikan harga bahan baku tentunya berdampak terhadap penggunaan modal dari pedagang kaki lima, dalam menghadapi kondisi ini para pedagang kaki lima bertahan dengan berbagai macam strategi supaya pembeli tidak berkurang dan penggunaan modal tidak semakin besar. Sebagian pedagang memilih dengan menaikkan harga ataupun dengan mengurangi kualitas dan kuantitas hasil produk mereka.

Hal ini dilakukan karena seluruh bahan baku yang mereka gunakan berasal dari pasar yang harganya mengikuti mekanisme pasar sehingga jika harga bahan baku naik maka kebutuhan


(22)

8

modalpun ikut naik. Hal inilah yang menentukan mereka agar bisa bertahan dengan menaikkan harga produksi yang mereka jual. Dalam aktifitas ekonomi jika modal produksi naik maka produsen yang disini adalah pedagang kaki lima menaikkan harga, yang berdampak pada jumlah permintaan dari konsumen tentunya berkurang dan konsumen akan mencari barang substisusi yang lain yang lebih murah. Dan ini akan berdampak langsung terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima.

Seperti yang disampaikan oleh ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), Muhammad Ali Mahsun mengatakan akibat kenaikan harga premium dan solar memaksa sekitar 25 juta pedagang kaki lima (PKL) dan kelontong di seluruh Tanah Air melakukan adaptasi pasar. Salah satunya adalah meningkatkan harga jual produk hingga 25 persen dari harga normal.kebijakan pemerintah memangkas subsidi BBM diyakini akan menurunkan omset PKL sekitar 10 persen hingga 20 persen selama tiga bulan ke depan. Karenanya, Ali telah menghimbau sekitar 25 juta pedagang kaki lima dan kelontong anggota APKLI untuk melakukan adaptasi pasar sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat. Kalaupun harus menaikkan harga jual, sebaiknya jangan terlalu melambung tinggi. Karena percuma kalau harganya tinggi, masyarakat tidak mampu beli, tuturnya. Ali Mahsun mengatakan biasanya jumlah PKL meningkat 5 persen hingga 10 persen pasca-kenaikan harga BBM bersubsidi. Hal itu selaras dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh industri kecil dan menengah yang tidak terdata secara formal. Jadi setiap ada kenaikan harga BBM, jumlah PKL bertambah 5-10 persen.Karena ada PHK yang dilakukan oleh industri kecil akibattuntutan harga BBM dan UMP yang naik, katanya. sumber:http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141118094330-92-12166/25-juta-pkl-serempak-naikkan-harga-jual)


(23)

9

Peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap pedagang kaki lima (PKL) disepanjang jalan Dr. Mansyur depan kampus USU karena keberadaan PKL sangat dilematis di wilayah perkotaan. Di satu sisi, PKL sering sekali dianggap mengganggu kegiatan sektor lain seperti kelancaran lalu lintas, estetika dan kebersihan kota serta fungsi prasarana dan fasilitas publik sehingga harus dihilangkan. Permasalahan tentang Pedagang kaki Lima diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.. Di sisi lain, keberadaaan PKL sangat membantu mengatasi masalah ketenagakerjaan, sumber penerimaan daerah dan pemenuhan kebutuhan ekonomi rakyat, oleh karenanya usaha ini perlu dilindungi dan dibina.Dan tentunya salah satu kelompok yang merasakan dampak dari kenaikan dari harga BBM.

Dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah diharapkan mampu menunjang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan dinaikkannya harga BBM tentunya memberikan dampak langsung bagi pedagang kaki lima (PKL) dalam menjalankan usahanya, baik itu dampak positif ataupun dampak negatif. Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan peneliti mengangkat judul : “Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Studi Kasus PKL Di jalan Dr.Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian (Soehartono,2008:23).


(24)

10

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “ Bagaimana Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)” studi kasus PKL jalan Dr.Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan dan menambah khazanah keilmuan dalam bidang kesejahteraan sosial khususnya yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial masyarakat.

2. Secara akademik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan secara akademik dan menjadi referensi tambahan dalam kajian keilmuan kesejahteraan sosial khususnya dalam bidang kesejahteraan sosial masyarakat.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan beberapa masukan dan saran dalam hal memahami dan solusi terhadap persoalan yang berkaitan dengan kondisi kesejahteraan masyarakat saat ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi :


(25)

11

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Puskata

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : Analisis Data

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.


(26)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi BBM

BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah dalam pengilangan (refinery) terlebih dulu untuk menghasilkan produk-produk minyak (oil products), yang termasuk di dalamnya adalah BBM. Selain menghasilkan BBM, pengilangan minyak mentah menghasilkan berbagai produk lain terdiri dari gas, hingga ke produk-produk seperti naphta, light sulfur wax residue(LSWR) dan aspal.

BBM seperti didefinisikan oleh pemerintah Indonesia untuk keperluan pengaturan harga dan subsidi sekarang meliputi: (i) bensin (premium gasoline), (ii) solar (IDO & ADO: industrial diesel oil & automotive diesel oil), (iii) minyak bakar (FO: fuel oil) serta (iv) minyak tanah (kerosene). Definisi ini merupakan perkembangan dari periode sebelumnya yang masih mencantumkan avgas (aviation gasoline) dan avtur aviation turbo gasoline, yaitu jenis-jenis bahan bakar yang dipergunakan untuk mesin pesawat terbang, dalam kategori sebagai BBM. 2.1.1 Jenis-Jenis BBM

A. Premium

Bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti mobil, sepeda motor, motor tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol.


(27)

13 B. Pertamax

Motor gasoline tanpa timbal dengan kandungan aditif lengkap generasi mutakhir yang akan membersihkan Intake Valve Port Fuel Injector dan ruang bakar dari carbon deposit dan mempunyai Research Octane Number (RON) 92. Pertamax merupakan bahan bakar ramah lingkungan (unleaded) dan beroktan tinggi.Formula barunya yang terbuat dari bahan baku berkualitas tinggi memastikan mesin kendaraan bermotor supaya bekerja dengan lebih baik, lebih bertenaga, “knock free”, rendah emisi, dan memungkinkan anda menghemat pemakaian bahan bakar. Bahan bakar ini dianjurkan untuk kendaraan yang diproduksi diatas tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection dan catalytic converters.

C. Pertamax Plus

Bahan bakar superior Perusahaan Publik dengan kandungan energi tinggi dan ramah lingkungan, diproduksi menggunakan bahan baku pilihan berkualitas tinggi sebagai hasil penyempurnaan formula terhadap produk Perusahaan Publik sebelumnya. Produk ini ditujukan untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan ramah lingkungan.Pertamax Plus sangat direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga yang menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), turbochargersdan catalytic converters.


(28)

14 D. Pertamax Racing

Bahan bakar mesin balap yang mampu menghasilkan daya dan torsi tinggi tanpa menimbulkan detonasi, agar kendaraan balap responsif dan berkinerja stabil, serta ketahanannya tinggi. Produk ini merupakan high grade fuel quality yang bersifat ramah lingkungan (mengandung bioethanol & bebas timbal/TEL) dan diformulasikan secara khusus untuk bahan bakar kendaraan balap dan kendaraan modern yang memiliki kompresi mesin yang tinggi yaitu di atas 10:1 sehingga aman untuk mesin, tidak menimbulkan emisi yang membahayakan kesehatan mekanik, pembalap dan penonton acarabalap

E.Pertamina DEX

merupakan bahan bakar mesin diesel modern yang telah memenuhi dan mencapai standar emisi gas buang EURO 2, memiliki angka performa tinggi dengan cetane number 53 keatas ( HSD mempunyai cetane number 45 ), memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah 300 ppm, direkomendasikan untuk mesin diesel teknologi terbaru (Diesel Common Rail System), sehingga pemakaian bahan bakar akan lebih irit dan ekonomis serta menghasilkan tenaga yang lebih besar.

F. Bio Solar

Bahan bakar campuran untuk mesin diesel yang terdiri dari minyak hayati non fosil ( bio fuel ) – sebesar 5 (lima) persen minyak kelapa sawit atau CPO ( Crude Palm Oil ) yang telah dibentuk menjadi Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dan 95 persen solar murni bersubsidi. Bahan bakar ini secara bertahap akan mengurangi peran solar.


(29)

15

Pada penggunaannya bahan bakar minyak (BBM) yang sering digunakan dalam beraktifitas oleh masyarakat adalah premium, bio solar dan pertamax. Penggunaan BBM ini banyak digunakan sebagai bahan bakar alat transportasi baik itu sepeda motor, mobil dan lain sebagainya bahkan juga sebagai bahan bakar untuk memperlancar aktifitas perekonomian masyarakat.

2.1.2 Proses Produksi

Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau ke kilang minyak. Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.

Secara umum proses pengolahan minyak bumi digambarkan sebagai berikut: minyak mentah, penyimpanan, penghilangan garam, destilasi fraksinasi, fraksi berat dan ringan, proses hidrokarbon yang terdiri dari ( cracking, reforming, alkilasi dan polimerasi, pemurnian dan pencampuran) dan yang terakhir adalah produk Akhir minyak bumi.


(30)

16 2.1.3 Dampak Dari Kenaikan Harga BBM

Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa kontraproduktif. Kenaikan harga BBM akan menimbulkan kemarahan masal, sehingga ketidakstabilan dimasyarakat akan meluas. Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM ini merupakan tindakan pemerintah yang beresiko tinggi. Meskipun demikian, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif dan dampak negatif.

a) Dampak positif

1. Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternatif seiring dengan lonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif baru yang sudah dikenal oleh masyarakat luas BBG ( bahan Bakar Gas ). Harga juga lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya.

2. Pembangunan nasional akan lebih pesat karena dana APBN yang awalnya digunakan untuk memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah hingga ke seluruh daerah.

3. Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah subsidi yang dikeluarkan


(31)

17

oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat diminimalisasi.

4. Mengurangi pencemaran Udara, Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat akan mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh pada tingkat kebersihan udara.

b) Dampak negatif

1. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya biaya produksi sebagai imbas dari naiknya harga bahan bakar.

2. Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi perekonomian khususnya UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah)

3. Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan, beban transportasi dll.

4. Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan terputus.

5. Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran. Dengan meningkatnya biaya operasi perusahaan, maka kemungkinan akan terjadi PHK.

6. Inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami kenaikan. Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi suatu barang atau jasa.


(32)

18 2.2 Aktifitas Ekonomi

Dalam aktifitas ekonomi usaha berskala kecil seperti pedagang kaki lima melakukan beberapa kegiatan yang dijalankan diantaranya produksi, distribusi dan konsumsi. Kenaikan harga bbm tentu akan mempengaruhi aktifitas tersebut. Produksi dapat didefenisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktifitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dalam pengertian sederhana, produksi berarti kegiatan menghasilkan barang atau jasa. Produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah nilai guna suatu baran atau jasa. Pelaku kegiatan produksi disebut produsen. Contohnya ialah: kapas diolah menjadi benang, benang menjadi kain, ban mobil bekas dijadikan sandal atau pot bunga.

Dalam kegiatan produksi memerlukan bahan baku, sumber daya manusia, dana, mesin dan metode yang digunakan. Dengan kenaikan BBM akan mempengaruhi harga dari bahan baku, upah , dan lain-lain yang menyebabkan harga produksi meningkat. Akan terjadi beberapa pengurangan terhadap sumberdaya yang digunakan untuk menutupi kenaikan dari biaya produksi. Banyak yang mengurangi upah karyawan, hasil prodiksi dan banyak yang gulung tikar.

Distribusi merupakan kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi barang dan jasa dapat sampai ke tangankonsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang dan jasa akan lebih meningkatsetelah dapat dikonsumsi. Dalam hal distribusi barang dan jasa bisa dilakukan langsung antara produsen dan konsumen dan banyak yang memerlukan transportasi supaya cepat sampai ketangan konsumen. Dengan naiknya harga BBM mempengaruhi ongkos dari transportasi baik itu dari minyak, uang makan bahkan kenaikan untuk barang/jasa yang didistribusikan.


(33)

19

Konsumsi mempunyai pengertian kegiatan mengurangi atau menghabiskan nilai guna atau manfaat suatu barang atau jasa. Jika pendapatan tetap tapi harga barang naik maka akan terjadi pengurangan terhadap pembelian barang dan jasa. Salah satu faktor yang mempengaruhinya dengan kebijakan kenaikan BBM yang diterapkan. Semua harga barang/ jasa meningkat drastis dan akan timbul dua kemungkinan di konsumen yaitu mengurangi penggunaan barang/jasa atau melakukan pinjaman untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan.

2.3 Teori Sektor Informal Perkotaan

Kehadiran sektor informal perkotaan dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi yang muncul sebagai akibat dari situasi pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi di kota. Mereka yang memasuki usaha berskala kecil ini, pada mulanya bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan. Kebanyakan dari mereka yang terlibat adalah orang-orang migran dari golongan miskin,berpendidikan rendah dan kurang terampil. Latar belakang mereka bukanlah pengusaha dan juga bukan kapitalis yang mengadakan investasi dengan modal yang besar. Namun harus diakui bahwa banyak di antara mereka telah berhasil mengembangkan usahanya dan secara perlahan-lahan memasuki dunia usaha berskala menengah bahkan berskala besar.

Ada tiga fenomena penting yang perlu disikapi sedang terjadi dalam ketenagakerjaan pada berbagai kota di negara yang sedang berkembang, khususnya Medan, yaitu:(1)Kecenderungan semakin meningkatnya peranan usaha sektor informal dalam ketenagakerjaan dan mampu memberikan pendapatan bagi pelakunya; (2) Kecenderungan feksibelnya sektor informal dalam menerima tenaga kerja dari berbagai latar belakang yang berbeda (jenis kelamin, umur, pendidikan, keterampilan/ keahlian dan modal); dan (3) Adanya peluang sektor informal perkotaan untuk berkembang/produktif sama seperti sektor formal.


(34)

20

Teori tentang sektor informal pertama kali diperkenalkan Keith Harth, seorang antropolog Inggris dari Manchester University dalam penelitiannya yang berjudul Informal Income: Opportunities and Urban Employments in Ghana pada tahun 1971 (Rahmatia, 2004:49; Hidayat, 1998). Harth menggambarkan sektor informal sebagai angkatan kerja perkotaan (urban labour force), yang berada di luar pasaran tenaga kerja yang terorganisir dan teratur. Kemudian istilah tersebut diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1977 melalui penelitian Moir (Manning, 2001:49) dengan mengembangkan konsep ILO dan menyatakan bahwa sektor informal perkotaan di Indonesia disamping merupakan urban labour force yang berada di luar pasaran tenaga kerja yang terorganisir dan teratur, juga tidak mempunyai hubungan formal dengan pemerintah dan tidak tergantung pada bahan-bahan atau teknologi impor, serta jangkauan (radius) pemasarannya tidak terlalu luas.

Hidayat (1998:35) menyatakan bahwa sektor informal di Indonesia muncul berhubungan dengan besarnya populasi dan pertumbuhan angkatan kerja yang tidak seimbang dengan pertumbuhan perekonomian dan ketersediaan lapangan kerja dalam suatu wilayah. Sedang menurut Rahmatia (2004:29) sektor informal perkotaan muncul disamping sebagai ketakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan ketersediaan lapangan kerja juga sebagai pertanda kegagalan pemerintah dalam penataan sistim ketenagakerjaan, peningkatan pendidikan serta lemahnya pemerintah dalam perencanaan pengembangan wilayah yang menciptakan lapangan kerja.

Berbeda dengan beberapa pendapat di atas, Alisjahbana (2006:69) melihat sektor informal sebagai akibat dari daya dorong pedesaan dan daya tarik perkotaan. Banyaknya sektor informal diberbagai kota besar di dunia, termasuk di Indonesia tidak lepas dari adanya urbanisasi


(35)

21

dan daya dorong sulitnya mendapatkan pekerjaan, serta tingkat upah yang sangat rendah di desa. Pandangan yang sama di kemukakan oleh Setiono (2004:12) yang menyebutkan bahwa kota dengan berbagai kemajuan dan fasilitasnya merupakan daya tarik, sementara desa dengan berbagai keterbatasan dan keterbelakangannya akan merupakan daya dorong, sehingga menjadikan kehidupan di kota menjadi alternatif utama bagi sebagian mereka yang ingin menyelamatkan diri dari tekanan kemiskinan di daerah asalnya.

2.4 Defenisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM)

Ada dua defenisi UMKM yang dikenal di Indonesia. Pertama, defenisi usaha kecil menurut undang-undang (UU) Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, kecil dan menengah. Menurut UU ini, usaha kecil didefenisikan sebagai kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaanyang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau usaha besar, serta memenuhi beberapa kriteria antara lain: kekayaan bersih Rp.50 juta sampai Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan Rp.300 juta sampai Rp 2,5 milyar.

Pengertian UMKM tidak hanya mencakup industri pengolahan saja namun juga mencakup sektor usaha lain, misalnya perdagangan, kontruksi, pengangkutan, pertanian, jasa dan lainnya. Defenisi lain mengenai UMKM juga dijelaskan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), di mana BPS membagi jenis UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Menurut BPS, usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga (IKRT). BPS mengklarifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2)


(36)

22

industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-29 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.

2.4.1 Peran UMKM Dalam Ekonomi

UMKM memainkan suatu peran yang vital didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya dinegara yang sedang berkembang tapi juga dinegara maju. Memberikan kesempatan kerja dan sumber pendapatan dan pengurangan kemiskinan, dan pembangunan ekonomi perdesaan. Karena apabila UMKM berjalan dengan baik akan menyerap banyak tenaga kerja dan pendapatan masyarakat meningkat. Pada tahapannya akan mendorong konsumsi nasional yang memacu produksi lebih tinggi lagi dan akan menjadikan pendapatan nasional menjadi meningkat, sehingga proses pembangunan dapat terus berjalan.

Tetapi bila UMKM tidak berkembang sehingga tenaga kerja tidak terserap dalam sektor ini tentu jumlah pengangguran akan banyak dan konsumsi akan menurun. Hal ini tidak mendorong bagi produksi nasional dan tentu akan berdampak pada penurunan pendapatan nasional dan bisa berakibat pada krisis ekonomi yang berkepanjangan. Sementara negara lain terus maju meninggalkan krisis dengan menjadikan UMKM sebagai dasar bangunan ekonomi.

2.4.2 Kategori UMKM

Secara kriteria dapat dikelompokkan atas dua pemahaman sebagai berikut :

1. Ukuran usaha atau jenis kewirausahaannya atau tahap pengembangan usaha.

Dalam hal ini, diklasifikasikan atas (1) self employment perorangan; (2) self employment kelompok; dan (3) industri rumah tangga, yang berdasarkan jumlah


(37)

23

tenaga kerja dan modal usaha. Dari tahap pengembangannya, usaha dapat dilihat dari aspek pertumbuhan menurut pendekatan efisiensi dan produktivitas, yaitu (1) tingkat survival menurut ukurannya (self employment perorangan hingga industri rumah tangga); (2) tingkat konsolidasi menurut penggunaan teknologi tradisional yang diikuti dengan kemampuan mengadopsi teknologi modern; serta (3) tingkat akumulasi menurut penggunaan teknologi modern yang diikuti dengan keterkaitannya dengan struktur ekonomi maupun industri.

2. Tingkat penggunaan teknologi

Dalam hal ini, usaha kecil terdiri dari (1) usaha yang menggunakan teknologi tradisional yang nantinya meningkat menjadi modern dan (2) usaha yang menggunakan teknologi modern dengan kecenderungan semakin menguat keterkaitannya dengan struktur ekonomi secara umum dan struktur industri secara khusus.

Usaha kecil yang benar-benar kecil dan mikro dikelompokkan atas pengertian:

1. Usaha kecil mandiri, yaitu tanpa menggunakan tenaga kerja lain; 2. Usaha kecil yang mengguanakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri; 3. Usaha kecil yang memiliki tenaga kerja upahan secara tetap.

Usaha dengan kategori yang dimaksud diatas adalah yang sering dipandang sebagai usaha yang banyak menghadapi kesulitan, terutama yang terkait dengan lemahnya kemampuan manajerial, teknologi dan permodalan yang terbatas, SDM, pemasaran dan mutu produk, serta faktor eksternal merupakan hambatan yang sulit diatasi, yaitu struktur pasar yang kurang sehat


(38)

24

dan berkembangnya perusahaan-perusahaan asing yang menghasilkan produk sejenis untuk segmen pasar yang sama.

Kebijakan Pemerintah tentang UMKM sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 3611) kemudian digantikan dengan UU no 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

2.5 Defenisi Pedagang Kaki Lima (PKL)

Menurut McGee dan Yeung (1977:25), PKL mempunyai pengertian yang sama dengan ‘’hawker’’ yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum, terutama di pinggir jalan dan trotoar. Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL, maka PKL menggunakan ruang publik, seperti badan jalan, trotoar, taman kota, di atas saluran drainase, kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya. Penggunaan ruang publik tersebut biasanya terjadi di tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota. Jadi PKL merupakan semua bentuk usaha atau pekerjaan yang berupa kegiatan ekonomi yang dilakukan di tempat-tempat atau tepi jalan-jalan umum yang pada dasarnya tidak diperuntukan bagi kegiatan ekonomi.

2.5.1 Penggolongan Pedagang Kaki Lima

Aktivitas sektor informal dapat dikategorikan berdasarkan sarana fisik yang di peruntukan dalam usanya. Sarana fisik tersebut dikelompokan berdasarkan:


(39)

25 1. Jenis barang dan jasa

2. Jenis ruang usaha

3. Jenis sarana usaha dan ukuran ruangnya.

Sarana fisik yang digunakan PKL dalam mendukung aktivitas perdagangannya sehari-hari dapat dilihat sebagai berikut:

2.5.1.1 Jenis Barang dan Jasa

Kategori aktifitas jasa sektor informal berdasarkan jenis barang dan jasa yang dijajakan, yaitu: Makanan dan minuman, Kelontong, Pakaian/tekstil, Buah-buahan , Rokok/obat-obatan , Majalah/koran, Jasa perorangan.

Jenis barang dan jasa tersebut dapat dikelompokan kembali menjadi tiga macam kebutuhan, yaitu:

a. Kebutuhan primer terdiri dari makanan dan minuman

b. Kebutuhan sekunder terdiri dari kelontong, pakaian/tekstil, buah-buahan, rokok/obat-obatan, dan majalah/koran

c. Kebutuhan jasa yaitu jasa perorangan

Setiap jenis barang dan jasa tersebut dapat diperinci lebih jauh, misalnya saja kelontong terdiri dari alat-alat rumah tangga,mainan anak, barang elektronik, aksesoris dan sebagainya. Demikian pula jasa perorangan dapat berupa tukang stempel tukang kunci, reparasi jam, tambal ban dan sebagainya.


(40)

26 2.5.1.2 Jenis Ruang Usaha

Aktivitas jasa sektor informal menempati ruang yang terdiri dari ruang umum dan ruang privat. Uraian dari kedua jenis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ruang Umum

Jenis ruang yang dimiliki oleh pemerintah sebagai ruang yang diperuntukan bagi kepentingan masyarakat luas. Contoh ruang umum adalah taman kota, trotoar, ruang terbuka, lapangan dan sebagainya. Termasuk pula fasilitas/sarana yang terdapat di ruang umum seperti halte, jembatan penyebrangan dan sebagainya.

2. Ruang Privat

Jenis rung yang dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu, misalnya lahan pribadi yang dimiliki oleh pemilik pertokoan, perkantoran dan sebagainya.

2.5.1.3 Jenis Sarana Usaha dan Ukuran Ruangnya

Aktivitas jasa sektor informal dapat dikelompokan berdasarkan jenis usahanya, yaitu:

a. Gerobak/kereta dorong

Bentuk aktivitas jasa sektor informal yang menggunakan gerobak/kereta dorong dibagi atas dua macam yaitu gerobak/kereta dorong yang tampa atap dan gerobak/kereta dorong yang menggunakan atap untuk melindungi barang dagangan dari pengaruh panas, debu, hujan dan sebagainya.


(41)

27 b. Pikulan

Bentuk aktivitas jasa sektor informal yang menggunakan sebuah atau dua buah keranjang dengan cara dipikul. Bentuk pikulan ini dapat dikategorikan dalam bentuk aktivitas jasa informal keliling atau semi menetap, biasanya dijumpai pada jenis makanan dan minuman.

c. Warung semi permanen

Bentuk aktivitas jasa informal yang terdiri atas beberapa gerobak/kereta dorong yang telah diatur sedemikian rupa secara berderet dan dilengkapi dengan bangku-bangku panjang dan meja. Bagian atap dan sekelilingnya biasanya ditutup dengan pelindung yang terbuat darikain terpal, plastik atau bahan kain lainnya yang tidak tembus air.

d. Jongko/meja

Bentuk aktivitas jasa informal yang menggunakan jongko/meja sebagai sarana usahanya. Bentuknya ada yang tampa atap dan ada pula yang beratap untuk melindungi pengaruh dari luar. Berdasarkan sarana usaha tersebut maka jasa sektor informal ini tergolong memiliki aktivitas jasa menetap.

e. Kios

Bentuk aktivitas jasa informal yang menggunakan papan-papan yang diatur sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah bilik semi permanen. Para penjajanya juga biasanya bertempat tinggal di dalamnya. Berdasarkan sarana usaha tersebut maka aktivitas jasa sektor informal ini digolongkan sebagai aktivitas jasa menetap.


(42)

28 2.5.1.4 Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima

Ciri-ciri pedagang kaki lima dapat didefinisikan berdagasarkan pada barang dan jasa yang diperdagangkan. Ciri-ciri tersebut sebagai berikut:

1. Penggolongan pedagang kaki lima didasarkan pada jenis-jenis barang dan jasa meliputi:

a) Makanan dan minuman, berlokasi di sekitar kawasan perdagangan, rekreasi dan hiburan

b) Rokok dan obat-obatan, berlokasi di kawasan perdagangan, rekreasi, dan hiburan.

c) Buah-buahan, berlokasi di kawasan perdagangan, rekreasi dan hiburan

d) Pakaian dan perlengkapannya,berlokasi di kawasan perdagangan, rekreasi dan hiburan

e) Buku, surat kabar dan majalah, berlokasi di sekitarkawasan perkantoran rekreasi dan hiburan

f) Jasa dan perlengkapan kantor berlokasi di sekitar kawasan perdagangan dan perkantoran

g) Barang seni dan barang kerajinan, berlokasi disekitar kawasan perkantoran, rekreasi dan hiburan

h) Mainan, berlokasi di sekitar kawasan perdagangan, rekreasi dan hiburan i) Bensin dan tambal ban, berlokasi di sekitar perdagangan dan perkantoran


(43)

29

2. Pola penampilan atau sarana berdagang yaitu: Gerobak/kereta dorong, pikulan, warung semi permanen, gelasan/alas, jongko/meja, dan kios.

3. Sifat barang dagangan , yang digolongkan atas 2 golongan, yaitu:

a) Barang keping, biasanya dengan jenis barang yang dimilki sifat yang tahan lama seperti tekstil dan obat-obatan

b) Barang basah, umumnya barang jenis ini tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama seperti minuman dan makanan

4. Sifat pelayanan pedagang kaki lima tergantung pada sifat dan komunitas barang yang meliputi:

a) Pedagang menetap (static), yaitu suatu bentuk pedagang kaki lima yang mempunyai cara/sifat dalam melayani konsumennya dengan menetap disuatu lokasi tertentu. Dalam hal ini pembeli/konsumen harus datang sendiri ke lokasi tersebut.

b) Pedagang semi menetap (semi static), yaitu suatu bentuk pedagang kaki lima yang mempunyai cara/sifat dalam melayani konsumen dengan menetap sementara hanya pada saat-saat tertentu saja. Dalam hal ini akan menetap bila ada kemungkinan datangnya pembeli (hari minggu/libur).

c) Pedagang keliling (mobile), yaitu suatu bentuk pedagang kaki lima yang mempunyai cara/sifat dalam melayani konsumennya untuk selalu berusaha mendatangi atau mengejar konsumen. Biasanya sifat pedagang ini mempunyai volume dagangan kecil.


(44)

30 2.6. Pengertian Respon

Respon berasal dari kata “response” yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan (reaction). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan definisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Dalam pembahasan teori respon tidak terlepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang di komunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M Caffe respon dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.

3. Psikomotorik, yaitu respon yang berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan.

2.6.1.Pengertian Kognisi (Pengetahuan)

Istilah kognisi berasal dari kata “cognoscare” yang artinya mengetahui. Aspek kognisi banyak mempermasalahkan bagaimana cara memperoleh pemahaman tentang dirinya dan lingkungannya, serta bagaimana dengan kesadaran itu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Setiap perilaku sadar manusia didahului oleh proses kognisi yang memberi arah terhadap perilaku dan setiap lahiriahnya baik dirasakan maupun tidak dirasakan.


(45)

31 2.6.2. Pengertian Afeksi (Sikap)

Sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak, beroperasi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar. Sikap mempunyai daya dorong atau motivasi dan bersifat evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Objek sikap dirasakan adanya motivasi, tujuan, nilai dan kebutuhan. Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan suatu pola tertentu terhadap suatu objek berupa manusia, hewan atau benda akibat pendirian atau persamaannya terhadap objek tersebut.

2.6.3.Pengertian Psikomotorik (Tindakan)

Jones dan Davies dalam Sarlito (1995:55), memberi definisi tindakan yaitu keseluruhan respon (reaksi) yang mencerminkan pilihan seseorang yang mempunyai akibat (efek) terhadap lingkungannya. Suatu tindakan dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian sesuatu agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Tindakan yang ditujukan oleh aspek psikomotorik merupakan bentuk keterampilan motorik yang diperoleh peternak dari suatu proses belajar (Samsudin, 1977:67). Psikomotorik yang berhubungan dengan kebiasaan bertindak yang merupakan aspek perilaku yang menetap (Rahmat, 1989: 49).

2.7.Kerangka Pemikiran

Kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) didasari pada UU nomor 21 tahun 2001 yang mengatur tentang minyak dan gas. Ketetapan pemerintah tanggal 28 Maret 2015 yang menaikkan harga di luar Jawa-Madura-Bali Harga minyak Solar naik dari Rp 6.400/liter jadi Rp


(46)

32

6.900/liter, harga Bensin Premium RON 88 naik dari Rp 6.800/liter jadi Rp 7.300/liter,harga Minyak Tanah dinyatakan tetap, yaitu Rp. 2.500/liter (termasuk PPN).. Sebelumnya sudah terjadi naik turun yang dilakukan oleh pemerintah era Jokowi dengan beragam alasan diantaranya kenaikan harga minyak dunia, defisit anggaran dan lain sebagainya. Hal ini memberikan dampak secara langsung kepada pelaku UMKM

Salah satunya yang merasakan efek dari kenaikan harga bahan bakar minyak adalah pedagang kaki lima, karena dalam melakukan proses produksi akan terjadi kenaikan harga baik itu dari bahan baku, biaya transportasi dan lain sebagainya. Akibatnya akan menimbulkan persepsi dan sikap dari masyarakat yang dikhususkan pedagang kaki lima (PKL) yang dapat dilihat sebagai bentuk respon dari kenaikan harga bahan bakar minyak. Ini berdampak positif atau negatif terhadap pedagang kaki lima.

2.7.1 Bagan Alir Pikir

Kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)

Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Dijalan Dr.Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan

Negatif Positif

UU Nomor 21 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas


(47)

33 2.8.Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.8.1. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian keadaan kelompok, atau individu tertentu (Singarimbun,1981:32). Dalam hal ini konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan dan mengidentifikasikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dan perbedaan persepsi yang dapat mengaburkan penelitian ini.

Adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Yang dimaksud dengan kebijakan kenaikan harga BBM dalam penelitian ini adalah suatu rangkaian konsep yang dibuat berdasarkan kondisi sosial dan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.

2. Yang dimaksud dengan aktifitas ekonomi dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan melakukan proses produksi, distribusi dan konsumsi dalam rangka memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa.

3. Yang dimaksud pedagang kaki lima dalam penelitian ini adalah semua bentuk usaha atau pekerjaan yang berupa kegiatan ekonomi yang dilakukan di tempat-tempat atau tepi jalan-jalan umum yang pada dasarnya tidak diperuntukan bagi kegiatan ekonomi. 4. Yang dimaksud respon dalam penelitian ini adalah suatu tanggapan, reaksi dan jawaban

terhadap kondisi yang diterapkan pada individu atau kelompok tertentu. 2.8.2.Definisi Operasional

Definisi operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis.


(48)

34

Perumusan definisi operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi. (Siagian, 2011:141)

Dalam mengoperasikan konsep menjadi sebuah hasil, penulis melakukan observasi dan penelitian dengan menggunakan metode tertentu. Dalam penelitian ini penulis ingin menggambarkan mengenai respon pedagang kaki lima terhadap kenaikan harga BBM. Untuk mengukur sebuah respon terhadap sesuatu hal, peneliti membagi pengukuran tersebut kedalam 2 (dua) kategori, yaitu :

1. Persepsi pedagang kaki lima tentang kenaikan harga BBM yang diukur : a) Pengetahuan pedagang kaki lima tentang kenaikan harga BBM.

b) Pemahaman pedagang kaki lima terhadap manfaat dari kenaikan harga BBM tersebut.

2. Sikap pedagang kaki lima terhadap kenaikan harga BBM yang indikatornya diukur melalui:

a) Penilaian pedagang kaki lima tentang kenaikan harga BBM. b) Strategi penyesuaian usaha agar usaha tetap berjalan.


(49)

35 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Deskriptif Kuantitatif. Penelitian Kuantitatif adalah defenisi pengukuran data kuantitatif dan data statistik objektif melalui penghitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan presentasi tanggapan mereka. Dalam hal ini, penelitian yang dimaksud adalah berusaha menggambarkan secara menyeluruh tentang bagaimana Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM), studi kasus PKL jalan Dr.Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan.

Hal ini dilihat dari rendahnya tingkat pendidikan formal dan keterampilan dalam berusaha, perilaku konsumtif (konsumerisme), kebanyakan dari mereka belum mempunyai modal sendiri (sumber modal sebagian dari rentenir, dan sebagian dari barang-barang yang dijajakan adalah barang-barang komisi). Sehingga dengan keterbatasan itulah mereka berjualan di sepanjang jalan Dr.Mansur depan kampus USU. Selain itu juga terkait dengan kebijakan pemerintah yang melarang berjualan disepanjang jalan Dr.Mansur depan kampus USU larangan tersebut diatur dalam perda kota Medan nomor 31 tahun 1993 ditempel dengan menggunakan reklame. Saat ini ditambah lagi dengan kenaikan harga BBM memberikan dampak terhadap produksi dan daya beli masyarakat, untuk bertahan dalam usaha tentunya ada strategi yang digunakan untuk tetap bisa berdagang. Sehingga peneliti tertarik untuk menggambarkan respon pedagang kaki lima (PKL) terhadap kenaikan harga, studi kasus PKL jalan Dr.Mansur depan kampus USU.


(50)

36 3.2.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pedagang kaki lima (PKL) Yang berdagang Dijalan Dr.Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan. Alasan peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut karena banyak pedagang kaki lima yang berjualan dan sangat mudah untuk dijangkau dan diteliti. Selain itu dilihat dari tingkat pendidikan para pedagang yang kebanyakan adalah tamatan SMA , kepemilikan modal yang masih terbatas menjadi faktor utama mereka untuk menjadi pedagang kaki lima karena untuk menyewa sebuah tempat berjualan membutuhkan modal yang cukup besar. Lokasi yang strategis dengan lingkungan kampus yang dihuni oleh banyak mahasiswa sebagai generasi muda yang sedang menuntut ilmu memberikan peluang untuk mencari keuntungan oleh pedagang.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa ataupun individu atau objek yang menjadi populasi penelitian, dengan catatan bahwa individu atau objek yang menjadi populasi penelitian harus memiliki ciri atau sifat yang memiliki persamaan (Siagian,2011:155).

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima yang berjualan dikawasan sekitaran depan kampus USU. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah: 36 pedagang .

Dengan rincian sebagai berikut :

1.Pedagang minuman : 22 pedagang 2.Pedagang makanan : 14 pedagang


(51)

37 3.3.2.Sampel

Roscoe mendefenisikan sampel sebagai objek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti yang bersifat representative dari populasi yang diambil secara langsung (Rorcoe dalam Siagian,2011: 156). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Total sampling artinya sampel yang digunakan adalah total populasi. Metode ini diperbolehkan karena jumlah populasi yang terbatas atau sedikit, yaitu 36 responden, sehingga jumlah tersebut dijadikan responden, dari jumlah tersebut dijadikan sampel dalam penelitian.Penggunaan total populasi diharapkan akan lebih mewakili fakta yang ada. 3.4.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Studi lapangan (field research)

Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu :

a. Observasi, peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap para pedagang kaki lima di jalan Dr. Mansyur depan kampus USU kota Medan sebagai Objek yang diteliti. Observasi dilakukan dengan mengamati aktifitas pedagang dalam berjualan meliputi penyediaan dagangan setiap porsinya, harga jual dan kualitas bahan makanannya. b. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebarkan

angket kepada pedagang kaki lima yang terdiri dari pedagang makanan sebanyak 14 pedagang dan pedagang minumansebanyak 22 pedagang di jalan Dr. Mansur depan kampus USU dengan total kuesioner yang disebar terhadap pedagang yaitu sebanyak


(52)

38

36 kuesioner.Jumlah tersebut adalah total dari seluruh pedagang makanan dan minuman yang kemudian dijadikan sebagai responden penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data akurat dan kompatibel tentang respon pedagang kaki lima terhadap kenaikan BBM.

c. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan respondennya. Wawancara dilakukan kepada pedagang kaki lima yang berdagang di jalan Dr. Mansur depan kampus USU. Dalam prosesnya peneliti hanya melakukan wawancara terhadap beberapa pedagang, yaitu 9 pedagang makanan dan 7 pedagang minuman. dengan total pedagang yang diwawancarai adalah berjumlah 16 pedagang. Proses wanwancara yang dilakukan bertujuan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner.

2. Studi kepustakaan

Studi pustaka dalam pengumpulan data yang diperlukan, dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library research) . data akan digali dan diolah dari berbagai sumber kepustakaan, antara lain dari buku-buku ilmiah, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, jurnal dan bahan tulisan lainnya yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

3.5.Teknik Analisis Data

Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian. Untuk menganalisa data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan mentabulasi data yang didapat melalui keterangan responden, kemudian dicari frekuensi dan persentasenya untuk disusun dalam bentuk tabel tunggal serta selanjutnya dijelaskan secara naratif dengan menggunakan skala Likert, untuk mengukur korelasi antar variable.


(1)

89

kebutuhan ekonomi mereka agar dapat bertahan hidup. Dengan segala keterbatasan yang mereka miliki seharusnya pemerintah dapat merespon dan melindungi keberlangsungan ekonomi mereka. Gejolak harga yang tinggi yang sulit digapai oleh pedagang kecil, memaksa sebagian pedagang harus gulung tikar, dan hal ini akan menambah angka kemiskinan dan pengangguran.

2. Dari aspek sikap, berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa pedagang kaki lima memiliki sikap negatif/tidak setuju atas kenaikan harga BBM. Penolakan ini didasari oleh ketidaksiapan pedagang dalam menghadapi dampak kenaikan harga BBM, baik itu dari dampak ekonomi penurunan pendapatan serta dampak psikologis terhadap harga bahan pokok yang mengalami kenaikan. keterbatasan modal dan keahlian yang mereka miliki, memaksa mereka harus mengatur ulang strategi usaha mereka agar tetap dapat bertahan. Walaupun kondisi ini memaksa mereka untuk menaikkan harga.Secara kualitas pedagang tetap memberikan pelayanan terbaik terhadap konsumen. Mereka berusaha untuk menghindari bahan berbahaya atau hal lainnya yang dapat membahayakan pelanggang mereka dan merusak kualitas dagangan mereka. Sebab mereka paham bahwa para konsumen adalah sumber devisa dan pemasukan utama mereka yang harus dilindungi dan diberikan pelayanan mereka, agar kehidupan ekonomi mereka lebih membaik dan kesejahteraan dapat dicapai.

6.2Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan maka penulis memberikan saran saran sebagai berikut :


(2)

90

1. Kenaikan harga BBM telah membuat harga barang dan jasa mengalami kenaikan. Dengan kondisi ini diharapkan kepada pemerintah untuk memberikan bantuan – bantuan kepada masyarakat kurang mampu melalui subsidi silang. Program – program seperti BLSM, KJS maupun KJP dapat berjalan dengan baik. Sumber daya alam yang melimpah di Indonesia termasuk Minyak, diharapkan dapat dikelola dengan baik, agar pemanfaatannya benar-benar untuk kepentingan bangsa dan Negara. Pemerintah juga harus meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia sebagai dasar pengetahuan dan keahlian serta menjamin keberadaan lapangan pekerjaan di Indonesia.

2. PKL sebagai pelaku usaha sektor informal harus memberi kontribusi nyata bagi pembangunan ekonomi bangsa, dan mengikuti regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dan pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian dengan menyediakan ruang-ruang strategis bagi para pedagang untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi mereka. Dengan begitu pemerintah telah berupaya untuk membuka lapangan pekerjaan baru, dan menekan angka pengangguran. Harapannya hal ini dapat mengurangi kemiskinan serta dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat dan juga dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian bangsa dan Negara.


(3)

91

DAFTAR PUSTAKA

Boediono.1982. Seri Sinopsis Pengantar Ekonomi No 2 Ekonomi Makro Edisi 4.Bpfe. Yogyakarta.

Didik.J,Rachbini, hamid abdul. Ekonomi Informal Perkotaan Pengantar

PaulusWirutomo.Lembaga Penelitian Pendidikan dan penerangan Ekonomi dan Sosial

(LP3ES): Jakarta.

Eko,Yuli.2009.Ekonomi untuk SMA dan MA kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional:Jakarta.

Eti wahyuni, iswan kaputra, Rusdiana adi dan Hanif.2005.Lilitan Masalah Mikro, Kecil ,

Menengah (UMKM) dan Kontroversi kebijakan.Bitra indonesia:Medan.

Gusti ngurah agung, Haidy, Sugiharso.2008. Teori Ekonomi Mikro Suatu Analisis Produksi

terapan. PT Raja Grafindo: Jakarta.

Hakim, Syahrir Nasution.2008. Pengantar Ekonomi Mikro.USU press:Medan.

Hubeis, Musa.2009.Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis. Ghalia Indonesia:Bogor

Kuncoro, Mudrajad.2010. Masalah, Kebijakan, dan politik Ekonomika Pembangunan. Erlangga: Jakarta

Nanga, Muana.2005. Makro Ekonomi Teori,Masalah dan Kebijakan. PT Raja Grafindo: Jakarta. Siagian, Matias. 2010. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang

Ilmu-ilmu Sosial dan Kesehatan. PT.Grasindo Monoratama: Medan.


(4)

92 Sumber-Sumber lain :

pada tanggal 20 Maret 2015 jam 21:00

2015 jam 12:41


(5)

No. / Responden

PERSEPSI Jumlah

Nilai

SIKAP Jumlah

Nilai

08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

1 0 1 1 -1 -1 1 1 0 1 -1 0 1 -1 1 -1 2 -1 -1 -1 0 -1 1 -1 0 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -10 2 1 1 0 -1 0 1 -1 1 1 0 0 1 1 1 -1 5 -1 -1 -1 0 -1 -1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -9 3 -1 1 1 -1 0 1 1 1 1 -1 -1 1 -1 1 -1 2 -1 -1 -1 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -8 4 1 1 0 -1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 -1 9 -1 -1 1 -1 1 1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -2 5 -1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 -1 0 -1 0 1 5 -1 -1 -1 1 1 1 -1 -1 -1 1 -1 -1 -1 -1 -6 6 1 1 0 1 -1 1 1 1 1 -1 -1 1 -1 -1 -1 2 -1 1 -1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 0 -2 7 0 1 1 -1 1 1 -1 1 1 1 1 1 -1 1 1 8 -1 -1 1 -1 1 -1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -1 -7 8 1 1 1 -1 0 1 -1 0 1 0 -1 1 -1 -1 -1 0 -1 -1 -1 1 1 1 -1 0 -1 -1 -1 -1 -1 0 -6 9 1 1 0 -1 -1 1 1 1 1 -1 0 1 0 1 -1 4 -1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 -1 1 -1 0 -1 1 -5 10 1 1 1 -1 -1 0 0 1 1 0 -1 0 0 -1 -1 0 -1 -1 -1 1 0 0 -1 -1 1 -1 -1 -1 -1 0 -7 11 0 1 1 -1 -1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 5 -1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 -1 -1 0 -1 -5 12 1 1 -1 -1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 -1 5 -1 -1 1 1 -1 1 -1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -5 13 0 1 1 1 -1 0 0 1 1 0 0 1 -1 0 -1 3 -1 -1 -1 -1 1 -1 1 -1 -1 1 -1 -1 0 0 -6 14 1 1 -1 0 0 1 1 1 1 -1 -1 1 -1 0 0 3 0 -1 -1 1 -1 -1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 -5 15 0 1 1 1 0 1 -1 1 1 0 -1 1 -1 -1 -1 2 -1 1 1 -1 1 -1 -1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -5 16 1 1 1 -1 1 1 1 -1 0 1 0 1 -1 0 -1 4 -1 -1 -1 1 -1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 1 -7 17 1 1 -1 -1 1 1 1 1 1 0 0 1 -1 -1 -1 3 0 -1 -1 -1 1 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 0 -4 18 1 1 1 1 -1 0 0 1 1 1 -1 0 -1 -1 0 3 -1 -1 -1 1 -1 1 -1 1 -1 1 -1 -1 -1 1 -4 19 1 1 -1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 -1 -1 -1 4 -1 -1 1 -1 -1 -1 1 -1 1 -1 -1 0 -1 -1 -7 20 0 1 1 1 1 1 -1 1 0 0 0 1 -1 0 -1 4 0 -1 -1 1 -1 1 -1 -1 -1 -1 0 -1 -1 0 -7 21 1 1 -1 0 1 1 1 1 1 -1 -1 1 -1 -1 0 3 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 -4 22 1 1 1 0 -1 1 1 0 1 0 0 1 -1 -1 -1 3 -1 -1 1 -1 1 1 0 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -7 23 0 1 1 1 -1 1 0 1 1 1 -1 1 -1 0 -1 4 -1 -1 -1 1 -1 -1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -7 24 1 1 -1 1 0 1 1 1 -1 0 -1 1 -1 -1 -1 1 0 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 1 -6 25 1 1 1 -1 0 1 1 -1 1 1 0 1 -1 -1 0 4 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 -1 -1 1 -1 -1 0 -3 26 0 1 1 1 1 -1 0 1 1 -1 -1 1 -1 0 -1 2 -1 -1 0 1 -1 -1 1 -1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -7 27 -1 1 1 -1 0 1 1 0 1 1 0 1 -1 -1 -1 2 -1 0 -1 -1 1 1 -1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 -6 28 1 1 1 -1 -1 0 0 1 1 -1 0 1 -1 -1 -1 0 -1 -1 0 1 -1 1 1 1 -1 -1 1 -1 -1 -1 -3 29 0 1 1 -1 -1 1 1 1 1 1 -1 1 -1 0 -1 3 -1 -1 -1 1 1 -1 1 -1 -1 -1 1 -1 -1 -1 -6 30 1 1 -1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 -1 -1 -1 3 -1 0 0 1 -1 1 -1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 -4 31 -1 1 1 -1 -1 0 1 0 1 -1 -1 1 -1 -1 -1 -2 -1 -1 -1 1 1 -1 1 1 -1 -1 1 -1 -1 0 -3 32 0 1 1 -1 1 -1 1 1 -1 1 -1 1 -1 -1 -1 0 -1 -1 0 -1 1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 -3


(6)

33 1 1 1 -1 -1 0 1 1 1 0 -1 1 -1 0 -1 2 -1 -1 -1 -1 -1 1 0 -1 1 -1 -1 1 -1 -1 -7 34 1 1 1 -1 0 -1 1 1 1 1 0 0 -1 -1 -1 2 -1 -1 -1 -1 1 1 1 -1 1 -1 1 -1 -1 -1 -4 35 1 1 1 -1 0 -1 1 1 1 -1 -1 0 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 1 -2 36 -1 1 1 -1 -1 1 1 0 1 0 0 1 -1 0 -1 1 -1 -1 -1 -1 1 -1 -1 1 1 -1 -1 1 -1 -1 -6

Total Nilai Jawaban Responden

100 -195

Total Variabel

(Jlh Responden

x Item)

540 504

Hasil ( Nilai Jawaban Responden:

Total Variabel

0,18 -0,39

Keterangan :

Tahu/layak/setuju/berdampak = 1 Kurang tahu/kurang setuju/kurang berdampak = 0 Tidak tahu/tidak layak/tidak setuju/tidak berdampak = -1