17
Beberapa manfaat QR Code bagi perpustakaan antara lain Fatmawati, 2012:
1. Promosi membaca. Perpustakaan menyediakan situs mengenai ulasan
tentang sebuah buku, kemudian pemustaka bisa menambahkan komentar atau merekomendasikan buku-buku yang dibutuhkan
mereka.
2. Mengunduh dokumen. Perpustakaan bisa menambahkan QR code pada
petadenah mengenai lokasi dan penempatan rak buku. 3.
Menambah QR code di katalog. Caranya QR code ditanamkan pada katalog manual agar pemustaka dapat mengetahui informasi mengenai
koleksi tersebut. 4.
Menghubungkan pemustaka ke versi mobile dari situs web perpustakaan. Dengan demikian pemustaka tidak perlu mengetikkan
alamat URL situs dan menelusuri setiap menunya. 5.
Promosi bahan digital. Pemustaka bisa mendapatkan review mengenai buku, sehingga pemustaka bisa memutuskan buku mana yang menjadi
prioritas untuk dipinjam. 6.
Promosi kegiatan perpustakaan. Caranya QR code ditanamkan pada poster, brosur, atau kalender agar pemustaka tahu lebih dalam
mengenai kegiatan tersebut. 7.
Memberikan informasi lainnya kepada pemustaka. QR code ditanamkan pada rak-rak buku untuk menjelaskan mengenai subjek
pada deretan rak tersebut atau diletakkan di meja pustakawan yang berisikan informasitutorial penelusuran informasikoleksi di sebuah
perpustakaan.
2.3.3 Implementasi Perangkat Mobile
Perangkat Mobile sangat membantu dalam pelayanan di perpustakaan, selain gampang dan simple mobile bisa dibawa kemana saja dan dapat diakses
dimana saja. Banyak perpustakaan sudah mengimplementasikan perangkat mobile
baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Saat ini juga muncul isu yang terkait implementasi M-library yaitu telah terjadi pergeseran dari traditional nomads menjadi modern nomads. Modern
nomads merupakan orang-orang yang bergerak berpindah-pindah tetapi bisa
belajar dan bekerja setiap waktu dan dimanapun. Jadi teknologi mobile jelas
Universitas Sumatera Utara
18
mempengaruhi pemustaka sehingga menjadi modern nomads, Pengaruhnya pada sistem perpustakaan adalah bahwa dengan pemustakaan gadget mobile seperti
ponsel, tablet, PDA, iPhone 3G4G, dan sebagainya dapat untuk memfasilitasi pemustaka
dalam mengakses
sumber-sumber belajar
digital. Wacana
perpustakaan masa depan, idealnya perpustakaan harus bisa menjadi learning commons
bagi pemustaka, sehingga koleksi bisa disimpan dalam bentuk: konten digital e-book, videospodcast. Elemen kunci dari learning commons, meliputi:
konfigurasi, teknologi, furniture, elemen disain, dan tingkat fleksibilitas. Jadi sepertinya tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa semua
informasi ternyata bisa disimpan dalam komputasi awan cloud computing. Melalui teknologi komputasi awan tersebut memungkinkan perpustakaan dapat
memanfaatkan layanan internet dengan menggunakan pusat server yang bersifat virtual. Selain itu, pustakawan juga perlu mempertimbangkan kebutuhan akan
data center. Hal ini disebabkan karena jumlah koleksi yang makin banyak sementara tingkat eksistensi harus dijamin selamanya.
Implementasi layanan perpustakaan melalui mobile technology sudah diterapkan di beberapa negara maju di Asia Tenggara seperti Singapura National
University of Singapore NUS, Nanyang Technology University, Singapore Management University, Ngee Ann Polytechnic, Nanyang Polytechnic, National
Institutions of Education Singapore, Singapore Polytechnic, dan Temasek
Polytechnic , MalaysiaUniversity Of Malaya, Filipina University of the
Phillipines dan Ateneo de Manila University, VietnamCan Tho University,
Thailand Burapha University Library, Chiangmai University Library, Chulalongkorn University Library, Mahidol University Library and Knowledge
Center , Brunei Darusalam, Laos dan Kamboja. Ini membuktikan bahwa
perkembangan teknologi cukup pesat di setiap negara dan berdasarkan survei yang telah dilakaukan lebih dari setengah penduduh dunia menggunakan internet.
Sedangkan di Indonesia pemanfaatan teknologi mobile melalui M-Libraries sudah dimulai oleh beberapa perpustakaan, walaupun belum secara maksimal
memanfaatkan potensi pemustaka perangkat mobile yang ada. Artinya,
Universitas Sumatera Utara
19
pemanfaatan oleh perpustakaan masih sangat sedikit dan beberapa terlihat masih sangat minimalis. Beberapa perpustakaan yang berhasil diindentifikasi sudah
mulai menggunakan M-Libraries sebagai bagaian dari pelayanan kepada pemustakanya
adalah Perpustakaan
Universitas Gajah
Mada http:m.library.ugm.ac.id, Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta library.ukdw.ac.idbetamindex.php
dan Universitas
Bina Nusantara Jakarta
http:m.library.binus.ac.id
2.4 Kajian Persepsi