Pembuatan Gabungan Kurva Serapan Overlap Asam Benzoat dan Analisis Data Secara Statistik Validasi Metode

Konsentrasi LIB II : 5 mL 50 mL × 500 µgmL = 50 µgmL

3.7.2.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Vitamin C

Ditimbang dengan seksama baku pembanding vitamin C sebanyak 50 mg kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, dan dicukupkan volume dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Konsentrasi LIB I : 50 mg 100 mL × 1000 µgmg = 500 µgmL Dari larutan LIB I dipipet 10 mL dimasukkan kedalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda LIB II. Konsentrasi LIB II : 10 mL 50 mL × 500 µgmL = 100 µgmL 3.7.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum 3.7.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Benzoat Dari LIB II 50 µgmL dipipet 2,5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda konsentrasi 5 µgmL. Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 200-400 nm.

3.7.3.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Vitamin C

Dari LIB II 100 µgmL dipipet 4 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda konsentrasi 8 µgmL. Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 200-400 nm.

3.7.4 Pembuatan Gabungan Kurva Serapan Overlap Asam Benzoat dan

Vitamin C 7:8 Dipipet 1,75 mL larutan baku asam benzoat 50 µgmL, dimasukkan ke dalam labu 25 mL, lalu dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda konsentrasi 3,5 µgmL. Kemudian dipipet 2 mL larutan baku vitamin C 100 Universitas Sumatera Utara µgmL, dimasukkan ke dalam labu 50 mL lalu dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda konsentrasi 4 µgmL. Larutan baku asam benzoat dan vitamin C dengan konsentrasi 3,5 μgmL dan 4 μgmL diukur serapannya masing-masing pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Kurva serapan yang diperoleh dibuat dengan cara overlap pada kerangka yang sama Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 5, halaman 37. 3.7.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi 3.7.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Benzoat Dari LIB II dipipet 1,5 mL, 2 mL, 2,5 mL, 3 mL dan 3,5 mL, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL, dicukupkan dengan HCl 0,1 N hingga garis tanda sehingga konsentrasi asam benzoat yang diperoleh adalah 3 µgmL, 4 µgmL, 5 µgmL, 6 µgmL dan 7 µgmL. Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada penentuan panjang gelombang maksimum.

3.7.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Vitamin C

Dari LIB II dipipet 2,5 mL, 3 mL, 3,5 mL, 4 mL dan 4,5 mL, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, dicukupkan dengan HCl 0,1 N hingga garis tanda sehingga konsentrasi vitamin C yang diperoleh adalah 5 µgmL, 6 µgml, 7 µgmL, 8 µgmL dan 9 µgmL. Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang didapat pada penentuan panjang gelombang maksimum. Universitas Sumatera Utara 3.7.6 Penetapan Kadar Baku Asam Benzoat dan Vitamin C 3.7.6.1 Penetapan Kadar Baku Asam Benzoat Dipipet sebanyak 2,5 mL LIB II asam benzoat 50 µgmL, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda konsentrasi 5 µgmL. Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum asam benzoat yang telah diperoleh.

3.7.6.2 Penetapan Kadar Baku Vitamin C

Dipipet sebanyak 3,5 ml LIB II vitamin C 100 µgmL, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda konsentrasi 7 µgmL. Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum vitamin C yang telah diperoleh.

3.7.7 Penetapan Kadar Baku Asam Benzoat dan Vitamin C secara Simultan

Dipipet 10 mL larutan baku asam benzoat konsentrasi 5 µgmL, lalu dicampur dengan 10 mL larutan baku vitamin C konsentrasi 7 µgmL kemudian diukur pada panjang gelombang maksimum asam benzoat dan vitamin C yang telah diperoleh. Perlakuan diulang sebanyak 6 kali. 3.7.8 Penetapan Kadar Natrium Benzoat dan Vitamin C dalam Sampel 3.7.8.1 Penetapan Kadar Natrium Benzoat dan Vitamin C dalam Sampel A Dipipet 0,3 mL larutan sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu 25 mL, ditambahkan dengan 1 mL HCl 0,1 N, dicek pH larutan dengan indikator universal pH=2, dicukupkan volume hingga 25 mL dengan akuades, lalu diukur pada panjang gelombang maksimum asam benzoat dan vitamin C yang telah diperoleh. Perlakuan diulang sebanyak 6 kali dimana setiap pemipetan diambil dari campuran homogen kemasan yang berbeda namun masih dalam nomor batch atau kode Universitas Sumatera Utara produksi dan tanggal produksi yang sama. Kode produksi sampel A yaitu BII dan nomor batch sampel A yaitu 0311063A.

3.7.8.2 Penetapan Kadar Natrium Benzoat dan Vitamin C dalam Sampel B

Dipipet 0,5 mL sampel yang telah diencerkan kemudian dimasukkan ke dalam labu 25 mL, ditambahkan dengan 1 mL HCl 0,1 N, dicek pH dengan indikator universal pH=2, dicukupkan volume hingga 25 mL dengan akuades, lalu diukur pada panjang gelombang maksimum asam benzoat dan vitamin C yang telah diperoleh. Perlakuan diulang sebanyak 6 kali dimana setiap pemipetan diambil dari campuran homogen kemasan yang berbeda namun masih dalam nomor batch atau kode produksi dan tanggal produksi yang sama. Nomor batch sampel B yaitu 13-E-28189.

3.7.8.3 Penetapan Kadar Natrium Benzoat dan Vitamin C dalam Sampel C

Dipipet 0,5 mL larutan sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu 25 mL, ditambahkan dengan 1 mL HCl 0,1 N, dicek pH dengan indikator universal pH=2, dicukupkan volume hingga 25 mL dengan akuades, lalu diukur pada panjang gelombang maksimum asam benzoat dan vitamin C yang telah diperoleh. Perlakuan diulang sebanyak 6 kali dimana setiap pemipetan diambil dari campuran homogen kemasan yang berbeda namun masih dalam nomor batch atau kode produksi dan tanggal produksi yang sama. Tanggal produksi sampel C yaitu 02.05.13.

3.7.8.4 Penetapan Kadar Natrium Benzoat dan Vitamin C dalam Sampel D

Dipipet 0,3 mL larutan sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu 25 mL, ditambahkan dengan 1 mL HCl 0,1 N, dicek pH dengan indikator universal pH=2, dicukupkan volume hingga 25 mL dengan akuades, lalu diukur pada Universitas Sumatera Utara panjang gelombang maksimum asam benzoat dan vitamin C yang telah diperoleh. Perlakuan diulang sebanyak 6 kali dimana setiap pemipetan diambil dari campuran homogen kemasan yang berbeda namun masih dalam nomor batch atau kode produksi dan tanggal produksi yang sama. Kode produksi sampel D yaitu B2 dan tanggal produksi sampel D yaitu 06.05.13. Konsentrasi asam benzoat dan vitamin C dalam sampel dapat dihitung dengan rumus: Konsentrasi µgmL = ����������� ����� µ� �� �×������ ��×������ ����������� ������ ������ �� Kadar natrium benzoat dapat ditentukan dari berat molekulnya BM. Kadar natrium benzoat µgmL = kadar asam benzoat × �� ������� ������� �� ���� ������� Menurut Walpole 1995, kadar natrium benzoat dan vitamin C sebenarnya dalam sampel dapat dihitung dengan rumus: µ = X ± t α2 , dk x SD √n Keterangan: X : kadar rata-rata sampel SD : Standar Deviasi dk : derajat kebebasan dk = n-1 α : tingkat kepercayaan n : jumlah pengulangan

3.7.9 Analisis Data Secara Statistik

Kadar natrium benzoat dan vitamin C yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis untuk mengetahui data ditolak atau diterima menggunakan uji distribusi t. Menurut Sudjana 2005, uji distribusi t dapat dihitung dengan rumus: t hitung = n SD X Xi − Universitas Sumatera Utara Data diterima jika t hitung t tabel. Tabel distribusi t dapat dilihat pada Lampiran 28, halaman 114. Menurut Sudjana 2005, untuk mencari standar deviasi SD digunakan rumus: SD = 1 - n X - Xi 2 ∑ Keterangan : Xi = Kadar sampel X = Kadar rata-rata sampel n = jumlah pengulangan dan untuk menentukan kadar natrium benzoat dan vitamin C di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99, α = 1, dk = n-1, dapat digunakan rumus: Kadar : µ = X ± t α2 , dk x SD √n Keterangan : X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi dk = Derajat kebebasan dk = n-1 α = taraf kepercayaan n = jumlah pengulangan

3.7.10 Validasi Metode

3.7.10.1 Uji Per olehan Kembali Recovery Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan standar standard addition method. Dalam metode ini, kadar asam benzoat dan vitamin C dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar asam benzoat dan vitamin C dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu Harmita, 2004. Uji perolehan kembali dilakukan dengan menambahkan larutan baku asam benzoat berkonsentrasi 100 µgml sebanyak 0,3 ml dan larutan baku vitamin C berkonsentrasi 50 µgml sebanyak 0,5 ml ke dalam sampel dan dianalisis dengan perlakuan yang sama pada sampel yang dilakukan sebelumnya prosedur 3.7.8.4. Universitas Sumatera Utara Menurut Harmita 2004, Persen perolehan kembali recovery dapat dihitung dengan rumus dibawah ini: Keterangan: C F = Kadar sampel setelah penambahan baku C A = Kadar sampel sebelum penambahan baku C A = Kadar larutan baku yang ditambahkan

3.7.10. 2 Simpangan Baku Relatif