Donor ASI Menurut Majelis Ulama Indonesia MUI

94

BAB IV ANALISIS PRAKTIK DONOR ASI DI ASOSIASI IBU MENYUSUI

INDONESIA AIMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

E. Donor ASI Menurut Majelis Ulama Indonesia MUI

Majelis Ulama Indonesia MUI pada Musyawarah Nasional tanggal 27 Juli 2010 telah mengeluarkan 7 tujuh Fatwa baru, termasuk diantaranya adalah masalah Bank Sperma dan Bank ASI. Sebagai berikut: 1. Mendonorkan dan atau menjualbelikan sperma hukumnya HARAM karena bertentangan dengan hukum islam dan akan menimbulkan kekacauan asal-usul serta identitas anak. 2. Mendirikan bank sperma dengan tujuan seperti tersebut di poin satu hukumnya HARAM. 3. Mendirikan Bank ASI hukumnya boleh dengan syarat sebagai berikut: a. Dilakukan dengan musyawarah antara orang tua bayi dengan pemilik ASI sehingga ada kesepakatan dua belah pihak, termasuk pembiayaannya. b. Ibu yang mendonorkan ASI-nya harus dalam keadaan sehat dan tidak sedang hamil. 95 c. Bank tersebut mampu menegakkan dan menjaga ketentuan syariat. 120 Majelis Ulama Indonesia MUI terus melakukan kajian mengenai pendonoran ASI. Menurut Sholahudin al-Ayyub selaku wakil sekretaris komisi fatwa MUI, mengatakan ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi seseorang untuk mendonorkan ASI. Apabila tidak terpenuhi syarat-syaratnya, maka hukumnya HARAM. Sejumlah syarat-syarat tersebut diantaranya yaitu: 1. Harus ada pembicara antara pendonor ASI dengan ibu kandung, ini dilakukan agar terjadi kejelasan nashab keluarga. Yang nantinya akan menjadi keluarga persusuan. 2. Pendonor harus dalam keadaan sehat. 3. Anak yang menerima Donor ASI harus berusia kurang dari 2 dua tahun. 4. Pemberian ASI benar-benar dalam keadaan darurat. Menurutnya juga “Ketentuan itu harus terpenuhi semuanya, ini ditakutkan terjadinya pembentukan darah sehingga dikhawatirkan akan terjadinya penularan penyakit menular atau keturunan yang diberikan pendonor ASI”. 121 Menurut ibu Dr. Faizah Ali Sibromalisi. MA., 122 beliau menjelaskan mengenai donor asi. Dalam islam bayi yang mendapat ASI dari ibu lain sebetulnya 120 http:www.mui.or.idindex:php?option=com_docmantask=cat_viewgid=78 itemid=78 diakses pada tanggal 01 September 2010 121 http:www.okezone.comread20101130337398569337mui-haramkan-donor-air- susu-ibu.html diakses 14 Januari 2011 96 bukan suatu hal yang baru. Nabi Muhammad SAW sendiri mempunyai ibu susu, yaitu oleh Halimah as- Sya‟diyah. Yang perlu menjadi perhatian khusus adalah terjadinya hubungan antar anak yang mendapatkan ASI dan ibu yang memberikan ASInya. Anak yang mendapatkan ASInya melalui ASI donor atau dari ibu susu statusnya sama dengan anak kandung yaitu menjadi mahram si ibu susu, tapi bukan dalam hal waris. Begitu juga anak-anak si ibu susu menjadi saudara sepersusuan dari anak-anaknya. Perlu diperhatikan bahwa dalam Islam tidak melarang adanya ibu susu, dan didalam Al- Qur‟an banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan tentang kewajiban menyusui. sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 233, sebagai berikut:             . . ق ا 2 : 233 Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.. ”Q.S Al-Baqarah 2:233 Surat an- Nisaa‟ ayat 23, sebagai berikut: ...    ... ءا ا 4 : 23 122 Anggota komisi fatwa MUI, wawancara pada tanggal 01 Juni 2010 97 Artinya: “..Dan ibu-ibumu yang menyusui kamu…” Q.S. An-Nisaa‟4: 23 Surat al-Qashash ayat 7 dan 12, sebagai berikut:                         صّق ا 28 : 7 Artinya : “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai Nil. dan janganlah kamu khawatir dan janganlah pula bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya salah seorang dari Para rasul”. Q.S. al-Qashash 28: 7 Dan ayat 12, sebagai berikut:                 صّق ا 28 : 12 Artinya: “Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusuinya sebelum itu; Maka berkatalah saudara Musa: Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat Berlaku baik kepadanya? ”.Q.S. al-Qashash 28: 12 Surat Lukman ayat 14, sebagai berikut:                  ا ق 31 : 14 Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu ”. Q.S. Lukman 31: 14 98 Surat al-Ahqaf ayat 15, sebagai berikut:                                                  فاقحأا 46 : 15 Arinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang- orang yang berserah diri”. Q.S. ahl-Ahqaf 46: 15 Surat al-Thalaq ayat 6, sebagai berikut:                                     . ا ا 65 : 6 Artinya: “Tempatkanlah mereka para isteri di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka. dan jika mereka isteri-isteri yang sudah ditalaq itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan anak-anakmu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu segala sesuatu dengan baik; dan jika kamu menemui 99 kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan anak itu untuknya ”.Q.S. at-Thalaq 65: 6 Dan Hadis Nabi SAW: أ ف ج ا ا خ ها ص ا ا ا ها ض شئا اقف ،ك ك أك ج غ : خأ . اقف : ا خ أ . اض ا ا ف اج ا ا ا ا 123 Artinya : “.Dari Aisyah r.a Bahwa Nabi SAW masuk rumah Aisyah dan mendapati seorang laki-laki, seketika itu raut muka beliau berubah seakan tidak senang kehadiran tamu itu. lalu Aisyah menjelaskan kepada Nabi SAW seraya berkata: “Lelaki itu adalah saudaraku sesusuan”. Nabi SAW menjawab: Hai Aisyah kenalilah baik-baik siapa-siapa yang menjadi saudara susuanmuSaudara sesusuan yang berakibat mahram itu adalah penyusuan yang dapat mengenyangkan rasa lapar bayi”. H.R. Bukhari dan Muslim اق با : ها ص ها اق : ا ش ا ا اض ا ح ا أ . ا با 124 Artinya : “Dari Ibnu Mas‟ud, ia berkata bahwa Nabi SAW telah bersabda : Tidak ada penyusuan melainkan apa yang menguatkan tulang dan menumbuhkan daging”. H.R. Abu Daud Dalil-dalil tersebut menerangkan tentang kewajiban ibu untuk menyusui dan juga status dari anak-anak yang menyusu menjadi mahram. Karena sekarang ini banyak sekali pemahaman-pemahaman yang salah mengenai kewajiban memberikan ASI dari para ibu-ibu. Mereka ada yang sibuk bekerja atau lebih mementingkan menjadi wanita karier sehingga melupakan 123 Al-Bukhariy, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Shahih Bukhariy, Juz. V, hlm. 125; Muslim, Abi Husain Muslim bin Hajjaji al-Qusyairiy al-Neisaburiy, Shahih Muslim, juz. I, nomor 1455 124 Abu Daud, Sulaiman bin al- Asy‟as al-Sijistaniy al-Azdiy, Sunan Abi Daud, nomor. 2059. hlm. 316 100 kewajibannya untuk memberikan hak si bayi dan kewajiban menyusui ini memang sudah qodratnya. Mengenai keberadaan praktik donor ASI, perlu diperhatikan cara mekanismenya praktiknya seperti apa. Apakah sudah sesuai dengan syari‟ah. Karena setiap kali ingin melakukan donor ASI perlu dilandaskan dengan ilmu agama. Saya mencotohkan seperti ini, “Ada seorang ibu yang mendonorkan ASInya dirumah sakit tanpa tahu kepada siapa ASI ini diberikan, sang ibu ini hanya tahu nama sang ibu yang menerimanya saja. Hal ini dikarenakan sang ibu yang mendonorkan itu tidak memahami hakikat hukum dari susuan tersebut, tidak bisa asal mendonorkan saja tapi harus dibarengi juga dengan ilmu nya”. Dan diharapkan setiap kali ingin mendonorkan ASI, sebaiknya dicatat, agar dikemudian hari tidak ada masalah yang menyangkut mahram. Maksud dicatat disini ialah harus jelas segala sesuatunya, misalnya seperti : si bayi itu anak siapa, nama orang tuanya siapa, jenis kelaminnya apa dan data-data yang menyangkut riwayat penyakit. Jangan sampai ketika anak tersebut dewasa kelak dan bertemu, lalu terjadi pernikahan. Karena mereka sudah menjadi saudara sesusu yang menyebabkan hukum tahrim orang-orang yang haram untuk dinikahi. Kewajiban mencatat disini bukan hanya dibebankan pada satu pihak, melainkan semua pihak yang terlibat. Dan bentuk catatan tersebut dibuat dan dikeluarkan oleh instansi terkait dalam hal ini dibebankan kepada organisasi yang menyelenggarakan Donor ASI yakni AIMI sendiri. Contohnya seperti sertifikat 101 misalnya, didalamnya diterangkan dan ditandakan “bahwa anak-anak mereka pernah disusui atau menggunakan ASI Donor”. Lalu diberikan kepada pihak-pihak yang terlibat dan data best itu disimpan dengan baik di AIMI. Apabila jika di AIMI sendiri tidak mengeluarkan hal semacam itu, maka dari pihak-pihak yang terkait wajib membuat catatan sendiri. Seperti yang telah dicontohkan dan catatan ini harus disimpan dengan baik. Kelak suatu saat nanti dibutuhkan atau sang anak tersebut tumbuh dewasa diperlihatkan dan diberitahu bahwa dia pernah menyusu pada ibu lain dan mempunyai saudara susuan. Beliau juga menganjurkan kepada para pelaku dan instansi terkait, agar lebih berhati-hati dalam menentukan pendapat sendiri, kalau belum memahami ilmunya atau baru mengerti sedikit mengenai hukumnya, alangkah baiknya menanyakan kepada ahlinya langsung. Seperti yang telah dicontohkan diatas jangan asal melakukannya saja, tanpa tahu ilmu yang sebenarnya. Karena pemahaman ini sangat penting suatu saat nanti, agar selalu bersikap hati-hati dalam menentukan sikap dan pendapat sendiri. 125 Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya praktik Donor ASI boleh dengan syarat harus dilakukan dengan musyawarah antara orang tua bayi dengan pemilik ASI sehingga ada kesepakatan bersama termasuk pembiayaannya. 125 Wawancara dengan ibu Dr. Faizah Ali Sibromalisi.MA., tanggal 01 juni 2010 102 Kondisi ibu yang mendonorkannya harus dalam keadaan sehat dan tidak sedang hamil. Karena ditakutkan adanya penyakit yang dapat tertular melalui penyusuan dan apabila sang ibu susu itu hamil, maka perjanjian penyusuan tersebut dapat dibatalkan, karena sang ibu susu tersebut juga harus mempersiapkan air susunya untuk calon bayinya dikemudian hari, ini ditakutkan ASI ibu tersebut kurang dari cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya kelak. Tempat yang memfasilitasi praktik donor tersebut harus mampu menegakkan dan menjaga ketentuan Syariat Islam. Mereka harus mempunyai landasan hukum yang kuat berdasarkan Syari‟at Islam, agar dalam pelaksanaannya dengan dasar keimanan yang kuat. Dari ketentuan Syari‟at itu, yang termasuk kedalam penyusuan itu yaitu kurang dari masa penyusuan yakni dibawah usia 2 dua tahun. Dan fungsi utama ASI Donor adalah karena memang dalam kondisi darurat. Setiap kali ingin mendonorkan, dianjurkan kepada semua pihak yang terlibat agar dicatat, agar dikemudian hari tidak ada masalah yang menyangkut mahram.

F. Relevansi Mengenai Praktik Donor ASI di Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia AIMI dengan