Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menyusui adalah suatu proses alamiah, kebanyakan para ibu terdahulu diseluruh dunia telah berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI, bahkan ibu buta huruf sekalipun dapat menyusui anaknya dengan baik. 1 Tak ada sebutan anak jika tidak ada ibu. Begitu juga sebaliknya, wanita tak akan disebut ibu jika tidak ada anak. Sedangkan hubungan alami yang begitu kuat yang terjadi antara seorang anak dengan ibunya, dipertegas dan diperjelas lagi dengan adanya Air Susu Ibu ASI yang bersumber dari buah dadanya yang merupakan makanan dan minuman utama bagi bayi atau anaknya. 2 Menyusukan anak bagi setiap ibu, dengan cara memberikan ASI. Merupakan suatu yang sangat penting bagi kehidupan dan kelangsungan hidup manusia didunia ini. Lantaran ASI memiliki keutamaan, kelebihan, manfaat dan keagungan yang tidak dapat disejajarkan, disamakan dan atau disetarakan dengan makanan dan minuman lain buatan manusia. Sedangkan disisi lain, menyusui secara alami dengan ASI bagi setiap ibu, merupakan fitrah bagi manusia yang berjenis kelamin wanita. Oleh sebab 1 Utami Roesli, Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta; Trubus Agriwidya, 2000, hlm. 2 2 Abdul Hakim al-Sayyid Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu, Jakarta; PT. Fikahati Aneska, 1993 Cet. I, hlm. 29 13 itu, menyusukan bayi secara alami dengan ASI seorang ibu, dapat merupakan bukti kepatuhan dalam melaksanakan perintah Allah SWT. 3 Karena Allah SWT tidak pernah memerintahkan sesuatu kepada manusia, kecuali dengan hak dan kebenaran. Siapa saja yang taat, tunduk dalam melaksanakan perintahnya, pasti akan memetik buah kebajikan dan akan merasakan berbagai manfaat serta kegunaan yang menguntungkan. Dan siapa saja yang menentang, sesungguhnya ia telah mencegah dirinya mendapatkan kebajikan yang telah disediakan Allah SWT baginya. Setiap orang yang mau menggunakan akalnya, akan selalu berusaha agar seluruh tindakannya itu, sesuai dengan hak dan kebenaran. Lantaran hak dan kebenaran akan selalu menuntun orang-orang kejalan yang diridloi oleh Allah SWT, lurus menuju keselamatan hidup baik didunia maupun diakhirat. Selain dari pada itu, Allah memang hanya membebankan pekerjaan menyusukan anak kepada kaum ibu. Sebagaimana firman Allah SWT:            .. ق ا 2 : 233 Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”. Q.S. Al-Baqarah 2: 233 Pada firman Allah ini menunjukan perintah yang wajib dilaksanakan bagi sebagian ibu, namun sunnat bagi sebagian ibu yang lain. Dan juga menunjukan fitrah seorang ibu untuk menyusui. 4 3 Abdul Hakim al-Sayyid Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu, hlm. 30 14 Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironinya, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan. Padahal kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar bagi ibu dan bayi. Karena menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama ini mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia. Bagi para ibu, hal ini berarti kehilangan kepercayaan diri untuk dapat memberikan perawatan yang terbaik kepada bayinya itu dan bagi bayi berarti bukan saja kehilangan sumber makanan yang vital, tetapi juga kehilangan secara perawatan yang optimal. Didalam hiruk pikuk kehidupan kota-kota besar kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui oleh ibunya. Sementara dipedesaan, kita melihat bayi yang baru berusia satu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan asi. Sebenarnya menyusui, khususnya yang secara ekslusif merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun sering kali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi yang benar tentang manfaat ASI Eksklusif, tentang bagaimana cara menyusui yang benar dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya. 4 Abdul Hakim al-Sayyid Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu, hlm. 31-32 15 Menyusui adalah suatu seni yang harus dipelajari kembali untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal, yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, sedikit pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif serta perkembangan sosial yang lebih baik. 5 Begitu pentingnya pemberian ASI secara ekslusif belum bisa tergantikan oleh asupan yang lainnya. Namun keadaan, harapan maupun kehendak kaum ibu terutama ibu kandung bayi sering kali tidak sesuai dengan kemampuan dan kenyataan yang dihadapinya, ada diantara mereka ditakdirkan tidak subur memiliki ASI atau alasan lainnya, baik karena medis atau non medis, sehingga ibu yang melahirkan tersebut tidak bisa memberikan asi kepada bayinya. Ada juga kaum ibu yang kebingungan karena ASI yang dikeluarkan terlalu banyak jadi mereka tidak tahu harus diapakan ASInya itu. Dalam menghadapi masalah seperti ini, diperlukan jalan keluar yang terbaik yang sesuai dengan situasi dan kondisi sosial budaya masyarakat maupun keagamaan dimana mereka berada. Mengingat pentingnya ASI bagi bayi seringkali mendapat hambatan, penyusuan bayi oleh para ibu-ibu selain ibu kandungnya yang dikenal dengan sebutan “Radla‟ah” sudah menjadi kebiasan yang nyata ada dan 5 Utami Roesli, Mengenal ASI Eksklusif, hlm. 2 16 berkembang dalam masyarakat, hanya saja dikalangan kaum muslimin amatlah diperhatikan adanya hubungan nasab setelah penyusuan itu terjadi. 6 Seiring dengan perkembangan zaman, sekarang dikenal adanya istilah donor ASI, dimana seorang pendonor memberikan ASI nya kepada bayi yang membutuhkannya. Menurut Dra. Hj. Mursyidah Thahir,MA anggota Komisi Fatwa MUI menyatakan bahwa “Mendapatkan ASI merupakan hak setiap bayi. Hal itu terserat dalam surat al- Ahqaaf ayat 15, sebagai berikut:                                                  . فاـقحأا 46 : 15 Artinya : “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri. Q.S. Al-Ahqaaf 46: 15 Penjelasan dari ayat diatas bahwa hak bayi memperoleh ASI sejak dalam kandungan minimal 6 bulan dan maksimal 24 bulan setelah melahirkan. Karena itu dari perspektif islam donor ASI diperbolehkan. Meski diperbolehkan tetapi harus 6 Huzaimah Tahido Yanggo, dan Anshary, A.Z, Problematika Hukum Islam Kontemporer Jakarta; Pustaka Firdaus, 1994, hlm. 25 17 disikapi dengan hati-hati, harus juga memenuhi ketentuan, antara lain: dilakukan dengan musyawarah antara orang tua bayi dan ibu donor sehingga disepakati biayanya, usia bayi kurang dari 2 tahun, dan demi menjaga kesehatan bayi,. Dan apabila si ibu donor hamil, maka kontrak atau kesepakatan bisa dibatalkan. Ketentuan lain, bila bayi telah menerima ASI donor dengan kenyang minimal 5 kali, maka semua keturunan dari pendonor menjadi muhrim bagi bayi itu. Disamping itu juga, donor ASI tidak boleh dilakukan dengan cara kolektif seperti Bank Darah, karena akan menimbulkan kekacauan identitas dan garis keturunan bagi anak tersebut. 7 Untuk lebih memudahkan dan menyederhanakan penyusuan yang langsung dari Ibu Donor yang dewasa ini dirasa kurang begitu difahami atau dimengerti oleh masyarakat mengenai mekanisme dalam praktiknya. Seperti Prosedur dan syarat- syarat yang diperlukan dalam melakukan praktik donor ASI ini yang belum begitu jelas adanya. Bagaimana merealisasikanya kedalam kehidupan masyarakat apakah bertolak belakang dengan Syariat Islam?. Maka dari penjelasan diatas penulis memilih judul “Praktik Donor ASI di Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia AIMI Dalam Perspektif Hukum Islam”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah