102 Kondisi ibu yang mendonorkannya harus dalam keadaan sehat dan tidak
sedang hamil. Karena ditakutkan adanya penyakit yang dapat tertular melalui penyusuan dan apabila sang ibu susu itu hamil, maka perjanjian penyusuan tersebut
dapat dibatalkan, karena sang ibu susu tersebut juga harus mempersiapkan air susunya untuk calon bayinya dikemudian hari, ini ditakutkan ASI ibu tersebut kurang
dari cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya kelak. Tempat yang memfasilitasi praktik donor tersebut harus mampu menegakkan
dan menjaga ketentuan Syariat Islam. Mereka harus mempunyai landasan hukum yang kuat berdasarkan Syari‟at Islam, agar dalam pelaksanaannya dengan dasar
keimanan yang kuat. Dari ketentuan Syari‟at itu, yang termasuk kedalam penyusuan itu yaitu
kurang dari masa penyusuan yakni dibawah usia 2 dua tahun. Dan fungsi utama ASI Donor adalah karena memang dalam kondisi darurat.
Setiap kali ingin mendonorkan, dianjurkan kepada semua pihak yang terlibat agar dicatat, agar dikemudian hari tidak ada masalah yang menyangkut mahram.
F. Relevansi Mengenai Praktik Donor ASI di Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia AIMI dengan
Hukum Islam
Dalam hukum islam, praktik Radh a’ pada dasarnya merupakan hak dan kewajiban
bagi setiap orang tua yakni ibu dan bapak si bayi, hal ini telah disepakati oleh para
103
fuqaha.
126
Bahwa Allah SWT memberikan batas 2 dua tahun penuh karena pada saat itu, anak masih sangat membutuhkan ASI sebagai sumber makanan pokok pertama yang
diadapat oleh sang anak. Oleh karena itu ibu berkewajiban menyusui bayinya kalau ia mampu melaksanakannya . hal ini berlandaskan pada firman Allah SWT dalam surat al-
Baqarah ayat 233, sebagai berikut:
.. ق ا
2 :
233
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan ….Q.S. Al-Baqarah 2 : 233
Ayat diatas mengisyaratkan bagi para ibu untuk menyusui secara ideal. Maka dari itu, hendaklah para ibu untuk menyusui hingga 2 dua tahun bila ingin menyempurnakan
penyusuan. Bagi para ibu yang menghendaki penyusuan kurang dari masa waktu menyusui yang
telah ditentukan, hal ini juga dibolehkan. Akan tetapi, dalam penghentian itu dilakukan secara musyawarah antara suami dan isteri dengan memikirkan secara masak-masak
untung ruginya. Dalam ajaran islam, menyusui pada hakikatnya adalah bentuk nafkah yang harus
diberikan kepada bayi oleh suami melewati isteri dengan cara jalur penyusuan. Oleh karena itu, sang suami berkewajiban mencari nafkah sesuai dengan kadar kemampuannya atau
126
Abdul Hakim al-Sayyid Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu, hlm. 38-41
104
sang suami mencarikan perempuan lain yang sehat baik jasmani maupun rohani untuk menyusukan bayinya.
127
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwasanya praktik Radh a’ itu e iliki
unsur-unsur dalam pelaksanaannya. Yang pertama adanya ibu susu, yang kedua adanya anak atau bayi yang menyusu dan yang ketiga air susu ibu.
Dari ketiga unsur i i ter asuk kedala ruku radha’, yang menjadikan sebuah
ikatan mahram.
128
Karena jika kita melihat sejarah adanya Ibu susu, ini tidak lepas dari sejarah yang menghiasi kehidupan Nabi SAW sewaktu kecil. Karena pada waktu itu tradisi ini dilakukan
karena desakan ekonomi di wilayah Arabia waktu itu. serta kondisi alam yang tidak bersahabat, yang menimbulkan tingginya angka kematian bayi disana. Hal ini yang
melandaskan para ibu kala itu untuk mencari anak orang-orang kaya yang ingin disusukan dengan berupa imbalan atau upah yang pantas dan layak.
129
Menilik fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia MUI diatas. bahwa setiap orang yang ingin memberikan ASInya harus melalui Musyawarah mufakat antar
keduabelah pihak, termasuk masalah upah atau pembiayaan. Karena kalau kita lihat di awal, bahwa ASI adalah bentuk nafkah secara tidak langsung oleh suami melalui isteri, jadi dalam
hal ini adalah ibu susu bertindak sebagai ibu yang meminta nafkah kepada sang ayah bayi
127
Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, Jakarta; Ghalia Indonesia, hlm. 109-111
128
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟I ; Mengupas Masalah fiqhiyah Berdasarkan Al-
Qur‟an dan Hadits, hlm 27
129
Muhammad Sa‟id Ramadhan al-Buthy, Sirah nabawiyyah; Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam, hlm. 31-32
105
untuk biaya merawat dan memberikan makanan bergizi kepada anaknya dalam bentuk upah. Dan juga kejelasan mengenai hubungan Nasab anak-anak mereka nantinya.
Fatwa yang kedua ialah ibu yang mendonorkan ASI-nya harus dalam keadaan sehat dan tidak sedang hamil. Dari pemahaman fatwa ini. Bahwa kondisi sang ibu susu harus
dalam kondisi yang prima dan juga sehat baik itu jasmani maupun rohani. Dan tidak sedang hamil, dalam artian ketika si ibu susu ini mengandung, dia juga harus mempersiapkan
sumber makanan yang diprioritaskan untuk bayinya terlebih dahulu. Ditakutkan ketika masa menyusuinya si ibu susu ini kurang dari cukup ASI yang diperlukan sang bayinya dan
perjanjiannya menjadi batal. Fatwa yang ketiga Bank atau tempat yang digunakan sebagai wadah untuk
e fasilitasi A“I do or harus e pu yai la dasa huku ya g dite tuka oleh “yari’at isla dala hal i i “yari’ yaitu Allah “WT., untuk hambanya dengan perantara Rasulullah
SAW supaya para hamba melaksanakannya dengan dasar keimanan yang kuat. Dari ketentuan Syariat itu, yang termasuk kedalam penyusuan yaitu kurang dari
masa penyusuan yakni 2 dua tahun. Dan fungsi utama ASI donor adalah karena kondisi yang memang benar-benar darurat. Misalnya ada seorang bayi yang lahir secara prematur,
sehingga harus dimasukan kedalam alat inkubator. Dan bayi tersebut belum mampu memakan sumber makanan lain selain ASI, karena biasanya kondisi ibu yang melahirkan
secara prematur itu belum bisa memproduksi ASI-nya untuk bayinya. Maka dari itu sangat diperlukan ASI donor, dan bantuan ASI donor ini tidak selamanya, hanya sampai si ibu ini
sudah mampu memproduksi ASInya sendiri.
106
Ada juga ketika melahirkan, sang ibu meninggal dunia. Atau sang ibu menderita suatu penyakit yang menyebabkan ia tidak bisa menyusui anaknya baik secara permanen
atau hanya sementara saja. Inilah fungsi utama dari Bank ASI. Sedangkan praktik donor ASI di AIMI ini, mekanismenya seperti yang telah dibahas
sebelumnya. Karena AIMI ini hanya sebagai mediator yang memfasilitasi ibu-ibu yang memerlukan ASI donor dan disini tidak menyimpan ASI donor.
Namun dari AIMI sendiri mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para pelaku secara tertulis. Seperti riwayat jati diri pendonor dan penerima donor termasuk
didalamnya mengenai riwayat penyakit dan dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani. Dan mendapatkan persetujuan dari suami, dalam artian suami harus ikut terlibat
dalam hal donor ASI ini. Setelah semua itu terpenuhi barulah sipendonor boleh mendonorkan ASInya ke AIMI. Lalu dari AIMI mencarikan ibu-ibu yang sangat memerlukan
ASI donor. Dan kedua belah pihak dipertemukan. Lalu Dilakukan secara musyawarah antar kedua belah pihak, dalam proses musyawarah ini AIMI yang bertindak sebagai fasilitator
tidak ikut andil dalam musyawarah. AIMI menjembatani hanya sampai batas pertemuan saja, setelah itu mereka sendiri menentukan apakah menerima atau tidak dan menentukan
hukumnya. Yang menjadi prioritas utama oleh AIMI yang berhak mendapatkan ASI donor ialah
bayi yang sakit dan dirawat dirumah sakit serta bayi yang lahir prematur dengan kegagalan fungsi cerna organ tubuh. Dan juga bayi yang masih dalam waktu ASI eksklusif.
107
Ada juga dalam kondisi tertentu dari AIMI memberikan ASI donor dari selain yang telah ditentukan dan kondisi adalah kondisi khusus dengan maksud membantu mengurangi
beban si ibu bayi. Menurut Ibu Mia ia menerangkan bahwa ada seorang ibu datang bertemu dengannya, dia mempunyai bayi baru berumur 4 empat bulan dan dia mau pindah keluar
kota u tuk ekerja sela a dua i ggu la a ya. Da dia ila g “aya tidak isa menyetok ASI sebanyak itu untuk memenuhi kebutuhan ASInya, karena setiap hari si bayi
tersebut harus minum ASI le ih dari 6 e a otol susu A“I .
Pada akhirnya setelah dipertimbangkan permintaan itu disetujui olehnya untuk memberikan ASInya sendiri untuk didonorkan, karena murni ingin membantu sang ibu itu
agar tidak gagal dalam ASI eksklusif. Dan kalau seandainya ibu itu tidak dibantu oleh ASI donor, kemungkinan sang ibu itu akan beralih kepada susu formula.
130
G. Analisis Penulis mengenai Donor ASI di Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia AIMI