Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Tentang Asupan Makanan Berserat Terhadap Kelancaran Buang Air Besar

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA ANGKATAN 2010 TENTANG ASUPAN

MAKANAN BERSERAT TERHADAP KELANCARAN BUANG

AIR BESAR

Oleh :

DINA AFIANI 070100090

F A K U L T A S K E D O K T E R A N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA ANGKATAN 2010 TENTANG ASUPAN

MAKANAN BERSERAT TERHADAP KELANCARAN BUANG

AIR BESAR

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

DINA AFIANI 070100090

F A K U L T A S K E D O K T E R A N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANGKATAN 2010 TENTANG ASUPAN MAKANAN BERSERAT TERHADAP KELANCARAN

BUANG AIR BESAR

Nama : Dina Afiani

NIM : 070100090

Pembimbing Penguji I

(Prof.Dr.dr. Harun Alrasyid,Sp.PD,Sp.GK)

NIP. 19501105 197903 1 004 NIP. 19670527 199903 2 001 (dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc CMFM )

Penguji II

NIP. 19690524 199903 1 001 (dr. Muhammad Ali,Sp.A)(K)

Medan, 1 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Pada umumnya masih banyak remaja dan masyarakat yang kurang peduli terhadap asupan makanan berserat, ditandai dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang tidak lazim dan tingginya tingkat penyakit yang disebabkan buang air besar tidak lancar. Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Universitas Sumatera Utara tentang makanan berserat terhadap kelancaran buang air besar.

Penelitian ini menggunakan metode “Deskriptif”.Penelitian dilakukan pada tanggal 15 Juni 2010 di Poliklinik Universitas Sumatera Utara, dengan menggunakan teknik consecutive sampling, sampel yang digunakan 94 orang, yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan dengan program SPSS 17.0. Skor masing-masing kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk persentase, kemudian diinterpretasikan dengan skala kualitatif dengan kriteria tinggi (75-100%), sedang (50-74%), dan rendah (<50%). Setelah dilakukan penelitian didapatkan data dari 94 responden mengenai gambaran pengetahuan mahasiswa Universitas Sumatera Utara tentang makanan berserat.

Hasil rata-rata adalah rendah (51.1%). Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa informasi yang kurang dapat menjadi faktor terhambatnya proses pikir seseorang dalam pemahaman suatu hal, meskipun dilihat dari faktor pendidikan yang tinggi tetapi kalau informasi yang kurang, mungkin tingkat pengetahuan kurang atau belum mencapai batas baik.

Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan tentang makanan berserat dan menghimbau agar mahasiswa Universitas Sumatera Utara banyak membaca dan mencari informasi dari berbagai sumber.

Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Makanan Berserat, Kelancaran Buang Air Besar


(5)

ABSTRACT

In general, there are many teenagers and people are less concerned about the intake of fibrous food, they consume unusual foods and high rates of disease caused by bowel disorders. With the existence of the problem, this research aimed to find out the level of knowledge of students of North Sumatera University about smooth bowel movement.

This research uses the Descriptive method. Research conducted at 15th June 2010 at Polyclinic of North Sumatera University, by using consecutive sampling technique, samples are 94 people, with inclution criteria. Data collected by giving questionnaire to respondences, then tabulated and processed by SPSS 17.0. Score of each is analysed by using formula , and its result represent the percentage, then interpreted with qualitative scale, and divided into very good criteria ( 75-100%), moderate ( 50-74%), and less ( <50%). After conducted a research and got data from 94 respondences about student’s knowledge level of North Sumatera University about food fiber.

The average result is moderate ( 51.1%). From the research, we can see that lack of information can be the pursuing factor for people’s thinking process in understanding something, high education is not enough if we lack of information, and at the end the level of knowledge becomes bad or not appropriate.

That’s why, it needs to be held a counseling about food fiber problem and urge students of University of North Sumatera to be well-read and look for the information from various source.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “GAMBARAN PENGETAHUAN

MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2010 TERHADAP ASUPAN MAKANAN BERSERAT DALAM MELANCARKAN BUANG AIR BESAR”. Dalam penyelesaian penulisan

karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. dr. Harun Alrasyid, Sp.PD, Sp.GK, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Ibu Dr. Murniati Manik, MSc., Sp.KK selaku Kepala Puskesma USU yang

telah memberi izin dan banyak membantu dalam penelitian ini sehingga dapat selesai dengan baik.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Prof.H.Nazruddin,drg,C.ort,Ph.D,Sp.Ort dan ibunda Hj.Lasminda Syafiar,drg, M.Kes atas doa, perhatian dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada penulis.


(7)

6. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada abang saya H.Riko Nofrizal,drg, kedua kakak saya Poppy Syafnita,dr.Sp.kk dan Amerina Syafharini,ST, atas dorongan moril yang tiada hentinya kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Seluruh mahasiswa-mahasiswi Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang telah meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner pada penelitian ini.

8. Kepada teman-teman terdekat saya Meriza, Indah, Herwindo, Aditya, Adelia, dan Fadil serta seluruh teman-teman Stambuk 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 14 November 2010 Penulis,

Dina Afiani


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Serat Makanan ... 4

2.1.1. Definisi Serat Makanan ... 4

2.1.2. Kategori Serat ... 4

2.1.2.1. Soluble Fiber ... 4


(9)

2.1.3. Fungsi Serat Makanan ... 6

2.1.4. Angka Kebutuhan Serat ... 7

2.1.5. Jenis-Jenis Serat Makanan ... 8

2.1.6. Diet Serat yang Dimodifikasi ... 11

2.1.6.1. Pembatasan Diet Serat ... 11

2.1.6.2. High-Fiber Diet/Diet Tinggi Serat ... 12

2.1.6.3. Diet Minimal-Residu ... 12

2.1.7. Proses Metabolisme Makanan Berserat ... 15

2.1.7.1. Efek Serat Makanan pada Absorpsi Nutrisi ... 16

2.1.8. Penyakit-Penyakit yang Berhubungan dengan Kekurangan Serat ... 17

2.1.8.1. Penyakit-Penyakit di Kolon ... 17

2.1.8.2. Penyakit Kardiovaskular ... 17

2.1.8.3. Diabetes ... 17

2.1. Defekasi ... 18

2.2.1. Definisi Defekasi ... 18

2.2.2. Proses Defekasi ... 18

2.2.3. Komposisi Feses ... 19

2.3. Konstipasi ... 20

2.3.1. Definisi Konstipasi ... 20

2.3.2. Etiologi Konstipasi ... 20

2.3.3. Patofisiologi Konstipasi ... 21

2.3.4. Diagnosis dan Pemeriksaan Fisik Konstipasi ... 22

2.3.5. Penatalaksanaan Konstipasi ... 22


(10)

2.4.1. Definisi Pengetahuan ... 23

2.4.2. Domain Kognitif Pengetauan ... 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 26

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 26

3.2. Definisi Operasional ... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 28

4.1. Rancangan Penelitian... 28

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.2.1. Lokasi Penelitian... 28

4.2.2. Waktu Penelitian ... 28

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.3.1. Populasi Penelitian ... 28

4.3.2. Sampel Penelitian ... 29

4.3.3. Perhitungan Sampel ... 29

4.3.4. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.4.1. Uji Validitas dan Reabilitas ... 30

4.5. Metode Analisis Data ... 32

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33


(11)

5.1.1. Deskripsi Lokasi ... 33

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 33

5.1.3. Distribusi Pengetahuan Responden... 34

5.2. Pembahasan ... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

6.1. Kesimpulan ... 41

6.2. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Sumber Komponen-Komponen Serat ... 5 2.2. Kandungan Serat Makanan dalam Porsi Biasa ... 9 2.3. Kandungan Serat pada Bahan Makanan 100 gram Bahan Kering .. 10 2.4. Contoh Menu yang Mengandung 1600 kcal dan 25 g Serat

dan 2000 kcal dan 38 g Serat ... 13 2.5. Penyebab-Penyebab Konstipasi. ... 20 4.1. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner ... 31 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis

Kelamin ... 33 5.2. Distribusi frekuensi pertanyaan ... 36 5.3. Distribusi frekuensi tujuan khusus penelitian………... 37


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 5.1. Diagram distribusi frekuensi gambaran pengetahuan mahasiswa tentang makanan berserat………. 34 Gambar 5.2. Grafik frekuensi jenis kelamin terhadap gambaran


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Riwayat Hidup

2. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian 3. Kuesioner

4. Surat Izin Penelitian dan Surat Persetujuan Komisi Etik 5. Data Induk


(15)

ABSTRAK

Pada umumnya masih banyak remaja dan masyarakat yang kurang peduli terhadap asupan makanan berserat, ditandai dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang tidak lazim dan tingginya tingkat penyakit yang disebabkan buang air besar tidak lancar. Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Universitas Sumatera Utara tentang makanan berserat terhadap kelancaran buang air besar.

Penelitian ini menggunakan metode “Deskriptif”.Penelitian dilakukan pada tanggal 15 Juni 2010 di Poliklinik Universitas Sumatera Utara, dengan menggunakan teknik consecutive sampling, sampel yang digunakan 94 orang, yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan dengan program SPSS 17.0. Skor masing-masing kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk persentase, kemudian diinterpretasikan dengan skala kualitatif dengan kriteria tinggi (75-100%), sedang (50-74%), dan rendah (<50%). Setelah dilakukan penelitian didapatkan data dari 94 responden mengenai gambaran pengetahuan mahasiswa Universitas Sumatera Utara tentang makanan berserat.

Hasil rata-rata adalah rendah (51.1%). Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa informasi yang kurang dapat menjadi faktor terhambatnya proses pikir seseorang dalam pemahaman suatu hal, meskipun dilihat dari faktor pendidikan yang tinggi tetapi kalau informasi yang kurang, mungkin tingkat pengetahuan kurang atau belum mencapai batas baik.

Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan tentang makanan berserat dan menghimbau agar mahasiswa Universitas Sumatera Utara banyak membaca dan mencari informasi dari berbagai sumber.

Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Makanan Berserat, Kelancaran Buang Air Besar


(16)

ABSTRACT

In general, there are many teenagers and people are less concerned about the intake of fibrous food, they consume unusual foods and high rates of disease caused by bowel disorders. With the existence of the problem, this research aimed to find out the level of knowledge of students of North Sumatera University about smooth bowel movement.

This research uses the Descriptive method. Research conducted at 15th June 2010 at Polyclinic of North Sumatera University, by using consecutive sampling technique, samples are 94 people, with inclution criteria. Data collected by giving questionnaire to respondences, then tabulated and processed by SPSS 17.0. Score of each is analysed by using formula , and its result represent the percentage, then interpreted with qualitative scale, and divided into very good criteria ( 75-100%), moderate ( 50-74%), and less ( <50%). After conducted a research and got data from 94 respondences about student’s knowledge level of North Sumatera University about food fiber.

The average result is moderate ( 51.1%). From the research, we can see that lack of information can be the pursuing factor for people’s thinking process in understanding something, high education is not enough if we lack of information, and at the end the level of knowledge becomes bad or not appropriate.

That’s why, it needs to be held a counseling about food fiber problem and urge students of University of North Sumatera to be well-read and look for the information from various source.


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya pola konsumsi pangan merupakan hasil budaya masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor manusia itu sendiri, seperti kebiasaan makan, pendapatan keluarga, dan pengetahuan gizi. Asupan zat-zat gizi dari makanan ke dalam tubuh juga dipengaruhi oleh berat ringannya aktifitas atau pekerjaan seseorang. Pada orang dewasa makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi semata-mata untuk mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat keadaan gizi menjadi lebih baik (Waspadji S dan Suyono S, 2003).

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi.Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya (Sediaoetama AD, 2000).

Kualitas gizi ditentukan oleh protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang terkandung pada makanan tersebut. Kita juga jarang memikirkan apakah makanan yang dikonsumsi cukup serat dan apa manfaat makanan berserat tersebut. Fungsi serat makanan adalah membuat makanan dapat bertahan lama berada dalam lambung. Makanan berserat dapat bertahan di dalam lambung sampai 24 jam, sedangkan makanan lain hanya 4 jam. Fungsi lain dari serat makanan adalah merangsang aktivitas saluran usus untuk mengeluarkan feses secara teratur. Selain itu serat makanan di dalam feses dapat menyerap banyak air, sehingga membuat feses menjadi lunak atau mencegah konstipasi (Waluyo K dan Irianto K, 2004). Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kekurangan konsumsi serat adalah konstipasi,kanker kolon, dan beberapa penyakit-penyakit sistemik lainnya seperti hiperlipidemia, penyakit kardiovaskular, diabetes dan obesitas (Jenkins DJA, Wolever TMS, dan Jenkins AL, 2005).


(18)

Dalam beberapa hal, masalah gizi remaja dan dewasa muda berpangkal pada kegemaran mengkonsumsi makanan yang tidak lazim (faddisme) dan lupa makan. Kesibukan yang menyebabkan remaja dan dewasa muda memilih makan diluar atau hanya menyantap kudapan. Remaja dan dewasa muda belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan psikososial. Perilaku remaja dan dewasa muda yang tidak perduli dalam hal ketidakseimbangan gizi seperti jenis asupan makanan kesehariannya dapat mengakibatkan bermacam gangguan fungsi tubuh antara lain konstipasi (Arisman, 2004). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Konstipasi juga dapat dihubungkan dengan penyakit kanker. Dari data RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) tentang tindakan kolonoskopi selama periode 1998 hingga 2005 sebanyak 216 kasus atau sebesar 9 persennya dilakukan karena keluhan konstipasi. Angka menunjukkan bahwa sekitar 2,5 juta kunjungan ke dokter setiap tahun adalah untuk mengobati konstipasi dan jumlah orang yang menderita konstipasi meningkat dengan usia. Guna menekan risiko konstipasi, yang utama adalah menjaga pola makan cukup serat dan perilaku. Usaha pencegahan ini lebih murah dan menjanjikan karena kecukupan serat akan membantu memperlancar proses buang air besar (Makmun, 2007).

Dari uraian diatas yang membuat peneliti tertarik adalah masih banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap asupan makanan berserat, ditandai dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang tidak lazim dan masih tingginya tingkat penyakit yang disebabkan buang air besar tidak lancar. Untuk itu diperlukan penelitian mencari tahu sejauh mana remaja dan dewasa muda memiliki pengetahuan tentang makanan berserat dalam melancarkan buang air besar, serta penyakit yang disebabkan buang air besar tidak lancar.


(19)

1.2.1 Rumusan Masalah

Dalam uraian diatas timbul permasalahan bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswa Universitas Sumatera Utara tentang asupan makanan berserat sehari-hari berkaitan dengan kelancaran buang air besar.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 tentang asupan makanan berserat dalam melancarkan buang air besar.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mendapat gambaran pengetahuan mahasiswa tentang pengertian makanan berserat.

2. Mendapat gambaran pengetahuan mahasiswa tentang jenis-jenis makanan berserat.

3. Mendapat gambaran pengetahuan mahasiswa tentang manfaat makanan berserat terhadap kesehatan saluran cerna.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Menambah pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan makanan berserat.

2. Menambah pengetahuan tentang jenis-jenis makanan berserat.

3. Membantu dalam mencegah penyakit akibat tidak atau jarang mengkonsumsi makanan berserat.

4. Diharapkan dapat menjadi bahan pemikiran serta referensi bagi penelitian berikutnya yang sejenis.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Serat Makanan

2.1.1.Definisi Serat Makanan

Serat makanan adalah bahan makanan residu sel tanaman yang tidak dapat dihidrolisis (diuraikan) oleh enzim pencernaan manusia dalam suasana asam di lambung, serta hasil-hasil fermentasinya tidak dapat digunakan oleh tubuh. Serat merupakan bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia. Berbagai jenis tanaman memiliki berbagai jumlah dan jenis serat, termasuk pektin, karet, getah, selulosa, lignin dan hemiselulosa. Adapun substansi terbesar yang diklasifikasikan sebagai serat adalah non-starch polysaccharides (NSP). Tetapi tidak semua karbohidrat yang berserat tersusun oleh non-starch polysaccharides. Beberapa starch/kanji yang telah dimodifikasi, menahan kerja enzim dan mereka disebut dengan resistant starches (zat tepung resisten) (Mahan and Stump, 2003).

Tidak seperti karbohidrat, jenis lignin merupakan polimer phenylprophil alcohol dan asam. Disamping itu, lignin adalah sebuah substansi kayu yang berasal dari batang dan bibit buah, sayuran serta sereal (Mahan and Stump, 2003).

Biasanya serat ini muncul dalam jumlah yang kecil dalam makanan (misalnya, kurang dari 1% dari zat tepung roti & 3% pada cornflake/sereal jagung), tergantung dari tingkat dan sifat dasar dari metode proses makanan, kadar serat ini bisa meningkat sebanyak 20% dari total starch dalam makanan. Komponen-komponen serat makanan dapat dikategorikan pada dasar sifat-sifat fisik dan peran fisiologis, yaitu soluble fiber dan insoluble fiber (Mahan and Stump, 2003).

2.1.2.Kategori Serat 2.1.2.1.Soluble Fiber

Soluble fiber meliput i pectin, gum, mucilage, dan beberapa hemicelluloses. Pectin terutama ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran, seperti apel, jeruk


(21)

dan wortel. Bentuk lain soluble fiber/serat larut ditemukan pada gandum, padi dan polong. Pengaruh serat larut dalam saluran cerna berhubungan dengan kemampuan mereka untuk menahan air dan membentuk gumpalan/gel, serta berperan sebagai substrat untuk fermentasi oleh bakteri yang berada di usus besar (Mahan and Stump, 2003).

2.1.2.2.Insoluble Fiber

Insoluble fiber terutama terdiri dari cellulose dan hemicelluloses. Serat jenis tersebut memberikan struktur pada sel tumbuhan dan ditemukan pada semua jenis material tumbuhan. Sumber utama serat ini berada dalam padi, sereal dan biji-bijian. Lignin adalah sebuah material noncarbohydrate juga termasuk dalam determinan serat, yaitu merupakan komponen utama yang ada di pohon dan memberikan struktur pada bagian batang tumbuhan. Serat ini memiliki bagian yang sangat kecil sekali dalam konsumsi makanan keseharian (1g/hari) dan paling sering ditemukan di kulit buah yang dapat dimakan dan biji-bijian. Serat tidak larut kurang mampu menahan air. Serat ini penting untuk memperbesar massa feses (bulky stools). Serat tidak larut umumnya sukar atau lambat difermentasi (Mahan and Stump, 2003).

Tabel 2.1.Sumber Komponen-Komponen Serat

Insoluble/Tidak larut

Cellulose Hemicellulose Lignin

Tepung Terigu Kulit Padi Sayur-sayuran

Kulit Padi Biji Padi

Sayuran matang Tepung

Buah-buahan yang bijinya dapat dimakan,seperti strawberi


(22)

Soluble/Larut

Gums Pectin

Gandum Polong

Apel Jeruk Strawberi

Sumber: Food,Nutrition and Diet Therapy (W.B.Saunders, 2003)

2.1.3.Fungsi Serat Makanan

Serat makanan dari jenis viscous, seperti gums dan zat pectin, memperlambat pengosongan lambung dan memperlambat penyerapan usus terhadap glukosa, asam amino dan obat-obatan seperti digoxin dan acetaminophen. Serat juga berhubungan dengan peningkatan asam empedu pada usus dan pengeluaran feses. Efek serat pada usus kecil dianggap karena kemampuannya untuk meningkatkan ketebalan lapisan air dan bertindak sebagai penghalang untuk difusi nutrisi ke brush border enterocyte. Preparat viscous fiber akan menstabilkan emulsi lipid. Preparat viscous fiber digunakan dalam manajemen diabetes, serta mengurangi kadar kolesterol serum hiperlipidemia (Maurice and Shils, 2005).

Efek-efek fisiologi dari serat makanan antara lain (Mahan and Stump, 2003) :

1. Menstimulasi pengunyahan dan aliran saliva serta sekresi cairan lambung. 2. Menempati perut dan memberikan rasa puas/kenyang,

3. Meningkatkan kepadatan feses,dimana akan menurunkan tekanan intraluminal usus besar.

4. ”Normalisasi”waktu perlintasan di saluran cerna 5. Menjadi substrat untuk fermentasi di usus besar.

6. Soluble fiber memperlambat pengosongan lambung,pencernaan dan absorpsi nutrisi.


(23)

Manfaat tambahan dalam kesehatan dapat timbul dari konsumsi makanan tinggi serat. Diet tinggi serat kemungkinan membantu dalam mengendalikan berat badan dan mengurangi resiko terjadinya obesitas. Penelitian 30 tahun terakhir, banyak penduduk menunjukkan hubungan antara asupan serat yang meningkat dan penurunan dalam pengembangan kanker usus besar (Wardlaw, Hampl, and DiSilvestro, 2004).

Bila dikonsumsi dalam jumlah besar, serat larut memperlambat absorbsi glukosa dari usus kecil, dan berkontribusi untuk lebih mengatur glukosa darah. Ini dapat membantu dalam pengobatan diabetes. Faktanya, orang dewasa yang sumber utama karbohidratnya adalah makanan rendah serat jauh lebih mungkin untuk berkembang menjadi diabetes daripada mereka yang melakukan diet serat tinggi (Wardlaw, Hampl, and DiSilvestro, 2004).

Sebuah asupan tinggi serat larut juga menghambat penyerapan kolesterol dan asam empedu dari kolesterol darah di usus kecil, sehingga mengurangi risiko kardiovaskular dan batu empedu. Asam lemak rantai pendek yang berasal dari bakteri yang mendegradasi serat larut (misalnya, asam propionat) juga mungkin mengurangi sintesis kolesterol dalam hati. Selain itu, penyerapan glukosa lebih lambat yang terjadi dengan diet tinggi serat larut terkait dengan penurunan insulin, dapat berkontribusi dengan kemampuan serat larut untuk menurunkan kolesterol darah (Wardlaw, Hampl, and DiSilvestro, 2004).

Karbohidrat menyediakan glukosa untuk kebutuhan energi sel darah merah dan bagian-bagian otak dan sistem saraf pusat. Jumlah konsumsi karbohidrat yang diperlukan oleh orang dewasa adalah 130g/hari. Ini berdasarkan jumlah dari angka kecukupan glukosa untuk sistem saraf pusat. Food and Nutrition Board merekomendasikan karbohidrat yang dikonsumsi sebesar 45-65% dari total energi tubuh (Wardlaw, Hampl, and DiSilvestro, 2004).

2.1.4.Angka Kebutuhan Serat

Angka kecukupan serat pada wanita dewasa adalah 25g/hari dan 38 g/hari untuk pria dewasa. Di Amerika Utara, konsumsi rata-rata gandum masih kurang per harinya, rata-rata asupan serat 13g/hari bagi perempuan dan 17g/hari untuk


(24)

laki-laki. Asupan rendah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang manfaat biji-bijian, serta kurangnya kemampuan untuk mengenali produk-produk gandum di tempat perbelanjaan. Kebanyakan dari kita harus meningkatkan asupan serat. Setidaknya mengkonsumsi gandum setiap harinya dan memakan sereal berserat tinggi (≥3 g serat setiap hidangan) untuk sarapan, merupakan cara yang mudah untuk meningkatkan asupan serat (Wardlaw, Hampl, and DiSilvestro, 2004).

Serat yang berlebihan juga dapat mengganggu penyerapan kalsium dan seng, terutama pada anak-anak dan orang tua (Mahan and Stump, 2003). Asupan serat yang sangat tinggi (misalnya, 60g/hari) dapat menimbulkan beberapa risiko kesehatan dan membutuhkan pengawasan dokter jika digunakan. Asupan serat tinggi terutama sekali memerlukan asupan cairan yang banyak. Bila tidak cukup tinggi mengkonsumsi cairan, dapat meninggalkan kotoran yang sangat keras dan membuatnya sulit serta menyakitkan untuk dikeluarkan (Wardlaw, Hampl, and DiSilvestro, 2004).

2.1.5.Jenis-Jenis Makanan Berserat

Asupan serat harus terdiri dari jumlah yang sama dari serat larut dan tidak larut. Asupan ini dapat diperoleh dengan lima atau lebih porsi buah-buahan dan sayuran dan enam porsi harian roti gandum, sereal dan kacang-kacangan. Tidak mungkin untuk mendapatkan jumlah serat yang adekuat hanya dengan makan buah-buahan dan sayuran dalam jumlah yang besar (Mahan and Stump, 2003).

Tidak ada kadar yang dianjurkan untuk diet karbohidrat. Dengan tidak adanya karbohidrat, asam amino dan gliserol dari lemak dapat dikonversi menjadi glukosa untuk nutrisi otak dan sistem saraf pusat. Sebagian besar diet karbohidrat dalam makanan yang berasal dari tumbuhan.Tanaman seperti butir sereal, dimana sejumlah besar karbohidrat tersimpan untuk energi, merupakan sumber utama dari pati. Sedangkan buah-buahan dan sayuran mengandung berbagai jumlah monosakarida dan disakarida (Mahan and Stump, 2003).

Serat makanan hanya ditemukan di produk buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Sumber-sumber yang paling terkonsentrasi dari serat diet adalah biji-bijian, terutama gandum. Karena mereka memiliki kadar air yang


(25)

lebih tinggi, buah-buahan dan sayuran memiliki serat yang lebih sedikit dibandingkan dengan makanan dari biji-bijian kering dan sereal per gram bahan yang tercerna. Efek proses memasak terhadap serat makanan masih belum jelas. Reaksi pencoklatan yang terjadi selama memasak makanan yang dapat menyebabkan peningkatan kandungan serat yang nyata dari makanan, karena produk pencoklatan ini dianalisis sebagai lignin. Sereal gandum memberikan 6-13 gram serat per porsi dan merupakan sumber serat yang paling terkonsentrasi (Mahan and Stump, 2003).

Semakin dalam/gelap warna buah-buahan dan sayuran maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Sayuran yang kaya akan phytochemical memiliki aktivitas antikanker dan patogen, tetapi harus dimasak secara ringan terlebih dahulu karena mengandung senyawa yang beracun bila dimakan mentah (Dunne, 2002).

Tabel 2.2 memberikan kadar serat yang terkandung dalam beberapa makanan.

Tabel 2.2.Kandungan Serat Makanan dalam Porsi Biasa

Makanan < 1 g 1-1.9 g 2-2.9 g 3-3.9 g 4-4.9 g 5-5.9 g >6 g Roti (1 potong) •Bagel •Putih •Perancis Roti Gandum

Muffin Tidak ada --- --- ---

Sereal (1 ons) •Biskuit beras •Cornflake •Bubur gandum •Nutri-Grain

Gandum Honey bran •Kulit padi •Bran flakes •Raisin bran •Corn bran •Padi-padian •Roti gandum •100% Bran Pasta Tidak ada •Macaroni --- •Spageti

gandum


(26)

(1mangkuk) •Spageti Nasi

(1/2 mangkuk)

Putih Merah --- --- --- --- ---

Legumes (1/2 mangkuk)

--- --- ---

Kacang-kacangan

•Buncis •Kacang polong

--- •Kacang merah •Kacang goreng/ panggang Sayuran (1/2 mangkuk) •Ketimun •Daun selada (1 mangkuk) •Asparagus •Kacang panjang •Kol •Kembang kol •Kentang tanpa kulit •Seledri •Brokoli •Tauge •Wortel •Jagung •Kentang dengan kulit •Bayam Kacang polong --- --- ---

Buah-buahan •Anggur (20 buah) •Semangka (1 mangkuk) •Aprikot •Peach •Nenas (1/2 mangkuk) •Apel tanpa kulit •Pisang •Jeruk •Apel dengan kulit •Pir dengan kulit •Buah frambus --- --- ---


(27)

Tabel 2.3.Kandungan Serat pada Bahan Makanan 100 gram Bahan Kering

Nama Bahan Makanan Per 100 Gram

Total Gram Gram Larut

Biji-Bijian

Bekatul 31.6 5.24

Bekatul jagung 85.19 1.16

Beras 2.80 0.92

Crackers graham 2.47 1.22

Macaroni 3.37 1.81

Roti putih 3.22 1.58

Roti cokelat 9.26 2.03

terigu 3.96 1.70

Kacang-Kacangan

Kacang merah 20.9 5.26

Kacang mete 7.91 -

Kacang polong 33.91 8.13

Kacang putih 18.16 5.29

Kacang tanah 9.3 -

Kucai 8.02 -


(28)

Sayuran

Asparagus 32.23 5.8

Bayam 28.75 6.56

Bit merah 24.27 7.5

Brokoli 30.4 13.63

Kubis kecil 26.94 10.86

Daun ubi rambat 2.77 -

Jagung muda 9.43 1.24

Kembang kol 26.7 8.92

Kentang 9.48 4.91

Tabel 2.3.Kandungan Serat pada Bahan Makanan 100 gram Bahan Kering (lanjutan)

Nama Bahan Makanan Per 100 Gram

Total Gram Gram Larut

Mentimun 1.24 -

Kol 33.48 9.94

Labu 19.79 7.39

Daun selada 21.02 4.7

Lobak 1.64 -


(29)

Terong 2.55 -

Tomat 13.13 2.13

wortel 23.76 11.32

Buah-Buahan

Apel 12.73 4.48

Durian 4.41 -

Jambu biji 5.18 -

Jeruk 11.45 6.47

Mangga 2.04 -

Nanas 9.54 -

Nangka 2.78 -

Pepaya 2.5 -

Pisang 7.35 2.14

Rambutan 1.46 -

Sumber: Gizi dan Pola Hidup Sehat (Yrama Widya, 2007)

2.1.6. Diet Serat yang Dimodifikasi 2.1.6.1. Pembatasan Diet Serat

Pembatasan diet/konsumsi serat digunakan ketika diperlukannya pengurangan dalam pengeluaran kotoran atau bila saluran gastrointestinal terhambat seperti yang terjadi setelah episode akut penyakit radang usus. Konsumsi serat berisi karbohidrat yang minimal tercerna atau sekitar 10 sampai 15g/hari serat. Hal ini dicapai dengan menghindari produk gandum, sereal,


(30)

kacang-kacangan, biji, dan polong-polongan serta membatasi buah-buahan dan sayuran tanpa kulit atau biji (Mahan and Stump, 2003).

2.1.6.2. High-Fiber Diet/Diet Tinggi Serat

Tujuan mengkonsumsi tinggi-serat adalah untuk mencapai kebutuhan sekitar 25 sampai 50 gram serat sehari-hari. Konsumsi 8 gelas air per hari dianjurkan untuk memfasilitasi efektivitas tingkat tinggi serat. Pada inisiasi diet tinggi-serat mungkin ada efek samping yang tidak menyenangkan, seperti perut kembung dan borborygmus (usus gemuruh), kram, atau diare. Gangguan gastrointestinal yang terjadi karena mengkonsumsi serat biasanya mereda dalam 24 sampai 48 jam. Asupan serat sangat besar dapat mengakibatkan obstruksi usus besar, tetapi ini tidak biasa dan paling sering terjadi pada serat suplemen daripada dengan efek makanan. Diet tinggi serat antara lain (Mahan and Stump, 2003): 1. Meliputi ¼ sampai ½ cup/mangkuk gandum per hari

2. Meningkatkan konsumsi roti gandum,sereal,tepung dan produk-produk gandum lainnya

3. Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah-buahan, terutama yang kulit dan bijinya yang dapat dimakan

4. Meningkatkan konsumsi air sebanyak dua liter per hari.

2.1.6.3. Diet Minimal-Residu

Diet minimal-residu memberikan hanya sekitar 8g/hari serat makanan dan tidak hanya makanan berserat sedang sampai tinggi saja tetapi juga makanan yang tidak berserat, susu, produk susu, dan daging yang semuanya diyakini berkontribusi terhadap residu/sisa tinja. Diet biasanya dilaksanakan selama eksaserbasi akut Intestinal Bowel Syndrom, deverticulitis, periode obstruksi usus parsial, atau sebelum atau setelah operasi usus. Mengurangi volume tinja memungkinkan usus untuk beristirahat. Diet minimal residu antara lain (Mahan and Stump, 2003):

1. Hindari semua roti gandum, sereal, gandum dan produk-produk yang terbuat dari bahan ini.


(31)

2. Hindari biji-bijian, kacang-kacangan, biji jagung, kentang dan kelapa

3. Hindari semua jenis buahan, hanya boleh dalam bentuk jus dari buah-buahan atau sayuran

4. Hindari daging dan kerang-kerangan

5. Batasi konsumsi susu, produk-produk susu lainnya, dan makanan yang mengandung susu, sebanyak 2 cangkir atau kurang setiap harinya

Tabel 2.4.Contoh Menu yang Mengandung 1600 kcal dan 25 g Serat,dan 2000 kcal dan 38 g Serat

25g serat 38g serat

Menu Takaran Penyajian Kandungan Karbohidrat (g) Kandungan Serat (g) Takaran Penyajian Kandungan Karbohidrat (g) Kandungan Serat (g) Sarapan Jus jeruk (dengan sari jeruk) 1 cup/

cangkir 28 0.5

1 cup/

cangkir 28 0.5

Gandum ¾ cup/

mangkuk 17 2

¾ cup/

mangkuk 17 2

2% susu ½ cup/

cangkir 6 ---

½ cup/

cangkir 6 ---

Roti gandum panggang

1 potong 13 2 1 potong 13 2

Margarin 1 sendok

teh --- ---

1 sendok


(32)

Kopi 1 --- 1 --- Makan

Siang

Daging 2 ons --- --- 2 ons --- ---

Roti

gandum 2 potong 26 4 2 potong 26 4

Tabel 2.4.Contoh Menu yang Mengandung 1600 kcal dan 25 g Serat,dan 2000 kcal dan 38 g Serat (lanjutan)

25g serat 38g serat

Menu Takaran Penyajian Kandungan Karbohidrat (g) Kandungan Serat (g) Takaran Penyajian Kandungan Karbohidrat (g) Kandungan Serat (g)

Mayones 2 sendok

teh 2 ---

2 sendok

teh 2 ---

Daun selada

¼ cup/

mangkuk --- 0.2

¼ cup/

mangkuk --- 0.2

Buncis 1/3 cup/

mangkuk 15 4

1 cup/

mangkuk 45 12

Buah pir (dengan

kulit)

1/2 12 2 1 25 4


(33)

cangkir cangkir Snack

(makanan kecil) Wortel (dalam bentuk batang)

1 8 2 1 8 2

Makan malam Ayam panggang (tanpa kulit)

3 ons --- --- 3 ons --- ---

Kentang bakar (besar.tanp a kulit)

1/2 15 1.5 1 30 3

Margarin 1 ½ sendok

teh --- ---

1 ½

sendok teh --- ---

1% susu 1 cup/

cangkir 12 ---

1 cup/

cangkir 12 ---

Apel (dengan kulit)


(34)

Buncis hijau yang masak

1 cup/

mangkuk 10 4

1 cup/

mangkuk 10 4

Tabel 2.4.Contoh Menu yang Mengandung 1600 kcal dan 25 g Serat,dan 2000 kcal dan 38 g Serat (lanjutan)

25g serat 38g serat

Menu Takaran Penyajian Kandungan Karbohidrat (g) Kandungan Serat (g) Takaran Penyajian Kandungan Karbohidrat (g) Kandungan Serat (g) Snack (makanan kecil)

Kismis 1 39 1.2 1 39 1.2

Total 226 g 25 g 300 g 38 g

Sumber : Perspectives in Nutrition (McGraw-Hill, 2004).

2.1.7. Proses Metabolisme Makanan Berserat

Selama melintasi saluran cerna, serat makanan memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan substrat-substrat dan produk-produk pencernaan yang nantinya akan disabsorpsi. Setelah sebagian besar zat gizi diserap usus halus, residunya dipindah ke usus besar. Saat itu juga terjadi proses fermentasi dan proliferasi mikroba. Gas yang dihasilkan dari fermentasi mendorong feses ke bagian distal (organ pengeluaran). Karena itu massa feses tidak tertahan lama dan tidak cepat menjadi keras.Serat yang tidak difermentasi membuat massa feses bertambah besar karena partikel serat mampu menahan air.


(35)

Bertambahnya massa feses akibat proliferasi mikroba dan penyerapan air mempercepat timbulnya refleks pembuangan feses dari rektum. Struktur feses menjadi lunak dan kontraksi otot rektum tidak berlebihan, sehingga aliran darah vena tidak mengalami hambatan. Kombinasi serat larut dan tidak larut dapat memperlancar defakasi karena adanya efek bulk forming laxative. Pada saat kekurangan serat, massa feses menjadi terlalu sedikit untuk dapat didorong keluar oleh gerak peristaltik usus. Karena itu, makanan sehari-hari harus mengandung cukup serat disertai banyak minum.Kecukupan serat yang dianjurkan sekitar 28-35 gram per hari. Masukan serat dianggap cukup apabila buang air besar dapat dilakukan dengan mudah, tanpa perlu mengejan kuat. Di samping cukup asupan serat, olahraga teratur juga sebaiknya dilakukan, terlebih bagi Anda yang memiliki riwayat wasir dalam keluarga (Maurice and Shils, 2005)

Enzim inhibitor dalam makanan biasanya secara efektif dihancurkan oleh perlakuan panas dalam proses pemasakan. Enzim inhibitor yang dimurnikan mulai digunakan dalam memodifikasi penyerapan usus kecil. Penghambat dalam penyerapan karbohidrat telah dikembangkan secara khusus untuk mengendalikan laju penyerapan karbohidrat. Anti-amilase terisolasi dari gandum ditunjukkan untuk mengurangi laju pencernaan starch/pati dan respon glisemik. Walaupun enzim inhibitor mungkin sedikit relevansinya dalam konteks makanan berserat yang biasanya dimakan dan manipulasi diet, pengembangan farmakologis dari golongan ini mungkin memberikan masa depan yang lebih berarti dalam memodifikasi penyerapan usus kecil (Maurice and Shils, 2005).

2.1.7.1.Efek Serat Makanan pada Absorpsi Nutrisi

Peningkatan serat meningkatkan asupan nutrisi lain untuk flora kolon karena sifat fisiko-kimia serat berbagai fraksi. Dalam beberapa penelitian, mengkonsumsi makanan protein tinggi ditambah dengan konsumsi serat menghasilkan peningkatan besar dalam konsentrasi triptofan di kotoran. Substansi pektin merupakan polimer berbentuk gel dimana nutrisi lain berada dalam hasil matrix. Gel ini dapat meningkatkan pengeluran steroid dalam kotoran dan substansi-substansi lemak lainnya. Lignin dianggap memiliki sifat anion yang


(36)

mengikat, sehingga meningkatkan asupan zat asam (asam lemak, asam empedu dan lainnya) ke flora usus (Birch and Parker, 2000).

Ketika zat yang diserap ke permukaan partikel serat, zat ini memberikan sebuah rongga di mana suatu potensi substrat untuk degradasi bakteri pada konsentrasi yang relatif tinggi.Selanjutnya, bakteri lebih cenderung tumbuh pada permukaan partikel padat, dan permukaan substrat yang memiliki konsentrasi relatif tinggi dan konsentrasi enzim yang relatif tinggi. Halini adalah kondisi yang mencirikan katalisis. Singkatnya, serat meningkatkan asupan nutrisi lain dan menyediakan matriks yang mempromosikan pemanfaatannya (Birch and Parker, 2000).

2.1.8. Penyakit-Penyakit yang Berhubungan dengan Kekurangan Serat 2.1.8.1. Penyakit-penyakit di Kolon

Beberapa penyakit yang kebanyakan muncul dipengaruhi oleh peningkatan kadar serat konsumsi keseharian, dinamakan konstipasi, diare, diverticulitis dan kanker kolorektal (Mahan and Stump, 2003).

Selulosa diet yang cukup telah lama diakui sebagai faktor dalam mencegah konstipasi. Baik serat-serat yang larut dan tidak larut bertambah untuk meningkatkan kepadatan feses sampai absorpsi air dan penambahan bahan yang tidak tercerna. Gas yang dihasilkan selama fermentasi serat terlarut memberikan kontribusi untuk menggerakan feses melalui usus besar. Tanpa air yang cukup, selulosa cenderung menghasilkan feses yang kering. Oleh karena itu,kombinasi selulosa dan pectin direkomendasikan sebagai bagian terbesar dalam pembentukan feses dan memperlancar feses karena efek bulk forming laxative (Mahan and Stump, 2003).

2.1.8.2 Penyakit Kardiovaskuler

Fraksi larut pada serat makanan, jika diberikan dalam jumlah besar dapat mengurangi kolesterol darah. Bakteri mengurangi serat larut untuk asam lemak rantai pendek yang muncul untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati (Mahan and Stump, 2003).


(37)

2.1.8.3. Diabetes

Serat larut air, terutama pektin dan gum, menimbulkan efek hipoglikemik dengan menunda pengosongan lambung, memperpendek waktu transit usus, dan mengurangi penyerapan glukosa. Mereka juga dapat memperlambat hidrolisis pati (Mahan and Stump, 2003).

2.2. Defekasi

2.2.1.Definisi Defekasi

Defekasi adalah proses pengeluaran kotoran atau pengeluaran tinja dari rektum. Defekasi normalnya muncul 3 kali sehari sampai 3 kali seminggu. Kurang dari 3 kali seminggu diindikasikan konstipasi dan lebih dari 3 kali sehari diindikasikan diare (Tresca, 2009). Kolon dalam keadaan normal menyerap sebagian garam dan H2O. Natrium adalah zat yang paling aktif diserap dan Cl- mengikuti secara pasif penurunan gradien listrik serta H2O mengikuti secara osmotis. Bakteri di kolon mensintesis sebagian vitamin yang dapat diserap oleh kolon, tetapi dalam keadaan normal jumlahnya tidak bermakna, kecuali pada kasus vitamin K (Sherwood, 2001).

Melalui penyerapan garam dan H2O terbentuk massa feses yang padat. Dari 500 ml bahan yang masuk ke kolon setiap harinya, kolon dalam keadaan normal menyerap sekitar 350 ml, meninggalkan 150 g feses untuk dikeluarkan dari tubuh setiap hari. Bahan feses terdiri dari 100 g H2O dan 50 g bahan padat yang terdiri dari selulosa, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil garam. Produk-produk sisa utama yang diekskresikan di feses adalah bilirubin. Konstituen feses lainnya adalah residu makanan yang tidak diserap dan bakteri-bakteri yang pada dasarnya tidak pernah menjadi bagian dari tubuh (Sherwood, 2001).

2.2.2.Proses Defekasi

Pada sebagian besar waktu, rektum tidak berisi feses. Sebagian hal ini akibat dari kenyataan bahwa terdapat sfingter fungsional yang lemah sekitar 20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan rektum. Disini terdapat


(38)

juga sebuah sudut tajam yang menambah resistensi terhadap pengisian rektum (Guyton and Hall, 2007).

Bila pergerakan massa mendorong feses masuk ke dalam rektum, segera timbul keinginan untuk defekasi, termasuk refleks kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus (Guyton and Hall, 2007).

Pendorongan massa feses yang terus-menerus melalui anus dicegah oleh konstriksi tonik dari (1) sfingter ani internus,penebalan otot polos sirkular sepanjang beberapa sentimeter yang terletak tepat di sebelah dalam anus, dan (2) sfingter ani eksternus, yang terdiri dari otot lurik volunter yang mengelilingi sfingter internus dan meluas ke sebelah distal. Sfingter eksternus diatur oleh serabut-serabut saraf dalam nervus pudensus, yang merupakan bagian dari sistem saraf somatis dan karena itu di bawah pengaruh volunter, dalam keadaan sadar atau setidaknya bawah sadar, sfingter eksternal biasanya terus-menerus mengalami konstriksi kecuali bila ada impuls kesadaran yang menghambat konstriksi (Guyton and Hall, 2007).

Biasanya, defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi. Satu dari refleks-refleks ini adalah refleks-refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam dinding rektum. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltik di dalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus. Sewaktu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang bersamaan, terjadilah defekasi (Guyton and Hall, 2007).

2.2.3.Komposisi Feses

Untuk komposisi feses, normalnya feses terdiri atas tiga perempat air dan seperempat bahan-bahan padat yang tersusun atas 30 persen bakteri mati, 10 sampai 20 persen lemak, 10 sampai 20 persen bahan inorganik, 2 sampai 3 persen


(39)

protein,dan 30 persen serat-serat makanan yang tidak dicerna dan unsur-unsur kering dari getah pencernaan, seperti pigmen empedu dan sel-sel epitel yang terlepas (Guyton and Hall, 2007).

2.3. Konstipasi

2.3.1.Definisi Konstipasi

Konstipasi adalah frekuensi yang tidak teratur atau susah dalam pengeluaran buang air besar/kotoran. Satu penilaian objektif mendefinisikan konstipasi/sembelit sebagai suatu keadaan di mana: (1)Buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu, sedangkan orang tersebut telah mengkonsumsi serat cukup tinggi, (2) Lebih dari tiga hari tanpa ada buang air besar, atau (3) Buang air besar setiap hari tetapi kurang dari 35 gram (Mahan and Stump, 2003).

2.3.2.Etiologi Konstipasi

Penyebab paling umum dari konstipasi adalah kebiasaan yang jelek, seperti kurangnya respons berulang terhadap dorongan untuk buang air besar, kurangnya serat dalam diet, kurang asupan cairan, dan kehilangan nada dalam otot-otot usus. Terlalu sering menggunakan obat pencahar, ketegangan saraf, gugup, faktor perilaku dan kepribadian merupakan penyebab paling sering (Mahan and Stump, 2003).

Kontipasi kronis juga mungkin akibat dari berbagai gangguan metabolik seperti diuraikan dalam tabel 2.5.

Tabel 2.5. Penyebab-Penyebab Konstipasi

Sistemik

• Efek samping dari tindakan pengobatan


(40)

hiperkalsemia

• Kurang beraktifitas/olahraga

• Mengabaikan atau menahan keinginan/dorongan buang air besar • Penyakit vaskular pada usus

• Penyakit neuromuskular sistemik sehingga terjadi defisiensi otot volunter • Kurang mengkonsumsi atau diet rendah serat

• Hamil

Tabel 2.5. Penyebab-Penyebab Konstipasi (lanjutan)

Gastrointestinal

Penyakit-penyakit yang ada di saluran gastrointestinal atas • Celiac sprue

Tukak duodenal (duodenal ulcer) Kanker lambung (gastric cancer) Cystic fibrosis

Penyakit-penyakit yang ada di usus besar:

Kegagalan proses pendorongan di sepanjang usus besar (colon inertia) Kegagalan proses perlintasan sampai struktur anorektal (outlet

obstruction) Irritable bowel syndrome Fisura anal atau Hemoroid

Penyalahgunaan laxative/obat pencahar.

Sumber: Food,Nutrition and Diet Therapy (W.B.Saunders, 2003)

2.3.3.Patofisiologi Konstipasi

Ketika serat cukup dikonsumsi, kotoran/feses akan menjadi besar dan lunak karena serat-serat tumbuhan dapat menarik air, kemudian akan


(41)

menstimulasi otot dan pencernaan dan akhirnya tekanan yang digunakan untuk pengeluaran feses menjadi berkurang (Wardlaw, Hampl, and DiSilvestro, 2004).

Ketika serat yang dikonsumsi sedikit, kotoran akan menjadi kecil dan keras. Konstipasi akan timbul, dimana dalam proses defekasi terjadi tekanan yang berlebihan dalam usus besar. Tekanan tinggi ini dapat memaksa bagian dari dinding usus besar (kolon) keluar dari sekitar otot, membentuk kantong kecil yang disebut divertikula. Hemoroid juga bisa sebagai akibat dari tekanan yang berlebihan saat defekasi (Wardlaw, Hampl, and DiSilvestro, 2004). Hampir 50% dari pasien dengan penyakit divertikular atau anorektal, ketika ditanya, menyangkal mengalami konstipasi/sembelit. Namun, hampir semua pasien ini memiliki gejala ketegangan atau kejarangan defekasi (Basson, 2010).

Hemoroid adalah dilatasi varises pleksus vena submukosa anus dan perianus. Dilatasi ini sering terjadi setelah usia 50 tahun yang berkaitan dengan peningkatan tekanan vena di dalam pleksus hemoroidalis (Kumar, Cotran, and Robbin, 2007). Faktor resiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah, peningkatan tekanan intraabdomen karena tumor, kehamilan, usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau akut berlebihan, hubungan seks perianal, kurang minum air, kurang makanan berserat, kurang olahraga dan imobilisasi (Simadibrata, 2006).

2.3.4.Diagnosis dan Pemeriksaan Fisik Konstipasi

Hal yang mendasar dalam melakukan diagnosa kontipasi adalah identitas diri atau pasien, dimana semakin tua umur pasien maka semakin beresiko untuk menderita konstipasi. Tanyakan riwayat pasien sejak kapan ia mengalami gangguan dalam pengeluaran buang air besar. Tanyakan riwayat konsumsi makanan sehari-sehari pasien, dimana konsumsi seperti alkohol, kopi, teh dan produk-produk susu dapat menyebabkan konstipasi pada beberapa individu. Tanyakan juga riwayat pemakaian obat-obatan dan riwayat penyakit yang diderita oleh pasien (Basson, 2010).

Untuk pemeriksaan fisik, yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan abdomen. Lihat apakah ada suatu distensi dinding abdomen yang bias disebabkan


(42)

oleh tumor atau penumpukan kotoran di dalam kolon, selain itu perut yang besar juga dapat diindikasikan adanya suatu hernia. Pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan pelvik (lebih sering pada wanita) dan pemeriksaan anorektal (Basson, 2010).

2.3.5.Penatalaksanaan Konstipasi

Konstipasi dapat diatasi dengan mengembangkan kebiasaan keteraturan melalui program pelatihan dan usus dengan membentuk kebiasaan kesehatan yang baik seperti makan dengan teratur, diet yang memadai, menyediakan serat yang cukup, waktu yang cukup untuk eliminasi, istirahat, relaksasi,cukup asupan cairan, dan olahraga (Mahan and Stump, 2003).

Sebuah bagian penting dari pengobatan untuk pasien dengan konstipasi adalah penyediaan diet normal yang tinggi serat, baik larut dan tidak larut. Diet rendah serat menyebabkan waktu transit yang lama melalui usus, memungkinkan penyerapan air yang berlebihan dan pembentukan kotoran mengeras. Efek utama serat makanan pada fungsi usus telah dikaitkan dengan kapasitas menahan air, yang dapat mengakibatkan peningkatan dalam jumlah besar feses dan menyebabkan efek peregangan pada usus besar, merangsang dorongan untuk defekasi. Bagaimanapun, hal ini terjadi sebagai efek stimulasi yang berasal dari asam lemak volatil rantai pendek yang dihasilkan dari serat oleh aksi bakteri di usus besar. Konsumsi serat setidaknya 25 gram setiap harinya,yang dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan dan gandum. Gandum efektif dalam proses pembentukan feses dan mencegah konstipasi. Konsumsi gandum ini harus lebih ditingkatkan, yaitu dari 1 sendok teh/hari menjadi 4-6 sendok makan/hari, diiringi dengan masukan air yang juga lebih ditingkatkan (Mahan and Stump, 2003).

2.4. Pengetahuan

2.4.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.


(43)

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang /overt behavior (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini , dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Sebagai contoh dapat ditemukan disini, mahasiswa mempelajari mata kuliah gizi dan fisiologis tubuh sehingga mahasiswa mengetahui makna dan tujuan dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007).

2.4.2. Domain Kognitif Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Notoatmodjo, 2007).


(44)

Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ’tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2007).

Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain (Notoatmodjo, 2007).

Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Sintesis (syntesis) menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada (Notoatmodjo, 2007).

Evaluasi (Evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kiteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).


(45)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2007).


(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2. Definisi Operasional

1. Definisi Operasional

3.2.1. Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Adalah mahasiswa putra dan putri yang sedang dan masih aktif menjalani pendidikan akademis di Universitas Sumatera Utara, dan berstatus sebagai mahasiswa-mahasiswi USU terhitung sejak tahun akademis 2010.

3.2.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan gambaran ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

3.2.3. Makanan Berserat

Makanan berserat adalah makanan yang mengandung bahan residu sel tanaman yang tidak dapat dihidrolisis (diuraikan) oleh enzim pencernaan manusia dalam suasana keasaman lambung. Serat memiliki dua kategori yang terbagi atas soluble fiber dan insoluble fiber.

Mahasiswa

Universitas Sumatera Utara

Pengetahuan mengenai serat makanan :

- Pengertian - Jenis-jenis - Manfaat


(47)

2. Cara ukur : Angket

3. Alat ukur : Kuesioner dalam bentuk tertutup, pertanyaan yang diajukan sebanyak 18 pertanyaan dengan dua pilihan jawaban :

- Jawaban yang benar dan “Ya” diberi skor 1 - Jawaban yang salah dan “Tidak” diberi skor 0 4. Kategori :

Berdasarkan atas kemampuan menjawab 18 item pertanyaan gambaran pengetahuan dan hasil ukur diperoleh sistem skoring dengan memakai skala menurut Nawawi (1992) dan Arikunto (1995), maka dinyatakan:

1. Pengetahuan sangat baik (total skor 14-18) atau (75%-100%) 2. Pengetahuan sedang (total skor 10-13) atau (50%-74%) 3. Pengetahuan kurang (total skor <10) atau (<50%) 5. Skala pengukuran : ordinal


(48)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan design cross sectional. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu yang artinya tiap subjek hanya diobservasi satu kali. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran pengetahuan mahasiswa Universitas Sumatera Utara

angkatan 2010 terhadap asupan makanan berserat dalam melancarkan buang air besar.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di poliklinik Universitas Sumatera Utara.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dari fakultas golongan non medis angkatan 2010 yang berada di wilayah penelitian yaitu lingkungan Universitas Sumatera Utara. Populasi pada penelitian ini diperkirakan berjumlah 4531 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel pada peneltian ini adalah sebagian dari mahasiswa/i angkatan 2010 dari fakultas golongan non medis Universitas Sumatera Utara. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah consecutive sampling dengan studi deskriptif,dimana semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan


(49)

dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi dan dalam kurun waktu yang tidak begitu singkat (Sastroasmoro, 2010). Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus:

K eterangan:

= Besar sampel minimum N = Jumlah populasi

d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir

=

Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P = Harga proporsi di populasi

4.3.3. Perhitungan Sampel

Dengan tingkat kepercayaan relatif sebesar 90% dan kelonggaran penelitian atau kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 10% (0.1) serta jumlah populasi sebanyak 4531 orang, maka jumlah sampel yang diperoleh adalah sebagai berikut :

≈ 94 orang


(50)

Berikut kriteria yang termasuk dalam penelitian ini:

Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara fakultas non medis angkatan 2010 dan bersedia menjadi responden

Kriteria Eksklusi

1. Mahasiswa/i yang mengisi kuesioner tidak lengkap.

2. Mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara angkatan 2009 ke bawah.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan, diperoleh langsung dari subjek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dari hasil kuesioner yang disebar pada responden. Kemudian kuesioner yang telah diisi, dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya oleh peneliti untuk diolah dan dianalisis.

4.4.1. Uji Validitas dan reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan program SPSS. Sampel dalam uji validitas ini memiliki karakter yang sama dengan sampel dalam penelitian ini, yaitu siswa-siswi SMA yang akan menjalani ujian Seleksi

Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri . Jumlah sampel yang digunakan dalam uji validitas ini adalah 30 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada table 4.1.


(51)

Tabel 4.1 Uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Variabel Nomor pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,791 Valid 0,911 Reliabel

2 0,371 Valid Reliabel

3 0,616 Valid Reliabel

4 0,722 Valid Reliabel

5 0,589 Valid Reliabel

6 0,646 Valid Reliabel

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 0,845 0,788 0,436 0,750 0,831 0,682 0,735 0,852 0,773 0,735 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel


(52)

Tabel 4.1 Uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Variabel Nomor pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 17 0,674 Valid 0,911 Reliabel

18 0,553 Valid Reliabel

4.5. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari hasil kuesioner diubah menjadi data kuantitatif dalam bentuk skor nilai. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dilakukan pengolahan. Langkah-langkah dalam pengolahan data tersebut adalah : (1) Editing, yaitu langkah untuk meneliti apakah isian kuesioner sudah lengkap atau belum; (2) Coding, yaitu suatu usaha memberikan kode/tanda pada jawaban-jawaban responden atas pertanyaan yang ada pada kuesioner sehingga memudahkan proses komputer nantinya; (3) Entry data, yaitu memasukkan data melalui program komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution); (4) Cleaning, yaitu pembersihan data atau meneliti kembali data yang sudah ada, apakah ada kesalahan atau tidak; (5) Saving, yaitu penyimpanan data untuk siap dianalisis; dan (6) Analisis data.

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan teknik deskriptif, yaitu data dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution).


(53)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi

Penelitian dilakukan di di dalam lingkungan Universitas Sumatera Utara, yaitu poliklinik Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara terletak di jalan Dr.Mansyur Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Adapun batas-batas wilayah dari Kecamatan Medan Baru:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka, Kecamatan Medan Baru

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan Selayang • Sebelah Timur berbatasan dengan jalan Djamin Ginting

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan

5.1.2. Deskripsi Karateristik Responden

Hasil Penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 tentang Asupan Makanan Berserat terhadap Kelancaran Buang Air Besar”, kuesioner diberikan kepada 94 mahasiswa/i . Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden yang terpilih adalah laki-laki (51.1%)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.


(54)

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 48 51.1

Perempuan 46 48.9

Total 94 100.0

.

5.1.2. Distribusi Pengetahuan Responden

Setelah dilakukan penelitian dengan metode cross-sectional menggunakan instrumen kuesioner, didapatkan distribusi gambaran pengetahuan mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara tentang makanan berserat pada gambar 5.1.

51.1%

19.1%


(55)

Gambar 5.1 Diagram distribusi frekuensi gambaran pengetahuan mahasiswa tentang makanan berserat

Dari gambar 5.1 dapat dilihat tingkat pengetahuan dengan persentase paling tinggi, yaitu 51.1% adalah tingkat pengetahuan dengan kategori ”rendah”. Tingkat pengetahuan dengan kategori ”tinggi” adalah sebesar 19.1% dan tingkat pengetahuan dengan kategori ”sedang” adalah sebesar 29.8%.

Distribusi frekuensi jenis kelamin responden terhadap gambaran pengetahuan tentang makanan berserat adalah sebagai berikut:

Gambar 5.2 Grafik frekuensi jenis kelamin terhadap gambaran pengetahuan makanan berserat

12 17

19

6

11 2


(56)

Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa responden berjenis kelamin laki-laki terdapat 19 orang yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 17 orang memiliki tingkat pengetahuan sedang,dan 12 orang memiliki tingkat pengetahuan rendah.

Kemudian responden yang berjenis kelamin perempuan terdapat 6 orang yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 11 orang memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 29 orang memiliki tingkat pengetahuan rendah.

Sedangkan distribusi frekuensi tiap-tiap pertanyaan dari responden adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pertanyaan

No. Pertanyaan

Jawaban Responden Benar Salah

n % n %

1 Definisi makanan berserat 28 29.8 66 70.2

2 Jenis makanan berserat 75 79.8 19 20.2

3 Kebutuhan serat harian? 30 31.9 64 68.1

4 Makanan yang memiliki kandungan serat tertinggi 20 21.3 74 78.7 5 Jenis makanan yang mengandung karbohidrat 69 73.4 25 26.6 6 Kacang-kacangan merupakan golongan makanan berserat

atau tidak


(57)

7 Jenis sayuran yang memiliki kadar serat tertinggi 37 39.4 57 60.6 8 Jenis buah-buahan yang memiliki kadar serat tertinggi 35 37.2 59 62.8 9 Hubungan asupan makanan berserat setiap hari dengan

kelancaran buang air besar

86 91.5 8 8.5

10 Pengaruh kekurangan makanan berserat 69 73.4 25 26.6 11 Efek fisiologis (dalam tubuh) makanan berserat 51 54.3 43 45.7 12 Pengaruh konsumsi makanan berserat yang berlebihan 52 55.3 42 44.7 13 Perbedaan kebutuhan serat pada wanita dan pria 60 63.8 34 36.2 14 Yang dapat membantu kelancaran buang air besar 76 80.9 18 19.1 15 Pola buang air besar/defekasi normal 53 56.4 41 43.6

16 Definisi konstipasi 47 50.0 47 50.0

17 Persamaan atau perbedaan konstipasi dan ambeien/hemoroid

78 83.0 16 17.0

18 Penyebab-penyebab dari konstipasi 41 43.6 53 56.4


(58)

No. Teori Persentase Jawaban 1.

2.

Definisi makanan berserat Jenis-jenis makanan berserat

<30% >60% 3. Manfaat makanan beserat terhadap

kesehatan saluran cerna

>50%

5.2. Pembahasan

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi makanan berserat pada mahasiswa/mahasiswi adalah pengetahuan gizi. Seseorang yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik, diharapkan akan memiliki pola konsumsi yang baik dan benar pula.

Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil berdasarkan tabel Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang makanan berserat sebesar 51.1% responden memiliki pengetahuan “rendah”. Responden telah mengetahui jenis-jenis makanan berserat cukup baik. Hal ini dilihat berdasarkan tabel distribusi frekuensi pertanyaan nomor 2, pertanyaan nomor 5 dan pertanyaan nomor 6 yang berhubungan dengan jenis-jenis makanan berserat, didapatkan hasil sebanyak 79.8 %, 73.4% dan 60.6%. Serat makanan hanya ditemukan di produk buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian (Mahan and Stump, 2003).

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi pertanyaan nomor 9, terdapat nilai tertinggi yaitu sebanyak 91.5% responden menjawab benar. Dari pertanyaan tersebut dapat diketahui bahwa responden telah mengetahui sangat baik bahwa asupan makanan berserat setiap hari erat kaitannya terhadap kelancaran buang air besar. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi pertanyaan nomor 11, terdapat nilai sebanyak 54.3% responden menjawab benar. Dari pertanyaan tersebut dapat diketahui bahwa responden masih tergolong sedang dalam mengetahui peran makanan berserat dalam tubuh. Dari kedua pertanyaan tersebut, yaitu pertanyaan


(59)

nomor 9 dan nomor 11 menunjukkan seberapa besar responden mengetahui manfaat makanan berserat terhadap kesehatan saluran cerna.

Penyebab paling umum dari ketidaklancaran buang air besar atau konstipasi adalah kebiasaan yang jelek, seperti kurangnya respons berulang terhadap dorongan untuk buang air besar, kurangnya serat dalam diet, kurang asupan cairan, dan kehilangan nada dalam otot-otot usus. Beberapa penyakit yang kebanyakan muncul dipengaruhi oleh peningkatan kadar serat konsumsi keseharian, dinamakan konstipasi, diare, diverticulitis dan kanker kolorektal (Mahan and Stump, 2003). Cukup banyak remaja yang mengetahui bahwa makanan berserat dapat menurunkan resiko untuk terjadinya kanker kolorektal. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang telah dikemukakan oleh Kristina Emmy T (2008) yang menyatakan bahwa mayoritas remaja atau siswa SMP sebanyak 69 orang dari 90 orang yang diteliti mengetahui bahwa serat yang terdapat pada sayur dan buah dapat menurunkan resiko untuk terjadinya kanker usus.

Konstipasi yang dialami lansia cenderung dikarenakan konsumsi serat kurang dan aktifitas fisik kurang. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang telah dikemukakan oleh Lamseria Nababan (2008) yang menyatakan bahwa lansia pada kelurahan Pasar Onan Hurlang kabupaten Tapanuli Tengah yang mengalami konstipasi sebanyak 8 orang yang terdiri dari 4 orang lansia dengan konsumsi serat tidak cukup mengalami konstipasi dan 4 orang lansia yang konsumsi serat cukup tetap mengalami konstipasi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena stress maupun emosi, dapat juga dikarenakan penyebab lain seperti: aktifitas fisik yang kurang atau penyakit pada saluran cerna.

Hal serupa ditemukan juga pada penelitian di Panti Tresna Werdha Abdi Binjai yang dikemukakan oleh Widuri Sitepu (2003) menyatakan bahwa lansia mengkonsumsi serat tidak cukup sebanyak 7 orang dari 10 orang yang diteliti. Hal ini masih tergolong kurang sehingga lansia tersebut cenderung mengalami konstipasi.


(60)

Adapun terdapat nilai yang seimbang diperoleh berdasarkan tabel distribusi frekuensi pertanyaan nomor 16, yaitu terdapat nilai sebanyak 50% responden menjawab benar dan 50% responden menjawab salah. Hal tersebut menunjukkan pengetahuan mahasiswa tentang pengertian konstipasi tidak tergolong kurang dan tidak tergolong tinggi juga.

Walaupun responden telah mengetahui sangat baik tentang makanan berserat berpengaruh terhadap kelancaran buang air besar, tetapi responden tergolong kurang dalam mengetahui pengertian dari makanan berserat itu sendiri dan kandungan makanan berserat tertinggi terdapat pada bahan dasar apa. Dapat dilihat berdasarkan tabel distribusi frekuensi pertanyaan nomor 1 dan pertanyaan nomor 4, terdapat nilai terendah sebesar 29.8% dan 21.3% responden yang menjawab benar. Hal ini disebabkan masih kurangnya informasi dan keingintahuan mahasiswa tentang pengertian sebenarnya dari makanan berserat tersebut dan masih banyak mahasiswa yang menganggap bahwa sayuran adalah bahan makanan yang mengandung serat paling tinggi.

Adanya informasi dan penyuluhan bisa meningkatkan pengetahuan banyak masyarakat. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang telah dikemukakan oleh Khairunnisak (2008) yang menyatakan bahwa mayoritas remaja putri SMA Negeri I Julok Aceh sebanyak 17 orang dari 30 orang (56,7%) yang diteliti memiliki tingkat pengetahuan yang rendah sebelum dilakukan penyuluhan mengenai sayur dan buah. Hal tersebut terjadi akibat rendahnya penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik. Tetapi setelah dilakukan penyuluhan tentang sayur dan buah terhadap remaja putri menunjukkan hasil bahwa ada peningkatan pengetahuan remaja putri menjadi tingkat pengetahuan yang baik yaitu 100%. Sehingga dapat dikatakan ada pengaruh penyuluhan sayur dan buah terhadap pengetahuan remaja putri, yang artinya pengetahuan remaja putri dapat meningkat setelah dilakukan penyuluhan dibandingkan sebelum dilakukan penyuluhan.


(61)

Kebiasaan makan yang baik dapat menunjang tercapainya kecukupan gizi. Menurut Khumaidi (1994), kebiasaan makan dapat dipengaruhi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik atau faktor yang timbul dari dalam diri manusia seperti emosi, keadaan jasmani dan penilaian terhdap makanan. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia seperti lingkungan sosial, alam, diserap oleh tubuh, mampu mengikat cairan, kandungan pada serat tinggi sehingga serat berjasa membantu proses buang air besar secara teratur dan normal.


(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap gambaran pengetahuan mahasiswa Universitas Sumatera Utara tentang asupan makanan berserat berkaitan dengan kelancaran buang air besar, didapatkan hasil bahwa gambaran pengetahuan mahasiswa adalah “rendah”.

2. Dari hasil penelitian, didapat hanya kurang dari 30% responden mengetahui tentang pengertian atau definisi dari makanan berserat. 3. Dari hasil penelitian, didapat lebih dari 60% responden mengetahui

tentang jenis-jenis makanan berserat.

4. Dari hasil penelitian, didapat lebih dari 50% responden mengetahui tentang manfaat makanan berserat terhadap kesehatan saluran cerna.

6.2. Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan pada pihak fakultas bahwa perlu diadakan penyuluhan, peningkatan sarana, dan media untuk mahasiswa/i tentang pengertian makanan berserat, jenis- jenis makanan berserat, dan manfaat dari makanan berserat.

2. Peneliti juga menyarankan agar pengetahuan tentang makanan berserat ini diberikan sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 1995. Memilih Instrumen Pengumpul Data dalam Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arisman., 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. 64-66. Basson, M.D., 2010. Constipation. Available from:

March 2010].

Birch, G.G., and Parker, K.J., 2000. Bacteria, Dietary Fiber and Chronic Intestinal Disease. In: Hill, MJ., ed. Dietary Fiber. United Kingdom: Science

Publishers National College of Food Technology. 255-263.

Dunne, L.J., 2002. Nutrition Almanac. 5th ed. New York: McGraw-Hill. 137-138. Guyton, A.C., dan Hall, J.E., 2008. Propulsi dan Pencampuran Makanan dalam

Saluran Pencernaan. In: Rachman, LY., Hartanto, H., Novrianti, A., Wulandari, N., ed. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC. 830 dan 858.

K Simadibrata, M., 2007. Hemoroid. In: Sudoyo AW., Setiyohadi, B., Alwi, I., K Simadibrata, M., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat-Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 397.

Khairunnisak., 2008. Pengaruh Penyuluhan Sayur dan Buah terhadap

Pengetahuan Remaja Putri SMAN 1 Julok Kabupaten Aceh Timur NAD. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara. Khumaidi., 1994. Pola Konsumsi Sayur dan Buah dalam Memenuhi Angka

Kecukupan Serat pada Siswa SMP Negeri 2 Kisaran tahun 1994. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Mahan, K.L., and Stump, S.E., 2003. Krause’s Food,Nutrition and Diet Therapy. 11th ed. USA: W.B.Saunders. 38-42 and 456-465.

Makmun, D., 2007. Manajemen Konstipasi, International Digestive Disease. Available from: [Accesed 30 Maret 2010].


(64)

Nababan, L., 2008. Konsumsi Serat dan Kejadian Konstipasi pada Kelompok Lansia di Kelurahan Pasar Onan Hurlang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2007. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Nawawi, H. H., Hadari H. M. M., 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Robbins, C., dan Kumar., 2007. Buku Ajar Patologi. 7th ed. Jakarta: EGC. 635 Sastroasmoro, S., 2010. Pemilihan Subyek Penelitian. In: Sastroasmoro, S.,

Ismael, S., ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto. 79-90.

Sediaoetama, A.D., 2000. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

Shils, M.E., Shike, M., Olson, J., and Ross, C., 2005. Fiber and Other Dietary Factors Affecting Nutrient Absorption and Metabolism. In: Jenkins, DJA., Wolever, TMS., Jenkins, AL., ed. Modern Nutrition in Health and

Disease. 10th ed. USA: Lippincott Williams and Wilkins. 679-689.

Sitepu, W., 2003. Angka Konsumsi Serat pada Lansia Panti Tresna Werdha Abdi Binjai tahun 2003. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

T Emmy, K., 2008. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Konsumsi Sayur dan Buah pada Siswa SMP Negeri 3 Pematang Siantar tahun 2008. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Tresca, A.J., 2009. Normal Bowel Movement. Available from:

April 2010].

Waluyo, K., dan Irianto, K., 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: CV.Yrama Widya. 46-48.


(65)

Wardlaw, G.M., Hampl, J.S., and DiSilvestro, R.A., 2004. Dietary Fiber. In: Meyers, L.M., ed. Perspectives in Nutrition. 6th ed. New York: McGraw-Hill. 151-158.

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta Timur: Bamboedoea Communication.

Waspadji, S., dan Suyono, S., 2003. Pengkajian Status Gizi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. 10-11.


(66)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dina Afiani

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/19 Desember 1989

Agama : Islam

Alamat : Jalan Kasuari no.71 B, sei sikambing B Medan Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar Harapan 1 Medan (1995 – 2001)

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan (2001 – 2004)

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan (2004 – 2007)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2007 – sekarang)

Riwayat Organisasi : 1. Panitia PORSENI FK USU Tahun 2008-2009 2. Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru FK USU

Tahun 2010


(67)

LAMPIRAN 2

Lembar Penjelasan untuk Penelitian

“Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 tentang Asupan Makanan Berserat terhadap Kelancaran Buang Air Besar”

Saya, Dina Afiani, mahasiswi tingkat III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sedang melakukan penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 tentang Asupan Makanan Berserat terhadap Kelancaran Buang Air Besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 tentang asupan makanan berserat dalam melancarkan buang air besar.

Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, saya mohon kesediaan Anda dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini dengan benar dan sejujur-jujurnya, tanpa bekerja sama dengan orang lain. Setiap data yang terdapat dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian saja. Seandainya Anda menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak terdapat sanksi apapun.

Setelah memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, saya mengharapkan Anda dapat mengisi lembar persetujuan partisipasi dalam penelitian ini.

Medan., ...2010 Hormat saya,


(68)

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN DALAM PENELITIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini Nama :

Tanggal lahir :

Angkatan/Stambuk : Alamat :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 tentang Asupan Makanan Berserat terhadap Kelancaran Buang Air Besar”, dan setelah mendapat kesempatan untuk bertanya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitan tersebut.

Medan, ... Yang menyatakan,


(1)

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 19 20.2 20.2 20.2

Benar/Ya 75 79.8 79.8 100.0

Total 94 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 64 68.1 68.1 68.1

Benar/Ya 30 31.9 31.9 100.0

Total 94 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 74 78.7 78.7 78.7

Benar/Ya 20 21.3 21.3 100.0


(2)

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 25 26.6 26.6 26.6

Benar/Ya 69 73.4 73.4 100.0

Total 94 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 37 39.4 39.4 39.4

Benar/Ya 57 60.6 60.6 100.0

Total 94 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 57 60.6 60.6 60.6

Benar/Ya 37 39.4 39.4 100.0


(3)

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 59 62.8 62.8 62.8

Benar/Ya 35 37.2 37.2 100.0

Total 94 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 8 8.5 8.5 8.5

Benar/Ya 86 91.5 91.5 100.0

Total 94 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 25 26.6 26.6 26.6

Benar/Ya 69 73.4 73.4 100.0


(4)

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 43 45.7 45.7 45.7

Benar/Ya 51 54.3 54.3 100.0

Total 94 100.0 100.0

P12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah/Tidak/Tidak tahu 42 44.7 44.7 44.7

Benar/Ya 52 55.3 55.3 100.0

Total 94 100.0 100.0

P13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 34 36.2 36.2 36.2

Benar/Ya 60 63.8 63.8 100.0


(5)

Valid Salah/Tidak/Tidak tahu 18 19.1 19.1 19.1

Benar/Ya 76 80.9 80.9 100.0

Total 94 100.0 100.0

P15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 41 43.6 43.6 43.6

Benar/Ya 53 56.4 56.4 100.0

Total 94 100.0 100.0

P16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 47 50.0 50.0 50.0

Benar/Ya 47 50.0 50.0 100.0


(6)

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 16 17.0 17.0 17.0

Benar/Ya 78 83.0 83.0 100.0

Total 94 100.0 100.0

P18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah/Tidak/Tidak Tahu 53 56.4 56.4 56.4

Benar/Ya 41 43.6 43.6 100.0