Konstipasi 1.Definisi Konstipasi Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Tentang Asupan Makanan Berserat Terhadap Kelancaran Buang Air Besar

protein,dan 30 persen serat-serat makanan yang tidak dicerna dan unsur-unsur kering dari getah pencernaan, seperti pigmen empedu dan sel-sel epitel yang terlepas Guyton and Hall, 2007. 2.3. Konstipasi 2.3.1.Definisi Konstipasi Konstipasi adalah frekuensi yang tidak teratur atau susah dalam pengeluaran buang air besarkotoran. Satu penilaian objektif mendefinisikan konstipasisembelit sebagai suatu keadaan di mana: 1Buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu, sedangkan orang tersebut telah mengkonsumsi serat cukup tinggi, 2 Lebih dari tiga hari tanpa ada buang air besar, atau 3 Buang air besar setiap hari tetapi kurang dari 35 gram Mahan and Stump, 2003. 2.3.2.Etiologi Konstipasi Penyebab paling umum dari konstipasi adalah kebiasaan yang jelek, seperti kurangnya respons berulang terhadap dorongan untuk buang air besar, kurangnya serat dalam diet, kurang asupan cairan, dan kehilangan nada dalam otot-otot usus. Terlalu sering menggunakan obat pencahar, ketegangan saraf, gugup, faktor perilaku dan kepribadian merupakan penyebab paling sering Mahan and Stump, 2003. Kontipasi kronis juga mungkin akibat dari berbagai gangguan metabolik seperti diuraikan dalam tabel 2.5. Tabel 2.5. Penyebab-Penyebab Konstipasi Sistemik • Efek samping dari tindakan pengobatan • Abnormalitas metabolik dan endokrin,seperti hipotiroid,uremia,dan Universitas Sumatera Utara hiperkalsemia • Kurang beraktifitasolahraga • Mengabaikan atau menahan keinginandorongan buang air besar • Penyakit vaskular pada usus • Penyakit neuromuskular sistemik sehingga terjadi defisiensi otot volunter • Kurang mengkonsumsi atau diet rendah serat • Hamil Tabel 2.5. Penyebab-Penyebab Konstipasi lanjutan Gastrointestinal Penyakit-penyakit yang ada di saluran gastrointestinal atas • Celiac sprue • Tukak duodenal duodenal ulcer • Kanker lambung gastric cancer • Cystic fibrosis Penyakit-penyakit yang ada di usus besar: • Kegagalan proses pendorongan di sepanjang usus besar colon inertia • Kegagalan proses perlintasan sampai struktur anorektal outlet obstruction Irritable bowel syndrome Fisura anal atau Hemoroid Penyalahgunaan laxativeobat pencahar. Sumber: Food,Nutrition and Diet Therapy W.B.Saunders, 2003 2.3.3.Patofisiologi Konstipasi Ketika serat cukup dikonsumsi, kotoranfeses akan menjadi besar dan lunak karena serat-serat tumbuhan dapat menarik air, kemudian akan Universitas Sumatera Utara menstimulasi otot dan pencernaan dan akhirnya tekanan yang digunakan untuk pengeluaran feses menjadi berkurang Wardlaw, Hampl, and DiSilvestro, 2004. Ketika serat yang dikonsumsi sedikit, kotoran akan menjadi kecil dan keras. Konstipasi akan timbul, dimana dalam proses defekasi terjadi tekanan yang berlebihan dalam usus besar. Tekanan tinggi ini dapat memaksa bagian dari dinding usus besar kolon keluar dari sekitar otot, membentuk kantong kecil yang disebut divertikula. Hemoroid juga bisa sebagai akibat dari tekanan yang berlebihan saat defekasi Wardlaw, Hampl, and DiSilvestro, 2004. Hampir 50 dari pasien dengan penyakit divertikular atau anorektal, ketika ditanya, menyangkal mengalami konstipasisembelit. Namun, hampir semua pasien ini memiliki gejala ketegangan atau kejarangan defekasi Basson, 2010. Hemoroid adalah dilatasi varises pleksus vena submukosa anus dan perianus. Dilatasi ini sering terjadi setelah usia 50 tahun yang berkaitan dengan peningkatan tekanan vena di dalam pleksus hemoroidalis Kumar, Cotran, and Robbin, 2007. Faktor resiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah, peningkatan tekanan intraabdomen karena tumor, kehamilan, usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau akut berlebihan, hubungan seks perianal, kurang minum air, kurang makanan berserat, kurang olahraga dan imobilisasi Simadibrata, 2006. 2.3.4.Diagnosis dan Pemeriksaan Fisik Konstipasi Hal yang mendasar dalam melakukan diagnosa kontipasi adalah identitas diri atau pasien, dimana semakin tua umur pasien maka semakin beresiko untuk menderita konstipasi. Tanyakan riwayat pasien sejak kapan ia mengalami gangguan dalam pengeluaran buang air besar. Tanyakan riwayat konsumsi makanan sehari-sehari pasien, dimana konsumsi seperti alkohol, kopi, teh dan produk-produk susu dapat menyebabkan konstipasi pada beberapa individu. Tanyakan juga riwayat pemakaian obat-obatan dan riwayat penyakit yang diderita oleh pasien Basson, 2010. Untuk pemeriksaan fisik, yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan abdomen. Lihat apakah ada suatu distensi dinding abdomen yang bias disebabkan Universitas Sumatera Utara oleh tumor atau penumpukan kotoran di dalam kolon, selain itu perut yang besar juga dapat diindikasikan adanya suatu hernia. Pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan pelvik lebih sering pada wanita dan pemeriksaan anorektal Basson, 2010. 2.3.5.Penatalaksanaan Konstipasi Konstipasi dapat diatasi dengan mengembangkan kebiasaan keteraturan melalui program pelatihan dan usus dengan membentuk kebiasaan kesehatan yang baik seperti makan dengan teratur, diet yang memadai, menyediakan serat yang cukup, waktu yang cukup untuk eliminasi, istirahat, relaksasi,cukup asupan cairan, dan olahraga Mahan and Stump, 2003. Sebuah bagian penting dari pengobatan untuk pasien dengan konstipasi adalah penyediaan diet normal yang tinggi serat, baik larut dan tidak larut. Diet rendah serat menyebabkan waktu transit yang lama melalui usus, memungkinkan penyerapan air yang berlebihan dan pembentukan kotoran mengeras. Efek utama serat makanan pada fungsi usus telah dikaitkan dengan kapasitas menahan air, yang dapat mengakibatkan peningkatan dalam jumlah besar feses dan menyebabkan efek peregangan pada usus besar, merangsang dorongan untuk defekasi. Bagaimanapun, hal ini terjadi sebagai efek stimulasi yang berasal dari asam lemak volatil rantai pendek yang dihasilkan dari serat oleh aksi bakteri di usus besar. Konsumsi serat setidaknya 25 gram setiap harinya,yang dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan dan gandum. Gandum efektif dalam proses pembentukan feses dan mencegah konstipasi. Konsumsi gandum ini harus lebih ditingkatkan, yaitu dari 1 sendok tehhari menjadi 4-6 sendok makanhari, diiringi dengan masukan air yang juga lebih ditingkatkan Mahan and Stump, 2003. 2.4. Pengetahuan 2.4.1. Definisi Pengetahuan