Dari fenomena dan teori yang diungkapkan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang dividen. Penelitian ini membatasi penelitian
terhadap faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio, yaitu Return on Asset ROA, Debt to Equity Ratio DER, Current Ratio CR dan Firm Size FS.
Selanjutnya penelitian ini diberi judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Dividend Payout Ratio Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Return on Asset ROA, Debt to Equity Ratio DER, Current
Ratio CR, Firm Size FS berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio DPR Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Return on Asset ROA, Debt to Equity Ratio DER, Current Ratio CR, Firm Size FS
berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio DPR Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1.
Investor dan Calon Investor Sebagai masukan dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual
saham sehubungan dengan harapannya terhadap dividen yang dibagikan perusahaan.
2. Perusahaan Emiten
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terhadap kebijakan dividen agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
3. Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan, serta informasi mengenai kebijakan dividen, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Dividen
Payout Ratio Saham LQ45. 4.
Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan kebijakan dividen.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Dividen
Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan retained earnings yang ditahan sebagai cadangan
perusahaan. Menurut Hanafi 2004:112, dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen ini untuk
dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan rapat umum anggota pemegang saham dan jenis
pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan. Stice et al., 2004: 902 mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham
perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.
Menurut Brigham dan Houston 2001:84 prosedur pembayaran dividen antara lain:
a. Tanggal pengumuman declaration date
Tanggal deklarasi, yaitu tanggal pada saat dividen secara resmi diumumkan oleh Dewan Direksi.
b. Tanggal pencatatan pemegang saham holder of record date Tanggal pencatatan, yaitu tanggal yang menunjukkan kapan buku transfer
ditutup untuk menentukan investor mana yang akan menerima pembayaran
Universitas Sumatera Utara
dividen. Biasanya tanggal pencatatan adalah 2 atau 3 minggu setelah tanggal pengumuman, pada tanggal tersebut disiapkan daftar pemegang saham saat itu.
c. Tanggal ex-dividen ex-dividend date Tanggal ex-dividen, yaitu tanggal dimana saham diperdagangkan tanpa hak
menerima dividen, dalam teori tanggal ex-dividen adalah tanggal setelah tanggal pencatatan. Namun, dalam praktik pasar modal memajukan tanggal
pencatatan untuk memberikan kesempatan pemindahan kepemilikan saham. d. Tanggal pembayaran
Tanggal pembayaran, yaitu merupakan tanggal saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai hak atas
dividen. Jadi pada tanggal tersebut, para investor sudah dapat mengambil dividen sesuaidengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten
dividen tunaidividen saham. Menurut Baridwan 2001:434 dividen yang akan dibagikan oleh
perusahaan dapat terbagi dalam beberapa jenis, yaitu: a.
Dividen kas Dividen yang paling umum dibagikan oleh perusahaan adalah dalam bentuk
kas. Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas ialah apakah jumlah uang kas yang ada
mencukupi untuk pembagian dividen kas ini dibuat pada tanggal pengumuman dan pembayaran.
Universitas Sumatera Utara
b. Dividen aktiva selain kas
Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas, dividen dalam bentuk ini disebut Property Dividends. Aktiva yang dibagikan bisa
berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat
dividen yang diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut. Akan tetapi perusahaan yang membagi Property Dividends akan mencatat dividen ini
sebesar nilai buku aktiva yang dibagikan. c.
Dividen utang Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk
pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak mencukupi. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan Scrip Dividens. Yaitu janji tertulis
untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. d.
Dividen likuidasi Yang dimaksud dividen likuidasi adalah dividen sebagian merupakan
pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dicatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai pengurang modal
saham. Dalam perusahaan yang memiliki wasting assets yang tidak akan diganti, bisa membagi dividen likuidasi secara periodik.
e. Dividen saham
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham
yang dimilikinya. Dividen saham bisa dibagikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Dividen saham berupa saham yang jenisnya sama, misalnya dividen saham
biasa untuk pemegang saham biasa, atau dividen saham prioritas, disebut saham biasa
2. Dividen saham berupa saham yang jenisnya berbeda, misalnya dividen
saham prioritas untuk pemegang saham biasa atau dividen saham biasa untuk pemegang saham prioritas, disebut dividen saham spesial.
2.1.2 Jenis-jenis Kebijkan Dividen
Jenis-jenis kebijakan dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham ditinjau dari jumlah yang dibayarkan, terdiri dari Sundjaja dan Barlian
2002: 342: 1.
Kebijakan dividen dengan rasio pembayaran konstan Merupakan kebijakan dividen yang didasarkan dengan persentase tertentu dari
pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik setiap periode pembagian dividen. Masalah dengan kebijakan ini adalah jika pendapatan perusahaan turun atau
rugi pada suatu periode tertentu maka dividen menjadi rendah atau tidak ada. Karena deviden merupakan indikator dari kondisi perusahaan yang akan datang
maka mungkin dapat berdampak buruk terhadap harga saham. 2.
Kebijakan dividen teratur Merupakan kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen
dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode. 3.
Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra Merupakan kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah
yang teratur, ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. Jika
Universitas Sumatera Utara
pendapatan lebih tinggi dari biasanya pada periode tertentu, perusahaan boleh membayar tambahan dividen. Dengan dividen rendah tapi teratur dibayar
setiap periode, perusahaan memberi investor pendapatan stabil yang dibutuhkan untuk membangun kepercayaan pada perusahaan dan dividen
ekstra diberikan sebagai pembagian hasil pada periode yang baik.
2.1.3 Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga dapat dijadikan
pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu. Ada 3 tiga teori tentang kebijakan dividen Brigham dan Houston, 2001: 315 :
1. Dividend Irrelevance Theory Dividen Tidak Relevan
Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya
modalnya. Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut tidak relevan. Pendukung dari tidak relevannya kebijakan
dividen adalah Modigliani-Miller MM. Mereka berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan dividen itu memang tidak mempengaruhi harga saham
maupun kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dan asset perusahaan tersebut.
Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk
dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Teori Bird in The Hand
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon 1959 dan John Lintner 1956 dalam Brigham dan Houston, 2001: 315 yang berpendapat bahwa
ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan
modal capital gain yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen. Gordon dan Litner berpendapat
bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal. MM
dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividen, yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara
dividen dengan keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai kekeliruan bird-in-the-hand, yakni: mendasarkan pada pemikiran bahwa
investor memandang satu burung di tangan lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai dividend payout
ratio yang tinggi akan mempunyai nilai perusahaan yang tinggi pula. Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan
untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari
arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen.
Universitas Sumatera Utara
3. Teori Preferensi Pajak
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang
tinggi, yaitu: 1.
Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan dividen. Untuk itu investor yang kaya yang memiliki sebagian besar saham
mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan
kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.
2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada
efek nilai waktu. 3.
Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.
Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian
para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya
tinggi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan dividen menurut Sjahrial 2002, 311 antara lain:
1. Posisi likuiditas perusahaan
Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan. 2.
Kebutuhan dana untuk membayar hutang Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya
yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil. 3.
Rencana perluasan usaha Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat
dibayarkan untuk dividen. 4.
Pengawasan terhadap perusahaan Kebijakan pembiayaan: untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber
intern antara lain laba. Dengan pertimbangan apabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok pemegang
saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen Sundjaja
dan Barlian, 2002: 339: 1.
Peraturan hukum a.
Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba-laba tahun yang lalu dan laba tahun berjalan.
Universitas Sumatera Utara
b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para
kreditur dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal. c.
Peraturan mengenai tidak mampu membayar. Peruahaan boleh tidak membayar dividen jika tidak mampu bankrut atau jumlah utang lebih
banyak daripada jumlah harta. 2.
Posisi likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan
untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang-
barang lainnya. Bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu, suatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak membayar
dividen karena keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang sedang tumbuh biasanya kekurangan dana. Dalam situasi seperti itu mungkin
perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam bentuk uang tunai.
3. Membayar pinjaman
Bila perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh
tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya
harus ada laba ditahan.
Universitas Sumatera Utara
4. Kontrak pinjaman
Kontrak pinjaman apalagi menyangkut pinjaman jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.
5. Pengembangan aktiva
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang
dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan tidak dibayarkan.
6. Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan pemegang saham baik ditanamkan kembali
didalam perusahaan maupun ditempat lain. 7.
Stabilitas keuntungan Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan
bagaimana keuntunngan dikemudian hari. Maka perusahaan seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntunannya dalam bentuk dividen
dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.
8. Pasar modal
Perusahaan besar dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau mudah memperoleh
macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya.
Universitas Sumatera Utara
9. Kendali perusahaan
Jika perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern maka pembayaran dividen akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan atas
pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasa akan mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh golongan pemegang saham.
Selain itu, penjualan saham tambahan akan memperbesar resiko berfluktuasinya keuntungan bagi para pemegang saham.
10. Keputusan kebijakan dividen
Hampir semua perusahaan ingin mempertahankan dividen per saham pada tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan
dengan naiknya keuntungan. Artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar tampak cukup
permanen.
2.2 Dividend Payout Ratio
Rasio pembayaran dividen dividend payout ratio menentukan jumlah laba yang dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber
pendanaan Pribadi dan Sampurno, 2012. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham yang berupa dividen kas.
Apabila laba yang ditahan untuk keperluan operasional perusahaan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil.
Sebaliknya jika perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal tersebut akan mengurangi porsi laba ditahan dan mengurangi
sumber pendanaan intern. Namun, dengan lebih memilih membagikan laba
Universitas Sumatera Utara
sebagai dividen tentu saja akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan terus menanamkan sahamnya untuk
perusahaan tersebut. Dividend Payout Ratio =
Dividen Kas per Lembar Saham Laba per Lembar Saham
2.3 Profitabilitas