pada kepala, serta korban mengalami pendarahan yang banyak akibat luka- luka robek pada kepala dan dagu korban.
• Kematian korban diperkirakan antara 4 sampai 12 jam sebelum korban diperiksa berdasarkan kaku mayat yang hampir maksimal pada seluruh
tubuh korban yang berwarna kebiru-biruan dan tidak hilang bila ditekan. • Luka robek I, luka robek II, luka memar I dan luka memar II pada kepala
serta luka lecet pada lengan kiri bawah belakang korban diakibatkan karena trauma benda tumpul
• Pada tubuh korban banyak ditemukan bekas-bekas luka yang lama
2. Pertimbangan Hukum
a. Pertimbangan Hukum atas Putusan Nomor: 154Pid.B2011PN.Pbg
Terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan subsidaritas yaitu kesatu primair melangggar pasal 340 KUHP, Subsidair melanggar pasal 338
KUHP, lebih subsidair melanggar pasal 355 ayat 2 KUHP, lebih subsidair melanggar pasal 353 ayat 3 KUHP lebih-lebih subsidair melanggar pasal 351
ayat 3 KUHP atau kedua melanggar pasal 44 ayat 3 Undangundang Nomor 23 Tahun 2004 TentangPenghapusan Kekarasan Dalam Rumah Tangga.
Terlebih dahulu akan dipertimbangkan pasal 340 KUHP, yang unsur- unsurnya sebagai berikut: 1 Unsur “Barangsiapa”; 2 Unsur “Dengan Sengaja
Dan Dengan Rencana Terlebih Dahulu”; 3 Unsur “Merampas Nyawa Orang Lain”.
ad. Unsur “Barangsiapa” ;
Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud dengan unsur “Barangsiapa”, yaitu siapa saja sebagai pendukung hak dan kewajiban subyek hukum yang dapat di
pertanggungjawabkan atas perbuatan pidana yang telah dilakukannya, yang dalam perkara ini telah diperhadapkan di persidangan terdakwa JOKO MUJI
WIDODO Alias JOKO Bin DARMO HARJOSO, yang identitasnya sesuai dengan identitas terdakwa dalam dakwaan Penuntut Umum dan dibenarkan oleh
terdakwa dipersidangan. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka unsur “Barangsiapa” telah terpenuhi.
ad. Unsur “Dengan Sengaja Dan Dengan Rencana Terlebih Dahulu”; Pembentuk undang-undang sendiri dalam KUHP tidak ada memberi
penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan sengaja atau opzet, dimana aspek ini berbeda dengan undangundang yang pernah berlaku di Negeri Belanda.
Menurut MEMORIE VAN TOELICHTING MVT yang dimaksudkan dengan sengaja atau opzet adalah WILLEN EN WETTEN dalam arti pembuat harus
menghendaki willen melakukan perbuatan tersebut dan juga harus mengerti wetten akan akibat daripada perbuatan itu. Yang dimaksud “dengan rencana
terlebih dahulu” dapat dipandang ada jika si pelaku dalam suatu waktu yang cukup telah memikirkan serta menimbang dan kemudian menentukan waktu,
tempat, cara atau alat yang akan dipergunakan untuk melakukan pembunuhan tersebut. Dalam hal ini dapat juga telah dipikirkan olehnya akibat dari
pembunuhan itu ataupun caracara lain sehingga orang lain tidak dengan mudah mengetahui bahwa terdakwalah pelakunya. Apakah terdakwa dengan secara
tenang atau emosional pada waktu yang cukup itu untuk memikirkannya, tidaklah
Universitas Sumatera Utara
terlalu penting, yang penting adalah waktu yang cukup saja tidak dapat dipandang lagi sebagai suatu reaksi yang segera menyebabkan terdakwa berkehendak
melakukan pembunuhan tersebut. Berdasarkan keterangan saksi Isnaeni, saksi Anisa Ani, saksi Siti Aisah, saksi Waluyo, saksi Sugino dan terdakwa
dipersidangan diketahui. Terdakwa melakukan perbuatan menghabisi nyawa korban karena dengan
alasan pikiran yang bingung akibat desakan dan sering diomeli oleh istrinya. Niat terdakwa muncul ketika hari Jumat 29 April 2011 sewaktu istrinya memarahi
terdakwa dan anaknya yaitu korban Alul karena korban minta untuk dibelikan sesuatu kemudian terdakwa pada hari itu membeli racun tikus dan bermaksud
untuk bunuh diri bersamasama dengan anaknya. Terdakwa setelah membuat susu yang sudah dicampur dengan racun tikus lalu meminum susu tersebut dengan
korban tetapi tidak menimbulkan reaksi apaapa . Terdakwa kemudian mencekik leher korban dengan kedua tangannya sekuat tenaga sehingga korban tidak
bergerak lagi, selanjutnya untuk memastikan korban sudah meninggal dunia, terdakwa membekap mulut dan menutup hidung korban sehingga korban
benarbenar meninggal dunia.Kemudian setelah beberapa waktu terdakwa meninggalkan rumah tersebut lalu membeli sebotol insektisida merk Matador
kewarung milik Sutingah, selanjutnya kembali lagi kerumah tersebut, sesampainya didalam rumah terdakwa lalu meminum satu botol insektisida
tersebut hingga habis dan tidur disamping korban yang sudah meninggal dunia. Terdakwa seharusnya masih dapat mempertimbangkan untung dan ruginya
jika tetap melakukan perbuatannya terhadap korban, hal ini terlihat pada fakta-
Universitas Sumatera Utara
fakta bahwa saat terdakwa dan korbaumah terdakwa, selanjutnya terdakwa masih sempat membiarkan korban untuk bermainmain di rumah tersebut, sambil
terdakwa mempersiapkan rencananya dengan membuatkan dua gelas susu yang dicampur racun tikus yang dibeli dan disimpan terdakwa dua hari sebelumnya.
Dalam situasi tersebut seharusnya terdakwa dapat mengurungkan niatnya untuk tidak melanjutkan perbuatannya menghabisi nyawa korban, sehingga dengan
demikian terlihat bahwa terdakwa memang benarbenar tetap ingin melaksanakan rencananya untuk tetap menghilangkan nyawa korban dan terdakwa sendiri
tersebut merupakan Willens En Wetten atau merupakan menghendaki dan mengetahui. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka unsur “Dengan
Sengaja Dan Dengan Rencana Terlebih Dahulu”, telah terpenuhi. ad. . Unsur “Merampas Nyawa Orang Lain” ;
Perbuatan terdakwa yaitu melakukan perbuatan meminumkan segelas susu yang sudah dicampur dengan racun tikus kepada korban Alul, karena tidak
menimbulkan reaksi, kemudian terdakwa memcekik leher korban sekuat tenaga dengan kedua tangannya sehingga korban tidak bergerak lagi dan untuk
memastikan kematian korban, terdakwa membekap mulut dan menutup hidung korban sehingga korban benarbenar meninggal dunia. Hal ini sesuai dengan
Visum Et Repertum Nomor: 474.315863 IKF 09.05.2011 tanggal 09 Mei 2011 yang dibuat dan ditandatangani oleh Dr. M. Zaenuri Syamsu Hidayat, SpKF,
MsiMed, Dokter pada Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka unsur
“Merampas Nyawa Orang Lain” telah terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena semua unsur pasal 340 KUHP telah terpenuhi, maka Pengadilan Negeri berpendapat bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah
menurut hukum dan timbullah keyakinan bagi majelis Hakim bahwa suatu tindak pidana telah terjadi sedangkan terdakwa Joko Muji Widodo Bin Darmoharjoso
adalah sebagai pelakunya sebagaimana dakwaan kesatu primair Jaksa Penuntut Umum dan menurut pengamatan Majelis Hakim selama persidangan
berlangsung, tidak dijumpai alasan pemaaf maupun alasan pembenar yang dapat menghapus sifat melawan hukum maupun pertanggungjawab pidana yang ada
pada diri terdakwa, maka terdakwa dinyatakan bersalah, dan dijatuhi pidana sesuai dengan perbuatannya.
b. Pertimbangan Hukum atas Putusan Nomor : 1357Pid.B
2012PN.JKT.Tim Pasal-Pasal yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap
Terdakwa yaitu: Kesatu Pasal 44 ayat 3 UU.R.I Nomor 23 Tahun 2004 atau Kedua Pasal 80 ayat 3 dan UU.R.I Nomor 27 Tahun 2002 atau Ketiga Pasal 338
KUHPidana. Dakwaan Jaksa Pununtut Umum bersifat alternatif, maka sesuai dengan karakter Surat Dakwaan Majelis akan memilih salah satu dari 3 tiga
Dakwaan tersebut, berdasarkan besarnya kemungkinan terpenuhinya unsur-unsur dari Pasal yang didakwakan yaitu Pasal 80 ayat 3 dan 4 UU.R.I Nomor 23
Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak. 1.
Unsur Setiap Orang: Unsur diatas terkait dengan perkara a quo, adalah subjek hukum pidana
Terdakwa dalam hal ini adalah manusia sehat jasmani dan rohani serta mampu
Universitas Sumatera Utara
mempertanggung jawabkan perbuatannya. Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan perkara ini telah mengajukan seorang Terdakwa bernama Ivan Reza
Pahlevi dengan identitas sebagaimana yang telah dibacakan pada awal persidangan, dimana Terdakwa yang bersangkutan dan Penasihat Hukum
Terdakwa telah membenarkan dan hal tersebut juga dibenarkan oleh saksi-saksi saat persidangan berjalan. Terhadap isi dan maksud Surat Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum terhadap Terdakwa, baik Terdakwa dan Penasihat Hukum Terdakwa menyatakan mengerti dan tidak mengajukan Eksepsi terhadap Surat
Dakwaan tersebut dan terkait dengan kreteria Terdakwa sebagai subjek hukum yang sehat jasmani dan rohani serta kemampuan Terdakwa dalam dalam
bertanggung jawab atas perbuatannya sebagaimana Dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Majelis akan mempertimbangkannya yaitu Jaksa Penuntut Umum dalam
Surat Tuntutannya pada intinya menyatakan bahwa Terdakwa atas nama Ivan Reza Pahlevi memenuhi kreteria unsur “Barang Siapa” yaitu sehat Jasmani dan
rohani serta mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya dan dalam perkara a quo, tidak ditemukan alasan Pemaaf dan alasan Pembenar, sehingga Terdakwa
dituntut sebagaimana tersebut diatas dan terhadap Tuntutan tersebut Penasihat Hukum Terdakwa menanggapi dalam Pledoinya, tertanggal 28 Januari 2013 yang
pada intinya bahwa Terdakwa menderita gangguan jiwa Psikotik Depresi, hal ini didasarkan pada keterangan ahli Dokter Henny Riana,Sp.Kj, Ahli Kesehatan Jiwa
pada Rumah Sakit Bhayangkara Jalan Ir.Said Sukanto, Jakarta Timur, saksi tersebut menjadidiajukan sebagai Ahli oleh Jaksa Penuntut Umum dalam
persidangan perkara a quo dan menurut saksi ahli tersebut, Terdakwa mempunyai
Universitas Sumatera Utara
unsur-unsur bertanggung jawab sebagian atas tindak perbuatannya Visum Et Repertum Psychiatrium atas nama Terdakwa. Pendapat Penasihat Hukum
Terdakwa tersebut didukung oleh pendapat-pendapat dari 9 sembilan orang Psikeater tentang Psikotik Depresi, namun hal tersebut tidak menyangkut
pertanggung jawaban. Pledoi Penasihat Hukum Terdakwa, Jaksa Penuntut Umum menanggapi
pada persidangan tertanggal 04 Februari 2013 yang pada intinya adalah sama dengan Surat Tuntutannya, yaitu bahwa Terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana sebagaimana Dakwaan Kedua, yang dilakukan dengan sengaja dan mengerti akibatnya yaitu anaknya meninggal serta terhadap bisikan-bisikan
terhadap Terdakwa tidak dapat dibuktikan dan terhadap tanggapan Jaksa Penuntut Umum atas Pledoi Penasihat Hukum Terdakwa tersebut, Penasihat Hukum
Terdakwa menanggapinya lagi pada tanggal 11 Februari 2013, yang pada intinya sebagai berikut:
• Pada prinsipnya Penasihat Hukum Terdakwa tetap pada pledoinya; • Jaksa Pununtut Umum tidak menanggapi permasalahan gangguan jiwa
yang dialami Terdakwa yaitu Psikotik Depresi dan ciri-ciri tersebut juga telah disampaikan oleh saksi-saksi baik yang disumpah maupun yang tidak
disumpah. • Terhadaap perbuatan Terdakwa, tidak ada saksi yang melihat mengetahui
baik kejadian maupun barang bukti dipersidangan, Penasihat Hukum Terdakwa mendasarkan dan mengaitkan dengan Pasal-Pasal 168 huruf a,
Universitas Sumatera Utara
Pasal 169 ayat 2, Pasal 185 ayat 7 KUHAP yang antara lain menyatakan bahwa keterangan saksi yan tidak disumpah bukan merupakan alat bukti.
Segala sesuatu yang disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum dan Penasihat Hukum Terdakwa, dikaitkan dengan unsur-unsur “Setiap Orang” diatas,
Majelis akan menanggapinya yaitu pada intinya Jaksa Penuntut Umum menyatakan bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
telah melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam Pasal 80 ayat 3 dan 4 UU.R.I No.23 Tahun 2002, sedangkan Penasihat Hukum Terdakwa
berpendapat bahwa tidak cukup bukti, sehingga Terdakwa harus dilepaskan dari segala Tuntutan hukum, dengan alasan:
1. Tidak ada saksi yang melihat kejadian dan mengenal barang bukti berupa
clurit yang digunakan Terdakwa untuk membacok korban 2.
Terdakwa menderita gangguan jiwa Psikotik Depresi; Pihak pendapat Penasihat Hukum Terdakwa didasarkan pada Pasal 168
huruf a, Pasal 169 ayat 2 , Pasal 185 ayat 7 KUHAP yang antara lain menyatakan bahwa keterangan saksi yang tidak disumpah, bukan merupakan alat
bukti untuk perbuatan Terdakwa, tetapi dilain pihak, keterangan aksi-saksi dimaksud digunakan untuk mendukung kondisi Terdakwa yaitu menderita
gangguan jiwa Psikotik Depresi. Terlepas dari hal-hal diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa keterangan saksi-saksi baik yang disumpah maupun yang
tidak disumpah yang tidak disumpah, bersesuaian dengan keterangan Terdakwa dan barang bukti dipersidangan, bahkan keterangan saksi-saksi tidak yang saling
bertentangan, sebagaimana fakta hukum diatas, bahkan bersesuaian pula dengan
Universitas Sumatera Utara
Visum Et Repertum korban, khususnya keterangan Terdakwa dan pendapat para ahli yang disampaikan Penasihat Hukum Terdakwa, terkait dengan kondisi
kejiwaan Terdakwa, Majelis membenarkan, tetapi hal tersebut tidak menyangkut pertanggung jawaban pelaku dalam perkara a quo adalah pertanggung jawaban
pidana dan Penasihat Hukum Terdakwa berpegang pada pendapat ahli yang memberikan keterangan dipersidangan perkara a quo yang pada intinya Terdakwa
memahami unsur-unsur bertanggung jawab sebahagian atas tindak perbuatannya vide Visum Et Repertum Psychiatrum No:Sket-R29IX2012R.S Bhay.Tk.I,
tanggal 19 September 2012, dibuat dan ditanda tangani oleh Dr.Ir.Henny Riana, Sp.Kj, Dokter ahli kesehatan Jiwa pada Rumah Sakit tersebut.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dikaitkan dengan fakta hukum dipersidangan, telah ternyata Terdakwa sadar akan perbuatannya membacok anak
kandungnya beberapa kali menggunakan clurit, tahu akibatnya korban meninggal dunia, merasa bersalah dan menyesali perbuatannya dan merasakan
adanya permasalahan hidupnya dan terjadi perubahan sikap dalam diri Terdakwa beberapa hari sebelum kejadian antara lain Terdakwa jadi pendiam, murung,
tertutup dan lain- lain, serta bisikan-bisikan untuk membunuh anak-anak dan keluarganya, namun Terdakwa sadar berusaha melawan bisikan-bisikan tersebut,
walaupun sulit sekali, Terdakwa menyadari bisikan tersebut tidak benar dan Terdakwa tetap sholat Terdakwa sadar beragama Islam dan berkewajiban sholat.
Terdakwa juga mampu menerangkan permasalahan diri keluarganya, asal clurit lalu menyimpannya di lemari, mengambil lalu membacokkan, mencari anak
pertamanya tetapi bertemu lebih dulu dengan Ibu Terdakwasaksi Siti Fatoyah,
Universitas Sumatera Utara
diikat dan seterus tahuingat sebelum, pada saat dan setelah kejadian serta akibat kejadian tersebut secara beruntun dan dalam persidangan, Majelis tidak
menemukan alasan Pemaaf dan alasan Pembenar dalam diri Terdakwa, disamping itu Terdakwa juga masih merasa sayang pada anak Terdakwa serta menginginkan
anaknya menjadi lebih baik dimasa mendatang; Dikaitkan penjabaran arti dan maksud Pasal 161 KUHAP saksi-saksi
yang menolak disumpah, keterangan saksi-saksi tersebut dapat menguatkan keyakinan Hakim dan dalam perkara a quo, saksi-saksi tidak disumpah karena
Undang-Undang tentunya mempunyai nilai yag lebih untuk menguatkan keyakinan Hakim; Menimbang, bahwa dari pertimbangan-pertimbangan tersebut
diatas, dikaitkan dengan fakta hukum, yang diperoleh dari persesuaian antara keterangan Terdakwa, keterangan saksi-saksi dan barang bukti dipersidangan serta
pendapat ahli atas nama Dokter Henny Riana, Sp.Kj, Majelis berpendapat bahwa Terdakwa telah memenuhi kriteria unsur “Setiap Orang”, sebagaimana telah
disampaikankemukakan pada awal pembuktian unsur ini dan dengan demikian unsur “Setiap Orang” terpenuhiterbukti.
2. Unsur “Yang Melakukan Kekejaman, Kekerasan atau Ancaman
Kekerasan, atau Penganiayaan Terhadap Anak Bagian-bagian dari unsur diatas terdapat kata “atau”, hal tersebut
menunjukkan bersifat alternatifpilihan, sehingga apabila terbuktiterpenuhi salah satu bagian unsur saja, harus dinyatakan perbuatan tersebut terbuktiterpenuhi.
Pengertian dan maksud “Melakukan Kekejaman, Kekerasan atau Ancaman Kekerasan, atau Penganiayaan secara garis besar adalah sama, yaitu menggunakan
Universitas Sumatera Utara
tenaga berlebih supaya pihak lainlawan menjadi menderitasakit, baik fisik maupun psikis. Arti “Kekejaman” dari kata Kejam dan Bengis atau diluar
Perikemanusiaan, dikaitkan dengan fakta hukum dipersidangan menunjukan bahwa Terdakwa melakukan pembacokkan dengan clurit kearah leherdaerah
telinga korban yaitu anaknya sendiri bernama Keysa Ivanna Salsabila berumur kira-kira 4 empat tahun, beberapa kali dan anaknyakorban tersebut bilang
antara lain” Papa..... Papa....Sakit”, korban tersebut lalu terdiam dalam posisi tidur miring, Terdakwa menciumnya lalu keluar membawa clurit yang baru digunakan
untuk membacok korban, mencari anak kandungnya yang pertama Nailendra Noeza Sahira perempuan kira-kira berumur 7 tujuh tahun, untuk dibunuhnya
juga, tetapi terhalang oleh teriakan Ibunya saksi Siti Fatoyah, Terdakwa ditangkap dan diikat oleh saudara-saudara Terdakwa yang tinggal serumah dengan
Terdakwa. Celurit sebelumnya diambil dari lemari dan celurit tersebut tidak dikenal
oleh saudara-saudara yang tinggal serumah namun fakta menunjukan bahwa clurit tersebut menjadi barang bukti dan diakui dan dibenarkan oleh Terdakwa untuk
membacok korban dan walaupun tidak ada saksi yang melihatmengetahui secara langsung, tetapi dari saksi-saksi yang mengetahui setelah kejadian dengan
keterangan Terdakwa, saling terkait erat yaitu melihat korban luka-luka berdarah, membenarkan dan mengenal barang bukti berupa pakaian, sarung, sprei berdarah
tersebut, melihat luka-luka disekitar leher korban, luka-luka mana sesuai dengan Visum Et Repertum atas nama korban Keysa Ivanna Salsabila, perempuan + 4
empat tahun, dari Rumah Sakit Umum Dr.Cipto MangunkosumoRSCM,
Universitas Sumatera Utara
Nomor:287VER926.08.12 IX2012, tanggal 6 September 2012, yang dibuat dan ditanda tangani oleh Dr.Ir.Yuli Budiningsih, Sp.F dan pada akhirnya korban
meninggal dunia, sebagaimana keterangan seluruh saksi, Terdakwa dan Visum Et Repertum atas nama korban tersebut, dengan demikian unsur diatas juga
terpenuhiterbukti. Korban adalah anak kandung Terdakwa Nomor 2, buah perkawinan
dengan saksi Nurbaity mantan isteri Terdakwa; Menimbang, bahwa dengan demikian semua unsur dari Pasal yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum
terhadap Terdakwa telah terpenuhiterbukti, maka Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum telah melakukan tindak pidana yang sesuai,
diatur dan diancam Pasal 80 ayat 3 dan 4 UU.R.I Nmor 23 Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak sebagaimana Dakwaan Kedua Jaksa Penuntut Umum
tersebut; Dengan demikian Terdakwa harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidanahukuman yang sesuaisetimpal dengan perbuatan salahnya serta harus pula
dibebani untuk membayar biaya perkara. Selama perkara ini berjalan, Majelis tidak menemukan adanya alasan Pemaaf dan alasan Pembenar.
c. Pertimbangan Hukum atas Putusan Nomor : 203Pid.B2013PN.GS
Terdakwa oleh Penuntut Umum telah didakwa dengandakwaan Alternatif yaitu : Kesatu melanggar Pasal 80 ayat 3 UU Nomor 23Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, Atau Kedua melanggar Pasal 44 ayat3 UU. RI No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam RumahTangga, Atau Ketiga
melanggar Pasal 338 KUHPidana.
Universitas Sumatera Utara
Surat dakwaan yang disusun secara alternatif, maka Majelis Hakim berpendapat untuk memilih Surat dakwaan Kedua yaitu melanggar Pasal 44 ayat
3 UU RI. No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, mengandung unsur-unsur sebagai berikut
a. Setiap Orang
b. Melakukan kekerasan perbuatan fisik dalam lingkup Rumah Tangga
c. Mengakibatkan matinya korban
Ad. 1. Setiap orang Setiap orang yang dimaksud disini adalah orang perorangan sebagai
Subjek hukum yang kepadanya dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya. Dalam perkara ini yang dimaksud “Setiap orang” adalah Terdakwa TERDAKWA
dan setelah ditanyakan Identitasnya dipersidangan oleh Majelis Hakim, ternyata Identitas tersebut telah sesuai dengan yang terdapat dalam surat dakwaan No.
Reg. Perkara : PDM -136GNSTO062013 dan selama persidangan Majelis Hakim menilai Terdakwa tersebut adalah orang yang dapat dimintai pertanggung
jawabannya sehingga Majelis Hakim berkeyakinan unsur “Setiap orang” telah terpenuhi menurut hukum.
Ad. 2. Melakukan kekerasan perbuatan fisik dalam lingkup Rumah Tangga Menurut pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun
2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menyatakan Yang dimaksud dengan “kekerasan dalam rumah tangga” adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran rumah
Universitas Sumatera Utara
tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Menurut pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga menyatakan yang
dimaksud dengan “Lingkup rumah tangga” meliputi a Suami, Isteri, dan anak; b Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana
dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga, danatau c Orang
yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Kekerasan fisik dalam pasal 5 huruf a UU No.23 Tahun 2004 tentang
KDRT adalah telah dijabarkan dalam pasal 6 yaitu kekerasan fisik yang dimaksud dalam pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat. Berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan Terdakwa, dan Surat
Visum Dokter serta barang bukti yang diajukan dipersidangan ditemukan fakta- fakta bahwa benar korban memiliki hubungan keluarga dengan Terdakwa karena
korban adalah Anak Kandung Terdakwa dan pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 di dalam rumahnya sendiri di Kabupaten Nias Terdakwa telah melakukan
pemukulan terhadap korban karena ketika itu terdakwa pulang dari sawah dan melihat korban telah berak dan kecing di lantai kamar dan kotorannya berserakan
di lantai sehingga terdakwa menjadi emosi dan memukuli korban dengan cara menampar pipi kiri korban dengan telapak tangan kanan terdakwa sebanyak satu
kali lalu terdakwa menendang dagunya dengan menggunakan kaki kanan
Universitas Sumatera Utara
terdakwa lalu terdakwa mengambil kayu dapur dan memukuli korban alias Lius dan setelah melakukan pemukulan tersebut terdakwa merasa kaget melihat korban
korban tidak bernyawa lagi dan dari fakta-fakta yang terungkap dipersidangan tersebut diatas telah jelas bahwa benar terdakwa telah melakukan kekerasan
Perbuatan fisik terhadap korban korban Als. Lius dan Terdakwa memiliki hubungan keluarga dengan korban karena korban korban Als. Lius adalah Anak
Kandung Terdakwa dan dengan demikian unsur ini telah terpenuhi Ad. 3. Mengakibatkan matinya korban
Membuktikan unsur “yang mengakibatkan matinya korban ” harus didasarkan pada keadaan kondisi Korban yang diakibatkan oleh kekerasan
perbuatan fisik yang dilakukan Terdakwa tersebut. Berdasarkan keterangan saksi- saksi, keterangan Terdakwa serta dihubungkan dengan barang bukti, ditemukan
fakta-fakta bahwa benar korban meninggal dunia akibat luka-luka pada tubuhnya sebagaimana diterangkan dalam Surat Visum Et Repertum Nomor : 440.2433
Yankes-PKDKR1013 tanggal 17 Mei 2013 yang dibuat dan ditanda tangani oleh dr.Yuniarman Waruwu selaku Dokter Pemerintah pada Dinas Kesehatan UPT
Puskesmas Bawo Lato Kecamatan Bawo Lato, dalam kesimpulannya : Telah diperiksa sesosok mayat anak laki-laki yang dikenal bernama korban dalam
kesimpulannya korban Alm umur 7 tahun dari hasil pemeriksaan luar dapat disimpulkan bahwa:
• Penyebab kematian korban karena trauma kepitis akibat trauma benda tumpul pada luka robek I , luka robek II, luka memar I dan luka memar II
Universitas Sumatera Utara
pada kepala, serta korban mengalami pendarahan yang banyak akibat luka- luka robek pada kepala dan dagu korban
• Kematian korban diperkirakan antara 4 sampai 12 jam sebelum korban diperiksa berdasarkan kaku mayat yang hampir maksimal pada seluruh
tubuh korban yang berwarna kebiru-biruan dan tidak hilang bila ditekan • Luka robek I, luka robek II, luka memar I dan luka memar II pada kepala
serta luka lecet pada lengan kiri bawah belakang korban diakibatkan karena trauma benda tumpul
Berdasarkan hal tersebut maka unsur ini telah terpenuhi Dakwaan Kesatu telah Terbukti dengan perbuatan Terdakwa, maka
Terdakwa haruslah dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah
tangga” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 44 ayat 3 UU RI No. 23 Tahun 2004 KUHP dan kesalahan yang dilakukan oleh Terdakwa tersebut
dapat dipertanggung jawabkan kepadanya karena selama dalam persidangan tidak ditemukan adanya alasan pemaaf dan alasan pembenar yang dapat menghapus
kesalahan Terdakwa.
3. Analisis Kasus