Sektor Informal Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kain Kota Medan

dan M. Suparmoko, 1986. Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru. Menurut Suparmoko, modal merupakan input faktor produksi yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan. Sehingga dalam hal ini modal usaha bagi pedagang kain juga merupakan salah satu faktor produksi yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kain di Kota Medan.

2.3 Sektor Informal

Untuk lebih memahami pengertian sektor informal perlu diidentifikasikan sejumlah ciri dari kegiatan tersebut sebagai berikut : 1. Pola kegiatan tidak teratur baik dari waktu, permodalan, maupun penerimaannya. 2. Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. 3. Modal, peralatan, perlengkapan, maupun omsetnya biasanya kecil. 4. Tidak membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus, sehingga secara luas dapat menyerap bermacam-macam tingkat tenaga kerja. 5. Umumnya tiap-tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga dalam jumlah kecil dan dari kalangan keluarga, kenalan, atau berasal dari daerah yang sama. 6. Tidak menerapkan sistem pembukuan dan tidak menaruh akses pada sistem perkreditan. Universitas Sumatera Utara 7. Kecenderungan tingkat mobilitas kerja dan tempat tinggal cukup tinggi Sihite Romany, 1986. Sektor informal pada umumnya ditandai oleh beberapa karakteristik khas seperti sangat bervariasinya bidang kegiatan produksi barang dan jasa, berskala kecil, unit-unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja dan teknologi yang dipakai relatif sederhana. Para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya. Di sektor informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal. Pada umumnya mereka tidak mempunyai ketrampilan khusus dan kekurangan modal. Oleh sebab itu produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah daripada kegiatan-kegiatan bisnis yang ada di sektor formal. Selain itu mereka yang berada di sektor informal tersebut juga tidak memiliki jaminan keselamatan kerja dan fasilitas kesejahteraan. Sektor informal di kota selama era pembangunan ini antara lain dipadati oleh kelompok migrant sekuler. Motif utama mereka bermigrasi adalah alasan ekonomi. Hal ini didasari atas adanya perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara daerah pedesaan dan perkotaan. Di kota terdapat kesempatan ekonomi yang lebih luas dibandingkan dengan di pedesaan Todaro, 1999. Sektor informal ini memiliki banyak keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian perkotaan, bahkan nasional secara keseluruhan. Pertama-tama sektor informal ini terkait dengan sektor pedesaan dalam pengertian kawasan atau sektor pedesaan merupakan sumber kelebihan tenaga kerja miskin. Yang kemudian mengisi sektor informal di daerah perkotaan guna menghindari kemiskinan dan pengangguran di desa. Selain itu sektor informal juga terkait erat Universitas Sumatera Utara dengan sektor formal perkotaan dalam pengertian sektor formal sesungguhhnya tergantung pada sektor informal dalam penyediaan input-input produksi dan tenaga kerja murah. Keterbatasan modal kerja merupakan kendala utama bagi kegiatan- kegiatan sektor informal. Oleh karena itu pemberian kredit lunak akan sangat membantu unit-unit usaha kecil dalam sektor informal untuk berkembang dan membuahkan keuntungan yang lebih banyak, sehingga pada akhirnya akan mampu menciptakan pendapatan dan lapangan kerja yang lebih banyak lagi. Lebih dari itu sektor informal itu sendiri telah membuktikan kemampuan dalam menciptakan lapangan kerja dan pendapatan bagi angkatan kerja di daerah- daerah perkotaan. Dari temuan penelitian sektor informal dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Sektor informal merupakan suatu proses pengembangan satu sektor tradisional dengan teknologi sederhana baik di pedesaan maupun di perkotaan, kegiatan usaha belum terdaftar karena skala usaha kecil, menggunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarganya, belum terdaftar di lembaga formal, perizinan serta kebijaksanaan pemerintah termasuk permodalan, pelayanan, dan perlindungan. 2. Sektor informal muncul sebagai suatu variasi struktur ekonomi yang muncul sehingga suatu alternatif kegiatan ekonomi yang dapat diharapkan hidup bagi pelaku ekonomi. Ini berarti kurang terintegrasi menjadi kegiatan ekonomi yang lebih tinggi atau berubah menjadi sektor formal. Sebagaian besar pembicaraan sektor informal berangkat dari sifat mendua yang dipandang bersumber pada perekonomian kota di negara dunia ketiga yang Universitas Sumatera Utara non sosialis ini berarti bahwa istilah sektor informal menunjukkan pada adanya dualisme yang ciri kedua bagian saling bertentangan, sektor formal digunakan dalam pengertian pekerja bergaji dan perusahaan besar yang lain, karena itu beberapa penulis berbicara tentang sektor yang terorganisasi, terdaftar, dan dilindungi oleh hukum. Kegiatan perekonomian yang tidak memenuhi kriteria ini kemudian dimasukkan dalam istilah sektor informal, suatu istilah yang mencakup pengertian berbagai kegiatan yang sering tercakup dalam istilah umum usaha sendiri ini merupakan jenis kesempatan kerjayang kurang terorganisir yang sulit dipantau. Karena itu sering dilupakan dalam sensus resmi serta akhirnya merupakan kesempatan kerja yang persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh aturan-aturan hukum, karena definisi sektor informal ini kurang baik sehingga sering dilengkapi dengan suatu daftar kegiatan agak berbeda yang terlihat apabila menyusuri jalan-jalan suatu kota di dunia ketiga seperti : pedagang kaki lima, penjual koran, penjaga kios, dan lain-lain dengan kata lain mereka adalah kumpulan pedagang kecil, pekerja yang tidak terlihat dan tidak terampil serta golongan lain dengan pendapatan rendah dan tidak tetap. Menurut ILO sektor informal ialah: 1. Dalam konsep modern dan tradisional terdapat bias bahwa kebijakan pembangunan sebaiknya ditujukan untuk memajukan sektor modern yang cepat atau lambat akan menggeser dan menggusur sektor tradisional. 2. Pengertian sektor modern dan tradisional selalu menunjukkan dampak positif dari proses westernisasi dari ekonomi Negara sedang berkembang tanpa menyoroti sisi negatif secara adil. Universitas Sumatera Utara 3. Terdapat semacam hipotesis bahwa sektor tradisional tidak memiliki prestasi memajukan seluruh ekonomi nasional bersama-sama sektor modern. Perusahaan dengan skala kecil merupakan solusi bagi penyelesaian masalah-masalah ekonomi saat ini. Perusahaan-perusahaan global yang paling hebat sekalipun hanya dapat diatasi dengan mekanisme manajemen fleksibel. Perusahaan skala kecil memenuhi persyaratan ini karena sektor informal secara organisatoris manejerial bersifat tidak kaku. Sifat ini merupakan kekuatan utama yang dimiliki sektor informal. Kekuatan sektor informal adalah sebagai berikut : 1. Sangat padat karya dan persediaan tenaga kerja di Indonesia masih sangat banyak, mengikuti laju pertumbuhan penduduk angkatan kerja yang rata- rata pertahun masih sangat tinggi. Sehingga upah nominal tenaga kerja khususnya dari kelompok pendidikan rendah masih relatif murah. 2. Secara umum kegiatan sektor informasi masih sangat agricultural karena memang banyak komoditas-komoditas yang dapat diolah dalam skala kecil. 3. Industri kecil masih lebih banyak membuat produk-produk sederhana yang tidak membutuhkan pendidikan formal yang tinggi melainkan hanya keahlian khusus yang dapat dimiliki warga setempat lewat sumber-sumber formal. Selain itu harganya relatif murah. 4. Pengusaha-pengusaha kecil dan rumah tangga lebih banyak menggantungkan diri pada uang sendiri atau pinjaman dari sumber rentenir untuk modal kerja dan investasi mereka, walaupun banyak memakai fasilitas kredit khusus dari pemerintah. Universitas Sumatera Utara Disamping kekuatan yang dimilikinya, sektor informal juga memiliki kelemahan-kelemahan. Dengan kelemahan itu tentunya menyebabkan sektor informal akan mengalami kesulitan. Kendala-kendala yang banyak dialami pengusaha-pengusaha di sektor informal terutama adalah keterbatasan modal, khususnya modal kerja. Kendala lain adalah kesulitan pemasaran dan penyediaan bahan-bahan baku, keterbatasan sumber daya manusia, pengetahuan minim mengenai bisnis, dan kurang penguasaan teknologi. Sebagian besar industri kecil, terlebih industri rumah tangga di Indonesia adalah sektor informal. Masalah paling besar yang dialami mereka adalah keterbatasan modal dan pemasaran. Masalah lainnya adalah pengadaan bahan baku misalnya tempat beli terlalu jauh, harga mahal, dan tidak selalu tersedia, kurang keahlian dalam jenis-jenis teknik produksi tertentu misalnya tenaga ahliperancang sulit dicari atau mahal, dan kurang keahlian dalam pengelolaan. Yang juga jadi persoalan adalah mereka menghadapi persaingan yang tajam dan kemampuan mereka berkomunikasi sangat rendah, termasuk akses mereka ke fasilitas-fasilitas untuk berkomunikasi sangat terbatas. Dalam hal persaingan, industri kecil dan industri rumah tangga menghadapi mendapat persaingan sangat ketat, baik dari industri menengah dan besar IMB maupun dari barang-barang impor. Persaingan itu tidak saja dalam hal kualitas dan harga, tetapi juga dalam pelayanan-pelayanan setelah penjualan dan penampilan produk. Dengan berbagai keterbatasan yang ada, mulai dari keterbatasan dana, skills, hingga kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas baik, membuat banyak industri kecil dan indurstri rumah tangga di Indonesia kesulitan meningkatkan kualitas produk mereka agar mampu bersaing Universitas Sumatera Utara di pasar domestik dan ekspor. Apalagi ketika mereka harus menangani masalah- masalah tersebut sendirian. Kelemahan yang dimiliki terutama dalam hal kemampuan untuk bersaing sangat lemah baik dalam pasar domestik maupun pasar ekspor. Selain itu sektor informal kurang memiliki difersifikasi produk. Hal ini tentunya akan menjadi kendala serius bagi perkembangan dan pertumbuhannya. Ketidakandalan dalam manajemen dan ketidakmampuan mengelola perusahaan dengan optimal juga merupakan kelemahan yang dimiliki. Dan selanjutnya kelangsungan sektor informal pada masa depan menjadi sangat mengkhawatirkan.

2.4 Tinjauan Pustaka