15
2.6 PENGUJIAN
2.6.1 Uji Kekuatan Tarik Tensile Strength
Kekuatan tarik dari karet lebih sering diukur dibandingkan sifat-sifat yang lain kecuali kekerasan dan karet sering digunakan pada berbagai aplikasinya,
contohnya sarung tangan dan kondom tergantung pada sifat kekuatan tariknya. Alasannya adalah bahwa kekuatan tarik merupakan ukuran kualitas senyawa
tersebut dan ikut berperan penggunaan bahan pengisi berbiaya rendah. Senyawa- senyawa yang dipakai untuk industri umumnya memiliki kualitas yang tinggi,
sehingga kekuatan tarik mengambil bagian penting pada spesifikasi senyawa- senyawa yang dipakai untuk industri.
Kekuatan tarik karet juga memiliki ketertarikan sains tersendiri dan tipe ikat silang serta derajat ikat silang mempunyai pengaruh yang signifikan pada
kekuatan tarik karet alam. Umumnya, kekuatan tarik akan mencapai maksimum seiring dengan meningkatnya derajat ikat silang. Nilai maksimum kekuatan tarik
terjadi pada densitas ikat silang yang lebih tinggi. [22]
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer yang terpenting dan sering digunakan untuk karakteristik suatu bahan polimer.
Kekuatan tarik suatu bahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum F
maks
yang digunakan untuk memutuskan spesimennya bahan dibagi dengan luas penampang awal A
dapat ditunjukkan pada Persamaan 2.1. [23] A
F
maks
2.1 Dimana :
σ = kekuatan tarik kgfmm
2
F
maks
= beban maximum kgf A
= luas penampang awal mm
2
2.6.2 Uji Densitas Sambung Silang Crosslink Density
Pelarutan suatu polimer tidak sama dengan pelarutan senyawa yang mempunyai berat molekul rendah karena adanya dimensi-dimensi yang sangat
berbeda antara pelarut dan molekul polimer. Pelarutan polimer terjadi dalam dua tahap. Mula-mula molekul pelarut berdifusi melewati matriks polimer untuk
Universitas Sumatera Utara
16 membentuk suatu massa menggembung dan tersolvasi yang disebut gel. Dalam
tahap kedua, gel tersebut pecah bercerai-berai dan molekul-molekulnya terdispersi ke dalam larutan sejati. Pelarutan sering kali merupakan proses yang
lambat. Sementara beberapa jenis polimer bisa larut dengan cepat dalam pelarut- pelarut tertentu, polimer yang lainnya bisa jadi membutuhkan periode pemanasan
yang lama dekat titik lebur dari polimer tersebut. Polimer-polimer jaringan tidak dapat larut, tetapi biasanya membengkak menggelembung mengembang
swelling dengan hadirnya pelarut. [24] Swelling merupakan sifat non-mekanis, tetapi secara luas digunakan untuk
mengkarakterisasi material elastomer. Swelling merupakan suatu perubahan bentuk yang tidak biasa karena perubahan volume merupakan suatu faktor yang
tidak dapat diabaikan begitu saja, seperti halnya perubahan mekanik. Swelling merupakan pembesaran tiga dimensi dimana jaringan mengabsorpsi pelarut
hingga mencapai derajat keseimbangan swelling. Pada titik ini, energi bebas berkurang
diakibatkan pencampuran
pelarut dengan
rantai jaringan
diseimbangkan oleh energi bebas yang meningkat seiring dengan meregangnya rantai. Pada prakteknya, polimer ditempatkan pada suatu wadah yang
mengandung pelarut dimana polimer akan mengabsorpsi sampai peregangan rantai melebar, mencegah absorpsi yang lebih jauh lagi. [25]
Uji swelling index dan kerapatan sambung silang crosslink density dilakukan sebagai berikut. Produk lateks karet alam dipotong sedemikian rupa
hingga massanya mencapai 0,2 gram. Uji kerapatan sambung silang crosslink density dihitung dengan menggunakan persamaan Flory-Rehner seperti
Persamaan 2.2 berikut [26]:
. .
2 .
1 ln
2
3 1
2 1
r NRL
r r
r C
V V
V V
V M
2.2 Dimana :
2M
C -1
= densitas sambung silang V
dan χ = volume molar dan parameter interaksi dari pelarut
untuk toluene, V = 108,5 mol.cm
-3
and χ = 0,39 ρ
NRL
= densitas karet = 0,932 [27]
Universitas Sumatera Utara
17 V
r
adalah fraksi volume karet dalam gel yang membengkak, dihitung dari Persamaan 2.3 [26]:
sol sol
d d
d d
r
W W
W V
2.3 Dimana :
W
d
= massa awal karet ρ
d
= densitas karet untuk karet vulkanisasi , ρ
d
= 0,9203 g.cm
-3
[26] W
sol
= massa pelarut yang terserap dalam karet ρ
sol
= densitas pelarut untuk toluena , ρ
sol
= 0,87 g.cm
-3
2.6.3 Karakterisasi Fourier Transform Infra Red FT-IR