29
2.6 FAKTOR PENGHILANGAN TINTA DEINKABILITY
FACTOR DAN KADAR TINTA TERTINGGAL
Faktor penghilangan tinta deinkability factor kertas daur ulang merupakan faktor yang menunjukkan sejauh mana tinta dapat dihilangkan dari kertas bekas dan
tingkat residu tinta yang tertinggal dalam kertas bekas [34]. Faktor penghilangan
tinta deinkability factor ditentukan berdasarkan persamaan berikut [35]:
100 x
PS Putih
Derajat -
US Putih
Derajat PS
Putih Derajat
- DS
Putih Derajat
= Def
2.1 Keterangan :
Def = faktor penghilangan tinta deinkability factor DS = derajat putih pulp kertas tercetak yang di deinking
PS = derajat putih pulp kertas tercetak tanpa deinking US = derajat putih kertas putih yang tidak diprint
Kadar tinta tertinggal dihitung berdasarkan persamaan berikut ini [35]: Kadar tinta tertinggal = 100 - Def
Nilai faktor penghilangan tinta dapat dibagi menjadi 3 grade, yaitu good, fair, dan poor deinkability [36].
Tabel 2.2 Grade Deinkability [36]
No Score
Evaluation of Deinkability 1
71-100 Point Good Deinkability
2 51-70 Point
Fair Deinkability 3
0-50 Point Poor Deinkability
4 Negative failed to meet at
least one threshold Not Suitable for Deinking
Faktor penghilangan tinta dapat mencapai 0-100. Faktor penghilangan tinta yang mendekati 100 menandakan sebuah proses penghilangan tinta yang
sempurna, sedangkan faktor penghilangan tinta yang mendekati 0 menandakan sangat kecilnya proses penghilangan tinta [35]. Nilai faktor penghilangan tinta
dapat dibagi menjadi 3 grade, yaitu good, fair, dan poor deinkability [36].
Universitas Sumatera Utara
30
2.7 SPESIFIKASI BERBAGAI JENIS KERTAS
Berikut merupakan berbagai spesifikasi jenis kertas yang ada di pasaran. Tabel 2.3 Spesifikasi Berbagai Jenis Kertas [37]
Jenis Kertas Brightness
Kekuatan Tarik kNm
Kertas koran 53
1,6 Kertas pamflet, sampul dan katalog
72 2,7
Offset printing 59
2,5 Kertas bond
59 1,5
2.8 POTENSI EKONOMI
Kertas bekas merupakan salah satu sumber serat yang potensial dan mempunyai prospek ekonomis yang tinggi. Kertas bekas yang telah mengalami
pengolahan merupakan bahan baku serat yang dikenal dengan istilah serat sekunder secondary fiber. Serat-serat sekunder merujuk kepada kertas-kertas daur
ulang. Penggunaan serat sekunder berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, faktor ekonomis, dan keterbatasan sumber daya alam dalam penyediaan
serat primer. Daur ulang kertas bekas merupakan jalan keluar bagi industri kertas dalam
mengatasi kelangkaan dan semakin terbatasnya keberadaan sumber bahan baku pulp asli. Di samping memberikan nilai ekonomis terhadap biaya produksi
pembuatan kertas dan karton, pemanfaatan serat sekunder ini dapat mengurangi penggunaan kayu, mengurangi pencemaran lingkungan serta menghemat air dan
energi. Untuk itu, perlu dilakukan suatu analisis ekonomi terhadap penggunaan
kertas termal sebagai kertas daur ulang. Namun, dalam tulisan ini hanya akan dikaji potensi ekonomi secara sederhana.
Kertas termal yang tidak di daur ulang biasanya hanya dijual sebagai kertas
bekas seharga Rp 1.000kg.
Kertas termal yang telah di daur ulang memiliki spesifikasi beberapa kertas yang ada di pasaran, seperti kertas koran, offset printing, kertas bond, kertas
pamflet, sampul dan katalog sehingga kertas daur ulang dapat digunakan kembali sebagai kertas-kertas yang telah disebutkan di atas. Bila dilihat dari
spesifikasi kertas termal yang telah di daur ulang maka harga kertas ini jika dipasarkan, antara lain :
Universitas Sumatera Utara
31 1.
Kertas koran = Rp 1.500 - 2.500 kg
2. Offset printing
= Rp 1.400 – Rp 1.500 kg 3.
Kertas bond = Rp 3.000 – Rp 4.000 kg
4. Kertas pamflet
= Rp 12.500 – Rp 13.000 kg 5.
Sampul = Rp 12.500 – Rp 13.000 kg
6. Katalog
= Rp 12.500 – Rp 13.000 kg Dapat dilihat bahwa total biaya bahan baku kertas daur ulang dari kertas termal
bekas jauh di bawah harga pulp. Tentu hal ini membawa nilai ekonomis dalam pembuatan kertas daur ulang. Produksi kertas daur ulang menggunakan bahan
baku kertas termal berpotensi untuk menjadi industri alternatif yang berkembang ke depannya sehingga mengurangi penggunaan kayu di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG