BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Siabu. 2.
Ada hubungan antara jarak pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Siabu. 3.
Ada hubungan antara biaya pemasangan KB dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu. 4.
Ada hubungan antara sumber pelayanan Puskesmas dan BKKBN dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB
aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
6.2 Saran
1. kepada masyarakat diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi tentang
penggunaan dan pelayanan KB hormonal dan non hormonal untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
2. Diharapkan bagi pihak Puskesmas Kecamatan Siabu memberikan informasi
dan pelayanan yang lebih baik, serta melakukan promosi tentang KB di desa-desa yang memiliki jarak tempuh yang cukup jauh dari Puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akses KB
Menurut BKKBN 2005 akses KB atau jangkauan pelayanan KB ini dimaksudkan agar akseptor dapat memperoleh informasi yang memadai dan
pelayanan KB yang memuaskan. Penggolongan akses Keluarga Berencana yang di tinjau dari beberapa sudut, yaitu : Akses fisik jarak, Akses ekonomi biaya,
Akses administrasi sumber pelayanan, Akses kognitif pengetahuan Keluarga Berencana.
Menurut Sri Panuntun 2004 dalam Bahtiar dan Hidayahtussani 2013 Akses KB adalah keterjangkauan individu terhadap pelayan kesehatan atau KB.
Menurut Wijono 1999 dalam Madya 2008, bahwa akses berarti pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial budaya, organisasi atau
hambatan bangsa. Akses pelayanan yang efektif hanya dapat dijamin jika pelayan terjangkau
secara finansial, dianggap sesuai, dan dapat diterima oleh wanita sebagai pengguna pelayanan. Beberapa faktor seperti jarak dari tempat pelayanan,
kekurangan alat- alat dan persediaan di tempat pelayanan, dan kekurangan dana untuk biaya transportasi dan pengobatan sering kali dianggap sebagai kendala
oleh pasien dan klien Koblinsky, 1997 dalam Bahtiar dan Hidayahtussani, 2013. Menurut Atriana Nara 2014 Akses pelayanan kesehatan adalah
pelayanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi. Salah satunya yaitu keadaan geografis yang
Universitas Sumatera Utara
dapat diukur dengan jarak, lama perjalanan, jenis transportasi dan atau hambatan fisik lain, yang dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
2.2 Kontrasepsi