31
C. Dinamika Kepuasan Pernikahan Wanita pada Tahap-Tahap Pernikahan
Hidup berkeluarga dimulai dengan adanya upacara sakral pengikatan janji nikah yang dilaksanakan di depan umum dengan menggunakan adat dan aturan
tertentu, yang dilakukan atas dasar keinginan yang kuat untuk menetapkan
hubungan sepanjang hidup.
Tahap awal pernikahan diisi dengan eksplorasi dan evaluasi. Secara bertahap, pasangan mulai menyesuaikan harapan dan fantasi mengenai pernikahan
dengan kenyataan yang ada Hoyer Roodin, 2003 Dalam setiap pernikahan, pasangan memperoleh peran masing-masing dan
peran ini bertambah seiring berjalannya waktu. Pasangan yang baru menikah, tidak hanya mencari tahu peran-peran dalam pernikahannya, tetapi juga
melaksanakan peran-peran tersebut Hoyer Roodin, 2003. Ditambahkan oleh Duvall dalam Lefrancois, 1993, pada masa ini, pasangan mulai
mempertimbangkan keputusan untuk memiliki anak atau tidak. Peran sebagai suami dan istri berlangsung sekitar dua tahun sebelum kelahiran anak
Tahap berikutnya dalam Duvall’s family life cycle adalah tahapan dimana hadirnya anggota keluarga baru yaitu anak. Kelahiran anak dan kewajiban untuk
mengasuh anak seringkali diasosiasikan dengan porsi yang paling awal dari rentang kehidupan orang dewasa Hoyer Roodin, 2003. Gutmann dalam
Hoyer Roodin, 2003 menjelaskan periode ini sebagai periode dimana orang dewasa membuat suatu pola parental imperative untuk memaksimalkan
pembagian tugas masing-masing pasangan dan menjamin kelangsungan komunitas sosial.
Universitas Sumatera Utara
32 Kelahiran anak pertama memberikan dampak yang besar bagi pasangan
karena anak memaksa pasangan untuk menambah peran baru sebagai ibu dan ayah, padahal sebelumnya sudah memiliki identitas sebagai pasangan. Orangtua
sering melaporkan bahwa terasa sekali penurunan jumlah waktu yang dapat dilalui bersama setelah kelahiran anak pertama Campbell, dalam Sadarjoen, 2005.
Selain itu, kehadiran anak dalam keluarga akan menambah aktivitas pasangan, dan berdampak pada berkurangnya pendapatan pasangan karena biaya yang harus
dikeluarkan Lefrancois, 1993. Selain itu, pada tahap ini juga terjadi penurunan intensitas komunikasi antara pasangan suami istri dikarenakan kewajiban istri
yang bertambah dan disibukkan dengan tugas baru sebagai ibu. Kepuasan pernikahan dilaporkan menurun pada tahap ini dan lebih krusial terjadi pada ibu
dikarenakan tanggungjawab dalam mengasuh anak lebih besar dibebankan pada ibu.
Pada tahap ketiga dalam Duvall’s family life cycle adalah tahap dimana pasangan mulai melepaskan anak-anak keluar dari rumah. Tahap ini berlangsung
selama 15 tahun dimulai dari keluarnya anak terakhir dalam keluarga meninggalkan rumah. Tahap ini disebut juga dengan masa emptynest.
White dan Edwards dalam Billindeau, 1997 menemukan bahwa pada tahap emptynest anak meninggalkan rumah memiliki efek positif terhadap
kebahagiaan pernikahan. Kebahagiaan ditemukan relatif kuat segera setelah anak terakhir keluar dari rumah. Derajat kebahagiaan pasangan pada fase ”post-launch
honeymoon” akan lebih tinggi bila anak terakhir yang meninggalkan rumah adalah remaja, daripada dewasa awal ataupun dewasa madya karena masa mengasuh
Universitas Sumatera Utara
33 anak akan menjadi lebih singkat sehingga stres orangtua berkurang. Dilaporkan
bahwa pada tahap ini kepuasan pernikahan akan meningkat kembali terutama pada wanita, dikarenakan lepasnya tanggungjawab dalam mengasuh anak.
Long dalam Domikus, 1999 menyatakan bahwa kepuasan pernikahan bersifat temporer yang berubah dari waktu ke waktu yang antara lain tergantung
pada periode pernikahan itu sendiri. Sejalan dengan pendapat tersebut, Karney Bradbury dalam Domikus, 1999 menambahkan bahwa ketika berbicara tentang
pernikahan berarti berurusan dengan sesuatu yang bersifat pasang surut. Artinya, sangat mungkin pada suatu waktu pasangan suami istri merasakan kepuasan yang
tinggi dan di lain waktu menjadi sebaliknya. Studi mengindikasikan adanya hubungan kurva linier antara kebahagiaan
perkawinan dan tahapan dalam siklus kehidupan keluarga Cole, dalam Lefrancois, 1993. Kepuasan pernikahan berhubungan dengan siklus pernikahan
dalam bentuk kurva-U, dengan level kepuasan tertinggi pada tahun-tahun awal sebelum anak lahir, menurun pada tahun-tahun mengasuh anak, dan meningkat
kembali ke level yang lebih tinggi pada tahun-tahun berikutnya. Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa perkembangan kepuasan
pernikahan bervariasi pada tiap tahapan dalam pernikahan. Perubahan-perubahan dalam pernikahan lebih krusial dan dirasakan oleh istri dikarenakan istri lebih
sensitif terhadap masalah dalam pernikahan dan kewajiban yang lebih besar dalam hubungannya dengan anak dibandingkan dengan suami. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa istri melaporkan kepuasan pernikahan yang lebih rendah daripada suami.
Universitas Sumatera Utara
34
D. Hipotesa