21 dengan wanita sebagai rekan baik di dalam maupun di luar rumah. Suami tidak
merasa malu jika penghasilan istri lebih besar dan jabatan lebih tinggi. Wanita mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya, mengembangkan
potensi yang dimilikinya serta memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki untuk mendapatkan kepuasan pribadi.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan antara lain, sebagai berikut:
a. Kehadiran anak Duvall dalam Domikus, 1999 menyatakan bahwa hadirnya anak di
kemudian hari terbukti potensial dalam mengurangi kepuasan pernikahan, mengingat keakraban dan perhatian suami istri terbagi dengan anak. Selain itu,
anak menuntut banyak energi dan juga uang yang dalam banyak hal akan menambah kompleks beban keluarga. Ditambahkan oleh Kurdek dalam Bhrem,
2002 bahwa anak adalah pekerjaan yang tidak ada akhirnya, dan sebagian besar orangtua mengalami penurunan yang drastis dan tidak diharapkan dalam
menikmati waktu berdua. Ketika bayi lahir, konflik meningkat dan kepuasan pernikahan dan cinta terhadap pasangan menurun, khususnya pada wanita
Belsky, dalam Bhrem, 2002. Selain menambah stres pasangan Hendrick Hendrick, 1992, kehadiran anak dalam keluarga juga meningkatkan
kemungkinan terjadinya perceraian Katvetz, Warner Acock, dalam Bhrem, 2002.
Universitas Sumatera Utara
22 b. Tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Kurdek dalam Lefrancois, 1993, ditemukan bahwa bagi pria dan wanita, rendahnya tingkat pendidikan
merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan terjadinya persengketaan dalam pernikahan. Hal ini terjadi karena kurangnya pendidikan akan mengurangi
kesempatan untuk mengembangkan keterampilan verbal dan sosial dalam menyelesaikan konflik, dan persiapan yang kurang baik yang terjadi pada awal-
awal pernikahan. Ditambahkan oleh Hendrick Hendrick 1992 bahwa pasangan yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan merasakan kepuasan
yang lebih rendah karena lebih benyak menghadapi stressor seperti pengangguran dan tingkat penghasilan yang rendah.
c. Latar belakang ekonomi Status ekonomi yang dirasakan tidak sesuai dengan harapan dapat
menimbulkan bahaya dalam hubungan pernikahan Hendrick Hendrick, 1992. Umumnya, individu dengan status pekerjaan rendah, kurang pendidikan, dan
pendapatan yang rendah memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk bercerai Kitson et al; Karney Brabury, dalam Bhrem, 2002.
d. Usia ketika menikah. Pada wanita, usia ketika pertama kali menikah merupakan faktor penting
yang berhubungan dengan kepuasan pernikahan. Pada umumnya, semakin dewasa wanita ketika menikah, maka akan semakin bahagia ia dalam pernikahannya.
Selain itu, ditemukan juga bahwa remaja yang menikah memiliki frekuensi dua
Universitas Sumatera Utara
23 kali lebih besar untuk bercerai dibandingkan dengan wanita yang lebih dewasa
Lefrancois, 1993. e. Lama Pernikahan
Sebagaimana dikemukakan oleh Duvall dalam Lefrancois, 1993 bahwa tingkat kepuasan tertinggi terjadi pada awal pernikahan, menurun setelah
kelahiran anak pertama, dan meningkat kembali setelah anak terakhir meninggalkan rumah.
B. Tahap-Tahap Pernikahan 1. Pengertian Tahap-Tahap Pernikahan