Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sistem Pengelolaan Pendapatan daerah dan Belanja Daerah

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan; f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2000 tentang Informasi Keuangan Daerah.

6. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD

Anggaran daerah merupakan rencana kerja pemerintah daerah yang diwujudkan dalam bentuk uang selama periode tertentu satu tahun Jones Pendlebury, 1996. Anggaran ini digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja dan sebagai alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Menteri Negara Otonomi Daerah Republik Indonesia menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD pada hakekatnya merupakan instrumen kebijakan yang dipakai, sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, DPRD dan pemerintah daerah harus berupaya secara nyata dan terstruktur guna menghasilkan APBD yang dapat mencerminkan kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan potensi masing-masing daerah serta dapat memenuhi tuntutan terciptanya anggaran daerah yang berorientasi Universitas Sumatera Utara pada kepentingan dan akuntabilitas publik. Dengan demikian APBD harus benar-benar dapat mencerminkan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

4. Sistem Pengelolaan Pendapatan daerah dan Belanja Daerah

Menurut artikel yang dilansir oleh egovetime.com sistem pengelolaan pendapatan daerah adalah sistem yang membantu Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemungutan pendapatan daerah dan koordinasi dengan instansi lain dalam perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian pemungutan pendapatan daerah. Berbeda dari Sistem Keuangan, sistem ini membantu Eksekutif Daerah untuk secara cepat mengetahui potensi pendapatan Pemda dari semua sumber pendapatan yang ada guna penyusunan kebijakan Pemerintah Daerah yang lebih baik lagi. Dan sesuai dengan Surat Edaran No 9032429SJ tentang Penyusunan APBD, maka pendapatan daerah terdiri dari : a. Pendapatan Asli Daerah 1 Penetapan peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah agar berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah; 2 Hasil penggunausahaan atau penjualan kekayaan milik daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai Universitas Sumatera Utara akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa, serta sumbangan pihak ketiga dianggarkan dalam kelompok Lain-lain PAD yang sah; 3 Setiap rincian objek pendapatan asli daerah yang dianggarkan harus mencantumkan dasar hukum pemungutanpenerimaan dan target dari potensi pungutan yang direncanakan. b. Dana Perimbangan 1 Penerimaan dana perimbangan dianggarkan pada pos belanja sekretariat daerah atau satuan kerja pengelola keuangan daerah. 2 Sambil menunggu penetapan dana perimbangan tahun anggaran yang berkenaan, pemerintah daerah dapat menggunakan pagu dana perimbangan yang ditetapkan dalam tahun anggaran sebelumnya. Penyesuaian angka Dana Alokasi Umum Tahun yang berkenaan yang sesungguhnya dapat dilakukan dalam Perubahan APBD tahun anggaran berkenaan. c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Pendapatan daerah yang tidak dapat dikelompokan dalam jenis pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dianggarkan pada lain-lain pendapatan daerah yang sah seperti dana otonomi khusus, dana penyesuaian, hibah dan dana darurat. Sistem pengelolaan belanja daerah adalah sistem yang membantu Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pengeluaran belanja daerah dan koordinasi dengan instansi lain dalam perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian pengeluaran belanja daerah. Menurut Pasal 20 PP No. 58 tahun 2005, belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum, Daerah yang Universitas Sumatera Utara mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah. Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari: a. Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan. Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan diklasifikasikan menurut kewenangan pemerintahan provinsi dan kabupatenkota. b. Klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara. Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari: 1 pelayanan umum; 2 ketertiban dan keamanan; 3 ekonomi; 4 lingkungan hidup; 5 perumahan dan fasilitas umum; 6 kesehatan; 7 pariwisata dan budaya; 8 agama; Universitas Sumatera Utara 9 pendidikan; serta 10 perlindungan sosial. Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja terdiri dari: a. belanja pegawai; b. belanja barang dan jasa; c. belanja modal; d. bunga; e. subsidi; f. hibah; g. bantuan sosial; h. belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan i. belanja tidak terduga.

5. Pengertian efisiensi, efektivitas