Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam suatu negara dengan wilayah yang luas membutuhkan suatu sistem pemerintahan governance yang baik. Sistem ini sangat diperlukan setidaknya oleh dua hal: pertama sebagai alat untuk melaksanakan berbagai pelayanan publik di berbagai daerah, kedua sebagai alat bagi masyarakat setempat untuk berperan serta aktif dalam menetukan arah dan cara mengembangkan taraf hidupnya sendiri selaras dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam koridor- koridor kepentingan nasional. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan pembangunan, maka pemerintahan negara pada hakekatnya mengemban 3 tiga fungsi utama yaitu : 1. fungsi alokasi, meliputi sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa pelayanan masyarakat; 2. fungsi distribusi pembangunan; 3. fungsi stabilisasi yang meliputi, pertahanan keamanan dan ekonomi moneter. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, memberikan kewenangan yang semakin luas kepada daerah untuk memberdayakan diri terutama berkaitan dengan pengelolaan sumber pendanaan yang dimiliki. Di samping itu juga adanya Universitas Sumatera Utara tuntutan terhadap penciptaan kondisi perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang rasional dan proporsional. Konsekuensi dari kedua Undang-undang tersebut bahwa daerah harus mampu mengembangkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga hukum, lembaga, keuangan, lembaga adat dan lembaga swadaya masyarakat serta seluruh potensi masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaan otonomi daerah merupakan proses yang memerlukan keterlibatan segenap unsur dan lapisan masyarakat, serta memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah sehingga peran pemerintah adalah sebagai katalisator dan fasilitatator, karena pihak pemerintahlah yang lebih mengetahui sasaran dan tujuan pembangunan yang akan dicapai. Sebagai katalisator dan fasilitator tentunya membutuhkan sarana dan fasilitas pendukung dalam rangka terlaksananya pembangunan secara berkesinambungan. Salah satu aspek penting pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD. Dimana APBD merupakan kebijaksanaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disusun berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta berbagai pertimbangan lainnya dengan maksud agar penyusunan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi anggaran pendapatan belanja daerah mudah dilakukan. Pada sisi yang lain anggaran pendapatan belanja daerah dapat pula menjadi sarana bagi pihak tertentu untuk melihat atau mengetahui kemampuan daerah baik dari sisi pendapatan dan sisi belanja, sedangkan dari sisi anggaran belanja rutin merupakan salah satu alternatif yang dapat merangsang kesinambungan serta konsistensi pembangunan di daerah secara keseluruhan menuju tercapainya sasaran yang telah Universitas Sumatera Utara disepakati bersama. Oleh sebab itu, kegiatan rutin yang akan dilaksanakan merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan pembangunan. Perkembangan APBD terutama di sisi pendapatan daerah dapat menjadi dasar perencanaan jangka pendek satu tahun dengan asumsi bahwa perkembangan yang akan terjadi pada satu tahun ke depan relatif sama. Pendapatan Asli Daerah merupakan pencerminan dari potensi ekonomi daerah, untuk itu tidak berlebihan apabila pemerintah pusat menjadikan PAD sebagai kriteria utama dalam pemberian otonomi daerah. Untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggung jawab diperlukan manajemen keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntability. Menurut Mardiasmo 2002, Elemen manajemen keuangan daerah diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut meliputi: 1. akuntabilitas; 2. value for money; 3. kejujuran dalam mengelola keuangan publik; 4. transparansi; 5. pengendalian. Dalam rangka pertanggungjawaban publik, pemerintah daerah melakukan optimalisasi anggaran yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keterangan Tahun Penelitian 2005 2006 2007 2008 2009 Universitas Sumatera Utara Tingkat Penduduk Miskin di Sumatera Utara 14,68 15,66 13,90 12,55 11,51 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara 5,48 6,20 6,90 6,39 5,70 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera di Sumatera Utara 645.788 1.070.037 1.043.158 1.032.337 1.049.325 Jumlah Pencari Kerja Terdaftar di Sumatera Utara 174.664 179.606 386.754 146.294 165.280 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Pengalaman yang terjadi selama ini menunjukan bahwa manajemen keuangan daerah masih memprihatinkan, ini terlihat dari banyaknya keluarga pra sejahtera dan jumlah pencari kerja yang masi belum menunjukkan peningkatan yang berarti, serta tingkat penduduk miskin dan laju pertumbuhan ekonomi yang belum menjajikan sebagai indikator bahwa manejemen keuangan Provinsi Sumatera Utara tergolong baik . Anggaran daerah khususnya pengeluaran daerah belum mampu berperan sebagai insentif dalam mendorong laju pembangunan di daerah. Di samping itu, banyak ditemukan keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas serta kurang mencerminkan aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Dilihat dari aspek masyarakat dengan adanya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik maka dapat meningkatnya tuntutan masyarakat akan pemerintah yang baik, hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk bekerja secara lebih efisien dan efektif terutama dalam menyediakan layanan prima bagi seluruh masyarakat. Dalam mendukung peningkatan pelayanan prima harus didukung pula dengan pembiayaan terhadap aparat, di mana harus didukung pula dengan penerimaan khususnya penerimaan asli daerah. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan latar belakang masalah, dimana pengawasan pemerintah daerah dalam rangka mempertanggungjawabkan terhadap publik berkaitan langsung dengan kebijakan keuangan. Oleh karena itu pemerintah daerah harus mengoptimalisasi anggaran secara efisien dan efektif, dan yang menjadi permasalahan adalah bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini adalah penelitian replikasi dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Supratman 2001 yang berjudul “Efisiensi dan Efektivitas Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah di Provinsi DKI Jakarta”. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah penelitian ini menggunakan data- data yang diambil dari data anggaran APBD dan realisasi APBD Provinsi Sumatera Utara pada periode 2005-2009, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan data-data yang diambil dari data anggaran APBD dan realisasi APBD Provinsi DKI Jakarta periode 19961997-2000. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Tingkat Efisiensi dan Efektivitas Sistem Pengelolaan Pandapatan Daerah dan Belanja Daerah di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara”

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah