Kebijakan Hukum Pidana dalam KUHP baru untuk menanggulangi Kejahatan ProstitusiPelacuran

R. Christyna Pardede : Upaya Kepolisian Dan Peran Serta Masyarakat Dalam Menanggulangi Kejahatan Prostitusi Studi : Wilayah Hukum Polsek Balige, 2008. USU Repository © 2009 memiliki ijin operasi sehingga tidak sembarangan mengadakan praktek-praktek prostitusi dan tidak dengan sesuka hati menjadi sarana untuk mempermudah jalannya praktek prostitusipelacuran, misalnya tempat bertemunya PSK dengan langganan dan mengadakan transaksi jual-beli. Diharapkan kepada pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan sesuai dengan bakat dan keahlian yang dimiliki oleh mantan PSK dan diharapkan juga pemerintah untuk dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik itu di bidang ekonomi, sosial maupun pendidikan. Memberikan arahan dan bimbingan kepada anak-anak remaja putri, khususnya mengenai seks bebas, prostitusi sehingga mereka tidak terjerumus ke alam pergaulan seks bebas diluar perkawinan. Karena apabila terjerumus kedalam pergaulan bebas, maka sangat besar kemungkinannya anak tersebut akan jatuh ke dunia prostitusipelacuran. Selain itu menghimbau kepada masyarakat supaya tidak mudah terbujuk dengan janji-janji manis untuk dipekerjakan diluar daerah bahkan luar negeri dengan gaji yang besar dan iming-iming yang menggiurkan, karena itu semua hanya akan membawa kita terperangkap ke dunia yang sangat gelap yang tidak pernah dinginkan oleh setiap orang. 78 Dalam KUHP, pasal yang mengatur masalah penanggulangan prostitusipelacuran adalah Pasal 296 KUHP dan Pasal 297 KUHP

C. Kebijakan Hukum Pidana dalam KUHP baru untuk menanggulangi Kejahatan ProstitusiPelacuran

79 78 Wawancara penulis dengan berbagai anggota masyarakat, pada tanggal 10-14 Februari 2008 79 Op.cit, R. Soesilo . Pasal 296 KUHP : R. Christyna Pardede : Upaya Kepolisian Dan Peran Serta Masyarakat Dalam Menanggulangi Kejahatan Prostitusi Studi : Wilayah Hukum Polsek Balige, 2008. USU Repository © 2009 Barangsiapa yang pencahariannya atau kebiasaannya yaitu dengan sengaja mengadakan atau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain dihukum penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000,- Sedangkan RUU KUHP baru tahun 2005 untuk menanggulangi prostitusi dengan hukuman yang sudah mulai memberatkan, yaitu pasal 496-pasal 498 RUU KUHP baru 80 80 . Pasal 496 1 Setiap orang yang menghubungkan atau memudahkan orang lain melakukan perbuatan cabul atau persetubuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 495 ayat 1 dan ayat 2, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 9 sembilan tahun. 2 Setiap orang yang di luar hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menghubungkan atau memudahkan orang lain berbuat cabul atau persetubuhan dengan orang yang diketahui atau patut diduga belum berumur 18 delapan belas tahun dan belum kawin, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 12 dua belas tahun. 3 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, dilakukan sebagai pekerjaan atau kebiasaan, maka pembuat tindak pidana dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun. Pasal 497 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 12 dua belas tahun, setiap orang yang : a. menjadikan sebagai pekerjaan atau kebiasaan menghubungkan atau memudahkan orang lain berbuat cabul atau bersetubuh; atau b. menarik keuntungan dari perbuatan cabul atau persetubuhan orang lain dan menjadikannya sebagai mata pencaharian. Sedangkan, Pasal 297 KUHP : Memperniagakan perempuan dan memperniagakan laki-laki yang belum dewasa, dihukum penjara selama-lamanya enam tahun. Pasal 498 1 Setiap orang yang menggerakkan, membawa, menempatkan atau menyerahkan laki-laki di bawah umur 18 delapan belas tahun atau perempuan kepada orang lain untuk melakukan perbuatan cabul, pelacuran, atau perbuatan melanggar kesusilaan lainnya, dipidana karena perdagangan laki-laki dan perempuan, dengan pidana penjara paling lama 9 sembilan tahun dan pidana denda paling banyak Kategori V. www.legalitas.org RUU KUHP tahun 2005 R. Christyna Pardede : Upaya Kepolisian Dan Peran Serta Masyarakat Dalam Menanggulangi Kejahatan Prostitusi Studi : Wilayah Hukum Polsek Balige, 2008. USU Repository © 2009 2 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan menjanjikan perempuan tersebut memperoleh pekerjaan tetapi ternyata diserahkan kepada orang lain untuk melakukan perbuatan cabul, pelacuran, atau perbuatan melanggar kesusilaan lainnya, maka pembuat tindak pidana dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 sembilan tahun. Dari kedua pasal diatas, menunjukkan adanya usaha penanggulangan mengatasi kejahatan prostitusi yang bersifat preventif, dimana adanya usaha penyempurnaan undang-undang mengenai larangan penyelenggaraan prostitusipelacuran. Didalam kedua Pasal diatas yang terdapat dalam KUHP dan RUU KUHP baru tahun 2005 menekankan pada penanggulangan orang yang pekerjaannya atau kebiasaannya mengadakan atau memudahkan perbuatan cabul, pelacuran dengan orang lain yang disebut dengan mucikari atau germo dan sindikat-sindikat atau agen-agen yang memperdagangkan wanita dan laki-laki untuk dijadikan PSK. Sedangkan untuk PSK sendiri menurut hasil wawancara penulis dengan bapak Kapolsek Balige, kejahatan prostitusi belum dapat ditanggulangi karena prostitusi ini merupakan suatu penyakit masyarakat yang sulit untuk diberantas selagi manusia itu ada di dunia ini. Dan bagi PSK yang berada di pusat rehabilitasi atau dinas-dinas sosial hendaknya diberi suatu keterampilan, seperti menjahit, tataboga atau kerajinan lainnya supaya apabila mereka keluar dari tempat rehabilitasi, mereka dapat melangsungkan hidup dan tidak kembali pada profesi semula. Tetapi yang menjadi kendala saat ini adalah dimana dinas-dinas sosial R. Christyna Pardede : Upaya Kepolisian Dan Peran Serta Masyarakat Dalam Menanggulangi Kejahatan Prostitusi Studi : Wilayah Hukum Polsek Balige, 2008. USU Repository © 2009 tidak berjalan sesuai dengan eksistensinya dan untuk itu perlu kiranya mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah. 81 1. Kejahatan prostitusi merupakan gejala masyarakat atau penyakit yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang sangat dikutuk dan dianggap perbuatan yang paling hina dan dilarang oleh semua ajaran agama apapun di dunia ini. Prostitusi dapat diartikan sebagai perbuatan dimana wanita menjual diri, melakukan perbuatan seksual sebagai mata pencaharian. Faktor yang dominan penyebab tingginya tingkat kejahatan prostitusi di kota Balige adalah faktor perekonomian yang sangat membelit kehidupan,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

81 Op.cit, wawancara dengan Kapolsek Balige, bapak H. Sinaga