Penentuan Kadar Logam Cadmium(Cd), Tembaga (Cu), Crom (Cr), Besi (Fe), Nikel (Ni), dan Zinkum (Zn) dari beberapa Jenis Kerang Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA)

(1)

PENENTUAN KADAR LOGAM CADMIUM(Cd), TEMBAGA(Cu), CROM(Cr), BESI(Fe), NIKEL(Ni), DAN ZINKUM (Zn)

DARI BEBERAPA JENIS KERANG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

SERAPAN ATOM ( SSA)

TESIS

OLEH:

RAIMA PASARIBU 097006024

PROGRAM STUDI ILMU KIMIA SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PENENTUAN KADAR LOGAM CADMIUM(Cd), TEMBAGA(Cu), CROM(Cr), BESI(Fe), NIKEL(Ni), DAN ZINKUM (Zn)

DARI BEBERAPA JENIS KERANG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

SERAPAN ATOM ( SSA)

TESIS

Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Kimia pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH: RAIMA PASARIBU

097006024

PROGRAM STUDI ILMU KIMIA SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

Judul Tesis : Penentuan Kadar Logam Cadmium(Cd), Tembaga (Cu), Crom (Cr), Besi (Fe), Nikel (Ni), dan Zinkum (Zn) dari beberapa Jenis Kerang Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA) N a m a Mahasiswa : Raima Pasaribu

Nomor Induk Mahasiswa : 097006024

Program Studi : Magister Ilmu Kimia

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Zul Alfian, M.Sc Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil Ketua Anggota

Ketua Program Studi Ilmu Kimia Dekan,

Prof. Basuki Wirjosentono, MS.,Ph.D Dr. Sutarman, M.Sc


(4)

Telah diuji pada

Hari/tanggal : Senin / 20 Juni 2011

Panitia Penguji Tesis :

Ketua : Prof.Dr. Zul Alfian, M.Sc

Anggota :1. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M. Phill 2. Prof.Basuki Wiryosentono,MS,Ph.D 3. Prof.Dr.Harlen Marpaung

4. Dr.Hamonangan Nainggolan 5. Prof. Dr. Yunazar Manjang


(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PENENTUAN KADAR LOGAM CADMIUM(Cd), TEMBAGA(Cu), CROM(Cr), BESI(Fe), NIKEL(Ni), DAN ZINKUM (Zn)

DARI BEBERAPA JENIS KERANG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

SERAPAN ATOM ( SSA)

T E S I S

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, Juni 2001

( Raima Pasaribu ) NIM. 097006024


(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Raima Pasaribu

NIM : 097006024

Program Studi : Magister Kimia Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk menberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul:

PENENTUAN KADAR LOGAM CADMIUM(Cd), TEMBAGA(Cu), CROM(Cr), BESI(Fe), NIKEL(Ni), DAN ZINKUM (Zn)

DARI BEBERAPA JENIS KERANG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

SERAPAN ATOM ( SSA)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagi pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebernarnya.

Medan, Juni 2011 (Raima Pasaribu)


(7)

ABSTRAK

Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan kadar logam Cd, Cu, Cr, Fe, Ni dan Zn dalam daging kerang darah dan kerang bulu yang berasal dari muara sungai Asahan. Untuk pemeriksaan kadar logam-logam tersebut dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Kadar Cd pada kerang darah 0,2758 ppm dan kerang bulu 0,1505 ppm, kadar Cr tidak terdeteksi, kadar Cu pada kerang darah 0,2733 ppm dan kerang bulu 0,1551 ppm, kadar Fe pada kerang darah 0,8965 ppm dan kerang bulu 0,9327 ppm, kadar Ni pada kerang darah 0,1502 ppm dan kerang bulu 0,0899 ppm, kadar Zn pada kerang darah 0,8756 ppm dan kerang bulu 0,8869 ppm.


(8)

ABSTRAC

In this research, I had done checking the steel’s level form Cd, Cu, Cr, Fe, Ni and Zn in flesh cockle and scallop which come form Asahan River. To cheeck the level of the steel, I used the spektrofotometri method atom absorbcy (SSA). This research objective shows that the level of Cd in Cockle 0,2758 ppm and Scallop 0,1505 ppm, the level of Cr undetection, the level of Cu in Cockle 0,2733 ppm and Scallop 0,1551 ppm, the level of Fe in Cockle 0,8965 ppm and Scallop 0,9327 ppm, the level of Ni in Cockle 0,1502 ppm and Scallop 0,0899 ppm and the level of Zn in Cockle 0,8756 ppm and Scallop 0,8869


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberi limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini yang berjudul: “Penentuan Kadar Logam Cadmium(Cd),Tembaga (Cu),Crom (Cr), Besi (Fe), Nikel (Ni) dan Zinkum (Zn) dari beberapa jenis kerang dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)“ .

Ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc., selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil selaku pembimbing 2 yang telah bersedia membimbing, memberi arahan selama penulis melaksanakan penelitian sampai selesainya penyusunan hasil penelitian ini. Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada :

1. Rektor USU Prof.Syahril Pasaribu DTM & H,Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama kuliah di Sekolah Pascasarjana Kimia USU. 2. Gubernur Provinsi Sumatera Utara dan Kepala Bapeda Sumatera Utara yang

telah memberikan beasiswa S2 kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan Studi S2.

3. Direktur Sekolah Pascasarjana USU Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairunnisa B.,MSc atas kesempatan yang diberikan menjadi mahasiswa Program Magister pada Sekolah Pascasarjana USU Medan.

4. Ketua Sekolah Pascasarjana Kimia USU Bapak Prof. Basuki Wirjosentono MS,PhD.

5. Seluruh staf dosen dan pegawai Sekolah Pascasarjana Kimia USU yang telah mendidik dan membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

6. Seluruh keluarga terutama suami Mukhlis Siregar,anak-anakku tercinta Hadyan Haqqul Yaqin,Arfi Luthfiyah dan Husnul Washilah yang penuh pengertian dan memberi dukungan sehingga selesai menamatkan studi di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak hingga sempurnanya tesis ini dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2011 Penulis

Raima Pasaribu


(10)

RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

Nama : Raima Pasaribu

Tempat dan Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 2 April 1972 Alamat Rumah : Jln.Andalan 8 No. 262 Binjai Telepon/ HP : 085261079688

Instansi Tempat Bekerja : SMA Negeri 5 Binjai Alamat Kantor : Jl. Jambi No. 2 Binjai

Telp./Fax : 061-77821904

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Negeri P. Siantar 1979 SMP : SMP Negeri 1 P. Siantar 1988

SMA : SMA IKIP P. Siantar 1991

STRATA-1 : FPMIPA IKIP Medan 1996 STRATA-2 : Universitas Sumatera Utara 2011


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRAC... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Biologi Kerang ... 6

2.2 Logam ... 8

2.2.1. Pengaruh Logam Berat Terhadap Kesehatan Manusia ... 11

2.2.2. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)... 13

BAB III BAHAN DAN METODE ... 15

3.1 Lokasi Penelitian ... 15

3.2 Bahan dan Alat ... 15


(12)

3.4. Area Pengambilan Sampel... 19

3.5. Pembuatan Kurva Kalibrasi... 21

3.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi... 29

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 35

4.1 Hasil Penelitian... 35

4.1.1 Zinkum (Zn) ... 35

4.1.2 Tembaga (Cu)... 40

4.1.3 Nikel (Ni) ... 45

4.1.4 Besi (Fe) ... 51

4.1.5 Kromium (Cr) ... 56

4.1.6 Kadmium (Cd) ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA... 68


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kondisi alat SSA untuk logam Zn ... 35

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Zinkum (Zn)... 35

Tabel 4.3 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Zinkum (Zn) ... 36

Tabel 4.4 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Zinkum (Zn) pada Kerang Darah dari Stasiun 1 di Kota Tanjung Balai Asahan ... 38

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Kadar Zinkum (Zn) pada Kerang Darah dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan ... 39

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Kadar Zinkum (Zn) pada Kerang Bulu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung balai Asahan... 39

Tabel 4.7 Kondisi Alat SSA untuk logam Cu ... 40

Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Tembaga (Cu) ... 40

Tabel 4.9 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Tembaga (Cu)... 41

Tabel 4.10 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Tembaga (Cu) pada Kerang Darah dari Stasiun 1 di Kota Tanjung Balai Asahan ... 43

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Tembaga (Cu) pada Kerang Darah dari Berbagai Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan... 44

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Tembaga (Cu) pada Kerang Bulu dari Berbagai Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan... 45

Tabel 4.13 Kondisi alat SSA untuk logam Ni ... Tabel 4.14 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Nikel (Ni)... 46

Tabel 4.15 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Nikel (Ni) ... 47

Tabel 4.16 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nikel (Ni) pada Kerang Darah dari Stasiun 1 di Kota Tanjung Balai Asahan... 49

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Nikel (Ni) Pada Kerang Darah dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan ... 50

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Nikel (Ni) Pada Kerang Bulu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan ... 50

Tabel 4.19 Kondisi Alat SSA untuk logam Fe... 51

Tabel 4.20 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe)... 51


(14)

Tabel 4.22 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Besi (Fe) pada Kerang Darah dari Stasiun 1 di Kota Tanjung Balai

Asahan... 54

Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Kadar Besi (Fe) pada Kerang Batu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan ... 55

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Kadar Besi (Fe) pada Kerang Bulu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan ... 55

Tabel 4.25 Kondisi alat SSA untuk logam Cr ... 56

Tabel 4.26 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Krom (Cr) ... 56

Tabel 4.27 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Krom (Cr)... 57

Tabel 4.28 Kondisi alat SSA untuk logam Cd ... 59

Tabel 4.29 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kadmium (Cd) ... 59

Tabel 4.30 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Kadmium (Cd) ... 60

Tabel 4.31 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Cadmium (Cd) pada Kerang Darah dari Stasiun 1 di Kota Tanjung Balai Asahan ... 62

Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Kadar Kadmium (Cd) pada Kerang Darah dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan ... 63

Tabel 4.33 Hasil Perhitungan Kadar Kadmium (Cd) pada Kerang Bulu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung balai Asahan... 63


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.1 Kerang Darah (Anadara maculosa) ... 6

Gambar 2.1.2 Kerang Bulu (Anadara Inflata)... 7

Gambar 2.2.1. Proses yang terjadi bila logam berat masuk ke lingkungan perairan (EPA, 1973 dalam Bahri, 2003 ) ... 10

Gambar 2.2.2. Skematis Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom ... 14

Gambar 3.3.1 Bagan Prosedur analisa logam berat Cd, Cu, Cr, Fe, Ni dan Zn dalam Kerang Darah (Anadara Granosa) dan Kerang Bulu (Anadara Inflata)... 18

Gambar 3.6.1 Flow Shett pembuatan kurva kalibrasi besi... 29

Gambar 3.6.2 Flow Shett pembuatan kurva kalibrasi Tembaga ... 30

Gambar 3.6.3 Flow Shett pembuatan kurva kalibrasi Kadmium ... 31

Gambar 3.6.4 Flow Shett pembuatan kurva kalibrasi Crom... 32

Gambar 3.6.5 Flow Shett pembuatan kurva kalibrasi Nikel ... 33

Gamba 3.6.6 Flow Shett pembuatan kurva kalibrasi Seng. ... 34

Gambar 4.1 Kurva Larutan Standar Logam Zinkum (Zn) ... 37

Gambar 4.2 Kurva Larutan Standar Logam Tembaga (Cu)... 42

Gambar 4.3 Kurva Standar Larutan Standar Logam Nikel (Ni) ... 48

Gambar 4.4 Kurva Standar Larutan Logam Besi (Fe) ... 53

Gambar 4.5 Kurva Standar Larutan Standar Logam Krom (Cr)... 58


(16)

ABSTRAK

Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan kadar logam Cd, Cu, Cr, Fe, Ni dan Zn dalam daging kerang darah dan kerang bulu yang berasal dari muara sungai Asahan. Untuk pemeriksaan kadar logam-logam tersebut dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Kadar Cd pada kerang darah 0,2758 ppm dan kerang bulu 0,1505 ppm, kadar Cr tidak terdeteksi, kadar Cu pada kerang darah 0,2733 ppm dan kerang bulu 0,1551 ppm, kadar Fe pada kerang darah 0,8965 ppm dan kerang bulu 0,9327 ppm, kadar Ni pada kerang darah 0,1502 ppm dan kerang bulu 0,0899 ppm, kadar Zn pada kerang darah 0,8756 ppm dan kerang bulu 0,8869 ppm.


(17)

ABSTRAC

In this research, I had done checking the steel’s level form Cd, Cu, Cr, Fe, Ni and Zn in flesh cockle and scallop which come form Asahan River. To cheeck the level of the steel, I used the spektrofotometri method atom absorbcy (SSA). This research objective shows that the level of Cd in Cockle 0,2758 ppm and Scallop 0,1505 ppm, the level of Cr undetection, the level of Cu in Cockle 0,2733 ppm and Scallop 0,1551 ppm, the level of Fe in Cockle 0,8965 ppm and Scallop 0,9327 ppm, the level of Ni in Cockle 0,1502 ppm and Scallop 0,0899 ppm and the level of Zn in Cockle 0,8756 ppm and Scallop 0,8869


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktifitas kehidupan yang sangat tinggi dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan hidupnya. Penyebab tercemarnya atau rusaknya tatanan lingkungan hidup adalah limbah.

Limbah pertanian, indusrti dan hasil kegiatan manusia lainnya yang mengandung logam berat dapat mengkontaminasi perairan sungai maupun laut dan akan berakumulasi dalam rantai makanan (biota) yang berasal dari perairan tersebut.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan kualitas lingkungan salah satunya adalah akibat adanya pencemaran lingkungan khususnya pencemaran perairan oleh logam berat.Pencemaran oleh logam berat mulai mendapat perhatian sejak tahun 1953, pada saat itu sekitar 146 nelayan di Minamata Jepang meninggal dan cacat akibat mengkonsumsi ikan dan kerang-kerangan yang tercemar oleh merkuri (Hg) dan cadmium (Cd) yang menimbulkan penyakit yang dikenal dengan sebutan “Itai-itai” (Afrizal, 2000).

Secara kasat mata, terutama terlihat di bagian sungai yang melewati kota Tanjung Balai, Sungai Asahan telah tercemar. Air selalu keruh dan sering pula terlihat tumpahan sisa minyak pelumas tergenang di sungai. Sejumlah


(19)

industri di Asahan dan Tanjung balai, terutama yang terdapat di sepanjang Sungai Asahan sekitar 10 kilometer sebelum muara, atau persisnya sejak pusat kota Tanjung Balai, sisi kiri sungai merupakan tangkahan

(pelabuhan pendaratan kapal ikan) yang setiap hari disinggahi sekitar 1.500 kapal, boat dan sampan nelayan (P.T. Pelabuhan Indonesia 1, 2010).

Di pinggir Sungai Asahan terdapat Pelabuhan Teluk Nibung,yakni pelabuhan ekspor impor barang dan penumpang tujuan dalam dan luar negeri.

Kemudian, di muara Sungai Asahan terdapat pelabuhan Bagan Asahan. Muara Sungai asahan mendapat pengaruh langsung dari aliran massa air dari

sungai Asahan yang berasal dari Danau Toba dan perairan laut Selat malaka .Di sepanjang sungai asahan banyak terdapat aktivitas manusia antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asahan, pariwisata, pemukiman, rumah sakit,pabrik es (cold storange), pabrik kapur, industri tapioka, gudang-gudang penyimpanan barang, gudang-gudang-gudang-gudang ikan, tambak udang, dan lalu lintas kapal mempunyai potensi membuang limbah kususnya logam-logam berat ke sungai Asahan.

Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya yaitu karena logam berat tidak dapat dihancurkan oleh organisme hidup di lingkungan dan terakumulasi di lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan. Biota air yang hidup dalam perairan tercemar logam berat, dapat mengakumulasi logam berat tersebut dalam jaringan tubuhnya. Makin tinggi kandungan logam dalam perairan akan semakin tinggi pula kandungan logam berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan tersebut (Rohyatun E, 2007).


(20)

Kerang merupakan salah satu bahan makanan tambahan hasil laut yang memperoleh makanan juga berasal dari laut,yaitu berupa plankton algae. Air laut yang telah mengandung logam dalam konsentrasi tinggi yang berasal dari sisa-sisa buangan industri akan segera diubah oleh mikroorganisme-mikroorganisme dari bentuk anorganik menjadi bentuk senyawa organik. Senyawa organik tersebut akan terserap oleh plankton algae ini dimakan oleh binatang laut lainnya termasuk kerang.Akibatnya melalui rantai makanan ini dalam tubuh kerang terdapat logam-logam.Apabila kerang ini dimakan oleh

manusia maka akan terjadi penumpukan logam didalam tubuh manusia. Tanjung Balai memang dikenal sebagai penghasil kerang utama di

Sumatera Utara, sehingga dikenal sebagai sebutan kota kerang. Penangkapan kerang dilakukan secara tradisional maupun dengan peralatan modern. Hasilnya dijual ke berbagai kota di Sumatera Utara, seperti Medan, Binjai, Tanah Karo, Pematang Siantar, Kisaran, Rantau Prapat, dan Padang Sidempuan.

Mengingat kerang-kerang (jenis Molluska bivalvia) yang mengandung beberapa zat gizi penting yaitu sumber protein hewani bahkan mutunya dikategorikan complete protein karena asam amino esensialnya tinggi yaitu sekitar 85-95 persen dan mudah dicerna tubuh juga murah harganya tetapi jenis kerang-kerangan ini dapat mengakumulasikan logam berat dalam tubuhnya.

Menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokkan ke dalam 3


(21)

kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri dari unsur-unsur Hg,Cd,Pb,Cu dan Zn.Bersifat toksik sedang yang terdiri dari unsur-unsur Cr,Ni, dan Co,sedangkan bersifat toksik rendah terdiri dari unsur-unsur Mn dan Fe (PPLH-IPB,1997; Sutamihardja et al.,1982 dalam Ernawati, 2010)

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) Nomor.03725/B/SKNII/1989 tentang batas Maksimum Cemaran Logam dalam makanan untuk biota laut dan hasil olahan sebesar 2 mg/kg (ppm). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan logam berat.

1.2 Perumusan Masalah

Kerang merupakan salah satu makanan laut yang banyak dikonsumsi dan diminati masyarakat, karena mengandung protein, mineral, lemak tak jenuh yang sangat diperlukanun pertumbuhan dan kecerdasan (Anonim, 2005).

Cara hidup kerang yang bersifat menetap merupakan salah satu alasan yang menjadikan sering digunakan sebagai indikator dalam mendeteksi kasus pencemaran logam berat dalam lingkungan perairan. Perairan Muara Sungai Asahan dikenal sebagai penghasil kerang di Sumatera. Melihat tingginnya aktifitas masyarakat di sepanjang perairan Muara Sungai Asahan seperti pembuangan limbah industri, limbah rumah tangga, transportasi serta sisa pelumas dari kapal-kapal nelayan dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya pencemaran logam berat pada perairan muara sungai Asahan.


(22)

Dampak negatif pencemaran di perairan muara sungai Asahan menyebabkan perubahan populasi biota laut, khususnya kerang.

1.3 Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, sampel yang digunakan hanya diambil dari muara sungai Asahan Kota Tanjung Balai.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam Cadmium (Cd),Tembaga (Cu), Crom (Cr), Besi (Fe), Nikel (Ni) dan Zinkum (Zn) pada beberapa jenis kerang dengan metode spektrofotometri serapan atom (SSA).

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1.Sebagai informasi kepada masyarakat mengenai kelayakan kerang darah, kerang bulu di perairan muara sungai Asahan Kodya Tanjung Balai. 2.Untuk mengetahui tingkat kontaminasi logam berat Cadmium (Cd), Tembaga (Cu), Crom (Cr), Besi (Fe), Nikel (Ni) dan Zinkum (Zn) pada kerang darah dan kerang bulu.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kerang

2.1.1 Kerang Darah (Anadara maculosa)

Sistematika kerang darah (Anadara maculosa) menurut Olsson (1961) adalah sebagai berikut:

Fillum : Mollusca

Kelas : Pelecypoda (Lamellibranchiata) SubKelas : Fillibranchiata

Ordo : Eutaxodontida Super Famili : Arcacea

Famili : Arcidae Sub famili : Anadarinae Genus : Anadara Spesies : Maculosa


(24)

2.1.2 Kerang Bulu (Anadara inflata) Fillum : Mollusca

Kelas : Pelecypoda (Lamellibranchiata) SubKelas : Fillibranchiata

Ordo : Eutaxodontida Super Famili : Arcacea

Famili : Arcidae Sub famili : Anadarinae Genus : Anadara

Spesies : Inflata

Gambar 2.1.2 Kerang Bulu (Anadara Inflata)

Bivalvia atau lebih dikenal dengan kerang mempunyai dua keping atau belahan yaitu belahan kanan atau belahan kiri yang disatukan oleh suatu engsel yang bersifat elastis disebut ligamen dan mempunyai satu atau dua otot adductor dalam cangkangnya yang berfungsi untuk membuka dan menutup kedua belahan cangkang tersebut (Barnes, 1982).


(25)

Bivalvia tidak memiliki kepala, mata didalam tubuhnya, tubuh bivalvia hanya terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu kaki, mantel, dan organ dalam. Kaki dapat ditonjolkan antara dua cangkang tertutup, bergerak memanjang dan memendek berfungsi untuk bergerak dan merayap (Robert et al, 1982 dalam Syafikri, 2008).

Jenis kerang darah dan kerang bulu biasanya ditemukan di sepanjang pantai yang ditumbuhi pohon bakau, baik diantara pohon-pohon bakau itu sendiri maupun di luarnya. Anadara hidup di daerah tropik pada lumpur halus atau kadang-kadang pasir berlumpur dan terlindung atau berasosiasi dengan pohon-pohon bakau.

2.2 Logam

Logam merupakan bahan pertama yang dikenal manusia dan digunakan sebagai alat-alat yang berperan penting dalam peradaban manusia (Darmono,

1995). Logam berat masih termasuk golongan logam dengann kriteria-kriteria yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan atau masuk kedalam organisme hidup. Bebeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup (Palar, 2004). Berdasarkan daya hantar panas dan listriknya,semua unsur kimia yang terdapat dalam susunan berkala,unsur-unsur dapat dibagi dua golongan yaitu logam dan non logam.Berdasarkan densitasnya,golongan logam terbagi dua yaitu logam ringan dan logam berat.Golongan logam ringan (light metals) mempunyai densitas


(26)

<5,sedangkan logam berat (heavy metals) mempunyai densitas >5

(Hutagalung,1991 dalam Afrizal, 2000). Menurut Palar (2004) karakteristik dari logam berat adalah sebagai

berikut:

a. Memiliki spesifikasi grafitasi yang sangat besar (>4)

b. Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur lantanida dan aktinida

c. Mempunyai respon biokimia (Spesifik) pada organisme hidup. Dapat dikatakan semua logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan

meracuni tubuh makhluk hidup. Sebagai contoh adalah logam air raksa (Hg), Cadmium (Cd), Timah hitam (Pb), Krom (Cr), Cobalt (Co), Besi (Fe), dan Nikel (Ni). Logam berat ini bila kadarnya melebihi dari ambang batas yang diperbolehkan dapat menimbulkan bahaya karena tingkat toksisitasnya akan mengganggu organisme yang ada di perairan maupun manusia penggunanya baik langsung maupun tidak langsung.

Logam berat yang masuk ke sistem perairan, baik di sungai maupun lautan akan dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan adsorbsi oleh organisme-organisme perairan (Bryann, 1976 dalam Ernawati, 2010). Logam yang ada pada perairan suatu saat akan turun dan mengendap pada dasar perairan, hal ini akan menyebabkan organisme yang mencari makan di dasar perairan (udang dan kerang) akan memiliki peluang yang besar untuk terpapar logam berat yang telah terikat di dasar perairan.


(27)

Pertukaran ion

Sedimentasi Pengendapan Absorbsi

Proses Fisis dan Kimiawi Proses Biologis

Diserap Oleh Plankton

Diserap Oleh Rumput Diserap Oleh

Ikan

Zooplankton Avertebrata/ Benthos

Ikan dan Mamalia

Gambar 2.2.1. Proses yang terjadi bila logam berat masuk ke lingkungan perairan ( EPA, 1973 dalam Bahri, 2003 )


(28)

2.2.1. Pengaruh Logam Berat terhadap Kesehatan Manusia

Masing – masing logam berat memiliki pengaruh terhadap kesehatan manusia jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang lama. Pengaruh terhadap kesehatan manusia antara lain:

a. Cu

Gejala yang timbul pada keracunan Cu akut pada manusia adalah mual, muntah, sakit perut, hemolisis, netrofisis, kejang dan akhirnya mati. Pada keracunan kronis, Cu tertimbun dalam hati dan menyebabkan hemolisis. Hemolisis terjadi karena tertimbunnya H2O2 dalam sel darah merah sehingga terjadi oksidasi dari lapisan sel yang mengakibatkan sel menjadi pecah. Defisiensi suhu dapat menyebabkan anemia dan pertumbuhan terhambat ( Darmono, 1995 ) b. Fe

Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Debu Fe juga dapat diakumulasi di dalam alverri paru – paru (Juli Soemirat,1996 dalam Mukhis,2009)

C. Cd

Pada keracuann kronis oleh Cd menyebabkan kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh, yaitu ginjal, paru – paru, darah dan jantung, juga merusak kelenjer reproduksi, sistem penciuman dan bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan tulang (Palar, 2004), logam Cd juga bersifat karsinogen.

Keracunan akut Cd sering terjadi pada pekerja di industri yang berkaitan dengan Cd. Peristiwa itu bisa terjadi karena para pekerja terpapar uap logam


(29)

Cd.Gejala-gejala keracunan akut Cd adalah timbulnya rasa sakit dan panas di dada.Akan tetapi, gejala keracunan akut Cd tidak langsung muncul pada saat penderita terpapar uap Cd. Keracunan akan muncul setelah 4-10 jam sejak penderita terpapar oleh uap Cd.

d. Zn

Pada keracunan Zn sering dijumpai bersamaan dengan keracunan Cd secara kronis (Darmono).Komsumsi Zn berlebih mampu mengakibatkan defisiensi mineral lain.Toksisitas Zn biasanya bersifat akut dan kronis.Intake Zn 150-450 mg)/hari mengakibatkan penurunan kadar Cu, pengubahan fungsi Fe,pengurangan imunitas tubuh,serta pengurangan high density lipoprotein (HDL) kolesterol.

e.Cr Cromium dapat menyebabkan kerusakan terhadap organ respirasi, dan dapat juga menyebabkan timbulnya kanker pada manusia (Palar, 2004). Pada umumnya, paparan Cr berasal dari industri yang memproduksi krom dan pigmen krom bisa mengakibatkan kanker pada alat pernafasan serta mengakibatkan kanker paru-paru bagi para pekerja yang terpapar oleh debu Cr.

f. Ni

Dapat menyebabkan kanker walaupun dalam jumlah kecil (Agusnar, 2008).Paparan akut Ni dosis tinggi melalui inhalasi bias mengakibatkan kerusakan berat pada paru-paru dan ginjal serta gangguan berupa mual, muntah, dan diare. Paparan Ni lewat kulit secara kronis bias menimbulkan gejala antara lain dermatitis nikel berupa eksim (kulit kemerahan, gatal) pada jari-jari


(30)

tangan,pergelangan tangan,serta lengan. Paparan kronis Ni juga biasanya mengakibatkan gangguan pernafasan,berupa asma, penurunan fungsi paru-paru, serta bronkitis.

2.2.2. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Pada kondisi tertentu setiap zat – zat kimia mampu mengabsorpsi dan memisahkan radiasi. Prinsip tersebut diringkaskan oleh hukum kirchoff (1859). Pada sarjana kini dapat menggunakan prinsip ini seratus tahun kemudian, ketika A. Walsh (1955) dari Australia menetapkan prinsip tersebut untuk menentukan elemen – elemen kimia dengan Spektrum Serapan Atom (SSA).

Sejak diperkenalkan oleh A. Walsh metode SSA telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan sampai saat ini dapat menentukan hampir keseluruhan unsur logam yang terdapat dalam Jadwal Berkala (tabel periodik). Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Prinsip penentuan metode ini berdasarkan pada penyerapan energi radiasi oleh atom – atom netral pada keadaan dasar dengan panjang gelombang tertentu yang menyebabkan tereksitasinya dalam berbagai tingkatan energi. Keadaan eksitasi ini tidak stabil dan kembali ke tingkatan dasar dengan melepaskan sebahagian atau seluruh energi eksistansinya alam bentuk radiasi. Sumber radiasi tersebut dikenal sebagai lampu katoda berongga (hallow chode lalmp). Proses – proses yang terjadi dari saat pemasukan larutan dari unsur yang dianalisis sampai pencatatan adalah atomisasi, interaksi atom dengan berbagai bentuk energi dan penguluran intensitas frekuensi radiasi oleh alat pencatat. Unsur yang diperiksa


(31)

harus dalam keadaan atom yang tidak tereksitasi, proses untuk menghasilkan atom tersebut disebut atomisasi.

Secara garis besar instrumentasi dari Spektrofotometer Serapan Atom dapat digambarkan sebagai berikut:

7. Penguat Arus

6. Detektor 5.

Monokromator 4. Nyala

1. Sumber Cahaya

2. Sampel 3. Udara Gas Pembakar

8. Pencatat

Gambar 2.2.2. Skematis Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom Keterangan :

1. Sumber Cahaya 2. Sampel

3. Udara bahan bakar 4. Nyala

5. Monokromator 6. Detector 7. Penguat Arus 8. Pencatat


(32)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia analitik FMIPA USU Medan dengan mengambil sampel kerang darah dan kerang bulu dari muara sungai Asahan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - kerang darah (Anadara Granosa)

- kerang bulu (Anadara Inflata) - Aqua Regia

- Air Suling - Larutan baku Cd - Larutan baku Cr - Larutan baku Cu - Larutan baku Fe - Larutan baku Ni - Larutan baku Zn 3.2.2 Alat

Adapun alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah - Beaker Glass


(33)

- Neraca Analitik Mettler PM 2000 - Hot plate

- Spektrofotometer Serapan Atom Shimadzu AA6 - 300 - Tojok

- Spatula

- Tabung Reaksi - Stirer

- pH Meter

- Kertas saring Whatman 42

3.3 Metode Pengambilan Sampel

Kerang Darah (Anadara Granosa) dan Kerang Bulu (Anadara Inflata). Pengambilan sampel Kerang Darah (Anadara Granosa) dan Kerang Bulu (Anadara Inflata) dilakukan masing – masing 3 kali ulangan dan menggunakan alat penangkap kerang (teng beca), alat ini biasa digunakan oleh nelayan. Teng beca dimasukkan ke dasar perairan, kemudian diseret sedemikian rupa, lalu ditarik ke atas permukaan lalu disaring. Sampel kerang yang didapatkan dibersihkan dan disortir, kemudian dimasukkan ke plastik dan diberi label. Sampel dibawa ke laboratorium.

Pengukuran Cd, Cu, Cr, Fe, Ni dan Zn dalam daging kerang dilakukan di laboratorium analitik FMIPA USU Medan. Kerang dicuci dan dipisahkan daging dari kulitnya. Setelah itu ke dalam sampel daging kerang ditambahkan 25 ml aqua dan 10 ml HNO 3(p). Lalu dipanaskan di atas hot plate dengan suhu 120oC


(34)

selama kurang lebih 30 menit atau sampel volume menjadi 10 ml dan didinginkan. Kemudian ditambahkan HNO3(p) sebanyak 5 ml dan HClO4 sebanyak 3 ml sampai timbul asap putih dan filtrate jernih. Setelah asap putih timbul, teruskan pemanasan lebih kurang 30 menit, lalu didinginkan dan disaring. Kemudian masukkan ke dalam labu takar 50 cc sampai tanda tera (tanda batas). Selanjutnya diukur kadar Cd, Cu, Cr, Fe, Ni dan Zn dengan AAS (Atomic Absorbption Spectrophotometer


(35)

3.3.1 Bagan Prosedur analisa logam berat Cd, Cu, Cr, Fe, Ni dan Zn dalam Kerang Darah (Anadara Granosa) dan Kerang Bulu (Anadara Inflata).

Diambil daging

Ditambah 25 ml aquades

Ditambah 10 ml HNO3

Dipanaskan dengan suhu 120oC selama 30 menit

Didinginkan

Ditambahkan HNO3(p) : HCl(p) (aqua regia) sebanyak 15 : 5

Ditambah 3 ml HClO4

Dipanaskan selama 30 menit

Didinginkan ukur pH

Dimasukkan ke dalam labu takar 50 cc sampai tanda tera

Diukur dengan AAS Kerang

5 gram


(36)

3.4. Area Pengambilan Sampel 1. Stasiun 1

Stasiun 1 secara geografis terletak pada 0,303’33,8” LU dan 99051’22,3” BT, daerah ini merupakan muara berjarak 3 mil dari pantai. Denah dan lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran

2. Stasiun 2.

Stasiun 2 secara geografis terletak pada 305’00,3”LU dan99050’18,1” BT.Daerah ini berjarak 4 mil dari pantai. Denah dan lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran

3. Stasiun 3

Stasiun 3 secara geografis terletak pada 304’15’7” LU dan 99050’2,6”BT. Daerah ini berjarak 5 mil dari pantai. Denah dan lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran

3.5. Pembuatan Kurva Kalibrasi

3.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe) (SNI.06.6989.04-2004) Pembuatan larutan baku logam besi, Fe 100 mg/L

a. Dengan pipet diambil 10 ml larutan induk logam besi,Fe 1000 mg/L,lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.


(37)

Pembuatan larutan baku logam besi,Fe 10 mg/L.

a. Dengan pipet diambil larutan standard logam besi, Fe 100 mg/L lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tanda tera. Pembuatan larutan kerja logam besi, Fe

a. Dipipet masing-masing 5, 10, 15 , 20 dan 25 ml larutan baku besi, Fe 10 mg/l, masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh konsentrasi logam besi 0,5;1,0; 1,5 ;2,0 dan 2,5 mg/l

c. Diukur nilai absorbansi masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang 248,3 nm.

Pengukuran logam besi (Fe) dengan SSA

a. Lampu katoda dari logam yang dianalisis dipasang pada alat SSA di posisi 1. b. Alat SSA dihidupkan beserta komputer dan printer.

c. Beberapa parameter pengukuran untuk logam Fe ditetapkan sebagai berikut: d. Setelah kondisi diatas deprogram dengan komputer, kompresor dihidupkan. e. Kran udara pada kompresor yang menuju SSA dibuka,lalu

f. Kran asetilen yang menuju SSA dibuka.

g. Tombol Ignisi ditekan selama 2-3 detik sehingga nyala kebiru- biruan h. Pipa kapiler pada nebulizer dicelup pada blanko.

i. Uji blanko hingga absorbansi 0

j. Larutan standar diaspirasi terhadap nyala dan nilai absorbansinya akan terlihat di komputer.


(38)

k. Dibuat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.Lalu dilanjutkan dengan pengujian contoh uji yang sudah dipersiapkan (SNI.06.6989.4-2004)

3.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga (Cu) (SNI.06.6989.6-2004 Pembuatan larutan baku logam Tembaga (Cu), 100 mg/L

a. Dengan pipet diambil larutan standard logam Tembaga,(Cu) 100 mg/L lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tanda tera. Pembuatan larutan kerja logam tembaga,Cu

a. Dipipet masing-masing 0,5, 2, 4, 6, 8 dan 10 ml larutan baku tembaga,Cu 10 mg/l, masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh konsentrasi logam tembaga 0,05;0,2;0,4;0,6;0,8 dan 1,0 mg/l

c. Diukur nilai absorbansi masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang 324,8 nm.

Pengukuran logam tembaga (Cu) dengan SSA

a. Lampu katoda dari logam yang dianalisis dipasang pada alat SSA di posisi 1.

b. Alat SSA dihidupkan beserta komputer dan printer.

c. Beberapa parameter pengukuran untuk logam tembaga ditetapkan sebagai berikut:


(39)

e. Kran udara pada kompresor yang menuju SSA dibuka,lalu f. Kran asetilen yang menuju SSA dibuka.

g. Tombol Ignisi ditekan selama 2-3 detik sehingga nyala kebiru- biruan h. Pipa kapiler pada nebulizer dicelup pada blanko.

i. Uji blanko hingga absorbansi 0

j. Larutan standar diaspirasi terhadap nyala dan nilai absorbansinya akan terlihat di komputer.

k. Dibuat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.Lalu dilanjutkan dengan pengujian contoh uji yang sudah dipersiapkan (SNI.06.6989.4-2004)

3.5.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium (Cd) (SNI.06.6989.04-2004) Pembuatan larutan baku logam Cd 100 mg/L

a. Dengan pipet diambil 10 ml larutan induk logam Cd 1000 mg/L,lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tanda tera. Pembuatan larutan baku logam Cd, 10 mg/L.

a. Dengan pipet diambil larutan standard logam Cd, 100 mg/L lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.


(40)

Pembuatan larutan kerja logam Cadmium, Cd

a. Dipipet masing-masing 2, 4, 6, 8 dan 10 ml larutan baku besi, Fe 10 mg/l, masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh konsentrasi logam besi 0,2;0,4;0,6; 0,8 dan 1,0 mg/l

c. Diukur nilai absorbansi masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang 324,8 nm

Pengukuran logam Kadmium, Cd dengan SSA

a. Lampu katoda dari logam yang dianalisis dipasang pada alat SSA di posisi 1.

b. Alat SSA dihidupkan beserta computer dan printer.

c. Beberapa parameter pengukuran untuk logam Cd ditetapkan sebagai berikut:

d. Setelah kondisi diatas deprogram dengan komputer,kompresor dihidupkan. e. Kran udara pada kompresor yang menuju SSA dibuka, lalu

f. Kran asetilen yang menuju SSA dibuka.

g. Tombol Ignisi ditekan selama 2-3 detik sehingga nyala kebiru- biruan h. Pipa kapiler pada nebulizer dicelup pada blanko.

i. Uji blanko hingga absorbansi 0

j. Larutan standar diaspirasi terhadap nyala dan nilai absorbansinya akan terlihat di komputer.


(41)

k. Dibuat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.Lalu dilanjutkan dengan pengujian contoh uji yang sudah dipersiapkan (SNI.06.6989.4-2004)

3.5.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Krom,(Cr) (SNI.06.6989.04-2004) Pembuatan larutan baku logam Cr 100 mg/L

a. Dengan pipet diambil 10 ml larutan induk logam Cr 1000 mg/L,lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tanda tera. Pembuatan larutan baku logam Cr, 10 mg/L.

a. Dengan pipet diambil larutan standard logam Cr, 100 mg/L lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tanda tera. Pembuatan larutan kerja logam Crom, Cr

a. Dipipet masing-masing 1, 2, 3, 4, 6, 8 dan 10 ml larutan baku crom, Cr 10 mg/l, masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh konsentrasi logam crom 0,1;0,2;0,3;0,4;0,6;0,8;dan 1,0 mg/l

c. Diukur nilai absorbansi masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombangnya.

Pengukuran logam Krom, Cr dengan SSA

a. Lampu katoda dari logam yang dianalisis dipasang pada alat SSA di posisi 1.


(42)

c. Beberapa parameter pengukuran untuk logam Cr ditetapkan sebagai berikut:

d. Setelah kondisi diatas deprogram dengan komputer,kompresor dihidupkan. e. Kran udara pada kompresor yang menuju SSA dibuka,lalu

f. Kran asetilen yang menuju SSA dibuka.

g. Tombol Ignisi ditekan selama 2-3 detik sehingga nyala kebiru- biruan h. Pipa kapiler pada nebulizer dicelup pada blanko.

i. Uji blanko hingga absorbansi 0

j. Larutan standar diaspirasi terhadap nyala dan nilai absorbansinya akan terlihat di komputer.

k. Dibuat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.Lalu dilanjutkan dengan pengujian contoh uji yang sudah dipersiapkan (SNI.06.6989.4-2004)

3.5.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Nikel (Ni) (SNI.06.6989.04-2004) Pembuatan larutan baku logam Ni 100 mg/L

a. Dengan pipet diambil 10 ml larutan induk logam Ni 1000 mg/L, lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tanda tera. Pembuatan larutan baku logam Ni 10 mg/L.

a. Dengan pipet diambil larutan standard logam Ni 100 mg/L lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.


(43)

Pembuatan larutan kerja logam nikel (Ni)

a. Dipipet masing-masing 0,5, 2, 4, 6, 8, dan 10 ml larutan baku nikel (Ni) 10 mg/l, masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tepat tanda tera sehingga

c. diperoleh konsentrasi logam nikel 0,05;0,2;0,4;0,6;0,8 dan 1,0 mg/l

d. Diukur nilai absorbansi masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombangnya.

3.3.1 Pengukuran logam nikel (Ni) dengan SSA

a. Lampu katoda dari logam yang dianalisis dipasang pada alat SSA di posisi 1.

b. Alat SSA dihidupkan beserta komputer dan printer.

c. Beberapa parameter pengukuran untuk logam Ni ditetapkan sebagai berikut:

d. Setelah kondisi diatas deprogram dengan komputer,kompresor dihidupkan. e. Kran udara pada kompresor yang menuju SSA dibuka, lalu

f. Kran asetilen yang menuju SSA dibuka.

g. Tombol Ignisi ditekan selama 2-3 detik sehingga nyala kebiru- biruan h. Pipa kapiler pada nebulizer dicelup pada blanko.

i. Uji blanko hingga absorbansi 0

j. Larutan standar diaspirasi terhadap nyala dan nilai absorbansinya akan terlihat di komputer.


(44)

k. Dibuat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi. Lalu dilanjutkan dengan pengujian contoh uji yang sudah dipersiapkan (SNI.06.6989.4-2004)

3.5.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi Zinkum (Zn) (SNI.06.6989.04-2004) Pembuatan larutan baku logam Zn 100 mg/L

a. Dengan pipet diambil 10 ml larutan induk logam Zn 1000 mg/L, lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tanda tera. Pembuatan larutan baku logam Zn, 10 mg/L.

a. Dengan pipet diambil larutan standard logam Zn, 100 mg/L lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tanda tera. Pembuatan larutan kerja logam Seng (Zn)

a. Dipipet masing-masing 4, 5, 10, 15,20 dan 25 ml larutan baku Seng, Zn 10 mg/l, masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

b. Ditambahkan aquabidest sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh konsentrasi logam Seng 0,4;0,5;1,0; 1,5; 2,0 dan 25 mg/l

c. Diukur nilai absorbansi masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang 213,9 nm


(45)

Pengukuran logam Zinkum (Zn) dengan SSA

a. Lampu katoda dari logam yang dianalisis dipasang pada alat SSA di posisi 1.

b. Alat SSA dihidupkan beserta komputer dan printer.

c. Beberapa parameter pengukuran untuk logam Zn ditetapkan sebagai berikut: d. Setelah kondisi diatas deprogram dengan komputer, kompresor dihidupkan. e. Kran udara pada kompresor yang menuju SSA dibuka, lalu

f. Kran asetilen yang menuju SSA dibuka.

g. Tombol Ignisi ditekan selama 2-3 detik sehingga nyala kebiru- biruan h. Pipa kapiler pada nebulizer dicelup pada blanko.

i. Uji blanko hingga absorbansi 0

j. Larutan standar diaspirasi terhadap nyala dan nilai absorbansinya akan terlihat di komputer.

k.Dibuat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.Lalu dilanjutkan dengan pengujian contoh uji yang sudah dipersiapkan (SNI.06.6989.4-2004)


(46)

3.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi

3.6.1 Bagan Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe)

Larutan induk dipipet 10 ml Diencerkan menjadi 100 ml

Larutan induk dipipet 10 ml Diencerkan menjadi 100 ml

Dipipet 5;10;15;20 dan 25 ml

Masing-masing diencerkan menjadi 100 ml Lalu ditambahkan HNO3(p)

pH =3,0

Diukur dengan SSA

Larutan baku logam Fe 100 mg/L

Larutan baku logam Fe 10 mg/L

Larutan kerja logam Fe 0,5;1,0;1,5;2,0;2,5 Larutan induk logam Fe

1000 mg/L

Gambar 3.6.1 Flow Shett pembuatan kurva kalibrasi besi


(47)

3.6.2 Bagan Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga (Cu) (SNI.06.6989.6-2004)

Larutan induk dipipet 10 ml Diencerkan menjadi 100 ml

Larutan induk dipipet 10 ml Diencerkan menjadi 100 ml

Dipipet 0,5;2;4;6;8; dan 10 ml

Masing-masing diencerkan menjadi 100 ml Lalu ditambahkan HNO3(p)

pH =3,0

Diukur dengan SSA Larutan baku logam Cu

100 mg/L

Larutan baku logam Cu 10 mg/L

Larutan kerja logam Cu 0,05;0,2;0,4; 0,6;0,8;1,0

Larutan induk logam Cu 1000 mg/L

Hasil


(48)

3.6.3 Bagan Pembuatan Kurva Kalibrasi Cadmium (Cd) (SNI.06.6989.04-2004)

Larutan induk dipipet 10 ml Diencerkan menjadi 100 ml

Larutan induk dipipet 10 ml Diencerkan menjadi 100 ml

Dipipet 2, 4, 6, 8 dan 10 ml

Masing-masing diencerkan menjadi 100 ml Lalu ditambahkan HNO3(p)

pH =3,0

Diukur dengan SSA

Larutan baku logam Cd 100 mg/L

Larutan baku logam Cd 10 mg/L

Larutan kerja logam Cd 0,2 ; 0,4;0,6;0,8 ;1,0 ; Larutan induk logam Cd

1000 mg/L

Hasil


(49)

3.6.4 Bagan Pembuatan Kurva Kalibrasi Crom (Cr) (SNI.06.6989.04-2004)

Larutan induk dipipet 10 ml Diencerkan menjadi 100 ml

Larutan induk dipipet 10 ml Diencerkan menjadi 100 ml

Dipipet 1;2;3;4;6;8 dan 10 ml

Masing-masing diencerkan menjadi 100 ml Lalu ditambahkan HNO3(p)

Larutan baku logam Cr 100 mg/L

Larutan baku logam Cr 10 mg/L

Larutan induk logam Cr 1000 mg/L

Larutan kerja logam Cr 0,1 ;0,2;0,3;0,4;0,6;0,8 ;1,0

pH =3,0

Diukur dengan SSA

Hasil


(50)

3.6.5 Bagan Pembuatan Kurva Kalibrasi Nikel (Ni) (SNI.06.6989.04-2004)

Larutan induk dipipet 10 ml Diencerkan menjadi 100 ml

Larutan induk dipipet 10 ml Diencerkan menjadi 100 ml

Dipipet 0,5;2;4;6;8 dan 10 ml

Masing-masing diencerkan menjadi 100 ml Lalu ditambahkan HNO3(p)

Larutan baku logam Ni 100 mg/L

Larutan baku logam Ni 10 mg/L

Larutan kerja logam Ni 0,05;0,2;0,4;0,6;0,8;1,0

Larutan induk logam Ni 1000 mg/L

pH =3,0

Diukur dengan SSA

Hasil


(51)

3.6.6 Bagan Pembuatan Kurva Kalibrasi Zinkum (Zn) (SNI.06.6989.04-2004)

Larutan induk dipipet 10 ml Diencerkan menjadi 100 ml

Larutan induk dipipet 10 ml Diencerkan menjadi 100 ml

Larutan baku logam Zn 100 mg/L

Larutan baku logam Zn 10 mg/L

Larutan induk logam Zn 1000 mg/L

Dipipet 4;5;10;15;20 dan 25 ml

Masing-masing diencerkan menjadi 100 ml Lalu ditambahkan HNO3(p)

pH =3,0

Diukur dengan SSA

Larutan kerja logam Zn 0,4;5;10;15;20;25

Hasil


(52)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Zinkum (Zn)

4.1.1.1 Penentuan Kurva Standar Zinkum (Zn)

Pembuatan kurva standar Zinkum (Zn) dilakukan dengan larutan dengan berbagai konsentrasi larutan pengukuran yaitu 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mg/L, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 213,9 nm. Data hasil pengukuran absorbansi larutan Zinkum (Zn) tertera pada tabel 4.2di bawah ini : Tabel 4.1 Kondisi alat SSA untuk logam Zn

NO Parameter

1 Panjang Gelombang 213,9 nm

2 Type Nyala Air Asetylen

3 Lebar Celah 0,7

4 Lampu Katoda 8 mA

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Zinkum (Zn) No. Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata

1. 0,5000 0,3447

2. 1,0000 0,4649

3. 1,5000 0,6352

4. 2,0000 0,7883

5. 2,5000 0,8907

Kurva standar larutan standar Zinkum (Zn) diperoleh dari pengukuran absorbansi larutan standar Zinkum (Zn) terhadap konsentrasi larutan standar Zinkum (Zn) selanjutnya linearitas kurva standar dihitung dengan menggunakan metode least square data pada tabel 4.3 di bawah ini :


(53)

Tabel 4.3 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Zinkum (Zn)

No Xi Yi (Xi-X) (Xi-X)2 (Yi-Y) (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y) 1 0.5000 0.3447 -1.0000 1.0000 -0.2801 0.0784 0.2801 2 1.0000 0.4649 -0.5000 0.2500 -0.1599 0.0256 0.0799 3 1.5000 0.6352 0,0000 0,0000 0.0104 0.0001 0,0000 4 2.0000 0.7883 0.5000 0.2500 0.1635 0.0267 0.0818 5 2.5000 0.8907 1.0000 1.0000 0.2659 0.0707 0.2659 ∑ 7.5000 3.1238 0,0000 2.5000 0,0000 0.2016 0.7078 X = 5 5000 , 7 =1,5000 Y = 5 1238 , 3 = 0,6248

a =





n

i Xi X

2

n  

i Xi X Yi Y

a = 5000 , 2 7078 , 0

a = 0,2830 b = Y – aX

b = 0,6248 – 0,2830 (1,5000) b = 0,2003

dimana, a = slope

b = intersep


(54)

Maka koefisien relasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : r =



i

XiX

2



i

YiY

2

 

n n

n

i Xi X Yi Y

r =

2,5000



0,2016 7078 , 0

r = 0,9971

Gambar 4.1 Kurva Larutan Standar Logam Zinkum (Zn)

Dari hasil perhitungan kurva standar diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,2830 X + 0,2003, dengan koefisien korelasi (r) 0,9971. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang ditetapkan 0,9500. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan absorbansi atau dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat.


(55)

4.1.1.2 Penentuan Kadar Zinkum (Zn) dari Sampel Kerang Darah dan Kerang Bulu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan. Penentuan absorbansi Zinkum (Zn) pada sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 213,9 nm dan penetapan kadarnya dilakukan dengan metode addisi standar. Hasil perhitungan kadar analisis statistik dari kadar Zinkum (Zn) dapat dilihat pada tabel 4.4 sedangkan hasil penetapan kadar Zinkum (Zn) pada sampel tertera pada tabel 4.5 dan 4.6 berikut.

Tabel 4.4 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Ion Zinkum (Zn) pada Kerang Darah dari Stasiun 1 di Kota Tanjung Balai Asahan

No Xi Xi-X (Xi-X)2

1 0,9964 -0,0014 0,0001

2 0,9891 -0,0087 0,0001

3 0,9989 0,0011 0,0001

n = 3 X = 0,9978 ∑ (Xi-X)2 = 0,0003

SD =

=

Kadar zinkum (Zn) dari stasiun 1 = X ± SD

= 0,9978 ± 0,0122

(mg/L)

Dengan cara yang sama, maka dapat dihitung kadar ion zinkum (Zn) pada Kerang Darah dan Kerang Bulu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan.


(56)

Selanjutnya, apabila hasil yang didapat ini hendak dikonversikan dalam bentuk satuan mg/Kg dapat dipergunakan rumus:

Kadar unsur =

Contoh Berat

V X.

. 106 mg/Kg Dimana: X = kadar dalam sampel (mg/L)

V = volume larutan sampel (L)

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Kadar Ion Zinkum (Zn) pada Kerang Darah dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan

No Stasiun Perulangan Absorbansi (Y) Konsentrasi Zn (mg/L) (X) Kadar Zn (mg/Kg) Kadar Ion Zinkum (Zn)

U1 0,2345 0,9964 1,99

U2 0,2312 0,9891 1,97

1 ST 1

U3 0,2379 0,9949 1,98

0,9978 ± 0,0122

mg/L

U1 0,1957 0,7985 1,59

U2 0,1876 0,7798 1,56

2 ST2

U3 0,1902 0,7866 1,57

0,7833 ± 0,0122

mg/L

U1 0,2198 0,8345 1,67

U2 0,2265 0,8577 1,71

3 ST3

U3 0,2207 0,8455 1,69

0,8459 ± 0,0141

mg/L Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Kadar Ion Zinkum (Z) pada Kerang Bulu dari

Beberapa Stasiun di Kota Tanjung balai Asahan No Stasiun Perulangan Absorbansi

(Y) Konsentrasi Zn (mg/L) (X) Kadar Zn (mg/Kg) Kadar Ion Zinkum (Zn)

U1 0,2328 0,9921 1,98

U2 0,2306 0,9871 1,97

1 ST 1

U3 0,2282 0,9765 1,95

0,9852 ± 0,0122

mg/L

U1 0,1921 0,7882 1,57

U2 0,1947 0,7981 1,58

2 ST2

U3 0,2017 0,8024 1,60

0,7962 ± 0,0122

mg/L

U1 0,2109 0,8788 1,75

U2 0,2047 0,8671 1,73

3 ST3

U3 0,2213 0,8921 1,78

0,8793 ± 0,0141


(57)

4.1.2 Tembaga (Cu)

4.1.2.1 Penentuan Kurva Standar Tembaga (Cu)

Pembuatan kurva standar Tembaga (Cu) dilakukan dengan larutan dengan berbagai konsentrasi larutan pengukurnya yaitu 0,20; 0,40; 0,60; 0,80; dan 1,00 mg/L dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 213,9 nm. Data hasil pengukuran absorbansi larutan tembaga (Cu) tertera pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.7 Kondisi Alat SSA untuk logam Cu NO Parameter

1 Panjang Gelombang 324,8 nm 2 Type Nyala Air Asetylen

3 Lebar Celah 0,7nm

4 Lampu Katoda 6 mA

Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Tembaga (Cu) No. Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata

1. 0,2000 0,0269

2. 0,4000 0,0630

3. 0,6000 0,0934

4. 0,8000 0,1283

5. 1,0000 0,1595

Kurva larutan standar tembaga (Cu) diperoleh dari pengukuran absorbansi larutan standar tembaga (Cu) terhadap konsentrasi larutan standar tembaga (Cu), selanjutnya linearitas kurva standar dihitung dengan menggunakan metode least square pada tabel 4.9 berikut :


(58)

Tabel 4.9 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Tembaga (Cu) No Xi Yi (Xi-X) (Xi-X)2 (Yi-Y) (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y)

1 0.2000 0.0269 -0.4000 0.1600 -0.0565 0.0032 0.0228 2 0.4000 0.0630 -0.2000 0.0400 -0.0204 0.0004 0.0043 3 0.6000 0.0934 0,0000 0,0000 -0.0440 0.0019 0,0000 4 0.8000 0.1283 0.2000 0.0400 0.0449 0.0020 0.0092 5 1.0000 0.1595 0.4000 0.1600 0.0761 0.0058 0.0306 ∑ 3.0000 0.4171 0,0000 0.4000 0,0000 0.0134 0.0661

X = 5 0000 , 3 = 0,6000 Y = 5 4171 , 0 = 0,0834

a =



   n i n i X Xi Y Yi X Xi 2 a = 4000 , 0 0669 , 0

a = 0,1653 b = Y - aX

b = 0,0834 – 0,1653 (0,6000) b = -0,0158

dimana, a = slope

b = intersep


(59)

Maka koefisien relasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut ini :

r =



i

XiX



i

YiY

2 2

 

n n

n

i Xi X Yi Y

r =

0,4000



0,0134

0669 , 0

r = 0,9673

Gambar 4.2 Kurva Larutan Standar Logam Tembaga (Cu)

Dari hasil perhitungan kurva standar diperoleh persamaan garis regresi Y = 0.1653 X – 0,0158, dengan koefisien korelasi (r) 0,9673. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang ditetapkan 0.9500. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara konsentrasi dan absorbansi atau dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat.


(60)

4.1.2.2 Penentuan Kadar Tembaga (Cu) dari Sampel Kerang Darah dan Kerang Bulu dari Berbagai Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan. Penentuan absorbansi Tembaga (Cu) pada sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 324,8 nm dan penetapan kadar sampel dilakukan dengan metode addisi standar. Hasil perhitungan kadar analisi statistik dari kadar Tembaga (Cu) dapat dilihat pada tabel 4.10 sedangkan hasil penetapan kadar Tembaga (Cu) pada sampel dapat dilihat pada tabel 4.11 dan 4.12 berikut :

Tabel 4.10 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Tembaga (Cu) pada Kerang Darah dari Stasiun 1 di Kota Tanjung Balai Asahan

No Xi Xi-X (Xi-X)2

1 0,4819 0,0000 0,0000

2 0,4813 -0,0006 0,0001

3 0,4825 0,0007 0,0001

n = 3 Xi = 0,4819 ∑ (Xi-X)2 = 0,0002

SD =

1 2

 

n

X Xi

= 2 0002 , 0

= 0,0100

Kadar Tembaga (Cu) dari stasiun 1 = X ± SD


(61)

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Tembaga (Cu) pada Kerang Darah dari Berbagai Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan

No Stasiun Perulangan Absorbansi (Y)

Konsentrasi Cu (mg/L)

Kadar Cu (mg/Kg)

Kadar Tembaga

(Cu)

U1 0,0747 0,4819 0,96

U2 0,0746 0,4813 0,96

1 ST1

U3 0,0748 0,4825 0,96

0,4819 ± 0,0100 mg/L

U1 0,0222 0,1642 0,32

U2 0,0227 0,1672 0,33

2 ST2

U3 0,0209 0,1563 0,31

0,1624 ± 0,0141 mg/L

U1 0,0241 0,1757 0,35

U2 0,0251 0,1817 0,36

3 ST3

U3 0,0230 0,1690 0,33

0,1757 ± 0,0100mg/L


(62)

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Tembaga (Cu) pada Kerang Bulu dari Berbagai Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan.

No Sta

siun Perulangan

Absorbansi (Y) Konsentras i Cu (mg/L) Kadar Cu (mg/Kg) Kadar Tembaga (Cu)

U1 0,0345 0,2386 0,48

U2 0,0342 0,2368 0,47

1 ST1

U3 0,0339 0,2350 0,47

0,2368 ± 0,0100 mg/L

U1 0,0172 0,1339 0,27

U2 0,0168 0,1315 0,26

2 ST2

U3 0,0166 0,1303 0,26

0,1321 0,0141 mg/L

U1 0,0117 0,1006 0,20

U2 0,0108 0,0952 0,19

3 ST3

U3 0,0105 0,0934 0,18

0,0964 ± 0,0141 mg/L

4.1.3 Nikel (Ni)

4.1.3.1 Penentuan Kurva Standar Nikel (Ni)

Pembuatan kurva standar Nikel (Ni) dilakukan dengan larutan dengan berbagai konsentrasi, larutan pengukuran yaitu 0,20; 0,40; 0,60; 0,80; dan 1,00 mg/L, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 232 nm. Data hasil pengukuran absorbansi larutan Nikel (Ni) tertera pada tabel dibawah ini:


(63)

NO Parameter

1 Panjang Gelombang 232,0 nm

2 Type Nyala Air Asetylen

3 Lebar Celah 0,2

4 Lampu Katoda 12 mA

Tabel 4.14 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Nikel (Ni) No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata

1 0,2000 0,0136

2 0,4000 0,0319

3 0,6000 0,0490

4 0,8000 0,0662

5 1,0000 0,0817

Kurva standar larutan standar Nikel (Ni) diperoleh dari pengukuran absorbansi larutan standar Nikel (Ni) terhadap konsentrasi larutan standar Nikel (Ni), selanjutnya linearitas kurva standar dihitung dengan menggunakan metode least square seperti data pada tabel 4.15 berikut :


(64)

No Xi Yi (Xi-X) (Xi-X)2 (Yi-Y) (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y) 1 0.2000 0.0136 -0.4000 0.1600 -0.0349 0.0012 0.0140 2 0.4000 0.0319 -0.2000 0.0400 -0.0166 0.0003 0.0033 3 0.6000 0.0490 0,0000 0,0000 0.0005 0.0002 0,0000 4 0.8000 0.0662 0.2000 0.0400 0.0177 0.0003 0.0035 5 1.0000 0.0817 0.4000 0.1600 0.0332 0.0011 0.0133 ∑ 3.0000 0.2424 0,0000 0.4000 0,0000 0.0030 0.0341 X = 5 0000 , 3 = 0,6000 Y = 5 2424 , 0 = 0,0485

a =



   n i n i X Xi Y Yi X Xi 2 a = 4000 , 0 0241 , 0

a = 0,0603 b = Y – aX

b = 0,0485 – 0,0603(0,6000) b = 0,0123

dimana, a = slope

b = intersep

maka, persamaan garis regresinya adalah Y = 0,0603 X + 0,0123

Maka koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :


(65)

r =



i

XiX



i

YiY

2 2

 

n n

n

i Xi X Yi Y

r =

0,4000



0,0030 0341 , 0

r = 0,9856

Gambar 4.3 Kurva Standar Larutan Standar Logam Nikel (Ni)

Dari hasil perhitungan kurva standar diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,0603 X + 0,0123, dengan koefisien korelasi (r) 0,9856. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang ditetapkan 0,9500. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan absorbansi atau dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat.

4.1.1.2 Penentuan Kadar Nikel (Ni) dari Sampel Kerang Darah dan Kerang Bulu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan.


(66)

Penentuan absorbansi Nikel (Ni) pada sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 232 nm dan penetapan kadarnya dilakukan dengan metode addisi standar. Hasil perhitungan kadar analisis statistik dari kadar Nikel (Ni) dapat dilihat pada tabel 4.16 sedangkan hasil penetapan kadar Nikel (Ni) pada sampel dapat dilihat pada tabel 4.17 dan 4.18 berikut :

Tabel 4.16 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nikel (Ni) pada Kerang Darah dari Stasiun 1 di Kota Tanjung Balai Asahan.

No Xi Xi-X (Xi-X)2

1 0,0958 -0,0043 0,0001

2 0,1005 0,0000 0,0000

3 0,1052 0,0047 0,0001

n = 3 X = 0,1005 ∑ (Xi-X)2 = 0,0002

SD =

1

 

n

X Xi 2

= 2 0002 , 0

= 0,0100

Kadar Nikel (Ni)dari stasiun 1 = X ± SD

= 0,1005 ± 0,0100 (mg/L)

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Nikel (Ni) Pada Kerang Darah dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan.


(67)

No Stasiun Perulangan Absorbansi (Y) Konsentrasi Ni (mg/L) Kadar Ni (mg/Kg) Kadar Nikel (Ni)

U1 0,0055 0,0958 0,19

U2 0,0059 0,1005 0,20

1 ST1

U3 0,0063 0,1052 0,30

0,1005 ± 0,0100

mg/L

U1 0,0089 0,1357 0,27

U2 0,0087 0,1334 0,26

2 ST2

U3 0,0077 0,1216 0,24

0,1299 ± 0,0141

mg/L

U1 0,0160 0,2190 0,44

U2 0,0169 0,2296 0,46

3 ST3

U3 0,0155 0,2131 0,42

0,2202 ± 0,0141

mg/L

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Nikel (Ni) Pada Kerang Bulu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan.

No Stasiun Perulangan Absorbansi (Y) Konsentrasi Ni (mg/L) Kadar Ni (mg/Kg) Kadar Nikel (Ni)

U1 0,0030 0,0665 0,13

U2 0,0005 0,0372 0,07

1 ST1

U3 0,0038 0,0759 0,15

0,0595 ± 0,0212 mg/L

U1 0,0072 0,1158 0,23

U2 0,0058 0,0994 0,20

2 ST2

U3 0,0058 0,0994 0,20

0,1052 ± 0,0141 mg/L

U1 0,0072 0,1158 0,23

U2 0,0058 0,0994 0,20

3 ST3

U3 0,0058 0,0994 0,20

0,1052 ± 0,0141 mg/L

4.1.4 Besi (Fe)


(68)

Pembuatan kurva standar Besi (Fe) dilakukan dengan larutan dengan berbagai konsentrasi larutan pengukuran yaitu 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mg/L, kemudaian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 248,3 nm. Data hasil pengukuran absorbansi larutan Besi (Fe) tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.19 Kondisi Alat SSA untuk logam Fe

NO Parameter

1 Panjang Gelombang 248,3 nm

2 Type Nyala Air Asetylen

3 Lebar Celah 0,2

4 Lampu Katoda 12 mA

Sumber:Petunjuk Penggunaan Alat Type Shimadzu AA6-300

Tabel 4.20 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe) No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata

1 0,5000 0,3447

2 1,0000 0,4649

3 1,5000 0,6352

4 2,0000 0,7883

5 2,5000 0,8907

Kurva larutan standar Besi (Fe) dari pengukuran absorbansi larutan standar Besi (Fe) terhadap konsentrasi larutan standar Besi (Fe), selanjutnya linearitas kurva standar dihitung dengan menggunakan metode least square pada tabel 4.21 berikut:


(69)

Tabel 4.21 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Besi (Fe)

No Xi Yi (Xi-X) (Xi-X)2 (Yi-Y) (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y) 1 0.5000 0.3447 -1.0000 1.0000 -0.2801 0.0784 0.2801 2 1.0000 0.4649 -0.5000 0.2500 -0.1599 0.0256 0.0799 3 1.5000 0.6352 0,0000 0,0000 0.0104 0.0001 0,0000 4 2.0000 0.7883 0.5000 0.2500 0.1635 0.0267 0.0818 5 2.5000 0.8907 1.0000 1.0000 0.2659 0.0707 0.2659 ∑ 7.5000 3.1238 0,0000 2.5000 0,0000 0.2016 0.7077 X = 5 5000 , 7 = 1,5000 Y = 5 1238 , 3 = 0,6248

a =





n

i Xi X

2

n  

i Xi X Yi Y

a = 5000 , 2 7077 , 0

a = 0,2831 b = Y – aX

b = 0,6248 – 0,2831(1,5000) b = 0,2002

dimana, a = slope


(70)

maka, persamaan garis regresinya adalah Y = 0,2831 X + 0,2002

Maka koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :

r =



i

XiX



i

YiY

2 2

 

n n

n

i Xi X Yi Y

r =

2,5000



0,2016 7077 , 0

r = 0,9969

Gambar 4.4 Kurva Standar Larutan Logam Besi (Fe)

Dari hasil perhitungan kurva standar diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,2831 X + 0,2002, dengan koefisien korelasi (r) 0,9969. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang ditetapkan 0,9500. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan


(71)

absorbansi atau dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat.

4.1.4.2 Penentuan Kadar Besi (Fe) dari Sampel Kerang Darah dan Kerang Bulu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan

Penentuan absorbansi Besi (Fe) pada sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 248,3 nm dan penetapan kadar Besi (Fe) dilakukan dengan metode addisi standar. Hasil perhitungan kadar analisis statistik dari kadar Besi (Fe) dapat dilihat pada tabel 4.22 sedangkan hasil penetapan kadar Besi (Fe) pada sampel dapat tertera pada tabel 4.23 dan 4.24 berikut :

Tabel 4.22 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Ion Ferrum (Fe) pada Kerang Darah dari Stasiun 1 di Kota Tanjung Balai Asahan

No Xi Xi-X (Xi-X)2

1 0,9792 -0,0033 0,0001

2 0,9964 0,0138 0,0002

3 0,9721 -0,0105 0,0001

n = 3 X = 0,9826 ∑ (Xi-X)2 = 0,0004

SD =

SD = = 0,0141


(72)

= 0,9826 ± 0,0141 (mg/L)

Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Kadar Ion Ferrum (Fe) pada Kerang Darah dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan.

No Stasiun Perulangan Absorbansi (Y) Konsentrasi Fe (mg/L) (X) Kadar Fe (mg/Kg) Kadar Ion Ferrum (Fe)

U1 0,0973 0,9792 1,95

U2 0,0982 0,9964 1,99

1 ST1

U3 0,0964 0,9721 1,94

0,9826 ± 0,0141

mg/L

U1 0,0871 0,8734 1,75

U2 0,0841 0,8654 1,73

2 ST2

U3 0,0822 0,8566 1,71

0,8651 ± 0,0122

mg/L

U1 0,0794 0,8432 1,68

U2 0,0763 0,8364 1,67

3 ST3

U3 0,0802 0,8463 1,69

0,8420 ± 0,0122

mg/L

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Kadar Ion Ferrum (Fe) pada Kerang Bulu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan.

No Stasiun Perulangan Absorbansi (Y) Konsentrasi Fe (mg/L) (X) Kadar Fe (mg/Kg) Kadar Ion Ferrum (Fe)

U1 0,0978 0,9877 1,98

U2 0,0980 0,9920 1,98

1 ST1

U3 0,0973 0,9821 1,96

0,9873 ± 0,0122

mg/L

U1 0,0876 0,9571 1,91

U2 0,0861 0,9429 1,88

2 ST2

U3 0,0881 0,9588 1,92

0,9529 ± 0,0158


(73)

U1 0,0852 0,8761 1,75

U2 0,0831 0,8568 1,71

3 ST3

U3 0,0827 0,8411 1,68

0,8580 ± 0,0187

mg/L

4.1.5 Krom (Cr)

4.1.5.1 Penentuan Kurva Standar Krom (Cr)

Pembuatan kurva standar Krom (Cr) dilakukan dengan larutan dengan berbagai konsentrasi larutan pengukuran yaitu 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 357,9 nm. Data hasil pengukuran absorbansi larutan Krom (Cr) tertera pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.25 .Kondisi alat SSA untuk logam Cr

NO Parameter

1 Panjang Gelombang 357,9 nm

2 Type Nyala Air Asetylen

3 Lebar Celah 0,7 nm

4 Lampu Katoda 10 mA

Tabel 4.26 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Krom (Cr) No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata

1 0,1000 0,0104

2 0,2000 0,0154

3 0,3000 0,0210

4 0,4000 0,0272

5 0,6000 0,0373

6 0,8000 0,0492


(74)

Kurva standar larutan Krom (Cr) diperoleh dari pengukuran absorbansi larutan standar Krom (Cr) terhadap konsentrasi larutan standar Krom (Cr), selanjutnya linearitas kurva standar dihitung dengan menggunakan metode least square seperti data pada tabel 4.27 berikut :

Tabel 4.27 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Krom (Cr)

No Xi Yi (Xi-X) (Xi-X)2 (Yi-Y) (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y) 1 0.1000 0.0104 -0.3857 0.1488 -0.0209 0.0004 0.0081 2 0.2000 0.0154 -0.2857 0.0816 -0.0159 0.0003 0.0045 3 0.3000 0.0210 -0.1857 0.0345 -0.0103 0.0001 0.0019 4 0.4000 0.0272 -0.0857 0.0073 -0.0041 0.0001 0.0004 5 0.6000 0.0373 0.1143 0.0131 0.0060 0.0001 0.0007 6 0.8000 0.0492 0.3143 0.0988 0.0179 0.0003 0.0056 7 1.0000 0.0585 0.5143 0.2645 0.0272 0.0007 0.0140 ∑ 3.4000 0.2185 0.0000 0.6486 0.0000 0.0019 0.0356 X = 7 4000 , 3 = 0,4857 Y = 7 2185 , 0 = 0,0313

a =





n

i Xi X

2

n  

i Xi X Yi Y

a = 6486 , 0 0356 , 0


(75)

b = Y – aX

b = 0,0313 – 0,0543(0,4857) b = 0,0049

dimana, a = slope

b = intersep

maka, persamaan garis regresinya adalah Y = 0,0543 X + 0,0049

Maka koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :

r =



i

XiX



i

YiY

2 2

 

n n

n

i Xi X Yi Y

r =

0,6486



0,0020

0356 , 0

r = 0,9994


(76)

Dari hasil perhitungan kurva standar diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,0543 X + 0,0049, dengan koefisien korelasi (r) 0,9994. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang ditetapkan 0,9500. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan absorbansi atau dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansinya juga akan meningkat.

4.1.6 Kadmium (Cd)

4.1.6.1 Penentuan Kurva Standar Kadmium (Cd)

Pembuatan kurva standar Kadmium (Cd) dilakukan dengan berbagai konsentrasi larutan pengukuran yaitu 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 mg/L, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 228,8 nm. Data hasil pengukuran absorbansi larutan Kadmium (Cd) tertera pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.28 Kondisi alat SSA untuk logam Cd NO Parameter

1 Panjang Gelombang 228,8 nm 2 Type Nyala Air Asetylen

3 Lebar Celah 0,7 nm

4 Lampu Katoda 8 mA

Tabel 4.29 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kadmium (Cd) No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata


(77)

1 0,2000 0,1027

2 0,4000 0,2143

3 0,6000 0,3085

4 0,8000 0,4171

5 1,0000 0,5148

Kurva standar larutan Kadmium (Cd) diperoleh dari pengukuran absorbansi larutan standar Kadmium (Cd) terhadap konsentrasi larutan standar Kadmium (Cd), selanjutnya linearitas kurva standar dihitung dengan menggunakan metode least square seperti data pada tabel 4.30 berikut :


(78)

Tabel 4.30 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Kadmium (Cd)

No Xi Yi (Xi-X) (Xi-X)2 (Yi-Y) (Yi-Y)2 (Xi-X)(Y-Yi) 1 0.2000 0.1027 -0.4000 0.1600 -0.2088 0.0436 0.0835 2 0.4000 0.2143 -0.2000 0.0400 -0.0972 0.0094 0.0194 3 0.6000 0.3085 0,0000 0,0000 -0.0029 0.0001 0,0000 4 0.8000 0.4171 0.2000 0.0400 0.1056 0.0112 0.0211 5 1.0000 0.5148 0.4000 0.1600 0.2033 0.0413 0.0813 ∑ 3.0000 0.3115 0,0000 0.4000 0,0000 0.1057 0.2054 X = 5 0000 , 3 = 0,6000 Y = 5 5574 , 1 = 0,3115

a =





n

i Xi X

2

n  

i Xi X Yi Y

a = 4000 , 0 2054 , 0

a = 0,5135 b = Y – aX

b = 0,3115 – 0,5135(0,6000) b = 0,0034

dimana, a = slope

b = intersep

maka, persamaan garis regresinya adalah Y = 0,5135 X + 0,0034

Maka koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :


(79)

r =



i

XiX



i

YiY

2 2

 

n n

n

i Xi X Yi Y

r =

0,4000



0,1057 2054 , 0

r = 0,9990

Gambar 4.6 Kurva Standar Larutan Standar Logam Kadmium (Cd) Dari hasil perhitungan kurva standar diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,5135 X + 0,0034, dengan koefisien korelasi (r) 0,9990. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang ditetapkan 0,9500. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan absorbansi atau dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat.


(80)

4.1.1.2 Penentuan Kadar Kadmium (Cd) dari Sampel Kerang Darah dan Kerang Bulu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung Balai Asahan. Penentuan absorbansi Kadmium (Cd) pada sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 228,8 nm dan penetapan kadarnya dilakukan dengan metode addisi standar. Hasil perhitungan kadar analisis statistik dari kadar Kadmium (Cd) tertera pada tabel 4.31 sedangkan hasil penetapan kadar cadmium (Cd) pada sampel dapat dilihat pada tabel 4.32 dan 4.33 berikut.

Tabel 4.31 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Cadmium (Cd) pada Kerang Darah dari Stasiun 1 di Kota Tanjung Balai Asahan

No Xi Xi-X (Xi-X)2

1 0,3636 0,0025 0,0001

2 0,3626 0,0015 0,0001

3 0,3568 -0,0043 0,0001

n = 3 X = 0,3611 ∑ (Xi-X)2 = 0,0003

SD =

1 2

 

n

X Xi

= 2 0003 , 0

= 0,0141

Kadar Kadmium (Cd)dari stasiun 1 = X ± SD

= 0,3611 ± 0,0141 (mg/L)


(81)

No Sta

Siun Perulangan

Absorbansi (Y) Konsentrasi Cd (mg/L) Kadar Cd (mg/Kg) Kadar Ion Cadmium (Cd)

U1 0,1901 0,3636 0,72

U2 0,1896 0,3626 0,72

1 ST 1

U3 0,1866 0,3568 0,71

0,3611 ± 0,0141 mg/L

U1 0,1714 0,3272 0,65

U2 0,1736 0,3315 0,66

2 ST2

U3 0,1697 0,3239 0,64

0,3276 ± 0,0141 mg/L

U1 0,0755 0,1404 0,28

U2 0,0749 0,1393 0,27

3 ST3

U3 0,0733 0,1362 0,27

0,1387 ± 0,0141 mg/L Tabel 4.33 Hasil Perhitungan Kadar Kadmium (Cd) pada Kerang Bulu dari Beberapa Stasiun di Kota Tanjung balai Asahan

No Stasiun Perulangan Absorbansi (Y) Konsentrasi Cd (mg/L) Kadar Cd (mg/Kg) Kadar Ion Cadmium (Cd) U1 0,1179 0,2230 0,44

U2 0,1161 0,2195 0,43 1 ST 1

U3 0,1159 0,2191 0,43

0,2205 ± 0,0141mg/L U1 0,0704 0,1305 0,26

U2 0,0707 0,1311 0,26 2 ST2

U3 0,0704 0,1305 0,26

0,1307 ± 0,0141 mg/L U1 0,0562 0,1029 0,20

U2 0,0541 0,0988 0,19 3 ST3

U3 0,0546 0,0997 0,19

0,1005 ± 0,0141 mg/L

4.2 . Pembahasan 4.2.1 Zinkum (Zn)


(82)

Pada tabel 4.5 dan 4.6 tertera kadar logam Zn pada daging kerang darah dan daging kerang bulu rata-rata 0,8459 mg/l – 0,9978 mg/l. Kadar Zn rata-rata tertinggi dijumpai pada stasiun I yang berlokasi lebih dekat ke darat. Hal ini menunjukkan bahwa sumber logam Zn tersebut lebih banyak berasal dari aktivitas di darat. Berdasarkan dari hasil penelitian, kadar logam Zn pada kerang darah dan kerang bulu masih di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Keputusan Direktur Jenderal POM No. 03725/B/SKNII/89, tentang baku mutu untuk produk ikan dan hasil olahannya adalah sebesar 2 mg/kg

4.2.2 Tembaga (Cu)

Pada tabel 4.11 dan 4.12 tertera kadar rata-rata logam Cu pada kerang darah dan kerang bulu yaitu pada stasiun I 0,4819 mg/l, stasiun II 0,1624 mg/l, stasiun III 0,0964 mg/l.

Dari hasil yang didapat kadar logam Cu rata-rata tertinggi pada kerang darah dan kerang bulu juga dijumpai pada stasiun I. Hal ini menunjukkan bahwa sumber Cu berasal dari aktivitas di darat, contohnya logam Cu berasal dari buangan industri yang menggunakan Cu dalam proses produksinya misalnya industri galangan kapal, industri pengolahan kayu, sebagai bahan pengawet dan buangan rumah tangga. Adanya buangan minyak, oli, cat kapal yang mengandung logam berat Cu yang masuk ke perairan. Berdasarkan dari hasil yang didapat kandungan logam Cu pada daging kerang darah dan daging kerang bulu masih di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah.


(83)

Seperti yang tertera pada tabel 4.23 dan 4.24 kandungan logam Fe pada daging kerang darah dan daging kerang bulu rata-rata di stasiun I 0,9826, stasiun II 0,8651, stasiun III 0,8580. Rata-rata tertinggi pada daging kerang darah dan kerang bulu terdapat pada stasiun I yang berlokasi lebih dekat ke darat. Hal ini menunjukkan bahwa sumber logam Fe lebih banyak berasal dari aktivitas di darat. Aktivitas penduduk seperti pemukiman penduduk yang padat, tempat buangan sampah, pelabuhan bagi kapal penumpang dan kapal untuk perikanan serta aktivitas bongkar muat.

4.2.5 Krom (Cr)

Dari 6 logam yang diteliti hanya satu logam yang tidak terdeteksi di Muara Sungai Asahan yaitu logam Krom (Cr).

4.2.6 Kadmium (Cd)

Berdasarkan hasil yang diperoleh tertera pada tabel 4.32 dan 4.33 kandungan pada daging kerang darah di stasiun I rata-rata 0,3611 mg/l, stasiun II rata-rata 0,3207 mg/l dan stasiun III rata-rata 0,1387 mg/l. Pada daging kerang bulu di stasiun I rata-rata 0,2205 mg/l, stasiun II rata-rata 0,1307 mg/l, stasiun III rata-rata 0,1005 mg/l.

Dari ketiga stasiun kandungan Cd tertinggi terdapat pada stasiun I ini mungkin disebabkan stasiun I dekat dengan pelabuhan kapal, kapal penangkapan ikan, pabrik dan galangan kapal serta pemukiman penduduk.

Dari ketiga stasiun kandungan logam Cd masih di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah.


(84)

Bivalvia dapat mengakumulasikan Cd sampai 352 kali lebih tinggi dari kadar Cd yang terdapat dalam air. Menurut Ernawati (2010) daging dan tulang moluska merupakan bagian tubuh hewan yang banyak mengakumulasi logam di perairan sehingga akumulasi yang tinggi berhubungan erat dengan sifatnya sebagai hewan dasar yang mengambil makanan dengan cara menyaring air atau filter feeder.


(85)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

Kandungan logam Fe.Zn,Cd,Cu,Ni dan Cr pada daging kerang bulu dan kerang darah dibawah batas baku mutu menurut Keputusan Direktur Jenderal POM No. 03725/B/SKNII/89,tentang baku mutu untuk produk ikan dan hasil olahannya adalah sebesar 2 mg/kg.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini maka penulis menyarankan agar diteliti lebih lanjut berasal dari mana sumber logam-logam tersebut ,sehingga dapat diatasi lebih awal pengaruh logam-logam terhadap perairan tersebut.


(1)

Purnomo, D. 2008. Logam Berat Sebagai Penyumbang Pencemaran Air Laut. Maka Suin, N.M. 2002. Metode Ekologi. Padang Universitas Andalas Rohyatun, E dan Rozak, A.2007, Pemantauan Kadar Logam Berat dalam

Sedimen di Perairan Teluk Jakarta, Makara, Sain, Vol. 11, No. 1: 28-36. Vogel. A.I. 1984. Buku Teks Analisis An Organik Kualitatif Makro dan Semi

Mikro. Edisi ke lima,PT. Kalman Media Pustaka ; Jakarta.

Widowati,W.2008. Efek Toksik Logam Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran,Andi Yokyakarta.

Zul Alfian, 2010.Analisis Kadar Merkuri (Hg) dari beberapa jenis kerang yang berasal dari Belawan dan Percut Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom Dengan Aksesoris,USU

Suin,N.M.2002.Metode Ekologi.Padang.Universitas Andalas.

Zubair,S.A, Analisis Status Pencemaran Logam Berat di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat / Slag Pertambangan Nikel Pomalaa). Tesis.Program Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor.Bogor.


(2)

(3)

Gambar 2 .Stasiun 1

Gambar 3.Stasiun 2


(4)

(5)

Gambar 6 .Pemukiman Penduduk di Sepanjang Muara Sungai Asahan

Gambar 7. Pemukiman Penduduk di Sepanjang Muara Sungai Asahan


(6)

Gambar 8. Pelabuhan Kapal ke Luar Negeri di Tepi Muara Sungai Asahan


Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Cu Pada Makanan Cokelat Secara Spektrofotometri Serapan Atom

3 123 42

Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu ), Besi (Fe) Dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

7 136 74

Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Timbal (Pb), Dan Besi (Fe) Pada Hewan Undur-Undur Darat (myrmeleon Sp.) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

9 131 82

Analisis Kadar Unsur Besi (Fe), Nikel (Ni) Dan Magnesium (Mg) Pada Air Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

6 87 62

Analisis Kadar Kemurnian Gliserin Dengan Metode Natrium Meta Periodat Dan Kadar Unsur Besi ( Fe ) Dan Zinkum ( Zn ) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

28 154 58

Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr), Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) Pada Sedimen Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 89 98

Penentuan Kadar Unsur Cuprum (CU) Dan Zinkum (ZN) Pada Daun Mangga (Mangifera Indica)Disekitar Laboratorium Kimia Analitik Fmipa USU Secara Spektrofotometri Serapan Atom

1 53 69

Penentuan Kadar Logam Kadmium Cd ) Dan Logam Zinkum ( Zn ) Dalam Black Liquor Pada Industri Pulp Proses Kraft Dari Toba Pulp Lestari Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom ( Ssa)

4 71 53

Analisis Kadar Logam Besi (Fe) Dari Minyak Nilam (Patchouly Oil) Yang Diperoleh Dari Penyulingan Dengan Menggunakan Wadah Kaca, Stainless Steel Dan Drum Bekas Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 38 4

Analisis Kadar Unsur Nikel (Ni), Kadmium (Cd) Dan Magnesium (Mg) Dalam Air Minum Kemasan Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 65 81