Industri property merupakan bidang yang menjanjikan untuk berkembang di Indonesia melihat potensi jumlah penduduk yang besar dan rasio kepemilikan
rumah yang cukup rendah. Kondisi lainnya adalah semakin meningkatnya daya serap pasar terhadap produk property, karena rumah termasuk kebutuhan primer
atau kebutuhan yang harus dipenuhi serta adanya usaha-usaha untuk menarik investor yang dilakukan oleh pemerintah. Perusahan property biasanya
melakukan penjualan dengan sistem kredit dan angsuran jangka panjang, sehingga perusahaan harus bisa menjaga kas perusahaannya. Penjualan kredit
menimbulkan piutang dan terkait dengan ketersediaan kas, sehingga dapat mengukur likuiditas perusahaan. Oleh karena itu perusahaan real estate dan
property di Indonesia dihadapkan pada suatu keputusan penting untuk meningkatkan kemampuan likuiditas perusahaan melalui kinerja yang ada pada
perusahaan tersebut, salah satunya dari aktivitas operasi. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Tingkat Likuiditas Pada
Perusahaan Real Estate dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengidentifikasikan perumusan masalah sebagai berikut : “Apakah arus kas dari
aktivitas operasi berpengaruh terhadap tingkat likuiditas?”
C. Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk menganalisis data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian karya ilmiah berbentuk skripsi guna memenuhi syarat
dalam menempuh ujian sarjana. Selain itu maksud dari penelitian ini adalah untuk memahami sejauh mana penerapan ilmu yang penulis pelajari pada
kenyataannya. Dalam mengacu pada masalah yang telah diidentifikasi di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah “untuk mengetahui apakah arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh terhadap tingkat likuiditas”.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama :
1. Bagi penulis, sebagai dasar pemahaman lebih lanjut yang penulis
dapatkan selama masa perkuliahan dan sebagai tambahan ilmu pengetahuan yang membandingkan antara teori dengan kenyataan yang
ada mengenai arus kas dan likuiditas. 2.
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat khususnya materi yang terkait dengan
arus kas dan likuiditas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan
Keuangan menurut Harahap 2007:105 sebagai berikut: “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu
perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.
Menurut Kieso, dkk 2002:2 pengertian laporan keuangan adalah :
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan yang
menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter yang disajikan dalam bentuk neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, laporan ekuitas pemilik, serta catatan atas laporan keuangan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban keuangan perusahaan atas suatu
aktivitas dalam menilai kondisi keuangan perusahaan.
2. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Menurut Harahap 2007:106 Jenis-jenis Laporan Keuangan sebagai
berikut:
”Jenis-jenis laporan keuangan utama dan pendukung terdiri dari: 1.
Daftar neraca, menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu
2. Perhitungan laba rugi, yang menggambarkan jumlah hasil,
biaya, dan labarugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
3. Laporan sumber dan penggunaan dana, disini dimuat sumber
dan pengeluaran perusahaan selama satu periode.
4. Laporan arus kas, disini digambarkan sumber dan penggunaan
kas dalam suatu periode.
5. Laporan harga pokok produksi, menggambarkan berapa unsure
dan apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang.
6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang
tidak dibagikan kepada pemilik saham.
7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal
baik saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan.
8. Laporan kegiatan keuangan, menggambarkan transaksi laporan
keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen kas.
Jenis-jenis Laporan Keuangan menurut Djarwanto 2004:5 adalah : “Laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada
berbagai pihak terdiri dari Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Laba Ditahan atau Laporan Modal Sendiri, Laporan Sumber dan Penggunaan
Modal Kerja, dan Laporan Arus Kas”.
Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa jenis-jenis laporan keuangan yang umum digunakan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan
arus kas.
3. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan sangat berguna bagi pemakai informasi sebagai dasar pengambilan keputusan demi perkembangan kondisi keuangan
perusahaan di masa yang akan datang. Tujuan Laporan Keuangan
menurut Fraser 2008:1 sebagai berikut: “Laporan keuangan memiliki kemampuan untuk menyajikan secara jelas kesehatan keuangan
perusahaan guna memberikan keputusan bisnis yang informatif”. Tujuan Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia
2009:5 : Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban stewardship manajemen atas penggunaan
sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan disusun untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pemakai
informasi sebagai bahan dalam pertimbangan untuk mengambil keputusan.
4. Pengguna Laporan Keuangan
Para pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Pemakai
laporan keuangan dibedakan menjadi dua klasifikasi utama, yaitu : 1.
Pemakai internal, yaitu pengambil keputusan yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan.
2. Pemakai eksternal, pengambil keputusan yang berkaitan dengan
hubungan mereka dengan perusahaan. Stice,2004:10 Menurut Harahap 2007:120 Pengguna Laporan Keuangan sebagai
berikut :
Para pengguna laporan keuangan sebagai berikut: Pemegang saham, Investor, Analis pasar modal, Manajer, Karyawan dan
serikat pekerja, Instansi pajak, Pemberi dana kreditur, Supplier, Pemerintah atau lembaga pengatur resmi, Langganan atau lembaga
konsumen, Lembaga swadaya masyarakat, penelitiAkademisLembaga peringkat.
Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa para pemakai laporan keuangan memiliki kepentingannya masing-masing terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan. Pada umumnya laporan keuangan digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut selama periode
yang bersangkutan sehingga para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan terhadap rencana selanjutnya.
5. Karakteristik Laporan Keuangan
Informasi akuntansi harus mempunyai karakteristik tertentu, agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan. Karakteristik Laporan
Keuangan menurut Soemarso 2005:362 : ”Karakteristik yang harus melekat dalam informasi akuntansi sebagai berikut Dapat: dipahami,
Relevan, Keandalan, dapat dibandingkan”. Menurut Harahap 2007:145 : ”Karakteristik laporan keuangan
sebagai berikut : Relevan, Dapat dimengerti, Daya uji, Netral, Tepat waktu, Daya banding, Lengkap”.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pengguna.
B. Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat perkembangan suatu perusahaan guna meningkatkan
kualitas dan kinerja keuangan perusahaan. Menganalisis laporan keuangan berarti mengevaluasi tiga karakteristik dari perusahaan, yaitu likuiditas,
profitabilitas, dan solvabilitasnya. Analisis Laporan Keuangan menurut Harahap 2007:190 sebagai berikut:
Analisa laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif, maupun
data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat.
Analisis Laporan Keuangan menurut Soemarso 2005:380 sebagai berikut: “Analisis laporan keuangan financial statement analysis adalah
hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan trend
suatu fenomena”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya interpretasi atau
analisa terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi pemakai informasi, untuk mengetahui keadaan dan
perkembangan keuangan suatu perusahaan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan.
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan, dimana
dalam menganalisis laporan keuangan sebenarnya mempunyai tujuan yang bermacam-macam. Tujuan Analisis Laporan Keuangan menurut Fraser
2008:215 sebagai berikut: “Penting bahwa setiap analisis laporan keuangan mencakup membaca dengan seksama catatan laporan keuangan
yang berguna untuk memberikan analisis tambahan dalam laporan tahunan dan dengan sumber informasi lain yang terpisah dari laporan tahunan”.
Menurut Harahap 2007:195 tujuan Analisis Laporan Keuangan sebagai berikut: “Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan
untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan analisis laporan
keuangan adalah untuk membantu pemakai informasi dalam menginterpretasikan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi
keuangan perusahaan.
3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Metode dan teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk menentukan serta mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam
laporan keuangan sehingga dapat dimengerti oleh para pemakai informasi. Metode Analisis Laporan Keuangan menurut Weygant 2008:389 terdiri
dari :
1. Analisis horizontal, adalah mengevaluasi serangkaian data
laporan keuangan selama periode waktu tertentu. 2.
Analisis vertikal, adalah mengevaluasi data laporan keuangan dengan menyatakan setiap pos dalam laporan keuangan sebagai
persentase dari jumlah yang menjadi dasar.
3. Analisis rasio, menyatakan hubungan di antara pos-pos tertentu
dari data laporan keuangan. Teknik Analisis Laporan Keuangan menurut Harahap 2007:215
sebagai berikut”: a.
Perbandingan laporan keuangan perubahan tahun ke tahun b.
Seri trend atau angka indeks c.
Laporan keuangan Common Size bentuk awam, merupakan analisis struktur laporan keuangan
d. Analisis rasio
e. Analisis khusus : ramalan kas, analisis perubahan posisi
keuangan, laporan variasi gross margin analisis break event, analisis dupont.
Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa metode dan teknik analisis laporan keuangan manapun yang digunakan adalah merupakan suatu
permulaan dari proses analisis yang diperlukan dalam menganalisis laporan keuangan, pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu
membuat data dapat lebih dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
C. Arus Kas
1. Pengertian Kas
Setiap perusahaan dalam menjalan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun
mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap karena itu kas sangat penting dalam kelangsungan aktivitas perusahaan, sehingga memerlukan
perhatian khusus, karena pengelolaan kas yang kurang efektif dapat menyebabkan kelebihan dalam kas. Manajemen harus mendayagunakan
kas, khususnya kas atau uang yang sementara menganggur dan tidak digunakan untuk melaksanakan kegiatan normalnya, hal ini diperlukan
untuk menghindari resiko rugi. Ikatan Akuntan Indonesia 2009 : 21 mengemukakan definisi kas
yaitu : “Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah, termasuk
pula dalam kas adalah mata uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalam masa tenggang untuk penukarannya ke Bank Indonesia”.
Menurut Harahap 2007 : 258 pengertian kas adalah sebagai berikut: Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan
setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1
setiap saat dapat ditukar menjadi kas 2
tanggal jatuh temponya sangat dekat 3
kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga.
Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan harus memiliki anggaran kas untuk menjaga
posisi likuiditas dan untuk mengetahui defisit dan surplus kas. Perusahaan yang memiliki kelebihan kas dapat dibelikan surat-surat berharga efek
atau marketable securities atau temporary investment yaitu obligasi, saham biasa, dan saham preferen. Pembelian efek dilakukan untuk
menjaga likuiditas karena hakikatnya efek tersebut ialah uang tunai,
artinya mudah dijual di pasar bursa dan untuk tujuan investasi sementara untuk memperoleh keuntungan atas dasar pembedaan harga jual dan harga
beli.
2. Pengertian Laporan Arus Kas
Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Menurut
Harahap 2007:243 mengemukakan bahwa ”Laporan arus kas adalah suatu laporan yang bertujuan untuk memberikan informasi yang relevan
tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu”.
Laporan Arus Kas menurut Kieso 2002:372 sebagai berikut : ”Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas, dan
perubahan bersih kas dari kegiatan operasi, investasi, serta pembiayaan perusahaan selama suatu periode, dalam bentuk yang dapat merekonsiliasi
saldo kas awal dan akhir”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arus kas merupakan
arus kas masuk dan arus kas keluar dalam suatu kegiatan perusahaan yang meliputi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan serta sebagai dasar
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas.
3. Aktivitas Dalam Laporan Arus Kas
Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas dan pembayaran kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan yang merupakan
aktivitas utama dalam bisnis perusahaan. Aktivitas Dalam Laporan Arus Kas menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2009:2.2 sebagai berikut :
1. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan
perusahaan principal revenue-producing activities dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan
aktivitas pendanaan.
2. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka
panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. 3.
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman
perusahaan.
Aktivitas Dalam Laporan Arus Kas menurut Kieso, dkk 2008:213 sebagai berikut :
1. Aktivitas operasi operating activities meliputi pengaruh kas
dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih. 2.
Aktivitas investasi investing activities meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi
baik utang maupun ekuitas serta property, pabrik, dan peralatan.
3. Aktivitas pendanaan financing activities melibatkan pos-pos
kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi: a.
Perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari
investasinya, dan
b. Peminjaman uang dari kreditor serta pelunasannya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi kepada para pengguna laporan untuk
mengetahui posisi keuangan perusahaan.
4. Pengukuran Arus Kas
Pengukuran arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Aktivitas Operasi
menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2009:2.2 sebagai berikut: “Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan
perusahaan principal revenue-producing activities dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan”.
Aktivitas Operasi menurut Wild 2005:6 sebagai berikut: ”Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba”.
Alasan Pengukuran Arus Kas menggunakan Arus Kas Dari Aktivitas Operasi dan kaitannya dengan Likuiditas menurut. Wild 2005:17
sebagai berikut: ”Arus kas dari operasi meliputi elemen pendanaan serta bermanfaat untuk evaluasi dan proyeksi likuiditas jangka pendek maupun
solvabilitas jangka panjang”. Sedangkan menurut Soemarso 2005:335 sebagai berikut: ”Apabila arus kas operasi mengalami surplus kas bersih
maka tidak mengakibatkan kesulitan likuiditas bagi perusahaan”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arus kas dari aktivitas
operasi dapat menilai seberapa besar perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar saat jatuh tempo.
5. Metode Laporan Arus Kas
Untuk menyajikan laporan arus kas ini dapat digunakan dua metode. Metode Arus Kas menurut Djarwanto 2004:125 yakni :
1. Metode langsung direct method, dalam metode ini pelaporan
arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompok- kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari aktivitas
operasi secara lengkap tanpa melihat laporan laba-rugi, dan baru dilanjutkan dengan aktivitas investasi dan keuangan.
2. Metode tidak langsung indirect method dalam metode ini
penyajian laporan arus kas dimulai dari laba-rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi
perubahan dalam pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turunya pos aktiva lancar
dan utang lancar.
Menurut Wild 2005:6 metode Arus Kas sebagai berikut: 1.
Metode tidak langsung indirect method, laba bersih disesuaikan
menghasilkan arus kas dari operasi
2.
Metode langsung direct method, menyesuaikan setiap pos laporan laba rugi untuk akrual terkait, sehingga menghasilkan
format yang lebih baik untuk menilai jumlah arus kas masuk keluar operasi.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode langsung maka penerimaan dan pengeluaran kas bruto akan
diungkapkan, sedangkan dengan metode tidak langsung arus kas dari aktivitas operasi diperoleh dengan jalan penyesuaian terhadap laba bersih
dari pengaruh transaksi bukan kas, penangguhan deferral atau akrual dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan aktivitas investasi
atau pendanaan.
D. Likuiditas
1. Pengertian Likuiditas
Likuiditas bagi perusahaan merupakan suatu pencerminan bahwa seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek yang segera harus dipenuhi. Likuiditas menurut Wild 2005:184
sebagai berikut : “Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi kas jangka pendek”.
Munawir 2007 : 31 mengemukakan definisi likuiditas sebagai berikut : “Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat
ditagih”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek saat jatuh tempo.
2. Pengukuran Likuiditas
Rasio likuiditas berguna untuk mengukur likuiditas perusahaan tentang cara menilai dan meningkatkan posisi keuangan perusahaan.
Rasio Likuiditas liquidity ratio mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo dan
memenuhi kebutuhan kas yang tak terduga di luar prediksi perusahaan. menurut Fraser 2008:221 sebagai berikut : “Rasio likuiditas yaitu
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan kas ketika kebutuhan tersebut meningkat”.
Rasio Likuiditas yang dapat digunakan menurut Rahardjo 2007:116 sebagai berikut :
1 Rasio Lancar current ratio, adalah perbadingan antara aktiva
lancar dengan kewajiban jangka pendek hutang lancar.
Rasio Lancar = Jumlah Aktiva Lancar x 100 Jumlah Hutang Lancar
2 Rasio Cepat quick ratio, adalah perbandingan antara aktiva
lancar setelah dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Rasio Cepat = Jumlah Aktiva Lancar – Persediaan x 100
Jumlah Hutang Lancar 3
Rasio Kas cash ratio, adalah perbandingan antara jumlah kas termasuk yang tersimpan di Bank dan surat berharga yang
segera dapat diuangkan dengan jumlah hutang lancar.
Rasio Kas = Kas + Efek Surat Berharga x 100 Jumlah Hutang Lancar
Dari uraian tersebut dapat menjelaskan bahwa digunakan rasio lancar, rasio cepat, dan rasio kas untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo.
E. Hubungan Arus Kas dan Likuiditas
Sebagai pihak yang menanamkan dana pada perusahaan, kreditor dan investor berkepentingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajibannya. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan
dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh pihak yang bersangkutan. Laporan keuangan akan lebih berarti bagi para pemakainya apabila dilakukan analisis
dan interpretasi atas laporan keuangan tersebut. Salah satu teknik analisis yang digunakan adalah analisis terhadap
laporan arus kas. Analisis arus kas sering dipakai sebagai alat analisis yang diharapkan dapat memberikan gambaran kesanggupan perusahaan dalam
memenuhi semua kewajiban dan membiayai operasi perusahaan. Laporan
arus kas merupakan salah satu objek dari analisis terhadap laporan keuangan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu indikator kemampuan dalam membayar kewajiban adalah likuiditas. Dengan
demikian laporan arus kas mempunyai pengaruh penting terhadap likuiditas. Kas merupakan bentuk aktiva paling likuid, dimana diartikan kas
merupakan aktiva yang dapat dipergunakan dengan segera untuk memenuhi kewajiban keuangan perusahaan. Likuiditas adalah menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan pada saat ditagih Munawir, 2007 : 31. Likuiditas juga merupakan salah satu faktor yang menentukan lancar tidaknya suatu
perusahaan. Untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, suatu perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar, yaitu berupa aktiva-
aktiva lancar. Makin besar jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan seluruh kewajiban yang harus segera dipenuhi, berarti semakin besar pula tingkat
likuiditasnya, dan juga sebaliknya. Analisis rasio dimungkinkan dapat digunakan untuk menentukan tingkat
likuiditas perusahaan. Analisis rasio memberikan pengukuran likuiditas yang cepat dan mudah. Rasio-rasio yang menggunakan kas sebagai salah satu
variabel bisa digunakan untuk menentukan likuiditas perusahaan. Hubungan arus kas operasi dan likuiditas menurut Wild 2005:17
sebagai berikut : “arus kas operasi meliputi elemen pendanaan serta
bermanfaat untuk evaluasi dan proyeksi likuiditas jangka pendek maupun solvabilitas jangka panjang”.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arus kas dapat memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
kondisi likuiditas perusahaan di masa yang akan datang.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu