Pengendalian dengan Bahan Kimia

Pengendalian dengan Bahan Kimia

Mencuci produk dengan air klorin dapat mencegah pembusukan yang disebabkan oleh bakteri, kapang dan ragi pada permukaan buah. Kalsium hipoklorit (serbuk) dan sodium hipoklorit (cairan) adalah murah dan tersedia secara luas. Efektifitas perlakuan akan berkurang jika bahan organik dibiarkan bertambah di dalam air. Efectivitas klorin meningkat dengan berkurangnya pH dari 11 ke pH 8, tetapi pada pH lebih rendah klorin menjadi tidak stabil.

Buah-buahan dan sayur-sayuran dapat dicuci dengan larutan hipoklorit (konsentrasi 25 ppm klorin tersedia selama 2 menit) kemudian dibilas dengan air bersih untuk membunuh bakteri pembusuk. Alternatif lainnya, komoditas-komoditas tersebut dapat dicelupkan dalam larutan hipoklorit (50-70 ppm klorin tersedia) kemudian dibilas dengan air kran bersih untuk mengendalikan bakteri, ragi dan kapang.

Sumber: Ogawa, J.M. and Manji, B.T. 1984. in: Moline, H.E. (Ed). Postharvest Pathology of Fruits and Vegetables. University of California, Division of Agriculture and Natural Resources, UC Bulletin 1914.

Jumlah hipoklorit yang ditambahkan dalam air jernih dan bersih untuk disinfestasi

Cup/50 gallons Sodium Hipoklorit

Target (ppm)

Ons/5 gallons

Sodium Hipoklorit

0.35 0.3 Sumber: Bachman, J. and Earles, R. 2000. Postharvest Handling of Fruits and Vegetables.

Horticulture Technical Note. ATTRA.

Untuk daftar pestisida yang teregistrasi di USA, lihat EPA Compendium of Registered Pesticides yang dipublikasikan oleh the U.S. Environmental

Protection Agency (http://epa.gov)

V-3

Sulfur: Sulfur digunakan pada pisang dalam bentuk pasta (0.1% ingredient aktif) untuk

mengendalikan jamur pembusuk mahkota. Sulfur dioksiida :

Sulfur dioksida (SO 2 ) digunakan sebagai fumigan (dengan 10 ppm toleransi residu) pada anggur untuk mengendalikan jamur Botrytis, Rhizopus dan Aspergillus. Perhitungan secara hati-hati dari jumlah sulfur dioksida yang dibutuhkan untuk perlakuan anggur dapat banyak mengurangi keperluan pengipasan atau penyerapan udara penyimpanan

untuk kelebihan SO 2 setelah dilakukan fumigasi. Untuk informasi terhadap teknik fumigasi “penggunaan total” yang tekah dikembangkan untuk perlakuan pada anggur dengan sulfur dioksida, lihat Luvisi (1992).

Sodium atau potassium bisulfit: Bisulfit biasanya terdapat dalam bantalan kertas atau plastik yang dapat ditempatkan di

dalam karton untuk melepaskan SO 2 untuk mengendalikan kapang pada anggur selama

transportasi dan penyimpanan . Sources: Luvisi, D.A. et al. 1992. Sulfur Dioxide Fumigation of Table Grapes. University of

California, Division of Agriculture and Natural Resources, Bulletin 1932. Ogawa, J.M. and Manji, B.T. 1984. in: Moline, H.E. (Ed). Postharvest Pathology of Fruits and

Vegetables. University of California, Division of Agriculture and Natural Resources, UC Bulletin 1914.

Penggunaan garam-garam bikarbonat untuk mencegah pembusukan pasca panen telah dilakukan terhadap cabe, melon, kentang, wortel dan buah jeruk segar. Garam-garam ini tidak mahal, aman digunakan, tersedia dipasar dan diterima sebagai “certified organic” dan “chemical free” untuk maksud-maksud perdagangan.

Garam-garam bikarbonat meliputi:

Bicarbonat dari soda, atau “baking soda” (NaHCO 3 ) Potassium bicarbonat (KHCO 3 )

Metode-metode aplikasi (dengan atau tanpa klorinasi sesuai keinginan):

Metode

Takaran

Diikuti dengan:

Penyemprotan dari atas 2% larutan (gunakan 2 g produk atau pencelupan

dalam 100 mL air atau 20 g per liter)

Penyemprotan dari atas 3% larutan (gunakan 3 g Bilas dalam air produk atau pencelupan

dalam 100 mL air atau 30 g per liter)

V-4

Sumber: Smilanick, J. 2002 (personal communication) Research Plant Pathologist, USDA ARS San Joaquin Valley Agricultural Sciences Center.

Busuk lunak bakteri (Erwinia) pada sawi atau kol (cabbage) dapat dikendalikan dengan menggunakan serbuk kapur atau 15% larutan dari alum (15 g alumunium potassium sulfat dalam 100 mL air). Setelah perlakuan terhadap pangkal bawah dari cabbage, produk dibiarkan 20-30 menit untuk menghilangkan air larutan sebelum dilakukan pengemasan.

Perlakuan larutan alum (penyemprotan atau penyikatan):

Perlakuan serbuk kapur (tekankan bagian pangkal bawah pada serbuk kapur)

Sumber: Borromeo, E.S. and Ilag, L.L. 1984. Alum and Lime Applications: Potential Postharvest Control of Cabbage Soft Rot. Appropriate Postharvest Technology 1(1):10-12.

V-5

Bila fungisida harus diperlakukan pada produk, nampan sederhana dengan lubang-lubang bagian bawahnya dapat digunakan untuk memegang komoditas saat disemprot. Pada ilustrasi di bawah ini, sprayer punggung yang dioperasikan dengan tangan digunakan untuk menyemprotkan fungisida pada pisang. Pisang selanjutnya dapat dikeringkan dari air semprotan dalam nampan berlubang sebelum penanganan selanjutnya.

Sumber: FAO. 1989. Prevention of Postharvest Food Losses: Fruits. Vegetables and Root Crops.

A Training Manual. Rome: UNFAO. 157 pp. Sprayer punggung adalah alat yang sangat bermanfaat untuk perlakuan fungisida dan

perlakuan kimia pascapanen lainnya. Berbagai ragam ukuran dan jenis sprayer dapat dibeli pada pusat-pusat penjualan alat-alat pertanian atau lewat perusahan-perusahan diinternet.

Bila buah dikemas untuk ekspor, fungisida sering diberikan untuk memenuhi kebutuhan standard mutu internasional dan mengurangi kemunduran selama transportasi. Ilustrasi di bawah ini berupa “cascade applicator” dikembangkan untuk aplikasi fungisida secara seragam dan efektif dengan menggunakan pancuran cairan untuk membasahi buah.

Buah dalam nampan plastik berlubang di alirkan di atas roller conveyor belt (tidak terlihat) menuju applicator. Di dalamnya kipas sederhana berbentuk deflector yang menimbulkan adanya pancuran larutan fungisida. Buah lewat dibawah pancuran dimana buah tersebut dibasahi, kemudian keluar dari aplikator untuk ditiriskan di atas nampan yang bergerak balik.

Tangki berisi sampai 50 liter larutan fungisida, dan dilengkapi dengan sebuah pompa sama tinggi dengan lubang pengeluaran tangki. Sebuah filter dilengkapi di atas tangki untuk memisahkan bahan-bahan asing dalam fungisida yang dialirkan balik dari kotak aplikator dan nampan yang bergerak balik.

V-6

Aplikator Fungisida:

Sumber: Overseas Div., AFRC. National Institute of Agricultural Engineering. 1974. Bulletin No. 6. Silsoe, Bedfordshire, England.

V-7