1. Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus
Sesuai dengan Pasal 6 Ayat 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000, JSP melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh
tempo pembayaran pajak berdasarkan Surat Perintah Seketika dan Sekaligus yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang apabila;
a. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya atau berniat untuk itu. b.
Penanggung pajak memindahtangankan barang yang dimilki atau dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukan di Indonesia. c.
Terdapat tanda-tanda penanggung pajak akan membubarkan badan usahanya, atau menggabungkan usahanya, atau memekarkan
usahanya, atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya.
d. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara.
e. Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum
penerbitan Surat Paksa. Penyampaian Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus dilaksanakan secara langsung oleh JSP kepada penanggung pajak. Surat
Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus sekurang-kurangnya memuat : a.
Nama wajib pajak atau nama penanggung pajak. b.
Besarnya utang pajak.
c. Perintah untuk membayar pajak.
2. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
Pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa merupakan upaya fiskus untuk memaksa wajib pajak untuk segera melunasi pajaknya. Untuk
melaksanakan setiap tindakan penagihan pajak memerlukan biaya guna membayar honorarium pelaksanaan penagihan pajak dan biaya lainnya yang terkait dengan
setiap tahapan penagihan. Hal ini membuat pelaksanaan tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa diperlukan biaya penagihan pajak, yang besarnya disesuaikan
dengan tahapan penagihan pajak yang dilakukan oleh JSP. Biaya penagihan pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat
Perintah Melakukan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa Penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak. Biaya ini dijamin
oleh Undang-undang Pajak dan pada dasarnya menjadi tanggungan wajib pajak, sebagai konsekuensi ketidakpatuhannya melunasi wajib pajak yang terutang tepat
pada waktunya. Biaya penagihan pajak yang harus ditanggung oleh wajib pajak
tergantung pada tahapan penagihan pajak yang dilakukan oleh JSP. Ada 5 jenis biaya penagihan pajak yaitu :
a. Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi biaya
harian dan biaya perjalanan JSP. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap Surat Paksayang harus disampaikan oleh JSP kepada penanggung
pajak.
b. Biaya pelaksaan penyitaan, yang meliputi biaya harian dan biaya
perjalanan JSP dan 2 orang saksi yang harus ada guna sah-nya pelaksanaan pelaksanaan penyitaan pajak. Biaya ini diperuntukkan
untuk setiap Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan penagihan pajak
dengan Surat Paksa. c.
Biaya pencegahan dan atau biaya penyanderaan. d.
Biaya pelaksanaan lelang yang meliputi : 1
Biaya pengumuman lelang di suratkabar dan media lainnya. 2
Biaya lelang. 3
Biaya penyimpanan. 4
Biaya lain yang berhubungan dengan lelang. e.
Biaya yang timbul karena penjualan barang sitaan yang dilakukan tidak secara lelang.
Pelaksaan penagihan pajak adalah : a.
Fiskus adalah pegawai pemerintah yang diberi kewenangan untuk melaksanakan tugas pemungutan pajak yang dikenal sebagai pejabat
pajak. b.
Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang ditunjuk untuk melakukan penagihan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, khususnya Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa PPSP.
Pejabat yang ditunjuk untuk melakukan penagihan pajak memiliki kewenangan untuk :
a. Menagangkat dan memberhentikan JSP.
b. Menerbitkan surat yang digunakan untuk melakukan penagihan pajak,
yaitu : 1
Surat Teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis. 2
Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus. 3
Surat Paksa 4
Surat Perintah Melakukan Penyitaan 5
Surat Perintah Penyanderaan 6
Surat Pencabutan Sita 7
Pengumuman Lelang 8
Surat Penentuan harga Limit 9
Pembatalan Lelang 10
Surat lain yang diperlukan untuk melaksanakan penagihan pajak, antara lain surat permintaan tanggal dan jadwal waktu pelelangan
ke Kantor Lelang Negara, surat permintaan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah SKPT kepada Badan Pertanahan Nasional
Kantor Pertanahan, surat permintaan bantuan kepada kepolisian dan atau surat permintaan pencegahan.
c. JSP adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi
Penagihan Seketika dan Sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan.
JSP memiliki wewenang yaitu : a.
Memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita.
b. Meminta bantuan kepada pihak Kepolisian, Kejaksaan, Departemen
Hukum dan Perundang-undangan, Pemda setempat, BPN, Dirjen Perhubungan Laut dalam rangka pelaksanaan penagihan pajak.
c. Menjelaskan tugasnya serta memberitahukan maksud dan tujuan
penyitaan.
3. Surat Teguran