terdapat kelebihan maka kelebihan tersebut harus dikembalikan pada wajib pajak yang bersangkutan.
Dan masih banyak masyarakat yang belum mengerti secara benar tentang peraturan perundang-undangan perpajakan, dan semakin tidak mengerti
dikarenakan seringnya diterbitkan surat-surat edaran atau keputusan Menteri Keuangan yang baru. Untuk ini sebaiknya sering diadakan penyuluhan perpajakan
di Kecamatan maupun di kelurahan, untuk dapat memberikan penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan perpajakan secara jelas dan benar
sehingga dapat menumbuhkan dan mempertinggi kesadaran masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Sebab jika kesadaran masyarakat dalam
pemenuhan kewajiban perpajakansudah baik maka sistem self assessment yang dianut dapat berlangsung dengan baik pula.
B. Timbulnya Utang Pajak
Menurut Soemitro dalam Waluyo 2002:5 Utang pajak adalah utang yang timbulnya secara khusus karena Negara
Kreditur terikat dan tidak dapat memilih secara bebas siapa yang akan dijadikan debiturnya, seperti dalam hukum perdata.
Menurut Pasal 1 Point 8 dalam Undang-undang no. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa bahwa “Utang Pajak adalah pajak yang masi
harus dibayar termasuk transaksi administrasi berupa bunga denda atau kenaikan
yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasarnya dan telah terpenuhinya atau terjadi suatu Tatbestand sasaran pemajakan, yang
terdiri dari keadaan-keadaan tertentu dan atau juga peristiwa ataupun perbuatan tertentu. Tetapi yang sering terjadi adalah karena keadaan, seperti pajak-pajak
yang sangat penting yaitu atas suatu penghasilan atatu kekayaan, dikenakan atas keadaan-keadaan ekonomis Wajib pajak yang bersangkutan walaupun keadaan itu
kebanyakan timbul karena perbuatan-perbuatannya. Utang pajak menurut ajaran material timbul dengan sendirinya karena pada
saat yang ditentukan oleh undang-undang sekaligus dipenuhi syarat subjek dan syarat objek “dengan sendirinya” artinya bahwa untuk timbulnya utang pajak itu
tidak diperlukan campur tangan atau perbuatan dari pejabat pajak, asal syarat- syarat yang ditentukan oleh undang-undang telah dipenuhi.
Sedangkan utang pajak menurtu ajaran formal. Utang pajak timbul karena undang-undang pada saat dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh Direktorat
Jenderal Pajak. Dalam hal ini lahirnya utang pajak menurut ajaran fomal terjadi karena undang-undang sebagai akibat dari perbuatan manusia, yakni perbuatan
dari aparatur pajak untuk mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak. Jadi, selama belum ada Surat Ketetapan Pajak maka belum ada utang pajak dan tidak akan
dilakukan penagihan walaupun syarat subjek dan objek pajak telah dipenuhi bersamaan. Dengan demikian, derdasarkan ajaran formal lebih mudah bagi wajib
pajak untuk mengetahui kapan ia mempunyai utang pajak, karena selama belum ada Surat Ketetapan Pajak maka belum ada utang pajak yang mereka bayar.
Pada umumnya undang-undang menentukan adanya pembayaran pajak dan penagihan pajak yang waktunya dihitung dari saat timbulnya utang pajak. Apabila
sudah lewat waktu tertentu, sebagai periodemasa pembayaran pajak ternyata tidak dilakukan pembayaran, maka akan dilakukan penagihan oleh kantor
Pelayanan Pajak. Jika pajak terlambat dibayar atau tidak dibayar pada waktunya maka pembayaran yang terlambat dilakukan dikenakan denda administrasi yang
dihitung setiap bulan. Keterlambatan pemabayaran pajak umumnya dihitung dari saat timbulnya utang pajak.
Di dalam hal pajak, utang pajak tidak berlaku untuk selama-lamanya, melainkan dikenal adanya daluwarsa. Penetuan waktu daluwarsa itu umumnya
dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak. Dengan demikian, saat terutangnya pajak juga penting untuk menentukan kewenangan
untuk menagih pajak atau tidak, dan sebagainya.
C. Prosedur Pelaksanaan Penyitaan