Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan FMA

2.2.2 Simbiosis FMA pada Akar

Fungi mikoriza arbuskula FMA merupakan simbion yang paling luas penyebarannya. Simbiosis FMA diawali dari pergerakan hifa ekstraradikal HE yang berasal dari perkecambahan spora dalam tanah atau dari akar terkolonisasi, karena tanaman mengeksudasikan senyawa flavonoid. Hifa kemudian menyentuh permukaan akar, membentuk appresoria, dan menembus dinding sel akar untuk membentuk hifa intraradikal. Hifa intraradikal HI tumbuh menjalar di antara sel atau menembus sel epidermis dan mengolonisasi ruang intra- dan interseluler korteks akar. Selanjutnya HI berdiferensiasi membentuk arbuskula, vesikel, sel pelengkap, ataupun spora intraradikal. Kemudian jaringan HE di dalam tanah segera terbentuk setelah terjadinya kolonisasi akar. Hifa ekstraradikal berfungsi untuk mengangkut hara dan air, produksi spora, agregasi tanah, dan melindungi tanaman inang dari serangan patogen. Keberadaan HE pada garis tengahnya yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan garis tengah akar mampu menembus pori mikro untuk mendapatkan air yang tidak dapat dijangkau oleh akar. Hal ini menyebabkan tanaman bermikoriza menjadi lebih adaptif menghadapi cekaman kekeringan. Sumbangan FMA terhadap serapan P dan air dipengaruhi oleh jenis FMA, tanaman, dan lingkungan. Hal ini mengindikasikan kesesuaian fungsional di antara FMA dan tanaman tidak selalu berkaitan dengan kolonisasinya Smith dan Read, 2008.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan FMA

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan FMA adalah sebagai berikut: a. Suhu Suhu berpengaruh terhadap perkembangan spora, hifa pada sel akar dan perkembangan pada korteks akar. Selain itu, suhu juga berpengaruh pada ketahanan dan simbiosis. Suhu terbaik untuk perkembangan arbuskula adalah 30 C, koloni miselia 28–34 C, dan perkembangan vesikula pada suhu 35 C Schenk dan Universitas Sumatera Utara Schroder, 1974. Menurut hasil penelitian Daniel dan Trappe 1980 Glomus epigaens berkecambah pada suhu 18-25 b. Cahaya dan ketersediaan hara C. Intensitas cahaya yang tinggi, kekahatan nitrogen dan fosfor yang sedang akan meningkatkan jumlah karbohidrat di dalam akar sehingga tanaman lebih peka terhadap kolonisasi FMA. Pertumbuhan perakaran yang sangat aktif jarang terkolonisasi FMA. Oleh karena itu, menurunnya pertumbuhan dan perkembangan akar akan meningkatkan kolonisasi FMA. Peranan FMA terhadap ketersediaan P bagi tanaman menunjukkan keterikatan antara FMA dan P tanah. Pada wilayah beriklim sedang, konsentrasi P yang tinggi menyebabkan kolonisasi FMA menurun. Hal ini disebabkan karena tingginya konsentrasi P dalam jaringan inang Smith dan Read, 1997. c. Kadar air tanah Kandungan air tanah dapat berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung terhadap infeksi dan pertumbuhan fungi mikoriza. Pengaruh secara langsung tanaman bermikoriza dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air. Sedangkan pengaruh tidak langsung karena adanya miselia eksternal yang menyebabkan FMA efektif dalam mengagregasi butir-butir tanah. Dengan demikian, kemampuan tanah menyerap air meningkat Rothwell, 1984. Hasil penelitian Menge 1984 menunjukkan bahwa perkecambahan yang baik pada Glomus epigaeus jika kandunga air tanah di antara kapasitas lapang. d. pH Tanah Fungi mikoriza arbuskula FMA pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun demikian, daya adaptasi masing-masing spesies FMA terhadap pH tanah berbeda-beda. Hal ini karena pH tanah mempengaruhi perkecambahan, perkembangan, dan peran FMA terhadap pertumbuhan tanaman Maas dan Nieman, 1978. Universitas Sumatera Utara pH optimum untuk perkecambahan spora berbeda-beda tergantungan pada adaptasi FMA terhadap lingkungan. Hasil penelitian Bertham 2003 menunjukkan bahwa perkecambahan maksimum Glomus mosseae pada pH 6-9, sedangkan Gigaspora corallodea dan Gigaspora heterogama dari jenis yang lebih asam dapat berkecambah dengan baik pada pH 4-6. e. Bahan organik Bahan organik merupakan salah satu komponen dalam tanah yang penting selain air dan udara. Jumlah spora FMA berhubungan erat dengan kandungan bahan organik dalam tanah. Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah yang mengandung bahan organik 1-2 dan kandungan spora sangat rendah pada tanah berbahan organik kurang dari 0,5. Residu akar mempengaruhi ekologi FMA. Hal ini disebabkan serasah akar yang terkolonisasi mikoriza merupakan sarana penting untuk mempertahankan generasi FMA dari satu tanaman ke tanaman berikutnya. Serasah akar tersebut mengandung hifa, vesikel, dan spora yang dapat mengkolonisasi FMA Whiffen, 2007. f. Logam berat dan unsur lain Adanya logam berat dalam larutan tanah dapat mempengaruhi perkembangan mikoriza. Beberapa spesies FMA diketahui mampu beradaptasi dengan tanah yang tercemar seng Zn, tetapi sebagian besar spesies FMA peka terhadap kandungan Zn yang tinggi. Pada beberapa penelitian lain diketahui bahwa FMA tertentu toleran terhadap kandungan Mn, Al, dan Na yang tinggi Janouskova et al., 2006. g. Fungisida Fungisida merupakan racun kimia yang digunakan untuk membunuh fungi penyebab penyakit tanaman. Penggunaan fungisida dalam dosis yang rendah disamping mampu memberantas fungi penyebab penyakit juga terbukti dapat menyebabkan turunnya kolonisasi FMA yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan penyerapan unsur P Manjunath dan Bagyaraj, 1981. Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Keanekaragaman FMA dari Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Karet (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

1 30 54

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Di Hutan Pantai Sonang, Tapanuli Tengah

3 70 89

Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Berdasarkan Ketinggian Tempat (Studi Kasus Pada Hutan Pegunungan Sinabung Kabupaten Karo)

2 49 52

Pembukaan Lahan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Batang Toru, PTPN III (Persero) Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

2 10 43

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) - Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 1 8

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 0 15

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Karet (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) - Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Karet (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 0 7

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Karet (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 0 15