BAB III ANALISIS TOKOH GALS DALAM KOMIK “GALS”
KARYA MIHONA FUJI DARI ASPEK SOSIOLOGIS
3.1. Karakteristik Tokoh-tokoh dalam Komik Gals Karya Mihona Fuji 1. Kotobuki Ran
Sekilas, Ran terlihat sebagai seorang gadis yang hanya senang berdandan, jalan- jalan dan berbelanja serta tidak suka berpikir panjang. Namun, sebenarnya siswi
SMU Hounan ini adalah seorang gadis yang sangat tangguh, cerdik dan bersemangat tinggi. Dia akan marah apabila ada laki-laki yang menawarinya uang karena dikira
gadis gampangan. Ran yang meng-klaim Shibuya sebagai daerah kekuasaannya, juga sangat setia
kawan dan memiliki rasa sosial yang tinggi, meskipun hal itu tidak mendorongnya untuk menjadi seorang polisi. Dia tidak akan sanggup membiarkan temannya
kesusahan. Sahabatnya Miyu selalu dijaganya agar tidak berbuat kekerasan seperti dulu. Dia pun ingin Aya bisa bahagia dengan laki-laki yang disukainya. Tetapi, hal
itu tidak berarti Ran tidak bisa kritis terhadap mereka, karena ia juga bisa dengan keras memarahi teman-temannya jika ia merasa mereka telah melakukan hal yang
tidak pantas. Ran sangat ingin menghitamkan kulitnya, tetapi selalu gagal. Antara lain karena
tidak pernah punya cukup uang untuk membiayai penghitaman kulit.
Universitas Sumatera Utara
2. Yamazaki Miyu
Siapa pun yang melihat Miyu sekarang tidak akan mengira kalau saat SMP Miyu adalah seorang anak yang bermasalah. Miyu tidak betah di rumah, karena ibunya
yang sudah bercerai kerjanya hanya berpacaran saja, tanpa memperdulikan Miyu. Ibunya bahkan sampai pernah menunggak pembayaran uang sekolah Miyu beberapa
bulan saat Miyu SMA. Semua itu hanya karena wajah Miyu yang sangat mirip dengan Ayahnya.
Miyu pun menjadi anak berandalan yang berkeliaran di Shibuya, bahkan menjadi ketua geng yang sering berkelahi dengan geng-geng yang lain. Dia tak segan
membawa pisau ke sekolah dan mengancam gurunya dengan senjata tersebut. Dia tidak percaya kepada siapapun sampai akhirnya Miyu berkenalan dengan Ran dan
kakaknya, Yamato. Miyu pun belajar untuk memperbaiki dirinya dan menata ulang kehidupannya yang berantakan. Cara bicaranya yang semula menyebut dirinya
sebagai ore pun berubah menyebut dirinya dengan nama Miyu. Untuk membiayai sekolahnya sendiri, Miyu berjuang keras agar lulus dalam ujian beasiswa. Miyu dan
Yamato saling menyayangi dengan sepenuh hati, bahkan bisa dikatakan kalau Miyu sangat ketergantungan kepada Yamato.
3. Hoshino Aya
Orang tua Aya menaruh harapan yang sangat besar kepada putri tunggal mereka ini. Sayangnya, mereka tidak bisa melihat bahwa prestasi akademis bukanlah satu-
satunya ukuran untuk menilai apakah anak mereka berhasil atau tidak. Aya pun menghabiskan waktunya untuk belajar keras agar selalu menjadi siswa dengan
Universitas Sumatera Utara