4 Apabila pelaku langsung idiot atau gila maka ia dibebaskan,
sedangkan pelaku tidak langsung tidak. c.
Hukuman terhadap Bentuk-Bentuk Perbuatan Tidak Langsung Apabila Tindak Pidana yang Dimaksud Tidak Terjadi
Kaidah hukum Islam menetapkan bahwa tidak ada penjatuhan hukuman terhadap suara hati, bisikan jiwa, dan niat jahat seseorang selama ia belum
melakukan atau mengucapkannya, kaidah ini berdasarkan sabda Rasulullah “Sesungguhnya, Allah SWT mengampuni umatku atas bisikan atau gejolak
hatinya selama mereka belum melakukan atau mengucapkannya”. Pada dasarnya, hukum Islam menetapkan bahwa persepakatan,
penghasutan dan pemberian bantuan atas tindak pidana dianggap sebagai tindak pidana yang berdiri sendiri. Berdasarkan ini, hukum Islam menghukum orang
yang bersepakat, menghasut atau membantu terjadinya suatu tindak pidana walaupun perbuatan tersebut tidak terlaksana. Sedangkan dalam KUHP jika tidak
terlaksana maka para pelaku tidak diuhukum.
C. Pertalian Perbuatan Langsung dengan Perbuatan Tidak Langsung Mubasjarah dengan Sabab
Dalam suatu tindak pidana ada kalanya antara perbuatan langsung dan perbuatan tidak langsung memiliki pertalian. Artinya dapat dilihat mana yang
lebih dominan atau lebih kuat hingga dapat terjadinya suatu tindak pidana.
Pertalian antara kedua macam perbuatan tersebut apabila kumpul kedua- duanya, tidak lebih dari tiga kemungkinan.
117
1. Perbuatan tidak langsung lebih kuat daripada perbuatan langsung, dan hal
ini bisa terjadi apabila perbuatan langsung bukan perbuatan yang melawan dengan hukum pelanggaran hak, seperti persaksian palsu yang
mengakibatkan adanya putusan hakim untuk menjatuhkan hukuman mati atas diri tersangka. Persaksian palsu adalah perbuatan tidak langsung.
2. Perbuatan langsung lebih kuat daripada perbuatan tidak langsung. Hal ini
terjadi apabila perbuatan langsung dapat memutus daya kerja perbuatan tidak langsung, dan perbuatan tidak langsung itu sendiri tidak
mengharuskan menimbulkan akibat yang terjadi. Seperti orang yang menjatuhkan orang lain dalam jurang. Kemudian datang orang ketiga
untuk membunuh orang yang ada dalam jurang itu. 3.
Kedua perbuatan tersebut seimbang, yaitu apabila daya kerjanya sama kuatnya, seperti memaksa orang lain untuk melakukan pembunuhan.
Dalam soal ini, pemaksa itulah yang menggerakkan pembuat langsung melakukan jarimah, sebab kalau sekiranya tidak ada orang kedua, belum
tentu paksaan orang pertama akan menimbulkan pembunuhan tersebut. Dalam pertalian penyertaan juga dapat dilihat mengenai hubungan antara
para peserta. Bagaimana jika keturutsertaan tidak langsung dengan perbuatan yang berifat negatif dengan jalan tidak berbuat misalnya membiarkan anak kecil
yang sengaja dilempar ke sungai atau membiarkan pencurian yang dilihatnya
117
A. Hanafi, Op. Cit., h. 115-116.
dapatkah yang membiarkan tersebut dihukum dan bagaimana jika pelaku tidak langsung berpaling dari kesepakatan?
Pertama, menurut mayoritas fuqaha, diam tersebut tidak termasuk tindak pidana. Meskipun dari segi moral, tindakan tersebut dapat dianggap sebagai
pemberian bantuan, dari sisi kepidanaan, diam tidak dapat dianggap sebagai bantuan atau keturutsertaan tidak langsung sebab bantuan yang dapat dihukum
ialah yang berdasarkan saling mengerti antara pemberi bantuan dan pelaku langsung, dan tindak pidana yang terjadi memang dikehendaki oleh pemberi
bantuan.
118
Diam diri pada contoh-contoh tersebut bisa jadi hanya dikarenakan rasa takut dan kurang perhatian, dan diamnya tersebut sama sekali tidak menghendaki
terjadinya tindak pidana tersebut. Dalam kasus ini, antara sikap diam dan terjadinya terjadinya tindak pidana tidak ada pertalian sebab akibat yang harus
terdapat antara pemberi bantuan dan terjadinya tindak pidana tersebut.
119
Akan tetapi, fuqaha yang lain tidak berpendapat demikian. Mereka membedakan antara orang yang sanggup mencegah terjadinya tindak pidana atau
orang yang menyelamatkan korban dan orang yang tidak sanggup mencegahnya. Bagi orang yang sanggup mencegahnya atau orang yang sanggup menyelamatkan
jiwa korban dari kematian, ia bertanggung jawab dan dapat dituntut secara pidana atas sikap diamnya tersebut, sedangkan bagi orang yang tidak sanggup, ia tidak
118
Abdul Qadir Audah, Op. Cit., h. 47.
119
Loc. Cit.
dapat dipersalahkan karena ia tidak bisa berbuat sesuatu dan Allah SWT tidak membebani seseorang kecuali atas kesanggupannya.
120
Kedua, apabila pelaku tidak langsung itu berpaling dari kesepakatan dan hasutan yang dibuatnya dengan pelaku langsung atau ia berpaling dan tidak
memberikan bantuan kepadanya, tetapi tindak pidana itu tetap diperbuat, pada kasus persepakatan dan memberikan bantuan, pelaku tidak langsung diampuni
dari hukuman atas tindak pidana yang terjadi tersebut karena ia bukan penyebab terjadinya tindak pidana tersebut. Akan tetapi, pada kasus menghasut, pelaku
tidak langsung si penghasut baru dapat diampuni apabila ia telah membuktikan bahwa dirinya telah menghilangkan segala pengaruh penghasutannya dan
membuktikan bahwa si pelaku langsung tidak terpengaruh oleh hasutannya.
121
120
Loc. Cit.
121
Loc. Cit.
BAB IV PERBANDINGAN PENYERTAAN MENURUT KUHP DAN HUKUM