Pelemahan Kegiatan : Pelemahan Motivasi : Gambaran Kelelahan Fisik : Pelemahan Kegiatan : Pelemahan Motivasi :

Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja KAUPK2, yaitu untuk tingkat kelelahan pekerja diukur dengan menjumlahkan skor dari pernyataan- pernyataan kuesioner. Pernyataan ini disusun berdasarkan 3 aspek yang diungkapkan oleh Tarwaka 2004. Pada pengisian skala ini, sampel diminta untuk menjawab pernyataan yang ada dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang tersedia. Pada skala ini diberi 4 empat alternatif jawaban yaitu Tidak Pernah TP, Kadang-kadang K, Selalu S, dan Sangat Sering SS. Pernyataan dalam skala ini terdiri dari pernyataan yang positif Favorable dan Negatif Unfavorable. Item yang Favorable, jawaban Sangat Sering akan diberi skor 4, jawaban Selalu akan diberi skor 3, jawaban Kadang-kadang diberi skor 2 dan skor 1 untuk jawaban Tidak Pernah. Item yang Unfavorable, setiap jawaban Sangat Sering akan diberi skor 4, demikian seterusnya sampai dengan skor 1 untuk jawaban Tidak Pernah. Table 1. Perasaan kelelahan secara subjektif Distribusi Item-item Kuesioner Kelelahan Fatigue Sebelum Uji Coba Favourable N Unfavourable N Total

A. Pelemahan Kegiatan :

1 Perasaan berat di kepala 2 Lelah di seluruh badan 3 Berat di kaki 31, 61 29, 62 28 30 32 33, 63 3 3 3 Universitas Sumatera Utara 4 Menguap 5 Pikiran kacau 6 Mengantuk 7 Ada beban pada mata 8 Gerakan canggung dan kaku 9 Berdiri tidak stabil 10 Ingin berbaring 34, 64 26, 35 25, 66 37 38 22, 69 40, 70 27 65 36 24, 67 23, 68 39 21 3 3 3 3 3 3 3

B. Pelemahan Motivasi :

1 Susah berfikir 2 Lelah untuk bicara 3 Gugup 4 Tidak berkonsentrasi 5 Sulit untuk memusatkan perhatian 6 Mudah lupa 7 Kepercayaan diri berkurang 8 Merasa cemas 9 Sulit mengontrol sikap 10 Tidak tekun dalam pekerjaan 20, 71 19, 42 43, 73 17, 44 16, 45 46, 76 14, 77 13, 78 49, 79 11, 50 41 72 18 74 75 15 47 48 12 80 3 3 3 3 3 3 3 3 3

C. Gambaran Kelelahan Fisik :

1 Sakit dikepala 2 Kaku di bahu 3 Nyeri di punggung 4 Sesak nafas 5 Haus 6 Suara serak 10, 51 52, 82 8, 83 7, 54 55, 85 5, 56 81 9 53 84 6 86 3 3 3 3 3 Universitas Sumatera Utara 7 Merasa pening 8 Spasme di kelopak mata 9 Tremor pada anggota badan 10 Merasa kurang sehat 4, 87 58, 88 59 1, 60 57 3 2, 89 90 3 3 3 3 TOTAL 56 34 90 Alasan-alasan penggunaan skala Azwar, 2000, yaitu : a. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan. b. Skala digunakan untuk mengungkapkan satu atribut tunggal. c. Subjek tidak menyadari arah jawaban yang sesungguhnyadiungkap dari pertanyaan skala. d. Jawaban terhadap skala dapat diberi skor melalui proses penskalaan.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Azwar 2000 mengatakan bahwa tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran. Uji coba yang memiliki karakteristik hampir sama dengan karakteristik subjek penelitian. Universitas Sumatera Utara

1. Validitas

Azwar 2000 menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dikatakan mempunyai validasi yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berati bahwa pengukuran itu mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya diantara subjek yang satu dengan subjek yang lain. Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur disebut dengan validitas isi content validity. Validitas isi memiliki dua tipe yaitu validitas muka dan validitas logik : a. Validitas muka Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi. Tes yang memiliki validitas muka yang Universitas Sumatera Utara tinggi akan memancing motivasi individu yang dites untuk menghadapi tes tersebut dengan sungguh-sungguh Azwar, 2000. b. Validitas logik Validitas logik disebut juga validitas sampling. Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logik yang tinggi, suatu tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi aitem yang relevan dan perlu menjadi bagian tes secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang yang hendak diungkap oleh tes haruslah dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkret. Batas-batas perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikutnya aitem-aitem yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari tes yang bersangkutan Azwar,2000. Penilaian validitas isi tergantung pada penilaian subjektif individual. Hal ini dikarenakan estimasi validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan dengan analisis rasional dan melalui professional judgement Azwar, 2004. Dalam penelitian ini, peneliti meminta professional judgement yaitu dosen pembimbing peneliti. Setelah melakukan validitas isi kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji daya beda item. Uji daya daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi item dalam hal ini adalah Universitas Sumatera Utara memilih item-item yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain, dasarnya adalah memilih item yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh skala sebagai keseluruhan Azwar, 2000. Pengujian daya diskriminasi item menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi item total r ix yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda item. Bagi skala-skala yang setiap aitemnya diberi skor pada level interval dapat digunakan formula koefisien korelasi Pearson Product Moment. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor item dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara item tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasinya rendah mendekati nol berarti fungsi item tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik. Prosedur pengujian ini menggunakan taraf signifikasi 5 p0,05. Menurut Ebel dalam Azwar, 2000 menyarankan kriteria evaluasi indeks diskriminasi item yaitu nilai 0,3 sudah dianggap bagus walaupun masih mungkin untuk ditingkatkan. Penghitungan daya diskriminasi item dalam uji coba ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 17.0 For Windows.

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik Azwar, 2000. Reliabilitas artinya adalah tingkatan keterpercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas Universitas Sumatera Utara tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya. Pada penelitian ini uji reliabilitas alat ukur pada yang digunakan adalah dengan Alpha Cronbach Coefficient. Hal ini dikarenakan adanya estimasi reliabilitas Alpha tes dapat dibelah menjadi beberapa bagian. Jumlah item rancangan adalah 90 item yang nantinya akan dibelah menjadi 3 bagian. Koefisien reliabilitas skala seharusnya diusahakan setinggi mungkin. Suatu koefisien reliabilitas yang besarnya di sekitar 0,900 barulah dianggap memuaskan Azwar, 2000. Penghitungan reliabilitas dalam uji coba ini dilakuka n dengan menggunakan program SPSS version 17.0 For Windows.

3. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala Kelelahan fatigue dilakukan pada 35 orang karyawan yang bekerja pada shift pagi dan 35 orang karyawan yang bekerja pada shift malam, sehingga uji coba dilakukan pada 70 orang. Hasil uji coba skala Kelelahan fatigue menghasilkan 64 item yang diterima dari 90 item yang diujicobakan. Indeks diskriminasi item r ix’ ≥ 0.3 dengan koefisien reliabilitas r xx’ = 0.920. Indeks item yang memiliki daya beda tinggi bergerak dari r ix’ = 0.301 sampai dengan r ix’ = 0.641. Universitas Sumatera Utara Table 2. Perasaan kelelahan secara subjektif Distribusi Item-item Kuesioner Kelelahan Fatigue Setelah Uji Coba Favourable N Unfavourable N Total

A. Pelemahan Kegiatan :

11 Perasaan berat di kepala 12 Lelah di seluruh badan 13 Berat di kaki 14 Menguap 15 Pikiran kacau 16 Mengantuk 17 Ada beban pada mata 18 Gerakan canggung dan kaku 19 Berdiri tidak stabil 20 Ingin berbaring 30, 54 28, 55 27 33, 56 25, 34 24, 57 36 37 21 38, 58 29 31 32 26 35 23 22 20 3 3 2 3 2 3 2 2 1 3

B. Pelemahan Motivasi :

11 Susah berfikir 12 Lelah untuk bicara 13 Gugup 14 Tidak berkonsentrasi 15 Sulit untuk memusatkan perhatian 16 Mudah lupa 17 Kepercayaan diri berkurang 18 Merasa cemas 19 Sulit mengontrol sikap 19, 59 18, 40 41 16, 42 15, 43 13, 60 46 39 17 14 44 45 12 3 2 2 2 2 1 1 3 2 Universitas Sumatera Utara 20 Tidak tekun dalam pekerjaan 11, 47 2

C. Gambaran Kelelahan Fisik :

Dokumen yang terkait

Perbedaan Kelelahan Kerja Pada Operator SPBU Antara Shift Pagi Dan Shift Malam Di SPBU 14203163 Tanjung Morawa Tahun 2009.

75 296 64

PERBEDAAN KELELAHAN AKIBAT KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SIANG DAN MALAM PADA KARYAWAN DI BAGIAN PRODUKSI Perbedaan Kelelahan Akibat Kerja Antara Shift Pagi, Siang Dan Malam Pada Karyawan Di Bagian Produksi Winding Pt. Bintang Makmur Sentosa Tekstil Industri,

1 3 19

SKRIPSI PERBEDAAN KELELAHAN AKIBAT KERJA ANTARA SHIFT PAGI, Perbedaan Kelelahan Akibat Kerja Antara Shift Pagi, Siang Dan Malam Pada Karyawan Di Bagian Produksi Winding Pt. Bintang Makmur Sentosa Tekstil Industri, Sambung Macan, Sragen.

0 2 17

PERBEEDAAN TINGKAT KELELAHAN ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT RAWAT INAP Perbeedaan Tingkat Kelelahan Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di RS PKU Aisyiyah Boyolali.

0 2 14

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT RAWAT INAP Perbeedaan Tingkat Kelelahan Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di RS PKU Aisyiyah Boyolali.

0 2 16

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN SUBYEKTIF ANTARA SHIFT PAGI DAN MALAM PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI Perbedaan Tingkat Kelelahan Subyektif Antara Shift Pagi Dan Malam Pada Pekerja Bagian Produksi Pengolahan Beton Di PT. Wijaya Karya Beton Tbk Kabupaten Boyola

0 2 17

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHANKERJA PERAWAT ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Di Rsui Yakssi Gemolong.

0 2 10

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PERAWAT ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Di Rsui Yakssi Gemolong.

0 3 16

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Antara Shift Pagi, Shift Sore, Dan Shift Malam Di Bagian Weaving Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakart

0 2 13

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Antara Shift Pagi, Shift Sore, Dan Shift Malam Di Bagian Weaving Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakart

0 2 20