40
Gambar 11. Zero crossing asam benzoat der
ivat pertama dengan λ = 209,40; 230,20; 258,80; 273,0; dan 299,80 nm
4.5 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Analisis
Penentuan panjang gelombang analisis dilakukan berdasarkan pengamatan pada kurva serapan masing-masing derivat, kemudian dilanjutkan dengan
pengukuran absorbansi pada masing-masing zero crossing. Hasil dapat dilihat pada Gambar 12 – 17.
Gambar 12. Kurva tumpang tindih serapa
n derivat pertama kafein 9 μgml,asam benzoat 5 μgml dan campuran yang di dalamnya terdapat kafein 9
μgml dan asam benzoat 5 μgml
Universitas Sumatera Utara
41
Gambar 13. Zero crossing
derivat kedua kafein pada λ = 293,40 nm
Gambar 14. Zero crossing
derivat kedua asam benzoat pada λ = 213,20 nm Dari gambar diatas, diperoleh panjang gelombang yang dapat dipakai
adalah pada serapan derivat kedua. Hal ini diketahui berdasarkan pemilihan panjang gelombang analisis pada setiap derivat. Panjang gelombang analisis
didapatkan dengan menentukan zero crossing untuk masing-masing zat dimana ditentukan panjang gelombang dengan absorbansi salah satu zat berada pada nilai
nol sedangkan pada zat lain memiliki nilai positif. Pada serapan derivat pertama, zero crossing untuk kafein ditemukan pada
panjang gelombang 205,0; 245,20; 272,20; dan 302,40 nm dapat dilihat pada
Universitas Sumatera Utara
42 Gambar 10, untukasam benzoat zero crossing ditemukan pada panjang gelombang
209,40; 230,20; 258,80; 273,0; dan 299,80 nm dapat dilihat pada Gambar 11. Namun saat ditumpangtindihkan dengan campurannya dilihat pada Gambar 12,
panjang gelombang analisis untuk kafein dapat ditemukan, sedangkan panjang gelombang analisis untuk asam benzoat tidak ditemukan, sehingga penentuan
kadar sampel tidak bisa dilakukan pada derivat pertama. Oleh karena itu dibuat spektrum serapan derivat kedua, kemudian
dilakukan penentuan panjang gelombang analisis dengan cara yang sama seperti cara derivat pertama. Dari hasil spektrum serapan derivat kedua, zero crossing
setelah spektrum serapan d erivat kedua dari kafein 9 μgml, asam benzoat 5 μgml
dan campuran kafein 9 μgml dengan asam benzoat 5 μgml ditumpangtindihkan, didapatkan panjang gelombang analisis untuk kafein pada 293,40 nm dapat dilihat
pada Gambar 13 dan untuk asam benzoat pada 213,20 nm dapat dilihat pada Gambar 14. Panjang gelombang analisis dan absorbansinya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Panjang Gelombang Analisis dan Absorbansinya
Analit Zat Spektrum Serapan Derivat Kedua Pada Panjang gelombang nm
213,20 229,40
237,20 274,40
289,60 293,40
Kafein 9 μg ml
-0,001 0,001
0,003 Asam
Benzoat 5 μg ml
0,003 -0,004
-0,003
Campuran 0,003
-0,003 -0,002
-0,003 0,002
0,003
Dari Tabel di atas diperoleh panjang gelombang analisis yang digunakan adalah 293,40 nm untuk kafein dan 213,20 nm untuk asam benzoat. Pemilihan
Universitas Sumatera Utara
43 panjang gelombang analisis ini didasarkan pada nilai absorbansi ketiga larutan
pada panjang gelombang tersebut. Pada panjang gelombang 213,20 nm, nilai absorbansi kafein adalah nol, sedangkan nilai absorbansi untuk asam benzoat dan
larutan campuran keduanya memiliki nilai serapan sama yaitu 0,003, sehingga untuk asam benzoat panjang gelombang analisisnya adalah pada 213,20 nm.
Demikian juga untuk kafein, panjang gelombang analisis yang dipakai adalah 293,40 nm, karena pada panjang gelombang ini, nilai absorbansi dari asam
benzoat adalah nol, sedangkan nilai absorbansi untuk kafein dan larutan campuran keduanya memiliki nilai serapan sama yaitu 0,003, sehingga untuk kafein panjang
gelombang analisisnya adalah pada 293,40 nm. Spektrum dan absorbansi zat dapat dilihat pada Gambar 51 – 53 pada Lampiran 5 halaman 72 - 73.
Dibuat juga kurva tumpang tindih campuran kafein dan asam benzoat dengan sampel Kratingdaeng
®
dan M-150
®
dapat dilihat pada Gambar 15 dan zero crossing untuk kafein dan asam benzoat dengan sampel Kratingdaeng
®
dan M- 150
®
pada Gambar 16 dan 17 untuk memastikan hanya pada panjang gelombang tersebut dapat secara selektif mengukur serapan zat yang akan dianalisis Hayun,
dkk., 2006.
Gambar 15. Kurva tumpang tindih campuran kafein
9 μgml dan asam benzoat 5 μgml dengan sampel Kratingdaeng
®
dan M-150
®
Universitas Sumatera Utara
44
Gambar 16.Kur
va tumpang tindih kafein 9 μgml dan asam benzoat 5 μgml dengan sampel M-150
®
Gambar 17. Kur
va tumpang tindih kafein 9 μgml dan asam benzoat 5 μgml dengan sampel Kratingdaeng
®
Dari Gambar 15, 16 dan 17 dapat diketahui bahwa kurva serapan kedua sampel serupa dengan kurva serapan
laru tan stand ar k afein 9 μg ml d an asam benzoat 5 μgml pada panjang gelombang analisis yang telah ditentukan sehingga
hanya pada panjang gelombang tersebut dapat secara selektif mengukur serapan kafein dan asam benzoat.
Universitas Sumatera Utara
45
4.6 Hasil Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi 4.6.1 Kurva Kalibrasi