Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

(1)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI WORTEL

(Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

JEVRI MARADONG PURBA

030334012

SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI WORTEL

(Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

JEVRI MARADONG PURBA

030334012

SEP/AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DISETUJUI OLEH,

KOMISI PEMBIMBING

( Ir. Yusak Maryunianta, MSi )

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

( Ir. Sinar Indra Kesuma, MSi) Ketua Anggota

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

RINGKASAN

JEVRI MARADONG PURBA (030334012), dengan judul skripsi “PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI WORTEL”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, MSi.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2007, penentuan daerah penelitian didasarkan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra produksi penghasil wortel di Kabupaten Karo.

Pengambilan sampel petani dilakukan secara Stratified Random Sampling yakni dengan mempertimbangkan tingkat populasi, biaya, waktu dan tenaga, dimana pada Desa Sukadame terdapat populasi penanam wortel 200 KK, dan diambil sampel sebanyak 30 KK untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui daftar kuisioner dan wawancara langsung dengan petani, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Kantor Kepala Desa Sukadame.

Dari penelitian diperoleh hasil :

1. Faktor-faktor produksi (saprodi, tenaga kerja dan pupuk) tersedia di daerah penelitian.

2. Penerapan teknologi budidaya wortel di daerah penelitian masih secara tradisional, dimana saprodi yang digunakan masih tradisional.


(4)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

3. Usahatani wortel di daerah penelitian mampu memberikan kesempatan kerja, yang ditunjukkan oleh besarnya total rataan HKP yang digunakan untuk seluruh tahap kegiatan sebesar 61.86 HKP/Ha.

4. Usahatani wortel secara ekonomi layak dikembangkan oleh karena nilai rataan BEP pendapatan, produksi, dan harga masing-masing sebesar Rp.118,116.82 /Ha produksi, 168.74 Kg/Ha, Rp.372.92/Kg/Ha. Rataa nilai R/C ratio dan ROI masing-masing adalah 1,88 dan 88.13 %.

5. Rataan pendapatan petani wortel sebesar Rp.3,975,879.30 /Ha/musim tanam dan pendapatan ini meningkatkan pendapatan keluarga.

6. Permintaan untuk konsumsi wortel di daerah penelitian tinggi dan harga relatif stabil.

7. Masalah-masalah yang dihadapi oleh petani wortel di daerah penelitian adalah musim kemarau, saprodi masih tradisional, tidak adanya penyuluhan dan adanya persaingan.

8. Usahatani wortel di daerah penelitian mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan.


(5)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

Jevri Maradong Purba, lahir di Kisaran pada tanggal 21 Januari 1984. Anak ketiga dari empat bersaudara dari keluarga Bapak L. Purba dan Ibu M. Simanjuntak

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah :

1. Tahun 1990 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 013858 Kisaran dan tamat tahun 1996.

2. Tahun 1996 masuk sekolah lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Katolik Panti Budaya Kisaran dan tamat tahun 1999.

3. Tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Methodist 2 Kisaran dan tamat tahun 2002.

4. Tahun 2003 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

5. Bulan Juni-Juli 2007 mengikuti PKL di Desa Pegagan Julu I, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

6. Bulan Agustus 2007 malakukan penelitian skripsi di Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.


(6)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat memulai menjalani dan mengakhiri masa perkuliahan serta dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI WORTEL” dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesepatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi selaku Ketua Komisi Pembimbing. 2. Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, MSi selaku Anggota Komisi

Pembimbing.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, serta seluruh Staff Pengajar, Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang turut berperan dalam dalam studi penulis.

4. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua instansi terkait dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan bimbingannya.

Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih dan rasa hormat yang tak terhingga kepada Bapak L. Purba dan Ibu M. Simanjuntak atas kasih sayang, doa, pengorbanan moril dan materil, dorongan dan nasehat yang tidak henti-hentinya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis terbuka dalam menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2008 Penulis


(7)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

RINGKASAN... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah... 8

Tujuan Penelitian ... 9

Kegunaan Penelitian ... 9

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ...10

Landasan Teori ...12

Kerangka Pemikiran ...22

Hipotesis... 23

METODA PENELITIAN Metoda Penentuan Daerah Penelitian ...24

Metoda Pengambilan Sampel ...24

Metoda Pengumpulan Data ...25

Metoda Analsis Data ...25

Defenisi dan Batasan Operasional ...28

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitin Luas dan Topografi Desa...30

Tata Guna Tanah ...30

Keadaan Penduduk ...31

Karakteristik Petani Sampel ...33

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Usahatani Wortel Secara Umum (Luas Lahan, Ketersediaan Faktor-faktor Produksi ...35

Penerapan Teknologi Pada Usahatani Wortel ...38

Kesempatan Kerja di Daerah Penelitian ...43

Usahatani Wortel Secara Ekonomi Layak di Usahakan ...44

Usahatani Wortel Mampu Meningkatkan Pendapatan Petani ...50

Perkembangan Permintaan dan Harga Produk ...51

Masalah-masalah yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani ...53


(8)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Penentuan Strategi Pengembangan Dengan SWOT Matriks ...61 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

No Hal 1. Luas Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel Per

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005 ... 4 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel menurut

Kecamatan di KabupatenKaro Tahun 2005 ... 5 3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Wortel Sumatera Utara

Tahun 2000-2005 ... 5 4. Perkembang Harga Komoditi Wortel di Pusat Pasar Kabupaten

Karo dan Pusat Pasar Medan ...6 5. Perkembangan Harga Komoditi Wortel Per Kg di Pusat Pasar

Kabupaten Karo dan Pusat Pasar Medan Tahun 2003-2006 ... 7 6. Konsumsi Rata-rata Perkapita Wortel Dalam Seminggu Berdasarkan Pengeluaran Perkapita Sebulan Tahun 2005 ... 6 7. Strata Populasi Petani Sampel ...24 8. Tata Guna Tanah di Desa Sukadame.2006 ...31 9. Distribusi Penduduk Menuerut Kelompok Umur di Desa Sukdame Tahun 2004 ...31 10. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencarian di Desa

Sukadame Tahun 2004 ...32 11. Kualitas Tenaga Kerja Berdasarkan berdasarkan Tingkat

Pendidikan di Desa Sukadame ...32 12. Karakteristik Petani Sampel di DesaSukadame . ...33 13. Kebutuhan Tenaga Per Hektar Per Musim Tanam ...37 14. Penerapan Teknologi Budidaya Oleh Petani sampel

Pada Usahatani Wortel di Desa Sukadame ...39 15. Penggunaan Tanaga Kerja Per Hektar Per Musim Tanam . ...43


(10)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

16. Rataan Analisis Ekonomi Usahatani Wortel Permusim Tanam ... 44 17. Kontribusi Pendapatan Usahatani Wortel Terhadap Pendapatan

Keluarga ...51 18. Rataan Produks i Wortel Permusim Tanam dan Perbulan ...52 19. Masalah-masalah yang Dihadapi Petani Berdasarkan Sumber

Dan Klasifikasinya ...54 20. Faktor Eksternal (EFAS) ...59 21. Faktor Internal (IFAS) ...60


(11)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Diagram Matrik SWOT ... 18

2. Fungsi-Fungsi Pemasaran ...20

3. Skema Kerangka Pemikiran ...22


(12)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Petani Sampel.

2. Kepemilikan Modal Petani Sampel Pada Usahatani Wortel di Desa Sukadame. 3. Ketersediaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Wortel di Desa Sukadame.

4 Ketersediaan Pupuk di Desa Sukadame.

5. Total Biaya Bibit Per Petani Per Musim Tanam. 6. Total Biaya Bibit Per Hektar Per Musim Tanam.

7. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Wortel Per Petani Per Musim Tanam 8. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Wortel Per Hektar Per Musim

Tanam.

9. Total HKP Usahatani Wortel Per Petani Per Musim Tanam. 10. Total HKP Usahatani Wortel Per Hektar Per Musim Tanam.

11.Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Worte lPer Petani Per Musim Tanam. 12. Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Worte lPer Hektar Per Musim Tanam. 13. Biaya Penggunaan Pupuk Usahatani Wortel Per Petani Per Musim Tanam. 14. Biaya Penggunaan Pupuk Usahatani Wortel Per Hektar Per Musim Tanam. 15. Biaya Penyusutan Peralatan Per Petani Per Musim Tanam.

16. Biaya Penyusutan Peralatan Per Hektar Per Musim Tanam.

17. Total Biaya Produksi Usahatani Wortel Per Petani Per Musim Tanam. 18. Total Biaya Produksi Usahatani Wortel Per Hektar Per Musim Tanam. 19. Analisis Titik Impas Per Petani Per Musim Tanam.


(13)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

21.Total Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan, R/CRatio dan Nilai ROI Per Petani Per Musim Tanam.

22. Total Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan, R/CRatio dan Nilai ROI Per Per Hektar Per Musim Tanam.


(14)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Pada tahap awal pelita, pembangunan pertanian merupakan titik berat pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk (82,5 %) masih hidup dan tinggal di pedesaan dan kerja disekitar pertanian (Mubyarto, 1989).

Sebagai bagian dari menu makanan, sayuran segar (dalam hal ini bukan sayuran kaleng), berperan menyediakan vitamin, mineral, atau serat dan juga mempunyai khasiat lain untuk kesehatan, kebugaran maupun kecantikan. Bahkan sayuran dipercaya dapat menunda proses penuaan. Berbagai jenis sayuran, baik berupa sayuran daun, bunga, buah, umbi atau batang muda, hampir semuanya berkhasiat luar biasa bagi tubuh. Dengan beranekaragamnya jenis sayuran maka memungkinkan kita mengkonsumsinya setiap hari tanpa merasa jenuh atau bosan. Berbagai metode pemasakan dan penyajian dapat pula diterapkan agar sayuran dalam menu senantiasa bervariasi (Novary, 1997).

Untuk hidup sehat makanan yang kita konsumsi harus mengandung zat gizi, seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Zat gizi vitamin dan mineral banyak dikandung oleh sayuran dan buah-buahan. Sayuran merupakan bahan pangan yang mudah didapatkan diberbagai tempat. Hanya dengan kandungan vitamin dan mineral yang begitu lengkap serta bervariasi, sayuran


(15)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi kita. Selain kandungan mineral dan vitamin, sayuran juga banyak mengandung serat yang melancarkan pencernaan (Novary, 1997).

Makan sayuran yang teratur adalah penting bagi kesehatan dan kehidupan manusia, karena tanaman sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Terutama adanya kandungan karoten, berbagai vitamin B kompleks dan vitamin C. Sedangkan warna hijau tua pada sayuran adalah seabagai petunjuk bahwa sayuran mengandung zat besi dan karoten. Sayur-sayuran buah seperti : Nangka, Mentimun, Labu dll, banyak kandungan air dan vitaminnya kurang, tetapi kandungan mineralnya cukup, dan untuk bisa menambah menu yang mengandung vitamin A, kita perlu mengenal sayuran buah serta sayuran daun yang mengandung karoten. Warna hijau tua pada sayuran dan warna kuning pada daging buah, sayuran buah dan umbi (wortel) dapat dijadikan petunjuk adanya kandungan karoten yang tinggi (AAK, 1992).

Wortel mudah dikenali dari warna umbinya yang oranye jingga. Dengan warna seperti ini menandakan umbi wortel banyak mengandung zat yang disebut karoten atau provitamin A. Baunya yang langu kurang sedap juga disebabkan oleh karoten ini, tapi manfaatnya sangat banyak dan rasanya enak. Wortel dapat mencegah penyakit rabun senja, juga apabila meminum sari atau jus wortel, bisa menambah kesegaran. Selain mengandung provitamin A, wortel juga banyak mengandung vitamin B dan vitamin C (Apandi, 1984).

Tanaman wortel berbentuk seperti rumput, batangnya sangat pendek, sehingga tidak tampak. Susunan daunnya berbentuk roset atau mengumpul dipangkal batang, daunnya beraroma harum. Akar tanaman wortel sebenarnya


(16)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

akar tunggang, tetapi akar tunggang ini membesar sehingga menjadi umbi. Umbi berfungsi sebagai penyimpan gudang makanan (Duryatmo, 2006).

Dari segi bisnis, wortel merupakan sayuran komersial hingga saat ini masih tetap menjadi andalan para pedagang dan petani yang menanamnya. Tanaman wortel relatif mudah ditangani dan dirawat. Hasilnya dapat berlipat ganda karena dalam penanamannya dapat ditumpangsarikan dengan tanaman sayur lainnya. Sebagai sayuran komersial maka wortel termasuk komoditi yang mempunyai potensi yang cukup baik untuk dikembangkan

( Ali dan Rahayu, 1995).

Sebagai proses produksi yang komersial, maka pemasaran pertanian merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian. Pemasaran pertanian dapat menciptakan nilai tambah melalui guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Untuk dapat melihat prospek produk pertanian maka terlebih dahulu kita harus memperhatikan pasar (Sudiyono, 2004).

Menurut Rahmat Rukmana, ”Prospek bertanam Wortel di Indonesia cukup cerah”. Selain keadaan agroklimatologis nusantara yang cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan pertanian, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor, dan peningkatan ekspor (Rukmana, 1995).

Daerah produsen wortel di Sumatera Utara berada di Kabupaten Karo, lalu diikuti oleh Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi. Menurut Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara terdapat beberapa kabupaten yang mengusahakan tanaman wortel, berikut data luas tanam, luas panen dan produksi wortel Per Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara:


(17)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 1. Luas Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Wortel Per Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005.

No Kabupaten LuasTanam

(Ha) LuasPanen (Ha) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton)

1 Simalungun 71 426 1.583,1 6.744

2 Karo 1.540 2.523 2.575 65.174

3 Tapanuli Utara 114 80 2.425 1.940

4 Dairi 50 54 2.100 1.134

5 Humbang Hasundutan 16 32 1.140,6 365

6 Medan - - - -

7 Langkat - - - -

8 Deli serdang - - - -

9 Asahan - - - -

10 Labuhan Batu - - - -

11 Tapanuli Tengah - - - -

12 Tapanuli Selatan - - - -

13 Nias - - - -

14 Tebing Tinggi - - - -

15 Tanjung Balai - - - -

16 Binjai - - - -

17 Pematang Siantar - - - -

18 Tobasa - - - -

19 Madina - - - -

20 Padang Sidempuan - - - -

21 Pak-Pak Barat - - - -

22 Samosir - - - -

23 Serdang Bedagai - - - -

Jumlah 1.791 3.123 2.413 75.357

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara 2005

Menurut Dinas Pertanian TK I Sumatera Utara, Kabupaten Karo merupakan daerah penghasil wortel terbesar di Sumatera Utara, yaitu dengan luas panen 2.523 Ha dan total produksi 65.174 ton. Di Kabupaten karo, Kecamatan yang mengusahakan tanaman wortel ada enam kecamatan. Diantara kecamatan tersebut yang menjadi salah satu sentra produksi wortel di Kabupaten Karo adalah Kecamatan Tigapanah, berikut adalah data luas panen, produksi dan produktivitas wortel di Kabupaten Karo tahun 2005.


(18)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel menurut kecamatan di Kabupaten Karo tahun 2005.

NO Kecamatan Luas Panen (Ha)

Produksi ( Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Mardingding - - -

2 Laubaleng - - -

3 Tigabinanga - - -

4 Juhar - - -

5 Munte - - -

6 Kutabuluh - - -

7 Payung - - -

8 Simpang Empat 920 32.480 35,30

9 Kabanjahe 157 3.140 20

10 Berastagi 145 4.520 31,17

11 Tigapanah 1.184 22.670 19,14

12 Merek 37 454 12,27

13 Barus jahe 80 1.910 23,87

Jumlah 2.523 65.174 141,75

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karo tahun 2005.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Tigapanah pada tahun 2005 memiliki luas panen tanaman wortel 1.184 Ha (46,9 %) dengan produksi wortel 22.670 ton (34,7%), serta produktivitas 19,14 ton/Ha.

Berikut ini adalah data perkembangan, volume dan nilai ekspor tanaman wortel dari Tahun 2000-2005 di Sumatera Utara dimana negara tujuan ekspor komoditi wortel ini adalah Malaysia dan Singapura.

Tabel 3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Wortel Sumatera Utara Tahun 2000-2005

Sumber : BPS Sumatera Utara Tahun 2000-2005

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa perkembangan volume dan nilai ekspor tanaman wortel Sumatera Utara mengalami perubahan yang signifikan.

Tahun Volume (Kg) % Pertumbuhan Nilai US $ % Pertumbuhan

2000 141.650 - 16.548 -

2001 182.153 28,59 25.357 53,23

2002 1.177.080 875,59 323.001 117,81

2003 603.933 -48,69 180.521 -44,11

2004 79.628 -86,81 56.905 -68,47


(19)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Volume dan nilai ekspor terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu dengan Volume 4.081 Kg dengan nilai 1.026 US $.

Dari data dibawah ini dapat dilihat perkembangan harga komoditi wortel di Pusat Pasar Tanah Karo dan di Pusat Pasar Medan Tahun 2006.

Tabel 4. Perkembangan Harga Komoditi Wortel di Pusat Pasar Kabupaten Karo Dan Pusat Pasar Medan Tahun 2006.

Bulan Harga Per Kg di Pusat Pasar Kabupaten Karo

(Rp)

Harga Per Kg di Pusat Pasar Medan

(Rp)

Januari 1.269 2.228

Pebruari 900 2.166

Maret 758 2.206

April 1.413 2.270

Mei 1.717 2.310

Juni 1.600 2.791

Juli 1.246 2.300

Agustus 1.771 2.308

September 1.867 2.583

Oktober 972 2.705

Nopember 2.290 3.573

Desember 1.167 3.370

Rata-Rata 1.414 2.568

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara 2006

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa harga tertinggi di Pusat Pasar Kabupaten Karo terjadi pada bulan November yaitu sebesar Rp.2.290 dan harga terendah terjadi pada bulan Maret yaitu Rp.758 dan di Pusat Pasar Medan harga tertinggi terjadi pada bulan Nopember yaitu sebesar Rp.3.573 dan harga terendah terjadi pada bulan Pebruari yaitu Rp.2.166.

Berikut ini adalah data Perkembangan harga komoditi wortel di Pusat Pasar Kabupaten Karo dan Pusat Pasar Medan dari Tahun 2003-2006.


(20)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 5. Perkembangan Harga Komoditi Wortel Per Kg di Pusat Pasar Kabupaten Karo dan Pusat Pasar Medan Tahun 2003-2006

Tahun 2003 2004 2005 2006 Bulan Karo

(Rp) Medan (Rp) Karo (Rp) Medan (Rp) Karo (Rp) Medan (Rp) Karo (Rp) Medan (Rp)

Januari 1.309 1.113 657 1.252 887 1.988 1.269 2.228 Pebruari 897 1.636 550 1.282 856 2.197 900 2.166 Maret 679 1.224 880 1.218 961 2.338 758 2.206 April 640 1.213 1.688 1.632 1.414 2.275 1.413 2.270 Mei 817 1.989 1.883 1.954 2.836 3.882 1.717 2.310 Juni 1.047 1.671 1.773 2.308 1.241 3.914 1.600 2.791 Juli 954 1.113 1.562 2.306 787 1.329 1.246 2.300 Agustus 855 1.073 1.196 2.182 955 1.795 1.771 2.308 September 972 1.288 919 2.404 1.122 1.788 1.867 2.583 Oktober 597 892 1.567 2.243 1.351 2.075 972 2.705 Nopember 601 1.217 1.600 2.257 1.985 2.138 2.290 3.573 Desember 547 1.150 1.208 1.970 1.300 2.232 1.167 3.370

Rata-rata 826 1.298 1.290 1.917 1.308 2329 1.414 2.568

Sumber: Dinas Pertanian Sumatera Utara Tahun 2003-2006

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa harga Tetinggi terjadi pada Tahun 2005 yaitu pada bulan Mei di Pusat Pasar Tanah Karo sebesar Rp. 2.836 dan pada bulan Juni di Pusat Pasar Medan sebesar Rp.3.914.

Dari data dibawah ini dapat dilihat konsumsi rata-rata perkapita wortel dalam seminggu berdasarkan golongan pengeluaran perkapita sebulan tahun 2005.

Tabel 6. Konsumsi Rata-rata Perkapita Wortel dalam Seminggu berdasarkan Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan Tahun 2005

<60.000 60.000- 79.000 80.000- 99.000 100.000- 149.999 150.000- 199.999 200.000- 299.999 300.000- 499.999 500.000 + Wortel (Kg)

0,003 - - 0,004 0,011 0,015 0,032 0,032

Rata-rata Perkapita 0,020

Sumber: BPS Sumatera Utara

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa konsumsi rata-rata perkapita wortel dalam seminggu berdasarkan golongan pengeluaran perbulan adalah 0,020 Kg.


(21)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Penelitian secara ilmiah perlu dilakukan untuk mengetahui lebih jauh apakah usahatani wortel memiliki prospek bila dikembangkan di desa Sudame, Kecamatan Tigapanah, yaitu dengan menganalisa permasalahan yang ada di daerah penelitian.

Identifikasi Masalah

Permasalahan pada penelitian ini disusun dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah ketersediaan faktor-faktor produksi (lahan, modal, saprodi, tenaga kerja) untuk usahatani wortel di daerah penelitian?

2. Bagaimana penerapan teknologi budidaya pada usahatani wortel di daerah penelitian?

3. Apakah usahatani wortel mampu memberikan kesempatan kerja di daerah penelitian?

4. Apakah usahatani wortel secara ekonomi layak diusahakan?

5. Apakah usahatani wortel mampu meningkatkan pendapatan petani wortel di daerah penelitian?

6. Bagaimana perkembangan permintaan terhadap wortel dan harga produk? 7. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam pengembangan usahatani

wortel di daerah penelitian?


(22)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan faktor-faktor produksi (lahan, modal, saprodi, tenaga kerja) untuk usahatani wortel di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan teknologi budidaya pada

usahatani wortel di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui apakah usahatani wortel mampu memberikan kesempatan kerja di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui apakah usahatani wortel secara ekonomi layak diusahakan.

5. Untuk mengetahui apakah usahatani wortel mampu meningkatkan pendapatan petani wortel di daerah penelitian.

6. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan permintaan terhadap wortel dan harga produk di daerah penelitian.

7. Untuk mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi dalam pengembangan usahatani wortel di daerah penelitian.

8. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan usahatani wortel di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang mengusahakan usahatani wortel untuk mengembangkan usahataninya.

2. Bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap pengembangan usahatani wortel.


(23)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Wortel atau Carrot (Daucus carota) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya tanaman wortel berasa dari Timur Dekat dan Asia Tengah di daerah sekitar Laut Tengah. Lambat laun budidaya wortel menyebar ke kawasan Eropa, Afrika, Asia, dan akhirnya keseluruh bagian dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya (Rukmana, 1995).

Wortel (Daucus carota) termasuk dalam famili Umbelliferae (Aplaceae) yang anggotanya mempunyai bunga berbentuk payung. Tanaman wortel yang dibudidayakan jarang berbunga karena sebelum bunga muncul umbi wortel telah dipanen. Umbi wortel sebenarnya adalah akar tunggang yang menebal dan berisi cadangan makanan. Mulanya akar ini berwarna putih, kemudian berubah berwarna kuning pucat, dan akhirnya berubah menjadi oranye tua. Bentuk dan ukuran umbi ini tergantung dari varietas, kesuburan tanah, iklim, dan hama serta penyakit. Varietas wortel ada beberapa macam, dan hanya dua macam yang ditanam di Indonesia yaitu Chantenay dan Nantes.

1. Chantenay: Umbi berbentuk kerucut, bagian pangkal besar, garis tengah ± 6 cm, panjangnya ± 17 cm, dan berwarna oranye. Umbi ini dapat dipanen ± 70 hari.


(24)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

2. Nantes : Umbi berbentuk silindris, bagian ujungnya tumpul, bergaris tengah ± 3-4 cm, panjang ± 16-19 cm, berwarna oranye, dan rasanya manis. Umur panen 2-3 bulan (Pracaya, 2002).

Untuk tanaman wortel, tanah dan iklim menjadi bagian yang penting dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk menghasilkan umbi yang baik tanaman wortel memerlukan tanah lempung yang berpasir, gembur, tidak tergenang air, dan pH sekitar 6,5. Tanaman wortel akan tumbuh baik bila di daerah dengan ketinggian lebih dari 1000-1500 m di atas permukaan laut, kebutuhan suhu 15-21º C. Tanaman wortel dapat ditanam pada waktu musim kemarau asal dilakukan penyiraman (Pracaya, 2002).

Wortel dapat dibedakan berdasarkan panjang dan bentuk umbinya. Ada tiga golongan wortel berdasarkan panjang umbinya, yaitu umbi pendek, sedang dan panjang .

1. Wortel berumbi pendek ada 2 bentuk, yaitu umbi bulat dan umbinya memanjang tapi ujungnya membulat (tumpul).

2. Wortel berumbi sedang dibedakan menjadi 3 macam, yaitu ujung umbinya runcing, sedang dan tumpul.

3. Wortel berumbi panjang, biasanya berujung tumpul.

Dari ketiga jenis wortel tersebut yang banyak ditanam adalah wortel sedang dan panjang (Sugeng, 1992).

Kandungan gizi yang terdapat dalam wortel adalah sumber vitamin A, selain itu wortel juga mengandung mineral Ca, P, dan K serta merupakan sumber serat yang baik bagi tubuh. Dalam 100 gr bahan terkandung energi sebesar 42 kalori (Novary, 1997).


(25)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Landasan Teori

Dalam melakukan analisis usahatani seseorang dapat melakukan menurut kepentingan untuk apa analisis usahatani yang dilakukannya. Dalam banyak pengalaman analisis usahatani yang dilakukan oleh petani atau produsen memang dimaksudkan untuk tujuan mengetahui atau meneliti (Soekartawi, 1995).

Usahatani pada skala usaha yang luas pada umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersial, dan sebaliknya usahatani skala kecil pada umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usahatani sederhana dan sifat usahanya subsisten, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari (Soekartawi, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Faktor biologi : lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya.

2. Faktor sosial ekonomi: biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kelembagaan, ketersediaan kredit, dan sebagainya (Soekartawi, 1994).

Petani membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (Penerimaan, Revenue) dengan biaya (Cost) yang harus dikeluarkan. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi (Mubyarto, 1989)

Biaya diklasifikasikan kedalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu:


(26)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

1. Biaya uang dan biaya Innatura

Biaya-biaya yang berupa uang tunai , misalnya: upah kerja untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida. Biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan, dan mungkin pajak-pajak dibayarkan dalam bentuk natura.

2. Biaya tetap dan biaya variabel

Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung kepada besar kecilnya produksi, misalnya: sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk dan sebagainya.

3. Biaya rata-rata dan biaya marginal

Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan petani / pengusaha untuk mendapatkan tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu (Daniel, 2002).

Total biaya adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya tidak tetap, maka: TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Total Cost FC = Fixed Cost VC = Variabel Cost (Soekartawi, 1995).


(27)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Petani pada setiap akhir panen akan menghitung berapa hasil bruto yang diperolehnya yang kemudian dinilai dalam uang. Hasil ini tidak semua diterima oleh petani. Hasil harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya untuk biaya usahatani setelah itu barulah petani memperoleh apa yang disebut hasil bersih atau keuntungan. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usahatani seperti: harga bibit, harga pupuk, biaya pengolahan tanah, upah menanam dan membersihkan rumput, dan biaya pemanenan yang biasanya berupa bagi hasil (in natura). Hasil bersih usahatani yang besar maka hal ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya (Mubyarto, 1989).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Y . Py Keterangan:

TR = Total penerimaan (Rp)

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani (Rp) Py = Harga Y (Rp)

(Soekartawi, 1994)

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, jadi:

Pd = TR – TC Keterangan:

Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp)


(28)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

(Soekartawi, 1994)

Analisis Break Event Point (analisis keseimbangan/break event analisis) adalah salah satu metode untuk mempelajari hubungan antara penjualan, biaya dan laba. Break event adalah keadaan tanpa/rugi. Jumlah pendapatan penjualan sama besarnya dengan jumlah biaya. Analisis Break Event Point sama mempelajari pengaruh timbal balik antara pendapatan, biaya dan laba. Analisis Break Event mempunyai faedah/kegunaan sebagai berikut:

1. Menunjukkan hubungan antara penjualan, biaya produksi dan laba 2. Menunjukkan pengaruh penjualan atas laba

3. Dapat dipergunakan untuk membuat proyeksi akibat perubahan biaya atau laba

4. Dapat dipergunakan untuk membuat prediksi perubahan jumlah penjualan tetapi dikehendaki oleh laba konstan

(Wasis, 1986).

Pertanian rakyat yang sering dikenal dengan usahatani kecil, sering menggunakan tenaga anak dan tenaga wanita atau ibu-ibu. Anak petani dapat membantu pekerjaan petani. Demikian juga istri petani, ikut bekerja dalam usahatani mereka. Tenaga kerja kepala keluarga demikian juga istri dan anak disebut tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan oleh TKDK, maka digunakan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang dibayar. Petani bermodal dengan usahatani berskala besar seperti perkebunan, peternakan, usaha kehutanan dan lainnya, tidak digunakan tenaga kerja anak-anak dan tidak dikenal TKDK. Pekerjaan dibayar sesui dengan tingkat upah yang berlaku (Daniel, 2002).


(29)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Curahan tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja manusia yang digunakan dalam setiap tahap kegiatan usahatani yang dihitung dalam satuan HKP (Hari Kerja Pria) baik yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga, besarnya curahan tenaga kerja ini dihitung dalam konversi:

- Tenaga kerja Pria berumur > 15 tahun = 1 HKP - Tenaga kerja Wanita berumur 15 tahun = 0,8 HKP - Tenaga kerja Anak-anak berumur 10-15 tahun = 0,5 HKP (Daniel, 2002).

Permintaan dan penawaran atas barang-barang pertanian berkaitan erat dengan perkembangan, atau boleh juga disebut harga mempengaruhi permintaan ataupun penawaran hasil pertanian. Menurut hukum ekonomi, apabila harga naik maka permintaan akan turun dan apabila harga turun maka permintaan akan naik, bila penawaran naik maka harga akan turun dan bila penawaran turun maka harga akan naik (Daniel, 2002).

Usahatani wortel dikatakan menguntungkan atau layak diusahakan bila analisis ekonomi menunjukkan hasil layak. adapun analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah Analisis Titik Impas (Break Event Point/BEP), Return Of Investment (ROI), dan Revenue Cost Ratio (R/C ratio)

(Sunarjono, 2000).

Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap, yaitu: 1. Tahap pengumpulan data

2. Tahap analisis

3. Tahap pengambilan keputusan (Rangkuti, 2003).


(30)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analysis. Data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan pada tahap ini yaitu:

- Matrik faktor strategi eksternal - Matrik faktor strategi internal (Rangkuti, 2003).

Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kua ntitatif perumusan strategi. Model ini digunakan adalah matrik SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treaths) (Rangkuti, 2003).

Matrik ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam perusahaan dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini menghasilkan empat sel alternative strategis, yaitu: a. Strategi SO (Strength-Opportunity)

Strategi berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST (Strength-Treaths)

Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO (Weakness-Opportunity)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada yang ada.


(31)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Gambar 1. Diagram Matrik SWOT IFAS

EFAS

Strength (S) Weakness (W) . Opportunity (O) Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

Treaths (T) Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Keterangan :

Opportunities (O) : Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal Treaths (T) : Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal Strength (S) : Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Weakness (W) : Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal (Rangkuti, 2003).

Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusannya didasarkan atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dengan penggunaan model yang tercanggih maupun tradisional. Keputusan yang berbobot hanya dapat dibuktikan oleh waktu artinya, keputusan yang akan diambil akan benar-benar terbukti setelah periode waktu tertentu (Rangkuti, 2003).


(32)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Harus diakui bahwa tidak seluruh komoditi pertanian mempunyai prospek yang cerah. Akan tetapi harus diingat bahwa cerah tidaknya prospek suatu komoditi dapat berubah menurut perputaran waktu. Suatu komoditi yang dianggap tidak memiliki prospek pada saat ini bisa saja menjadi primadona dimasa mendatang (Nazarudin,1993).

Beberapa hal yang ikut membantu kemungkinan perbaikan prospek suatu produk antara lain adalah: kemampuan produsen untuk memenuhi permintaan pasar, jenis komoditi yang sesuai dengan keinginan konsumen, kemampuan memenuhi mutu sesuai keinginan pasar, menyediakan komoditi yang sesuai dengan permintaan, ketetapan dalam pengiriman dan tingkat harga yang sesuai (Nazarudin,1993).

Pasar dapat didefinisikan sebagai tempat ataupun terjadinya pemenuhan kebutuhan dan keinginan dengan menggunakan alat pemuas yang berupa barang ataupun jasa, dimana terjadinya pemindahan hak milik antara penjual dan pembeli. Secara umum pemasaran dapat dianggap sebagai proses aliran yang terjadi dalam pasar. Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna waktu (time utility), guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility) dan guna kepemilikan (possession utility) (Sudiyono, 2004).

Untuk menganalisis alokasi marjin, kita dapat melihat dari fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran dapat dikelompokkan kedalam tiga fungsi, yaitu : fungsi pertukaran, fungsi fisik, fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran adalah semua tindakan untuk memperlihatkan pemindahan hak milik atas barang dan jasa, fungsi fisik adalah semua tindakan atau perlakuan terhadap barang, sehingga


(33)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

memperoleh kegunaan tempat dan waktu dan fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang menunjang kelancaran pelaksanaan fungsi-fungsi pertukaran dan fisik.

Gambar. 2

Fungsi-fungsi Pemasaran

(Ginting, 2006). Kerangka Pemikiran

Usahatani wortel merupakan usaha yang dilakukan oleh petani wortel pada sebidang tanah tempat petani mengelola input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan dan kemampuan untuk memperoleh hasil (Produksi).

Biaya-biaya produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya usahatani wortel adalah biaya saprodi, tenaga kerja dan lahan mempengaruhi produksi/hasil hasil yang diterima. Jumlah produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi penerimaan petani, dimana besarnya produktivitas tersebut ditentukan oleh produksi usahatani yang merupakan jumlah produksi persatuan

Fungsi-fungsi Pemasaran

Fungsi Pertukaran

Fungsi Fisik

Fungsi Fasilitas


(34)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

lahan. Penerimaan dipengaruhi juga oleh harga jual produk dipasar, dimana penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga.

Dalam usahatani wortel ini bukan hanya memberikan peluang kesempatan kerja bagi petani dan keluarga, tapi juga bagi tenaga kerja diluar keluarga. Hal ini dapat dilihat dari usaha perawatan, pemanenan, pencucian dan pengemasan wortel dengan plastik yang membutuhkan banyak tenaga kerja untuk melakukannya.

Pendapatan yang diterima petani dari usahatani wortel merupakan jumlah penerimaan dari usahatani wortel yang dikurangi oleh biaya produksinya. Usahatani wortel dikatakan menguntungkan atau layak diusahakan bila dari analisis ekonomi memberikan hasil layak. Adapun analisis yang yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah Analisis Titik Impas (Break Event Point/BEP), Return Of Invesment (ROI) dan Return Cost Ratio (R/C Ratio).

Faktor-faktor dalam usahatani baik itu faktor-faktor produksi (lahan, tenaga kerja, saprodi, modal) maupun sosial ekonomi (tenaga kerja, tingkat pendapatan, harga produk di masyarakat) dianalisis dengan salah satu model analisis yaitu model matrik SWOT.

Apabila semua faktor tersebut mendukung pengembangan usahatani wortel ini layak dan bila tidak terpenuhi maka usaha tersebut tidak layak diusahakan. Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut:


(35)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

= Mempengaruhi

Petani

Usahatani wortel

Kesempatan kerja (TKDK, TKLK)

Faktor produksi -Lahan

-Tenaga kerja -Modal -Saprodi

Produksi Produktivitas

Penerimaan usahatani

Harga jual

Biaya produksi

Pendapatan usahatani

Analisis kelayakan (R/C, BEP, ROI)

Strategi (SWOT) Layak/Tidak


(36)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Hipotesis Penelitian

1. Usahatani wortel secara ekonomi layak diusahakan.


(37)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penetuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Daerah ini merupakan salah satu daerah sentra produksi wortel di Sumatera Utara (dapat dilihat pada Tabel 1).

Metode Penentuan Sampel

Penarikan sampel dilakukan secara Stratified Random Sampling, dimana pada Desa Sukadame terdapat populasi penanam wortel 200 KK, sampel dikelompokkan atas tiga strata luas lahan <0,3 Ha, 0,3-0,5 Ha dan >0,5 Ha. Jumlah sampel ditetapkan 30 KK. Distribusi populasi dari petani sample dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 1.3 Strata Populasi Petani Sampel 2006. Strata Luas Wortel Kategori

Strata

Populasi (KK) Sampel (KK)

I ≤ 0,3 Ha Lahan sempit 75 11

II > 0,3-0,5 Ha Lahan sedang 90 14

III > 0,5 Ha Lahan Luas 35 5

Jumlah 200 30


(38)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara langsung dengan petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data baku pelengkap yang diperoleh dari instansi atau kantor dinas yang terkait dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan Analisis Titik Impas (Break Even Point BEP), Return of Investment (ROI) dan Return Cost Ratio (R/C ratio).

Break Even Point (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau keadaan kembali modal sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Ada tiga perhitungan, yaitu; pendapatan, produksi, dan harga.

Tetap Tidak Biaya BiayaTetap − 1

BEP Pendapatan =

Pendapatan

BEP Produksi =

jual a H Pendapa BEP arg tan

BEP Harga =

oduksi Total oduksi Biaya Total Pr Pr


(39)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Ketentuan yang digunakan : Break Event Point terjadi apabila laba / rugi suatu usaha = 0 (Sunarjono, 2000)

Return Of Investment (ROI) merupakan suatu ukuran rasio untuk mengetahui tingkat pengembalian modal usaha. Komponen pada analisis ini adalah pendapatan bersih dan jumlah penggunaan modal.

Rumus yang digunakan :

Pendapatan Bersih (Net Income) ROI = x 100%

Total Aset (modal)

Keterangan :

Jika ROI > tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha ini efisien untuk dilaksanakan.

Jika ROI ≤ tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha ini tidak efisien untuk dilaksanakan.

(Sunarjono, 2000).

R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal dengan perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sbb:

a = R/C R = Py.y C = FC + VC


(40)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Keterangan :

R = penerimaan (Rp) C = biaya (Rp)

Py = harga output (Rp) Y = output (Rp)

FC = biaya tetap (fixed cost) (Rp)

VC = biaya tidak tetap (variabel cost) (Rp)

Ketentuan :

Jika R/C ≥1, maka layak untuk dilaksanakan Jika R/C <1, maka tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 1994).

Hipotesis 2 diuji dengan menggunakan analisis perhitungan pendapatan usahatani dengan rumus sebagai berikut:

Pd = TR – TC

Keterangan

Pd = Pendapatan usaha tani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp)


(41)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Kriteria yang digunakan dalam melihat tingkat pendapatan usahatani wortel ini layak atau tidak layak, yaitu dengan melihat seberapa besar kontribusi usahatani wortel untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah yang terdapat pada usulan penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

a. Usahatani adalah kegiatan mengorganisasi (mengelola) aset dan cara dalam pertanian, atau lebih tepatnya adalah suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian.

b. Teknologi adalah penggunaan pengetahuan dan faktor-faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.

c. Produksi usahatani wortel ialah usaha dalam bentuk umbi wortel.

d. Biaya produksi usahatani wortel merupakan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan buah sejak tanam hingga panen.

e. Penerimaan usahatani adalah total produksi yang dihasilkan usahatani wortel selama masa produksi yang dihitung dalam bentuk rupiah.

f. Pendapatan usahatani wortel adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total produksi.

g. Tenaga kerja yang ada dalam usahatani wortel didaerah penelitian adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga.


(42)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

h. Prospek usahatani wortel adalah peluang peningkatan atau keberhasilan atas usahatani wortel dimasa depan.

Batasan Operasional

a. Tempat penelitian adalah desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.


(43)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Topografi Desa

Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah Terletak 10 Km dari Kabanjahe yang merupakan Ibukota Karo dan 65 Km dari Medan Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Desa Sukadame terletak diantara 1000-1300 m. dpl, dengan suhu rata-rata berkisar 16-27 oC, dengan kelembapan 85 %. Jenis tanah pada umumnya adalah tanah Andosol.

Desa sukadame mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sinaman

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tigapanah - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bulan Jahe.

Tata Guna Tanah

Luas Desa Sukadame keseluruhan adalah 400 Ha, sebagian besar diantaranya diusahakan untuk usahatani lahan kering. Tanaman yang banyak


(44)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

dibudidayakan adalah tanaman wortel, jeruk, kentang, kol. Penggunaan tanah di Desa Sukadame dapat dilihat tabel 8.

Tabel 8. TataGuna Tanah di Desa Sukadame Tahun 2007.

No Jenis Luas (Ha) Persentase (%)

1 2 3 4

Pemukiman Jalan

Pertanian/Lahan Kering Lahan Tidak Terpakai

30 15 335

20

7,5 3,75 83,75

5

Jumlah 400 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Sukadame, 2007

Berdasarkan Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan produktif terbesar adalah untuk pertanian/lahan kering 83,75 %dari keseluruhan lahan. Penggunaan lahan lainnya adalah untuk pemukiman 7,5 %, jalan 3,75 %, lahan tidak terpakai 5 %.

Dari keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa mata pencarian utama di Desa Sukadame adalah dari pertanian.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Sukadame tercatat sebanyak 2.241 Jiwa atau 551 KK yang terdiri dari 1.065 laki-laki dan 1.176 perempuan. Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sukadame Tahun 2007.

NO Umur (Thn) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)


(45)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

2 3 4 7-15 16-60 60+ 130 1754 222 5,80 78,26 9,90

Jumlah 2241 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame 2004

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar yaitu pada kelompok usia produktif (Kelompok umur 16-60) sebesar 78,26 % dari jumlah penduduk, sedangkan paling rendah adalah umur 7-15 Tahun sebesar 5,80 %.

Jumlah penduduk produktif yang cukup tersedia di daerah tersebut dapat menjadi salah satu modal dasar yang dimiliki desa tersebut untuk mengadakan dan menggali potensi yang ada.

Distribusi penduduk menurut mata pencarian di Desa Sukadame dapat dilihat melalui Tabel berikut.

Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencarian di Desa Sukadame NO Mata Pencarian Jumlah (KK) Persentase (%) 1 2 3 4 5 PNS Petani Wiraswasta Pensiunan Buruh tani 35 464 25 12 15 6,35 84,21 4,54 2,18 2,72

Jumlah 551 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame 2004

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa mata pencarian utama penduduk desa Sukadame adalah sebagai Petani dengan persentase sebesar 84,21 % dari sejumlah penduduk yang bekerja. Kualitas tenaga kerja yang ada di Desa Sukadame dapat dilihat dari Tabel berikut.

Tabel 11. Kualitas Tenaga Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sukadame.

NO Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 2 3 Belum sekolah Tidak sekolah Tamat SD 264 254 624 11.78 11.33 27.84


(46)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

4 5 6 7 Tamat SMP SMA D3 Sarjana 625 365 95 14 27.88 16.28 4.23 0.62

Jumlah 2241 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame 2004

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa kualitas tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sukadame yaitu: Tidak sekolah, Tamat SD, Tamat SMP, SMA bahkan dari perguruan tinggi walaupun jumlahnya relatif kecil. Tingkat pendidikan tenaga kerja tertinggi adalah tamat SMP sebesar 27,88 % dan terendah adalah sarjana sebesar 0,62 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kurang memiliki pandangan yang baik pada teknologi yang ada.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang dimaksud adalah mengenai luas lahan yang dikelola petani, umur, pendidikan formal yang dimiliki, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan keluarga petani. Adapun karakteristik petani sampel di Desa Sukadame adalah sebagai berikut.

Tabel 12. Karakteristik Petani Sampel di Desa Sukadame

No Uraian Strata I Strata II Strata III Total Rataan

Total Rataan Total Rataan Total Rataan

1 Luas Lahan 2.49 0.23 5.95 0.43 4.60 0.92 13.04 0.43 (Ha)

2 Umur (Thn) 416.00 37.82 574.00 41.00 210.00 42.00 1,200.00 40.00 3 Pendidikan 95.00 8.64 113.00 8.09 44.00 8.70 251.77 8.39 4 Pengalaman 182.00 16.55 197.00 14.08 46.00 9.17 424.98 14.17

bertani

5 Jumlah 31.00 2.82 48.00 3.41 20.00 3.96 98.58 3.29 Tanggungan

6 Status lahan 2.49 0.23 5.95 0.43 4.60 0.92 13.04 0.43 Milik

sendiri


(47)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa rata-rata luas lahan yang digunakan petani sampel adalah 0.43 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki lahan yang cukup luas untuk dapat mengembangkan usahatani wortel dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani.

Umur rata-rata petani sampel adalah 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel tergolong pada usia produktif sehingga dapat dikatakan masih memiliki tenaga kerja potensial untuk usahatani wortel.

Pendidikan yang dimiliki petani sampel adalah rata-rata 8,3 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan sampel setingkat SLTP.

Pengalaman bertani petani sampel rata-rata adalah 14 tahun. Lama usahatani bagai petani wortel berpengaruh terhadap pengetahuan dan keahlian mereka dalam mengatasi permasalahan yang timbul sehingga kemungkinan dapat meningkatkan produksi dimasa yang akan datang.

Jumlah tanggungan keluarga petani sampel rata-rata 3 jiwa, jumlah tanggungan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam keluarga untuk dapat membantu dalam kegiatan usahatai wortel.

Status kepemilikan lahan dari masing-masing petani sampel adalah milik sendiri, dengan luas lahan rata-rata 0,43 Ha.


(48)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi 1. Lahan

Berdasarkan literatur (AAK, 1992), bahwa tanaman wortel tumbuh baik pada lahan berstruktur remah, dalam dan subur, tanah subur diperlukan untuk membentuk umbi dan akar yang baik. Wortel tumbuh baik pada daerah ketinggian daerah di atas 400 m dari permukaan air laut dan dengan melihat tofografi desa Sukadame maka dapat dikatakan bahwa desa Sukadame merupakan daerah yang sesuai untuk usahatani wortel.

Lahan yang ditanami tanaman wortel adalah merupakan lahan milik sendiri. Lahan yang digunakan petani umumnya merupakan lahan warisan yang diterima dari orang tua petani sebelumnya.

Dari tabel 8 (tata guna tanah desa Sukadame) dapat dilihat bahwa lahan yang tidak terpakai seluas 20 Ha. Lahan yang belum digunakan tersebut dapat ditanami wortel, lahan seluas 20 Ha diperkirakan dapat menghasilkan ± 240 ton wortel per musim tanam


(49)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

2. Modal

Usahatani wortel sudah berjalan sangat lama.Petani di Desa Sukadame memperoleh modal dari pendapatan yang mereka peroleh dari musim tanam sebelumnya, bukan dari pinjaman atau kredit yang berasal dari Bank, CU (Credit Union), ataupun LSM. Hal tersebut dapat kita lihat pada lampiran 2.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa ketersediaan modal pada petani sampel di desa Sukadame cukup tersedia.

3. Bibit

Petani wortel di desa Sukadame memperoleh bibit wortel dari pedagang yang berada di desa Sukadame, dimana harga bibit wortel Per Kg sebesar Rp 80.000, Menurut Rukmana (1995) bahwa kebutuhan bibit tanaman wortel untuk lahan seluas 1 Ha sebanyak 4- 4,5 Kg. Dari uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa penggunaan bibit wortel sudah sesuai teori, penggunaannya banyak karena disebabkan oleh adanya penjarangan pada saat wortel berusia 45 hari (1,5 bulan ).

Di daerah penelitian terdapat beberapa pedagang yang menjual bibit wortel. Petani wortel tidak menggunakan bibit buatan karena kualitas yang tidak terjamin, sehingga para petani lebih memilih untuk membeli bibit dari pedagang.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa ketersediaan bibit wortel di desa Sukadame cukup tersedia.


(50)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Curahan tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya proses usahatani. Curahan tenaga kerja berasal dari dalam keluarga (TKDK) dan dari luar keluarga (TKLK). Ukuran tenaga kerja yang dipakai adalah curahan tenaga kerja (HKP). Tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian yang secara keseluruhan tidak diberi nilai dengan uang. Tenaga kerja luar keluarga adalah jumlah tenaga kerja yang berasal dari luar yang dinilai dengan uang atau upah yang berlaku di desa tersebut.

Jumlah penduduk usia produktif di desa Sukadame berjumlah 1754 jiwa, dengan jumlah Penduduk wanita 920 jiwa dan penduduk pria 834 jiwa. Jumlah penduduk pria setara dengan 834 HKP, dan jumlah penduduk wanita setara dengan 736 HKP. HKP penduduk pria dan wanita adalah sebesar 1570 HKP.

Kebutuhan tenaga kerja untuk usahatani wortel adalah sebagai berikut.

Tabel 13. Kebutuhan Tenaga Kerja Per Hektar Per Musim Tanam

No Tahap Kegiatan Kebutuhan Tenaga Kerja (HKP) Rataan (HKP)

Strata I Strata II Strata III

1 Pembersihan Lahan 15.45 16.42 18.36 16.39

&Pengolahan -

2 Penanaman 5.14 5.38 6.56 5.49

3 Pemupukan 10.28 10.99 12.80 11.03

4 Kebersihan Lahan 15.73 16.12 16.04 15.96

5 Penjarangan 11.54 12.77 16.80 12.99

6 Hama & Penyakit - - - -

Total 58.14 61.68

70.56 61.86

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 10) 2007

Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa kebutuhan tenaga kerja per hektar per musim tanam untuk strata I sebesar 58.14 HKP, strata II sebesar 61.68 HKP dan strata III sebesar 70.56 HKP. Rataan per hektar per musim tanam adalah 61.86 HKP.

Melihat perbandingan antara jumlah penduduk usia produktif dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk usahatani wortel per hektar per tahun


(51)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

maka dapat dikatakan bahwa jumlah tenaga kerja untuk usahatani wortel di daerah penelitian tersedia.

5. Pupuk

Pupuk yang digunakan petani sampel umumnya adalah pupuk buatan, pupuk buatan yang digunakan antara lain adalah pupuk ZA, RI, Amophos dan ikan busuk dengan harga masing-masing Rp 1500 /Kg, Rp 4000 /Kg untuk RI dan Amophos, Rp 3500/Kg untuk ikan busuk.

Petani di desa Sukadame membeli pupuk dari pedagang pupuk yang berada di Desa Sukadame dan tidak membeli dari Credit Union (CU) yang berada di desa Tigapanah. Hal ini disebabkan oleh karena petani lebih percaya pada kualitas pupuk yang diperoleh dari pedagang daripada yang disediakan oleh CU, walaupun harganya lebih mahal dan pembayarannya tidak bisa secara kredit.

Berdasarkan seluruh keterangan diatas mengenai ketersediaan faktor-faktor produksi di daerah penelitian maka dapat dikatakan bahwa faktor-faktor-faktor-faktor produksi di daerah penelitian cukup tersedia dengan baik.

Penerapan Teknologi Budidaya pada Usahatani Wortel.

Penerapan teknologi budidaya yang dilakukan petani sampel pada usahatani wortel di desa Sukadame dapat dilihat pada Tabel berikut.


(52)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 14. Penerapan Teknologi Budidaya oleh Petani Sampel pada Usahatani Wortel di Desa Sukadame

No Penerapan Teknologi Budidaya

Anjuran Keadaan di Desa Sukadame

Komentar

1 Persiapan lahan dan Pengolahan tanah

  Pada tahap pembersihan lahan petani hanya menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul, cuan, parang dan roka.

2 Penanaman   Petani sampel melakukan

penanaman pada musim hujan. 3 Pemeliharaan

- Pemupukan   Petani sampel melakukan

pemupukan secara maksimal.

- Kebersihan   Kebersihan kebun dilakukan

secara rutin dengan menggunakan peralatan seperti : cangkul, cuan, roka dan parang.

- Penjarangan   Penjarangan dilakukan dengan

mencabut umbi wortel agar tidak menghambat pertumbuhan wortel.

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2007

Penerapan teknologi budidaya yang dilakukan petani sampel di desa Sukadame dapat dijelaskan sebagai berikut.


(53)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Langkah awal dari persiapan menanam wortel dimulai dengan persiapan lahan (pembukaan dan pengolahan lahan) secara sempurna, agar dapat menghasilkan produksi wortel yang optimal.

Dalam persiapan laha, tanah harus terbebas dari gulma, setelah bebas dari gulma lalu tanah dicangkul (diolah). Tanah yang dicangkul tersebut harus dibuat gembur/diratakan, kemudian dibuat bedengan-bedengan. Luas bedengan 11.20cm, jarak antara tiap bedengan 40-50 cm, panjang bedengan tergantung dengan kondisi lahan, tinggi bedengan ± 25 cm.

Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggemburkan tanah dengan cangkul sedalam 30-40 cm, serta membentuk bedengan-bedengan dan parit-parit agar pada saat terjadi hujan lahan tidak tergenang atau banjir. Kondisi tanah yang gembur akan meningkatkan perembesan air sehingga dapat memperbaiki drainase, memudahkan penanaman, mempermudah pertumbuhan dan pengembagan akar tanaman, serta memudahkan perkembangan umbi wortel.

Bedengan merupakan tempat penanaman dan parit sebagai saluran pengairan dari lahan penanaman, bedengan dan parit akan memudahkan pelaksanaan kegiatan pemupukan dan pengairan untuk menghambat terjadinya penggenangan air disekitar tanaman.

Pengolahan tanah dilakukan agar diperoleh struktur tanah yang remah (gembur). Penggemburan atau pemecahan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi struktur tanah yang sesuai dengan akar tanaman dan perkembangan umbi, selanjut tanah dibiarkan agar terangin-angin dan terkena cahaya matahari.


(54)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pemupukan yang pertama secara merata. Pupuk yang digunakan adalah ikan busuk dan pupuk buatan. Penggunaan ikan busuk bertujuan untuk menggemburkan tanah dan memberikan warna yang lebih merah (lebih cerah) pada buah wortel yang akan diproduksi

Petani wortel di daerah Sukadame biasanya melakukan penanaman pada saat musim hujan, untuk menghindari rendahnya produksi yang akan dihasilkan pada saat panen, kemarau dapat menghambat pertumbuhan tanaman wortel dan tanaman dapat mati apabila kekurangan air. Penentuan saat penanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Waktu tanam yang sesuai akan menghasilkan hasil yang baik. Wortel termasuk tanaman yang tahan terhadap hujan, oleh karena itu tanaman wortel dapat ditanam kapan saja sepanjang tahun di desa Sukadame, asal tersedia air yang dapat mencukupi kebutuhan tanaman.

Saat yang tepat untuk penanaman wortel adalah saat musim hujan, yaitu pada awal bulan Oktober / Nopember, pada saat itu kebutuhan air tanah dapat mencukupi kebutuhan tanaman selama masa pertumbuhan, penanaman yang dilakukan pada musim kemarau tidak menguntungkan bagi para petani, karena pertumbuhan wortel idak sebaik pada saat penanaman pada musim hujan, kecuali terdapat sumur pada daerah pertanian petani tersebut

Disamping musim, penanaman bibit sebaiknya juga memperhatikan waktu dalam hari (pagi, siang atau sore), petani wortel di desa Sukadame menanam wortel pada saat pagi hari.


(55)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan pemupukan, kebersihan lahan, penjarangan.

1) Pemupukan tanaman wortel dilakukan 2 kali pertama yaitu pada saat awal penanaman dan pemupukan kedua pada saat tanaman berumur 1,5 bulan pupuk yang digunakan adalah pupuk ZA, pupuk RI, pupuk Amophos dan Ikan busuk. Penempatan pupuk ZA, RI, Amophos dan Ikan busuk harus tepat, pupuk disebarkan tidak mengenai umbi wortel, pupuk disebar disekitar parit kecil yang dibuat petani disekitar tanaman wortel yang berjarak ±10 cm.

2) Kebersihan lahan (penyiangan) dilakukan untuk menghilangkan rumput dan gulma yang berada disekitar tanaman wortel maupun disekitar parit-parit. Rumput atau gulma dapat merugikan petani karena dapat menurunkan produksi karena rumput atau gulma akan menekan pertumbuhan tanaman wortel, karena akan menjadi pesaing utama dalam penyerapan air, unsur hara, CO2, dan cahaya matahari, sehingga kebutuhan hara dan air pada tanaman wortel tidak terpenuhi. Disamping itu adanya rumput dan gulma disekitar tanaman dapat meningkatkan kelembapan udara sehingga menurunkan produktivitas tanaman.

3) Penjarangan dilakukan untuk mengurangi populasi tanaman yang tumbuh berdesakan. Penjarangan tanaman akan memberikan jarak dalam barisan tanaman, sehingga sinar matahari dapat diterima dengan baik oleh setiap tanaman. Dengan demikian, proses fotosintesis berjalan dengan baik dan tanaman tumbuh subur serta berproduksi tinggi. Jika tidak dilakukan penjarangan maka tanaman akan tumbuh kurus dan umbi yang dihasilkan


(56)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

kecil-kecil. Penjarangan tanaman dilakukan pada saat tanaman wortel berumur 1,5 bulan, penjarangan dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang memiliki pertumbuhan kurang baik, sedangkan tanaman yang, pertumbuhannya baik disisakan, hinggga diperoleh jarak antar tanaman ± 10 cm.

Berdasarkan pengamatan terhadap penerapan teknologi budidaya usahatani wortel yang dilakukan petani sampel di daerah penelitian maka dapat dinyatakan bahwa teknologi budidaya yang diterapkan pada usahatani wortel di daerah penelitian adalah teknologi sederhana yang berlangsung secara tradisonal.

Kesempatan Kerja di daerah Penelitian.

Adapun penggunaan tenaga kerja untuk setiap tahap kegiatan usahatani wortel di desa Sukadame adalah sebagai berikut.

Tabel 15. Kebutuhan Tenaga Kerja Per Hektar Per Musim Tanan Selama Satu Tahun (4 Musim Tanam)

No Tahap Kegiatan Kebutuhan Tenaga Kerja (HKP)

Strata I Strata II Strata III

TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK

1 Persiapan Lahan 4.23 11.22 2.50 13.92 1.98 16.38

&Pengolahan

2 Penanaman 5.14 4.16 1.22 1.98 4.58

3 Pemupukan 10.28 8.6 2.38 3.96 8.84

4 Kebersihan Lahan 4.38 11.35 2.52 13.6 1.98 14.06

5 Penjarangan 3.93 7.61 2.55 10.22 1.98 14.82

6 Hama & Penyakit

Total 27.96 30.18 20.33 41.34 11.88 58.68

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 8) Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa kebutuhan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) untuk strata I sebesar 30.18, untuk strata II 41.34 dan untuk strata III sebesar 58.68, lebih besar dari tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan.


(57)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tenaga kerja dalam keluarga belum cukup untuk usahatani tersebut. Petani menggunakan tenaga kerja luar keluarga oleh karena adanya pekerjaan yang harus dikerjakan secara serentak.

Berdasarkan keterangan diatas dapat dikatakan bahwa usahatani wortel di daerah penelitian mampu memberikan kesempatan kerja bagi penduduk.

Usahatani wortel secara ekonomi layak diusahakan

Adapun analisis ekonomi usahatani wortel dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 16. Rataan Analisis Ekonomi Usahatani Wortel Per MusimTanam

Uraian Analisis Ekonomi Per Tahun Produksi

PerPetani Perhektar

Strata I

Bibit (Rp) 72,436.36 320,000.00

Upah Tenaga Kerja (Rp) 391,636.36 1,718,727.27

Biaya Pupuk (Rp) 510,625.00 2,252,473.48

Penyusutan Peralatan (Rp) 13,664.77 65,407.20

Total Biaya (Rp) 991,698.86 4.373,123.11

Penerimaan (Rp) 1,899,545.45 8,400,000.00

Pendapatan (Rp) 907,846.59 4,026,876.89

BEP Pendapatan (Rp) 32,880.85 155,759.11

BEP Produksi (Kg) 46.97 222.51

BEP Harga (Rp) 364.69 364.69

R/C Ratio 1.92 1.92

ROI (%) 92.38 92.38

Strata II

Bibit (Rp) 136,000.00 320,000.00

Upah Tenaga Kerja (Rp) 790,714.29 1,847,139.46

Biaya Pupuk (Rp) 979,321.43 2,301,187.64

Penyusutan Peralatan (Rp) 15,915.18 37,655.01

Total Biaya (Rp) 1,953,058.04 4,575,851.65

Penerimaan (Rp) 3,657,500.00 8,595,178.57

Pendapatan (Rp) 1,704,441.96 4,019,326.92

BEP Pendapatan (Rp) 43,065.16 101,486.61

BEP Produksi (Kg) 61.88 144.98

BEP Harga (Rp) 372.74 327.74

R/C Ratio 1.88 1.88

ROI (%) 88.11 88.11

Strata III


(58)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Upah Tenaga Kerja (Rp) 1,952,400.00 2,116,800.00

Biaya Pupuk (Rp) 2,075,800.00 2,254,900.00

Penyusutan Peralatan (Rp) 23,312.50 25,875.00

Total Biaya (Rp) 4,375,112.50 4,748,968.75

Penerimaan (Rp) 7,812,000.00 8,491,000.00

Pendapatan (Rp) 3,436,887.50 3,472,031.25

BEP Pendapatan (Rp) 74,915.79 81,868.34

BEP Produksi (Kg) 107.02 116.95

BEP Harga (Rp) 391,53 391.53

R/C Ratio 1.79 1.79

ROI (%) 78.84 78.84

Total Rataan

Bibit (Rp) 139,093.33 320,000

Upah Tenaga Kerja (Rp) 838,000.00 1,844,998.41

Biaya Pupuk (Rp) 990,212.50 2,275,611.18

Penyusutan Peralatan (Rp) 16,332.92 45,867.48

Total Biaya (Rp) 2,004,235.42 4,530,370.70

Penerimaan (Rp) 3,705,333.33 8,506,250.00

Pendapatan (Rp) 1,701,097.92 3,975,879.30

BEP Pendapatan (Rp) 44,756.24 118,116.82

BEP Produksi (Kg) 63.94 168.74

BEP Harga (Rp) 372.92 372.92

R/C Ratio 1.88 1.88

ROI (%) 88.13 88.13

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 11-22) Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 16 dapat dijelaskan rataan biaya produksi yang dikeluarkan, penerimaan, pendapatan, BEP (pendapatan, produksi dan harga), R/C ratio dan ROI pada usahatani wortel sebagai berikut :

1. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan input yang dikeluarkan petani selama kegiatan usahatani berlangsung hingga menghasilkan produk.

Komponen-komponen biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani wortel adalah biaya bibit, upah tenaga kerja, biaya pupuk dan biaya penyusutan peralatan.


(1)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

2. Menjaga hubungan baik dengan pedagang pengumpul (S5, O3)

Bertujuan agar pedagang pengumpul memberikan tawaran yang layak pada petani wortel sehingga saling menguntungkan antara kedua pihak.

3. Meningkatkan Produksi (S1, S2, S3, S4, S6, S7, O1, O2, O4)

Bertujuan untuk memenuhi permintaan sehingga dapat menambah pendapatan petani.

4. Menjalin kerja sama dengan tim teknis kelompok kerja pengembangan kawasan agropolitan dataran tinggi bukit barisan dan Ditjen Bina Pembangunan Daerah (S1,S4,S3,S7,O5,O6)

Bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, mutu wortel, meningkatkan areal panen dan penerapan teknologi.

Strategi ‘WO’

Strategi pengembangan usahatani wortel di desa Sukadame dapat meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada, yaitu:

1. Mengganti alat-alat produksi yang lama dengan berteknologi (W1,O1, O2, O4) Permintaan yang tinggi dan harga yang relatif stabil perlu diimbangi dengan adanya teknologi yang baik untuk memperlancar proses produksi yang nantinya akan menambah pendapatan petani wortel.

2. Meminjam untuk mengganti alat-alat produksi (W1, O4)

Dengan mengganti alat-alat produksi dengan alat berteknologi lebih baik maka akan membantu mempermudah proses produksi.


(2)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Wortel sebagai produk unggulan daearah punya kesempatan untuk dikembangkan dengan teknologi yang lebih baik untuk dapat meningkatkan kualitas, mutu, produktivitas dan meningkatkankan pendapatan daerah.

Strategi ‘ST’

Strategi pengembangan usahatani wortel di desa Sukadame dapat mengatasi ancaman yang ada dengan menggunakan seluruh kekuatan, yaitu:

1. Meningkatkan mutu wortel (S7,S8, S3, T1)

Bertujuan agar permintaan terhadap wortel semakin meningkat dan pasar wortel tetap ada, sehingga usahatani wortel dapat berkembang.

2. Menghidupkan penyuluhan (S7, T3)

Bertujuan agar petani lebih terampil lagi dalam melakukan budidaya wortel sehingga memperoleh hasil yang maksimal, oleh karena itu dibutuhkan penyuluhan.

3. Melakukan penyiraman (S4, T2)

bertujuan untuk menjaga supaya pertumbuhan wortel tidak terhambat, tanaman wortel memerlukan air dalama pertumbuhannya, sehingga dapat berproduksi dengan baik.

4. Menyediakan sumber air (S1, T2)

Bertujuan untuk tetap menjaga produksi wortel, tersedianya sumber air akan menjaga stabilitas pertumbuhan wortel dan wortel dapat berproduksi secara maksimal.

Strategi ‘WT’

Strategi pengembangan usahatani worel di desa Sukadame dengan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada, yaitu:


(3)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

1 Meminta pemerintah untuk mengaktifkan kembali PPL (W1, T3)

Dengan adanya campur tangan pemerintah untuk mengaktifkan PPL di desa Sukadame maka petani wortel akan dapat mengetahui informasi yang berkembang tentang teknologi budidaya wortel yang sangat berguna bagi petani.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

9. Faktor-faktor produksi (saprodi, tenaga kerja dan pupuk) tersedia di daerah penelitian.

10.Penerapan teknologi budidaya wortel di daerah penelitian masih secara tradisional, dimana saprodi yang digunakan masih tradisional.


(4)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

11.Usahatani wortel di daerah penelitian mampu memberikan kesempatan kerja, yang ditunjukkan oleh besarnya total rataan HKP yang digunakan untuk seluruh tahap kegiatan sebesar 61.86 HKP/Ha.

12.Usahatani wortel secara ekonomi layak dikembangkan oleh karena nilai rataan BEP pendapatan, produksi, dan harga masing-masing sebesar Rp.118,116.82 /Ha produksi, 168.74 Kg/Ha, Rp.372.92/Kg/Ha. Rataa nilai R/C ratio dan ROI masing-masing adalah 1,88 dan 88.13 %.

13.Rataan pendapatan petani wortel sebesar Rp.3,975,879.30 /Ha/musim tanam dan pendapatan ini meningkatkan pendapatan keluarga.

14.Permintaan untuk konsumsi wortel di daerah penelitian tinggi dan harga relatif stabil.

15.Masalah-masalah yang dihadapi oleh petani wortel di daerah penelitian adalah musim kemarau, saprodi masih tradisional, tidak adanya penyuluhan dan adanya persaingan.

16.Usahatani wortel di daerah penelitian mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan

Saran

1. Kepada Petani

- Sebaiknya petani wortel di daerah penelitian bersatu dalam kelembagaan dan menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait agar memiliki kekuatan untuk ekspansi usaha untuk meningkatkan pendapatan.


(5)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

- Pemerintah sebaiknya memberikan pengembangan, pemberdayaa dan pembinaan kelembagaan kelompok tani melalui petugas penyuluh dalam upaya meningkatkan produktifitas dan pendapatan petani.

- Pemerintah sebaiknya mengaktifkan lembaga-lembaga yang terkait dalam usaha pengembangan usahatani seperti kelompok tani.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

- Diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut terhadap perkembangan usahatani wortel sebagai komoditi ekspor.

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1992. Sayuran, Kanisius, Yogyakarta.

Abeng, T. 1994. Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri di Indonesia. PERHEPI, Medan.

Afriadi, S. 2004. Kebijakan dan Konsep Pengembangan Produk Unggulan dalam Menstimulasi Ekonomi Daerah dan Sosialisasi Draft Kepmendagri Tentang Pedoman Umum PUD. Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Departemen Dalam Negeri

Apandi, M., 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Alumni, Bandung. Ashari, S. 1995, Hortikultura Aspek Budidaya, UI Press, Jakarta

Ali, V Dan Rahayu, 2000. Sayuran Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Cahyono, B. 2002. Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani Wortel. Kanisius, Yogyakarta.


(6)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta Duryatmo, S., 2006. Sayur di sekitar kita. Penebar Swadaya, Jakarta. Ginting, P., 2006. Pemasaran Produk Pertanian. USU Press, Medan. Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3EE, Jakarta.

Nazaruddin, 1993. Komoditi Ekspor Pertanian, Penebar Swadaya, Jakarta.

Novary, 1997. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar swadaya, Jakarta.

Pracaya, 2002. Bertanam Sayuran Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rangkuti, F., 2003. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rukmana, R. 1995. Bertanam Wortel. Kanisius, Yogyakarta.

Sitinjak, 2004. Penanganan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran. Badan Latihan Pegawai Pertanian Tanjung Morawa. Gedung Johor, Medan.

Sudiyono, A., 2004. Pemasaran Produk Pertanian, Universitas Muhammadiyah, Malang.

Sunarjono, 2000. Budidaya Wortel. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soekartawai, 1994. Teori Ekonomi Produksi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soekartawi, 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia, Jakarta.

Sugeng, H, R., 1992.Bercocok Tanam Sayuran. Aneka Ilmu. Semarang.

Tim Teknis Kelompok Kerja, 2003. Master Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara, Medan.