93
muncul sebuah tarik ulur akan identitas. Pengetahuan yang berbeda antara Kekristenan dan Kejawaan pada akhirnya tetap membuat jemaat GKJ
menegosiasikan identitasnya.
1.2. Cara penyebaran
Pembentukan identitas Kristenan Jawa di Banyubiru selain dipengaruhi oleh peran para penyebar ajaran juga cara penyebaran. Cara
penyebaran di sini berkaitan dengan bagaimana caranya ajaran Kristen bisa hadir dan berkembang di tengah Desa Banyubiru. Secara garis besar ada
dua cara yaitu berdasarkan dogma melalui Alkitab yang ditafsirkan Pendeta dan juga berbagai kegiatan dari daerah sekitar Banyubiru.
Pembentukan dan perkembangan Kekristenan hadir melalui pendalaman Alkitab. Setiap hari Kamis jemaat GKJ Banyubiru berkumpul
bersama dengan berpindah-pindah tempat untuk mengadakan pendalaman Alkitab. Kegiatan tersebut diharapkan dapat membentuk jati dirinya sebagai
orang Kristen dengan mencoba menafsirkan teks-teks Alkitab. Inilah salah satu ungkapan jemaat GKJ yang rutin mengikuti pendalaman Alkitab:
“Pendalaman Alkitab semakin bisa menunjukan bagaimana orang Kristen yang benar berdasarkan ajaran Alkitab, dengan
cara bertukar pengalaman berdasar atas firman Tuhan, kalau ada kesulitan baru tanya Bapak Pendeta.”
76
Penunjukan kebenaran akan identitas Kekristenannya selain di hadirkan melalui peran Pendeta ataupun misionaris, ternyata juga atas
76
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suratno Jemaat GKJ Banyubiru tanggal 20 Mei 2013
94
tafsiran Alkitab yang dilakukan oleh jemaat sendiri. Tafsiran teks Alkitab menjadi kekuatan cara pandang mereka dalam hidup di tengah msayarakat.
Tafsiran teks Alkitab menjadi pembenaran yang berfungsi tidak hanya sekedar berfungsi sebagai aturan hidup, namun menjadi cara hidup dan
perjuangan hidup, singkat kata hidup demi Tuhan. Permasalahan dalam kehidupan masyarakat sering dibicarakan dalam Pendalaman Alkitab
dengan dicari kebenarannya berdasar atas Alkitab. Mereka menjadikan Alkitab sebagai panutan atau kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti apa yang diungkapan oleh Jemaat GKJ berikut: “Ada dua kegiatan yaitu pendalaman Alkitab dan sarasehan,
bedanya kalau pendalaman Alkitab sumbernya dari Alkitab tetapi dihubungkan dengan dunia, kalau sarasehan sumbernya
dari luar dihubungkan dari Alkitab. Jadi dari pengalaman jemaat terus dicari di Alkitab bersama-
sama.”
77
Tafsiran teks Alkitab ini akan memiliki pembenaran yang lebih kuat ketika ditafsirkan oleh seorang Pendeta. Dengan demikian ketika diskusi
sesama jemaat mengalami kebuntuan, tafsiran Bapak Pendeta yang memiliki kekuatan penuh akan kebenaran. Hal ini karena seorang pendeta diyakini
memiliki pemahaman teologis yang lebih dibanding dengan kaum awam. Ajaran Kristen di Banyubiru juga tidak bisa dilepaskan dari
keberadaan Sinode GKJ di Salatiga. Jarak yang dekat antara Salatiga dengan Banyubiru membuat banyak kegiatan di Banyubiru yang dilakukan oleh
jemaat dari Salatiga. Misalnya kaum muda sering mengadakan kunjungan dan juga berbagai macam kegiatan di daerah Banyubiru. Dari kegiatan
77
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Darman Majelis GKJ Banyubiru tanggal 20 Mei 2013
95
tersebut kaum muda merasa memiliki semangat untuk hidup dalam komunitas GKJ
“Kegiatan anjangsana selain untuk meningkatkan iman, bagi saya juga menjadi suatu wadah atau tempat bertemunya kaum
muda, bisa bertambah teman atau mungkin ketemu pasangan
hidup.”
78
Kegiatan kaum
muda ini
memperlihatkan bagaimana
mempertahankan identitas Kekristenannya. Jemaat muda merasa nyaman dan bangga menjadi orang Kristen, dan juga memiliki harapan yang besar
untuk kelangsungan masa depannya. Seperti harapan memiliki banyak teman dan juga menemukan pasangan hidup.
Cara penyebaran ajaran Kristen di sini bukan hanya berkaitan dengan perkembangan atau sejarah penyebaran GKJ, namun lebih pada
ajaran akan kekristenan sendiri yang membuat jemaat semakin menghayati keberadaan dirinya sebagai orang Kristen maupun komunitas Kristen.
2. Kekristenan sebagai Cara Pandang