Hidup Beriman Remaja di Era Digital

memberikan segala informasi yang kita inginkan. Saat ini informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber dan tanpa filter. Dengan demikian hal-hal yang berbau erotisme dan kekerasan juga dapat diakses dengan mudah. Hal ini mejadi suatu keresahan yang dialami oleh orang tua tehadap anaknya. Saat ini kalangan anak-anak, remaja serta kaum muda menjadi sasaran utama pengaruh dari informasi tanpa filter tersebut. Mereka merupakan kelompok yang paling utama terkena arus infomasi dan media Komisi Katektik, 2015: 45.

C. Pembinaan Iman Remaja di Era Digital

Pada saat ini memang kemajuan zaman menjadi suatu kemudahan yang dirasakan oleh berbagai kalangan termasuk para remaja. Telah disadari bahwa kemajuan zaman pasti membawa konsekunsi tersendiri. Semakin berkembangnya zaman semakin pula hidup dipermudah dengan berbagai macam teknologi yang ada. Dengan munculnya kemajuan zaman ini, Gereja perlu memperhatikan pula kehidupan beriman umat, terutama hidup beriman remaja, dikarenakan remaja adalah kelompok penerima pertama dan paling langsung dari media Komisi Kateketik, 2015:45.

1. Tahap Perkembangan Iman Remaja

Masa remaja sering disebut sebagai masa-penghubung atau masa- peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa Kartini 2007, 148. Dalam masa remaja inilah mulai timbul akan pengenalan diri sendiri, dimana remaja mencari nilai-nilai seperti, kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan, keindahan dan sebagainya. Selain itu pula dalam masa remaja ini perkembangan fisik juga dapat terlihat. Kematangan fungsi rohani, jasmani dan fungsi seksual juga mengalami perubahan. Kartini 2007, 148. Dalam masa perubahan ini pada umumnya mereka mengalami suatu bentuk krisis yang ditandai dengan kehilangan keseimbangan jasmani dan rohani, dan juga fungsi motoriknya juga ikut terganggu sehingga menyebankan pertumbuhan ini tanpak kaku, dan juga tingkah laku mereka menjadi kasar, tidak sopan, dan muka menjadi „burukjelek, wagu Kartini 2007, 149. Masa remaja atau pubertas merupakan masa rekonstruksi, berarti dalam masa ini tumbulah kepercayaan diri, kesanggupan untuk menilai kembali tingkah laku yang tidak bermanfaat dan digantikan dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Dalam masa puber ini remaja merasa bahwa sesutau yang berhubungan dengan kekuasaan orang dewasa menjadi suatu yang mengganggu dan mereka ingin membuangnya karena pada masa ini mereka telah menemukan nilai baru yang lebih unggul. Pada masa ini remaja masih mencari jati diri dan masih mencari-cari nilai baru yang mereka anggap benar. Fowler menyebutkan pada saat ini remaja memasuki tahap iman yang sintesis-konvensional, yang berarti bahwa pada masa ini remaja menjadi bingung untuk menjadi seperti apa, karena dari pengamatannya ia dihadapkan pada berbagai macam pribadi yang dijadikan sebagai gambaran diri. Hal ini memusingkan remaja dan menimbulkan pertanyaan siapa dirinya, dan bayangan manakah sebenarnya diriku, maka di sinilah fungsi kepercayaan untuk mensintesiskan atau mengintegrasikan bermacam-macam bayangan diri dan menjadikannya satu untuk dapat berfungsi dengan baik Fowler, 1995:135. Fowler juga mengatakan bahwa saat ini remaja masuk dalam chum relationship, mereka sangat akrab dan percaya dengan kelompok yang menerima keberadaannya dan pada masa ini remaja mengalami masa jatuh cinta Heryatno, 2008: 78. Pada masa ini remaja selalu merasa bahwa penilaian akan keberadaan dari suatu keluarga, kelompok, tokoh dan komunitas menjadi hal yang sangat penting dan ini membuat para remaja merasa cemas jika tidak diterima, dan dalam masa remaja ini Tuhan yang dirundukan adalah yang dekat, mengerti menerima dan meneguhkan jati diri. Gambaran Allah bagi remaja bukan lagi sebagai seorang Hakim-Raja yang tegas namun adil, tidak juga sebagai yang lain yang jauh dan anonim tanpa wajah dan Pribadi tetapi bahwa Allah dirasakan dan dipandang sebagai seorang sahabat yang selalu mendukung dan menuntun dan menjadikan-Nya sebagai sahabat karib Fowler, 1995:153. Dengan demikian sudah jelas bahwa pada tahap ini remaja masih dalam masa pubertas yaitu pengenalan diri seutuhnya, dimana remaja berusaha untuk mengenali diri mereka dengan pengamatan di luar diri untuk mengambil satu bayangan siapa mereka sebenarnya. Selain itu juga pada masa ini remaja sangat menjunjung tinggi pengakuan dari kelompok yang mereka inginkan, keluarga, organisasi atau pun komunitas lain, karena sebuah pengakuan merupakan hal yang membuat mereka cemas. Pada masa ini remaja menganggap Allah bukan sebagai yang berkuasa, melainkan sebagai seorang sahabat yang selalu mengerti, mendukung dan memahami mereka.

2. Pengertian Pembinaan Iman Remaja

Dalam usia remaja mereka senang hidup dan beraktivitas dalam kelompok. Kelompok yang dimaksud disini ialah teman-teman sebayanya. Mereka lebih mengutamakan teman-teman kelompoknya dari pada keluarganya. Sudah jelas bahwa dalam masa remaja mereka memiliki emosi yang masih labil. Mereka akan mudah marah jika permintaan dan keinginannya tidak dapat dituruti. Secara kognitif remaja mampu menciptakan sintesis atau menghubungkan satu gagasan dengan gagasan lain, dalam arti mereka sudah mampu untuk berpendapat dan bertindak Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:44. Pembinaan iman remaja adalah kegiatan untuk membimbing dan membina remaja pertemuan-pertemuan dengan teman sebaya dan dibimbing oleh pendamping yang memiliki pengetahuan tentang hidup remaja Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:21. Pembinaan remaja juga menjadi prioritas utama Gereja. Maka dalam era digital ini diharapakan mereka mampu untuk mengakui dan mengungkapkan iman secara pribadi dan melibatkan diri dalam tugas-tugas Gereja. Dengan demikian Formatio sangat penting dilaksanakan. Formatio iman ialah segala hal yang berhubungan dengan pelayanan iman seperti liturgi, pewartaan, pelayanan, dan paguyuban Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:44. Dalam hal ini formatio harus memperhatikan bahwa yang mengikuti kegiatan ialah anak-anak remaja dan sebayanya. Pendamping yang membina remaja harus mampu menjadi teman mereka. Pendamping tampil sebagai teman dan sahabat, bukan sebagai guru yang memerintah. Perlunya juga simbol untuk dapat menjadi daya tarik dan perekat di antara mereka. Dengan demikian menjadi jelas bahwa pendampingan iman remaja ialah sebuah pendampingan melalui dinamika kelompok Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:44. Pembinaan iman remaja di era digital ini memerlukan kemampuan untuk mengintegrasikan dengan budaya baru saat ini. Dalam pembinaan ini diperlukan pembina yang memiliki hati terhadap anak-anak, kreatif dan inovatif, karena di dalam pembinaan ini akan ada gerak bersama, permainan, refleksi dan akhirnya peneguhan. Pendamping perlu memiliki wawasan terhadap masalah-masalah remaja sehingga mereka mampu menjadi teman untuk bertukar pengalaman. Pembinaan iman remaja ini juga mengajak para remaja untuk bertekun dalam sakramen ekaristi dan sakramen pengampunan dosa, serta mereka dipersiapkan untuk menerima sakramen penguatan. Sakramen penguatan ini diharapkan memberikan kebanggaan akan kekatolikan dan memberi daya semangat untuk terlibat dalam Gereja bersama teman-teman sebayanya Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:45. Selain itu mereka juga di ajak untuk mengenal hidup biarawanbiarawati, terlibat dalam kegiatan sosial masyarakat sehingga mereka mampu aktif tidak hanya dalam lingkup Gereja tetapi juga mampu untuk terlibat dalam masyarakat serta mampu untuk bijaksana dalam menggunakan teknologi yang ada. Gereja telah menyadari bahwa kemajuan teknologi mampu membawa dampak yang kurang baik, maka Gereja telah banyak menyerukan bagaimana mengatasi masalah ini. Hal ini membutuhkan banyak kerjasama dari berbagai pihak. Paus menyebutkan ada beberapa pihak yang yang harus bertanggungjawab baik terhadap media komunikasi maupun terhadap akibat yang ditimbulkannya. Pihak-pihak itu ialah para pekerja di bidang komunikasi sosial, orang tua, guru, masyarakat, dan Gereja Komisi Kateketik, 2015:46. Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa tanggungjawab yang dimiliki oleh industri media komunikasi ialah bahwa mereka memiliki tanggungjawab moral yang serius terhadap keluarga-keluarga yang sebagai penonton dari siaran- siaran yang mereka berikan. Dari siaran-siaran itu mereka harus memajukan nilai- nilai moral dan spiritual yang sehat serta menjauhi hal yang dapat merugikan keluarga Komisi Kateketik, 2015:47. Dari pihak orang tua mereka memiliki tanggungjawab untuk mendampingi anak-anaknya dalam penggunaan media komunikasi. Orang tua adalah orang pertama yang harus membimbing dan mengajar anak-anak tentang medi komunikasi. Jika mereka mengatur penggunaan media dalam keluarga yang meliputi rencana dan jadwal penggunaan media dan tegas membatasi waktu bagi anak-anak, kehidupan keluarga akan sangat diperkaya.

3. Tujuan Pembinaan Iman Remaja

a. Remaja Mampu Menemukan Identitas Diri

Dengan kemajuan teknologi yang ada membawa dampak yang sangat bersar bagi remaja. Dampak postif dan negatif pun tidak dapat dihindari. Hal ini juga dapat menyebabkan remaja kehilangan identitasnya yang sejatinya memang pada masa remaja mereka sedang mencari identitas diri. Tetapi dengan pembinaan yang tepat, para remaja akan mampu menemukan identitas diri mereka, terutama mereka mampu menemukan identitas kekatolikan mereka.

b. Sadar Mengakui dan Mengungkapkan Iman Kekatolikan

Pembinaan iman remaja sebenarnya bertujuan agar para remaja dengan sadar dapat mengakui dan mengungkapkan iman kekatolikan mereka dimana pun dan kapan pun. Di dalam pembinaan iman remaja sendiri memiliki materi-materi yang harus diberikan demi tujuan utama dapat tercapai yaitu mereka dengan bangga mengakui dan mengungkapkan iman mereka. Di dalam pembinaan remaja ada empat aspek yang ditekankan di dalamnya yaitu mengenai pengetahuan iman, tradisi katolik, moral katolik dalam era digital dan menjemaat dan memasyarakat Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:94.

c. Mencapai Kepenuhan Hidup

Menurut Yohanes Paulus II pembinaan bagi umat beriman juga termasuk anak-anak dan remaja perlu diberikan secara organis dan sistematis agar mereka mampu mencapai kepenuhan hidup Kristen CT. 18. Dalam era digital ini pembinaan diperlukan agar para remaja mampu mencapai kepenuhan hidup Kristiani mereka. Untuk mencapai kepenuhan hidup, bukan hanya sekali jadi, tetapi diperlukan proses yang panjang serta pembinaan yang dilakukan secara berkala.

d. Pendewasaa Iman

Dengan pembinaan yang dilaksanakan terus-menerus, menyebabkan remaja sungguh diyakinkan untuk memutuskan mau menyerahkan diri kepada Yesus Kristus. Lambat laun iman mereka diperdalam. Melalui pembinaan ini para remaja diharapkan mampu untuk meraih kesatuan dengan Yesus Kristus dan pada akhirnya mereka mampu membela diri kepada siapa saja meminta pertanggungjawaban atas iman mereka kepada Yesus Kristus.

e. Memahami dan Mengetahui Tindakan Etis dan Ajaran Moral Katolik

Pembinaan iman remaja diberikan agar mereka memahami dan mampu bersikap mengenai tindakan etis dan ajaran moral Katolik dalam hidup di era digital ini, secara khusus menyangkut hati nurani dan tanggungjawab pribadi berkaitan dengan panggilan hidupnya. Telah jelas dikatakan bahwa para remaja menjunjung tinggi loyalitas dan persahabatan sehingga kedua hal tersebut menjadi faktor yang penting dalam berhubungan dengan orang lain terutama pembentukan pertimbangan moral, relasi persahabatan yang mesra chum relationship sangat mempengaruhi mereka dalam memandang nilai-nilai moralitas Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:92.

f. Terlibat aktif di Lingkungan Gereja dan Masyarakat

Tujuan lain dari pendampingan ialah agar mereka terlibat aktif di lingkungan Gereja dan masyarakat, serta teman-teman kelompok sebaya yang bersifat membangun minat dan kepedulian sosial. Dalam hal ini para remaja telah mampu menyadari identitas diri mereka, mereka pun mulai mampu untuk melakukan relasi terhadap orang lain dan sudah mampu menerima berbagai tradisi diluar mereka. Aktif dalam kegiatan di Gereja maupun di lingkungan dapat membantu mereka diterima dan diakui oleh tokoh Gereja dan masyarakat. Hal ini memenuhi keinginan mereka untuk di akui oleh orang-orang dewasa.

g. Bijak dalam Penggunaan Media Digital

Tujuan lain lagi bahwa remaja perlu penyadaran penggunaan media digital dalam lingkungan keluarga mau pun di lingkungan masyarakat. Pembinaan ini juga penting agar mereka menyadari bahwa nilai-nilai keluarga sangat berharga dalam hidup di era digital. Kehidupan keluarga tidak dapat digantikan oleh kemajuan teknologi yang ada. Relasi antar anggota keluarga sangat perlu dibutuhkan bagi perkembangan piskologi maupun perkembangan hidup beriman mereka, serta kehidupan keluarga pun berpengaruh kepada kehidupan bermasyarakat remaja. Bijak dalam penggunaan juga mengarah kepada kemampuan. Dengan pembinaan ini pun, remaja mampu untuk menemukan dan menunjukkan kemampuan yang mereka miliki.

4. Materi Pembinaan Iman Remaja

Di tengah arus media komunikasi ini pembinaan remaja perlu di tingkatkan lagi. Pembinaan hidup beriman remaja merupakan bagian dari tugas panggilan yang makin penting Ir. Sunaru S. Hariadi, 1997. Sebelum melakukan pembinaan remaja, perlulah dipahami kondisi remaja baik secara fisik maupun psikis. Telah jelas bahwa saat ini para remaja masih dalam proses pencarian jati diri, maka pembinaan remaja perlu metode yang tepat dan cocok dengan kondisi serta kebutuhan mereka. Bagi remaja pembinaan yang cocok ialah untuk pengembangan jati diri dan kreativitas mereka. Dalam pembinaan ini, pengembangan rasa ketergolongan menjadi perlu, karena pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial. Mereka dibesarkan dan dipelihara oleh orang tua, saudara dan warga gereja. Dengan hal ini menciptakan rasa untuk ikut dalam kelompok besar atau kecil Seri Pembinaan Remaja, 1997:3. Di era digital ini sudah jelas bahwa media komunikasi dapat menjadi sarana bagi remaja untuk terus mengembangkan diri. Media komunikasi ini selain dapat menjadi sarana komunikasi untuk menjalin relasi, juga dapat menjadi sarana demi memperkembangkan hidup beriman remaja. Handphone mampu menjadi sarana untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh Yesus bagi anggota Gereja termasuk remaja untuk menyebarluaskan dan menerapkan kasih dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut PKKI X media komunikasi sosial termasuk handphone dapat menjadi sarana bagi pendamping atau pun orang tua untuk mengajak remaja lebih dekat dengan Tuhan dan demi perkembangan iman mereka. Melalui aplikasi- aplikasi yang ada di dalam handphone tersebut, orangtua atau pun pendamping mengirimkan pesan, sharing, atau pun renungan kepada mereka. Pewartaan melalui media komunikasi menjadi senjata yang ampuh bagi para remaja saat ini