Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan definisi operasional

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi untuk memiliki kekuatan spiritual keagaaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara Triwiyanto 2014:113. Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran untuk mendidik peserta didik sehingga mampu mengarahkan anak-anak dalam mengembangkan potensi yang dimiliki setiap anak, hal tersebut selaras dengan sistem pendidikan nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dengan adanya sistem pendidikan nasional diharapkan mampu membentuk pribadi anak bangsa menjadi lebih baik. 2 Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengingatkan kembali pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban dalam menumbuhkan jati diri dan moral. Hal tersebut sangat penting diterapkan sejak usia dini terutama dijenjang pendidikan sekolah dasar SD. Tujuan dari pembelajaran PKn adalah untuk membentuk sikap, watak dan kepribadian seseorang Darmadi 2010:34. Persepsi adalah suatu proses Penginderaan, yang kemudian proses stimulusnya diterima melalui alat indera, kemudian diteruskan oleh syaraf keotak. Proses tersebut terjadi setiap saat sehingga stimulus yang diterima oleh alat indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah di organisasiakan dan diinterpretasikan. Proses yang intergrated dari setiap individu terhadap stimulus yang diterima. Setiap individu dapat menyadari, mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar individu, tetapi juga dapat datang dari objek persepsi, ini lah yang disebut persepsi diri self-perception. Hal tersebut kemudian bereaksi penuh terhadap sikap atau perilaku yang ditunjukan oleh masing-masing individu. Sikap yang ditunjukan pada suatu objek dengan persaan positif dan negatif. Salah satu model pembelajaran yang peneliti terapkan yaitu Problem- based learning PBL merupakan inovasi dalam bentuk pembelajaran. Dalam penerapan Problem-based learning PBL diharapkan kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimallisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang 3 simetris, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikir secara berkesinambungan Tan dalam Rusman 2013. Model pembelajaran problem based learning PBL dapat diterapkan pada mata pelajaran yang diajarkan di SD, dengan melalui beberapa tahapan pada proses pembelajaran yaitu 1 orientasi siswa pada masalah, 2 mengorganisasi siswa dalam belajar, 3 membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kelima tahap tersebut tidak dapat dipisahkan karena tahapan-tahapan tersebut saling berkaitan dalam pemecahan masalah. Tahapan-tahapan yang sudah dilalui tersebut kemudian dapat kita analisis dan dievaluasi. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning PBL dapat dievaluasi dengan menggunakan pernyataan favorable dan unfavorable sehingga dapat memunculkan reaksi pada siswa dalam proses kognitif pemikiran, afektif perasaan, dan konatif tindakan. Ketiga proses tersebut muncul dengan sendirinya pada sikap siswa dalam proses pembelajaran Menurut Chave, Bogardus, Lapierre, Mead dan Gardon Allport dalam Azwar, 2007 sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap sesuatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara 4 tertentu apabila individu diharapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons, sehingga pada persepsi anak-anak diharapkan dapat meningkat. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SD N Terbansari 1 Yogyakarta, persepsi siswa terhadap mata pelajaran PKn cenderung negatif, hal tersebut dapat dilihat pada saat guru sedang melakukan kegiatan belajar mengajar. Guru hanya melakukan ceramah, sehingga siswa lebih cenderung berbicara dengan temannya dibandingkan mendengarkan guru. Sebanyak 28 6 dari 21 siswa Siswa mempunyai persepsi cukup tentang materi, media, dan sarana pembelajaran terhadap model pembelajaran, persepsi cukup tentang langkah-langkah pembelajaran terhadap model pembelajaran, dan persepsi cukup tentang interaksi terhadap model pembelajaran. Permasalahan tersebut juga berdampak pada sikap siswa terlihat 38 siswa dari 21 siswa cenderung kurang karena kesulitan mengerti nilai-nilai pada mata pelajaran PKn, anak-anak terlihat kurang meminati mengikuti pelajaran PKn, bosan dan tidak aktif pada proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang persepsi dan sikap siswa. Persepsi siswa tersebut akan dilihat hubungannya dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn, maka peneliti melakukan penelitian dengan mengangkat judul “HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PKn DAN SIKAP SISWA KELAS III PADA MATA PELAJARAN PKn DI SD NEGERI TERBANSARI 01 YOGYAKARTA. 5

1.2 Batasan Masalah