Hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SDN Tlacap

(1)

i HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA

PELAJARAN PKn DI SDN TLACAP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Nurike Pramaning Tyas NIM: 131134031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Allah yang telah memberikan rahmat dan telah melimpahkan kesehatan,

perlindungan, kelancaran serta selalu menjaga dan melindungi saya di mana

pun dan kapan pun.

2. Orang tuaku Bapak Jumari dan Ibu Suwarti yang selalu mendoakan dan

selalu mencintai sepanjang hidup saya serta selalu mendukung segala

sesuatu yang terbaik bagi saya.

3. Adik saya Didi Prasetyo Rizeki dan Rafif Mahful yang selalu memberikan

motivasi semangat dan dukungan.

4. Budi Eka Setyawan yang selalu memberikan semangat, dukungan,

perhatian, cinta kasih sayang serta doa.

5. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing 1 dan Elisabeth

Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing 2 yang selalu

memberikan masukan.

6. Teman-teman payung seperjuangan PGSD USD 2013 ( Vika, Mira, Lina,

Dessy, Dita, Tria, Dhanis, Nike, Yussy, Achun, Gema, Ipin, Erik, Nur, Tere,

Yustina, Lola, Parama, Yoga)

7. Sahabatku Putri, Diah dan Vika yang selalu memberikan kekuatan dan

semangat.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan


(5)

v MOTTO

“Tidak Ada Gagal, Yang Ada Hanyalah Berhenti Sebelum Sukses”

(Nurike Pramaning Tyas)

Keraslah pada diri sendiri sebelum dunia keras kepada kita


(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKn DI SDN TLACAP

Nurike Pramaning Tyas Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini ialah peneliti melakukan observasi pembelajaran di sekolah mengenai mata pelajaran PKn di SDN Tlacap. Peneliti melihat persepsi siswa dengan batas nilai maksimal cukup sebanyak 43% dan batas nilai maksimal cukup sebanyak 48%. Peneliti memiliki tujuan yaitu mendeskripsikan hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SDN Tlacap semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian ini menggunakan metode survei. Sampel penelitian ini terdiri dari 23 siswa, sebanyak 14 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki kelas IIA. Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas adalah persepsi, variabel terikat adalah sikap siswa pada mata pelajaran PKn, dan variabel moderator adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa terdapat hubungan antara persepsi dan siswa pada mata pelajaran PKn. Hal tersebut ditunjukan dari nilai Sig(2-Tailled) sebesar 0,000 (p<0,05) dengan Pearson Correlation 0,901 dan N=23. Termasuk dalam kategori hubungan korelasi yang sangat kuat. Karena, 0,901 berada pada rentang 0,80-1,000 serta memiliki hubungan positif (semakin meningkat persepsi semakin meningkat pula sikap siswa).


(9)

ix ABSTRACT

The Correlation Between 2nd Grade Student’s Perception and Attitude on Civic

Education at SDN Tlacap Nurike Pramaning Tyas Sanata Dharma University

2017

Background this study was observational learning researchers doing at school on subjects PKn in Tlacap elementary school. Researchers looking at perceptions of students with the maximum value limit quite as much as 43% and the maximum value limit quite as much as 48%. Researchers have a purpose and that describes the relationship of perception and attitude of grade II on subjects PKn in Tlacap elementary school in odd semester of 2016/2017 academic year.

This study used a survey method. The sample of the study consisted of 23 students, as many as 14 students are female and 9 male students of Class IIA. This research consists of three variables namely variables, the variables are bound, and moderator variables. Independent variable is bound to a variable is the perception, the attitude of students on subjects PKn, and moderator variables is a model of learning Problem Based Learning (PBL).

Based on the results of the research and the discussion showed that there is a relationship between perception and students on subjects PKn. It is shown from the value of the Sig (2-Tailled) of 0.000 (p < 0.05) with the Pearson Correlation 0.901 and N = 23. Included in the category of a very strong correlation relationship. Because, 0.901 is in the range 0.80-1,000 and have a positive relationship (increasing the perception of increasing also the attitude of the students).


(10)

x KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Persepsi Dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn Di SDN

Tlacap”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa selama proses pelaksanaan penelitian yang telah

penulis lakukan tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu izinkanlah penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Guru Sekolah

Dasar

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Guru

Sekolah Dasar

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang selalu

memberikan masukan dan semangat kepada peneliti.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., selaku dosen pembimbing 2 yang

selalu memberikan masukan dan dukungan kapada peneliti untuk

menyelesaikan skripsi.

6. Kartini S.Pd. SD, selaku kepala sekolah SDN Tlacap yang telah berkenan


(11)

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………....i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii

HALAMAN PENGESAHAN………iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….iv

HALAMAN MOTTO……….v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Definisi operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Persepsi siswa ... 8

2.1.2 Sikap ... 11

2.1.3 Problem Based Learning (PBL) ... 13

2.1.4 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 15


(13)

xiii

2.2 Penelitian-penelitian yang Relevan ... 18

2.3 Kerangka Berpikir ... 22

2.4 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III ... 24

METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Setting Penelitian ... 25

3.2.1 Tempat penelitian ... 25

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tlacap pada semester gasal tahun pelajaran 2016/2017. SDN Tlacap beralamat di Tlacap, Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. ... 25

3.2.2 Subjek Penelitian ... 25

3.2.3 Obyek Penelitian ... 26

3.2.4 Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.4 Variabel Penelitian ... 27

3.4.1 Variabel Independen (bebas) ... 27

3.4.2 Variabel dependen (terikat) ... 27

3.4.3 Variabel Moderator ... 27

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5.1 Kuesioner ... 28

3.5.2 Observasi ... 29

3.5.3 Dokumentasi ... 29

3.6 Intrumen Penelitian ... 29

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 38

3.7.1 Validitas ... 38

3.7.2 Reliabilitas ... 45

3.8 Teknik Analisis Data ... 48

3.8.1 Uji Asumsi ... 48

3.8.2 Uji Hipotesis ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1. Hasil Penelitian ... 51


(14)

xiv

4.2.2 Uji Hipotesis ... 54

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 57

5.3 Saran ... 57

DAFTAR REFERENSI ... 57


(15)

xv DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Penelitian... 26

Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner ... 30

Tabel 3 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner Persepsi Siswa ... 33

Tabel 4 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Sikap ... 35

Tabel 5 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Persepsi dan Sikap ... 37

Tabel 6 sebaran Item Uji Coba Kuesioner Sikap Siswa ... 38

Tabel 7 Expert Judgement ... 40

Tabel 8 Rentang skor ... 41

Tabel 9 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa ... 42

Tabel 10 item yang dinyatakan valid pada setiap indikator persepsi ... 43

Tabel 11 Hasil Uji Validitas Sikap Siswa ... 43

Tabel 12 item yang dinyatakan valid pada setiap indikator sikap ... 44

Tabel 13 Kriteria koefisien reliabilitas ... 46

Tabel 14 Reliabilitas Persepsi Siswa... 47

Tabel 15 Reliabilitas Sikap Siswa ... 47

Tabel 16 Kategori Koefisien Korelasi... 50

Tabel 17 Hasil Uji Normalitas Persepsi dan Sikap Siswa ... 52

Tabel 18 Hasil Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Siswa ... 52

Tabel 19 Hasil uji linearitas persepsi dan sikap siswa ... 53


(16)

xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Literatur Map... 22

Gambar 2 Variabel Independen, Variabel Dependen, Variabel Moderator ... 28

Gambar 3 Rumus Menghitung rata-rata expert judgement ... 41

Gambar 4 Rumus pengukuran reliabilitas ... 46


(17)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 60

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 61

Lampiran 3 Hasil Perhitungan Item Validitas dan Reliabilitas Persepsi ... 63

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Item Validitas dan Reliabilitas Sikap... 64

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Uji Normlitas Persepsi dan Sikap Siswa ... 65

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Siswa ... 65

Lampiran 7 Hasil Pengujian Uji Linearitas ... 66

Lampiran 8 Silabus ... 69

Lampiran 9 RPP ... 94

Lampiran 10 Lembar Kuesioner Siswa ... 136

Lampiran 11 Foto Kegiatan Penelitian ... 149


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdapat enam hal yang akan dibahas oleh peneliti. Enam hal

tersebut antara lain: latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak

manusia berada di muka bumi ini. Pendidikan berubah seiring dengan

berkembangnya intelektual seseorang. Dengan berkembangnya seseorang,

berkembang pula isi dan bentuk termasuk perkembangan penyelenggaraan

pendidikan. Hal tersebut sejalan dengan kemajuan seseorang dalam pemikiran dan

ide-ide mengenai pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan

pengetahuan, kemampuan dan kreativitas terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Fungsi lain dari pendidikan adalah mengurangi

kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan karena ilmu pengetahuan dan

ketrampilan yang diperoleh dapat menjadikan seseorang mampu mengatasi

problematika. Untuk mencapai itu semua perlu adanya proses pembelajaran.

Menurut Rusman (2012:148) dalam sistem pembelajaran guru dituntut untuk

mampu memilih metode pembelajaran yang tepat, mampu memilih dan

menggunakan fasilitas pembelajaran, mampu memilih dan menggunakan alat

evaluasi, mampu mengelola pembelajaran di kelas maupun laboratorium,

menguasai materi dan memahami karakter. Proses pembelajaran harus dapat


(19)

2 disajikan oleh guru. Dengan kata lain siswa memiliki daya tarik tersendiri dan

memberikan manfaat bagi dirinya sendiri.

Prawiharjo berpendapat bahwa sebagaimana dimuat dalam tulisan Raka

(1984:5), salah satu konsep pendidikan yang banyak diajarkan di lembaga

pendidikan, guru adalah yang menggambarkan pendidikan sebagai bantuan

pendidik dan siswa sebagai peserta didik dewasa. Dalam UU NO. 20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional dituliskan bahwa pendidikan yaitu usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dilihat dari

kenyataanya yang terjadi di Indonesia adalah pendidikan belum terarah dengan

baik. Pembelajaran di Indonesia masih terpacu dalam tercapainya aspek kognitifnya

saja sedangkan aspek lain seperti aspek sikap atau afektif masih belum ditekankan

karena dirasa belum penting oleh kalangan pendidik.

Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa saat ini adalah rendahnya mutu

pendidikan PKn di Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) dianggap terlalu

banyak menghafal dan banyak membaca. Sehingga, untuk siswa kelas II yang

masih belum dapat lancar membaca akan kesulitan dalam mengikuti pelajaran ini,

akibatnya siswa kurang tertarik dengan pelajaran Pendidikan Kewaranegaraan

(PKn). PKn belum banyak melahirkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis

terhadap kegiatan yang ada di lingkungan sekitarnya seperti kegiatan gotong

royong. Selain itu juga belum banyak melahirkan pengalaman sikap dan


(20)

3 Kewarganegaraan saat ini cenderung hanya mengajarkan pada nilai-nilai moral

Pancasila.

Borgardus dkk (dalam Azwar, 2000) mendefinisikan sikap merupakan

semacam kesiapan untuk berinteraksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara

tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk

bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang

menghendaki adanya respon. Oleh sebab itu pendidik perlu menyiapkan

strategi-strategi mengajar agar siswa dapat menangkap segala kegiatan yang dipelajari.

Strategi belajar mengajar memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan

belajar mengajar. Strategi belajar mengajar merupakan rancangan dasar bagi

seorang pendidik tentang cara membawakan dirinya dalam pengajaranya. Walgito

(2002:83) menyatakan bahwa strategi belajar mengajar adalah rencana dan

cara-cara membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala

tujuan pengajaran dapat tercapai dengan efektif.

Salah satu strategi yang dapat digunakan yaitu strategi pembelajaran berbasis

masalah dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). PBL

merupakan suatu model pembelajaran yang titik tolak utamanya adalah masalah

dan cara penyelesaiannya. Adapun kelebihan lain dari PBL dibandingkan degan

model pembelajaran yang lain aitu dengan PBL siswa akan dilatih berpikir kritis

dalam menghadapi masalah yang disajikan selama proses belajar. Melalui tahapan

tersebut maka siswa akan terbiasa menghadapi permasalahan dan menemukan jalan

penyelesaian masalah yang ada di sekitar mereka. Selain itu, dengan model


(21)

4 bermakana karena siswa secara spontan mencari dan mengaplikasikan

pengetahuanya dalam kehidupan sehari-hari.

Amir (2009:27) menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) memiliki

beberapa manfaat yaitu mendorong siswa untuk berpikir, membangun kerja tim,

kepemimpinan, dan ketrampilan sosial, dan kecakapan belajar. Sehingga

diharapkan dapat berpengaruh pada persepsi siswa. Persepsi siswa akan mengarah

ke persepsi positif seperti siswa akan menganggap jika mata pelajaran PKn itu

adalah mata pelajaran yang penting dan menyenangkan. Persepsi tak lepas dari

pemikiran manusia karena sejatinya manusia memiliki persepsi masing-masing.

Persepsi pada hakikatnya adalah proses menuju pemahaman ataupun pemberian

makna dari informasi terhadap rangsangan. Dalam hal ini dapat berarti bahwa

persepsi yang muncul berasal dari apa yang dirasakan. Persepsi yang keluar dapat

berupa tanggapan, respon, perasaan, maupun pemikiran. Persepsi yang muncul juga

bisa beragam, ada persepsi positif dan ada juga persepsi negatif.

Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan di SDN Tlacap peneliti

menemukan permasalahan pada persepsi siswa. Hal tersebut terlihat dari nilai skor

maksimal cukup persepsi siswa yaitu 43%. Siswa memiliki persepsi cukup tentang

materi, media dan sarana pembelajaran terhadap model pembelajaran. Selanjutnya

peneliti menemukan permasalahan pada sikap siswa yang terlihat dari hasil

kuesioner dengan indikator kognitif, afektif, dan konatif. Hal tersebut diperkuat dari

hasil skor maksimal cukup yaitu 48%. Dengan skor yang diperoleh oleh siswa

menandakan bahwa siswa memiliki sikap cukup sebelum mengikuti pelajaran Pkn,

sikap cukup saat mengikuti pelajaran Pkn dan sikap cukup setelah mengikuti


(22)

5 1.2Batasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah hubungan persepsi terhadap model

pembelajaran dan sikap siswa kelas II terhadap mata pelajaran PKn di SDN Tlacap.

Pelajaran PKn kelas II ini dibatasi pada standar kompetensi 1. Membiasakan hidup

bergotong royong Kompetensi Dasar 1.1 mengenal pentingnya hidup rukun, saling

berbagi, dan tolong menolong. Hasil penelitian ini hanya berlaku di SD Negri

Tlacap pada materi gotong royong.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut: Apakah ada hubungan antara persepsi dan sikap siswa terhadap mata

pelajaran PKn?

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan pembelajaran melalui Penelitian Kuantitatif, yaitu: Untuk

mendeskripsikan hubungan antara persepsi dan sikap siswa terhadap mata pelajaran

PKn.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak

diantaranya bagi peneliti, bagi siswa, dan bagi guru.

1. Bagi siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah

a. Siswa dapat memahami, menghayati, dan melaksanakan gotong


(23)

6 2. Bagi guru

Manfaat penelitian ini bagi guru adalah

a. Guru dapat menjadikan sebagai umpan balik dalam pembelajaran

di kelas.

3. Bagi IPTEK

Manfaat penelitian ini bagi IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)

adalah sebagai referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lainya.

4. Bagi pembaca

Manfaat dari penelitian ini bagi pembaca adalah untuk memberikan

pengetahuan baru khususnya tentang persepsi dan sikap siswa mengenai

Pelajaran PKn.

1.6Definisi operasional

1. Persepsi merupakan proses stimulus yang diterima individu melalui alat

indra. Alat indra melalui penglihatan, pendengaran, perasa, pengecap,

penciuman dari adanya suatu gejala atau peristiwa yang diproses didalam

otak manusia. Dalam persepsi perasaan, kemampuan berpikir,

pengalaman-pengalaman individu tidak sama sehingga hasil persepsi satu

individu dengan individu lainya belum tentu sama

2. Sikap merupakan merupakan organisasi pendapat, keyakinan sesorang

mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya

perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk

membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.

3. Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran


(24)

7 menyusun pengetahuan, mengembangkan ketrampilan inquiri berpikir

tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

4. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu pendidikan yang

memfokuskan pada pendidikan nilai dan moral, dalam hal ini tujuan

pendidikan agar anak mampu menyelesaikan masalah-masalah untuk


(25)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini menjelaskan berbagai pengertian yang dikaji oleh peneliti

dalam landasan teori ini. Menyajikan penelitian relevan, dan menjelaskan kerangka

berpikir dalam penelitian ini selanjutnya dijelaskan tindakan yang dicapai oleh

peneliti.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Persepsi siswa 2.1.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan tahap awal pada proses penerimaan informasi. Persepsi

adalah proses terhadap masuknya informasi ke dalam otak manusia. Persepsi

mempengaruhi karakteristik siswa. Persepsi manusia berhubungan dengan

lingkunganya. Hubungan tersebut melalui indra yang dimiliki, yaitu indra

penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan pencium (Slameto, 2010: 102).

Moskowitz dan Orgel dalam (Walgito, 2003) menyatakan persepsi

merupakan intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan

demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses

pengorganisasikan, penginterpresian terhadap stimulus yang diterima oleh

organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan

aktivitas yang intergrated dalam diri individu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan jika persepsi

merupakan proses stimulus yang diterima individu melalui alat indra. Alat indra

melalui penglihatan, pendengaran, perasa, pengecap, penciuman dari adanya suatu


(26)

9 perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama

sehingga hasil persepsi satu individu dengan individu lainya belum tentu sama.

2.1.1.2 Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Seperti telah dipaparkan di depan bahwa dalam persepsi individu.

Mengorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus yang diterimanya, sehingga

stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Dengan

demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam persepsi. berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam

persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi

juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung

mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat sususnan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.

Sebagai alat untuk menagdakn respon diperlukan syaraf motoris.

3. Perhatian

Untuk menyedari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan

adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan

dalam rangka mengadakan persepsi.


(27)

10 Proses terjadinya persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus

mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa objek dan stimulus

itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya

dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga terasa

tekanan tersebut.

Porses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau

proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris

ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah

proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang

dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam

otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikiologis.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi

ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar,

atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini

merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya.

Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai

macam bentuk.

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan

dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak

hanya dikenai oleh satu stimulus saja oleh keadaan sekitarnya. Namun tidak semua

stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan

dipersepsi atau mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian


(28)

11 (PBL) diharapkan siswa memiliki persepsi yang positif terhadap masalah-masalah

serta cara penyelesainnya berkenaan dengan perwujudan nilai-nilai gotong royong.

2.1.1.4 Indikator Persepsi

Menurut Hamka (2002: 101-106), indikator persepsi ada dua macam, yaitu

1. Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui

indera, masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses

analisis, diklasifikasi dan diorganisir dengan pengalaman–pengalaman individu yang telah dimiliki sebelumnya. Karena itu penyerapan itu bersifat

individual berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang diserap sama.

2. Mengerti atau memahami, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil

proses klasifikasi dan organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis.

Hasil analisis berupa pengertian atau pemahaman. Pengertian atau

pemahaman tersebut juga bersifat subjektif, berbeda -beda bagi setiap

individu.

Peneliti menggunakan indikator persepsi menurut pendapat Hamka (2002:

101-106). Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator persepsi memuat dua

macam yaitu menyerap dan mengerti. Selanjutnya indikator-indikator persepsi

tersebut sanat berguna untuk mengembangkan instrumen persepsi pembelajaran

PKn.

2.1.2 Sikap

Menurut Allport (dalam Maeinarno dan Sarwono, 2009) sikap merupakan

kesiapan mental yang mana berlangsung pada diri seseorang bersama dengan


(29)

12 berbagai objek dan situasi. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan

seseorang untuk bertingkah laku tertentu apabila ia menghadapi rangsangan

tertentu.

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai

objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan

memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku

dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2000). Sikap adalah evaluasi terhadap

objek, isu atau orang. Sikap didasarkan pada informasi afektif, behavioral, dan

kognitif (Taylor dkk, 2009)

Berdasarkan definisi sikap di atas penelitian ini mengacu pada definisi sikap

menurut Walgito (2000) sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan sesorang

mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan

tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau

berperilaku dalam cara yangtertenti yag dipilihnya.

2.1.2.1 Indikator Sikap

Menurut Azwar (2007) dalam sikap terdapat indikator yang


(30)

13 1. Indikator kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,

pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang

mempersepsikan terhadap objek.

2. Indikator afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang

atau tidak senang terhadap objek sikap.

3. Indikator konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.

Alasan peneliti menggunakan pendapat Azwar yang membentuk struktur

sikap dengan tiga indikator yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Terkait dari

indikator tersebut terdapat sikap yang positif (favorable) dan sikap yang negatif

(unfavorable) dalam penyusunan kuesioner.

2.1.3 Problem Based Learning (PBL)

Dewey (dalam Rusmono, 2012: 74) menyatakan bahwa sekolah merupakan

laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata, karena setiap siswa

memiliki kebutuhan untuk menyelidiki mereka dan membangun secara pribadi

pengetahuanya. Melalui proses ini Sanjaya (dalam Rusmono 2012: 74) menyatakan

bahwa sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh, baik pada aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik, artinya siswa memiliki kebebasan dalam

menyelesaikan program pembelajaran. Selain itu pembelajaran berbasis masalah

menurut Arends (dalam Trianto, 2009: 92) yaitu pendekatan pembelajaran yang

dimana siswa menyelesaikan permasalahan nyata untuk dapat menyusun

pengetahuan, mengembangkan ketrampilan inquiri, berpikir tingkat tinggi,


(31)

14 Berdasarkan pengertian para ahli tentang model Pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) di atas dapat disimpulkan bahwa PBL adalah model

pembelajaran dimana siswa menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata untuk

dapat menyusun pengetahuan, mengembangkan ketrampilan inquiri berpikir

tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

1. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Ciri yang paling utama dari model pembelajaran Probolem Based Learning

(PBL) yaitu dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya. Berbagai

pegembangan pengajaran berdasarkaan masalah telah memberikan model

pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

Pengajuan pertanyaan atau masalah

1. Autentik, yaitu masalah yang berakar pada kehidupan dunia nyata siswa

daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

2. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan

masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.

3. Mudah dipahami, yaitu maslah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa

dan disesuaikan dnegan tingkat perkembangan siswa.

4. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus

mencakup seluruh amteri pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu,

ruang, dan sumber yang tersedia.

5. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah


(32)

15 2.1.4 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) selalu ada sejak siswa duduk di bangku

Sekolah Dasar. Menurut Sumiati (2008), Pendidikan Kewarganegaraan adalah

usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar masa yang akan datng menjadi patriot

pembela bangsa dan Negara. Pendidikan memiliki beberapa misi penting, yaitu

sebagai berikut : PKn sebagai pendidikan politik, PKn sebagai pendidikan nilai,

PKn sebagai pendidikan nasionalisme, PKn sebagai pendidikan hukum, PKn

sebagai pendidikan multukultural, PKn sebagai pendidikan resolusi konflik.

Kesadaran akan nilai adalah suatu kesadaran akan nilai itu sendiri yang terkandung

dalam materi yang diajarkan, sehingga kesadaran akan norma akan mengarah pada

nilai tersebut. Menurut Wahana (2004), kesadaran akan sikap yang sesuai dengan

nilai maka tindakan tersebut yang akan mewujudkan nilai. Pkn sebagai pendidikan

nilai dimaksudkan bahwa melalui Pelajaran PKn di harapkan dapat menyadarkan

siswa akan nilai, norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara pada siswa,

selain itu PKn juga di harapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan nilai

kebangsaan atau nasionalisme siswa, sehingga siswa lebih mencintai dan rela

berkorban untuk bangsa dan negaranya. Siswa seharusnya menyadari pentingnya

nilai sehingga tertarik untuk mewujudkan nilai – nilai yang terkandung dalam mata pelajaran PKn. Peserta didik harus mengetahui cara – cara dalam menghadapi masalah yang ada di lingkungan sekitar. PKn termasuk salah satu mata pelajaran

yang sangat penting, karena PKn di ajarkan di semua jenjang pendidikan.

Subagya, 2008 : 4 menyatakan bahwa subtansi kajian Pendidikan


(33)

16 kewajiban waraga negara, (4) bela negara, (5) dekomkasi, (6) wawasan nusantara,

(7) ketahanan nasional, (8) politik strategi nasional. Menurut Ariyani dan Susantim

(2010:18) kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada

pembentukkan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,

usia, dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil,

dan berkarakter.

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk menjadikan

siswa mampu berkembang menjadi pribadi yang cerdas, dan menggunakan

kecerdasaannya tersebut untuk memajukan diri sendiri dan lingkungan. Pendidikan

kewarganegaraan yang berhasil diterapkan akan mampu untuk mengembangkan

sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dalam diri siswa. Menurut Sumiati

(2008), mengemukakan bahwa tujuan PKn di Indonesia akan tercapai yaitu dengan

menanamkan konsep dan nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik tolak untuk

menumbuhkan warga negara yang baik.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu pendidikan yang memfokuskan

pada pendidikan nilai dan moral serta pembentukkan jati diri dan cinta tanah air

untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter.

2.1.5 Materi Kelas II Membiasakan Hidup Bergotong Royong 2.1.5.1 Gotong Royong

Made (1996:53) mendefinisikan gotong royong sebagai bentuk kerjasama


(34)

17 ketentuan sosial dalam masyarakat. Gotong royong sebagai tindakan bekerja sama

antara banyak orang yang rukun berkumpul untuk mengerjakan suatu keperluan

yang besar yang biasanya tidak dapat dilakukan oleh satu orang

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa gotong royong adalah

kegiatan bekerjasama antara individu, untuk menyelesaikan suatu pekerjaan secara

bersama-sama.

2.1.5.2 Hidup Rukun

Adalah sikap tolong-menolong, bekerja sama dalam masyarakat dan

berbangsa dalam kehidupan setiap harinya. Sehingga terwujud kehidupan yang

berdampingan secara harmonis. Hidup rukun adalah keadaaan masyarakat yang

hidup bersama secara selaras, serasi, seimbang sehingga terjalin sikap hidup

tolong-menolong antar sesama manusia. Hidup rukun bertujuan untuk menciptakan

ketentraman dan kedamaian dalam bermasyarakat.

2.1.5.3 Saling Berbagi

Manusia tidak bisa hidup sendirian kita hidup bersama orang lain karena itu

kita harus saling berbagi juga saling bekerja sama. Perbedaan jenis kelamin suku

dan agama tidak menjadi penghalang untuk berbagi pekerjaan atau tugas dengan

berbagi bersama keluarga teman dan tetangga hidup akan terasa lebih ringan.

2.1.5.4 Tolong Menolong

Menolong artinya membantu orang yang mengalami kesulitan. Tolong


(35)

18 banyak teman. Tolong menolong dapat dilakukan di rumah juga di sekolah serta di

masyarakat.

2.2 Penelitian-penelitian yang Relevan

Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa hasil penelitian dari beberapa

orang sebelumnya yang relevan dalam masalah yang diteliti:

1. Penelitian dilakukan oleh Kuncoroningsih (2013) yang berjudul “hubungan antara sikap siswa dalam pembelajaran matematika dengan prestasi belajar pada

siswa kelas VIII smp negri 2 pabelan tahun 2012/2013”. Sikap siswa dalam pembelajaran matematika bermacam-macam, ada siswa yang menunjukan sikap

positif dengan cara memperhatikan dan tenang dalam proses pembelajaran, namun

ada juga siswa yang menunjukan sikap negatif dengan mengobrol sendiri dan tidak

memperhatikan penjelasan guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya

hubungan yang signifikan antara sikap siswa dalam pembelajaran matematika

dengan prestasi belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kolerasional.

Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negri 2 Pabelan yang

berjumlah 167 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan cluster

sampling. Berdasarkan teknik cluster sampling diperoleh dua kelas yang digunakan

sebagai sampel, yaitu kelas VIII A dan VIII B yang berjumlah 70 siswa.

Pengambilan data dilakukan dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi

skala sikap dalam pembelajaran matematika. Data prestasi belajar diambil

berdasarkan nilai raport tes tengah semester 2. Uji kolerasi pearson product moment

digunakan untuk mengetahui hubungan antara sikap dalam pembelajaran

matematika dengan prestasi belajar. Berdasarkan uji kolerasi diperoleh nilai


(36)

19 itu nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel (0,268>0,235) artinya ada hubungan positif

antara sikap siswa dalam pemebelajaran matematika terhadap prestasi belajar

namun dalam ketgori rendah. Hal ini menunjukan bahwa sikap siswa dalam

pembelajaran matematika memberikan sumbangan sebesar 7,2% terhadap tinggi

rendahnya prestasi belajar sedangkan 92,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar

sikap.

2. Chairunisa (2011) meneliti tentang persepsi siswa terhadap metode pembelajaran

guru dan hasil belajar bahasa indonesia di smk al-hidayah ciputat. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa terhadap metode

pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat.

Masalah terfokus pada persepsi siswa mengenai metode pembelajaran guru pada

saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, serta proses pembelajaran yang efektif

dengan hasil belajar siswa yang didapat. Penelitian ini dilakukan di SMK

Al-Hidayah Ciputat. Populasi penelitian adalah siswa kelas X dan XI SMK Al-Al-Hidayah

Ciputat yang berjumlah 308 siswa. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel

sebanyak 10% dari populasi yang ada, dengan demikian sampelnya berjumlah 30

siswa dengan 20 item pertanyaan dan meminta hsil belajar bahasa Indonesia siswa

dari nilai raport semester ganjil dan genap.metode penelitian menggunakan metode

analisis deskriptif dan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini penulis

menggunakan rumus product moment, yaitu dengan membandingan nilai persepsi

siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia sebagai variabel X dan

hasil belajar bahasa Indonesia siswa sebagai variabel Y. Dari hasil perhitungan

dengan menggunakan rumus product moment diperoleh hasil sebesar 0,25 yang


(37)

20 diketahui bahwa konstribusi metode pembelajaran guru terhadap hasil belajar siswa

di SMK Al-Hidayah Ciputat hanya 6,3% sedangagkan 93,7% dipengaruhi oleh

faktor yang lain. Dengan hasil rhitung lebih besar dari nilai rtabel maka hasilnya tidak

ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran

guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat. Meskipun

hasilnya menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan, penulis memberikan

saran bagi guru agar senantiasa meningkatkan cara mengajar dengan metode

pembelajaran yang efektif supaya siswa dapat pemahaman belajar dengan baik.

3. Zulirfan, dkk. (2012) berjudul persepsi terhadap pembelajaran dan performasi

guru ipa fisika smp negri kota pekanbaru. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui persepsi mahasiswa terhadap pelajaran dan performan guru IPA (fisika)

di SMP Negri kota Pekanbaru, pengumpulan data penelitian menggunakan angket

persepsi terhadap pelajaran IPA fisika dan performansi guru IPA (fisika) sebanyak

342 siswa. Kedua instrumen ini telah memenuhi syarat valid dan reliabel dengan

uji validitas angket menggunakan kolerasi produk moment dan reliabilitas

menggunakan alpha Cronbach. Analisis deskriptif terhadap data penelitian

memperlihatkan 75,8% siswa mempunyai persepsi positif dan sangat positif

terhasap IPA dlam kehidupan sehari-hari, 83,9% terhadap IPA dan teknologi,

85,3% terhadap pengaruh IPA pada pelajaran lainya. hanya sebagian kecil siswa

yang memberikan persepsi tersebut. Sementara itu, 45,53% siswa menyatakan

bahwa performansi guru IPA fisika mereka berada pada kategori sanat tinggi,

47,95% berada pada kategori tinggi dan 6,51% berada pada kategori rendah dan

sangat rendah. Hasil ini menunjukan bahwa siswa SMP Negri kota Pekanbaru


(38)

21 Dari ketiga hasil penelitian relevan diatas dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kuncoroningsih, Chairunissa, dan Zulirfan. Penelitian relevan tersebut memiliki

variabel sikap siswa dalam pembelajaran, persepsi terhadap hasil belajar, dan

persepsi terhadap mata pelajaran. Perbedaan penelitian relevan pada variabel sikap

siswa dalam pembelajaran yang dilakukan oleh Kuncoroningsih adalah

pembelajaran matematika. Perbedaan penelitian relevan pada variabel persepsi

siswa dilakukan oleh Chairunissa adalah persepsi terhadap metode pembelajaran

dan perbedaan penelitian relevan oleh Zulirfan pada variabel persepsi terhadap

pembelajaran. Peneliti ini mengembangkan sebuah penelitian baru tentang

hubungan persepsi siswa terhadap pembelajaran dengan sikap siswa kelas II pada

mata pelajaran PKn di SDN Tlacap.

persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru hasil belajar bahasa indonesia di smk

al-hidayah ciputat

persepsi terhadap pembelajaran dan performansi guru ipa fisika

smp negri kota pekanbaru.

hubungan antara sikap siswa dalam pembelajaran matematika dengan prestasi belajar pada siswa kelas VIII

smp negri 2 pabelan tahun 2012/2013


(39)

22 Gambar 1 Literatur Map

Berdasarkan Literatur Map yang dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian baru mengenai hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II

pada mata pelajaran PKn di SD N Tlacap.

2.3 Kerangka Berpikir

Tujuan PKn untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia,

sehingga memiliki wawasan, sikap dan ketrampilan kewarganegaraan yang

memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan

bertanggungjawab dalam berbagai kehidupan masyarakat, berbangsa dan

bernegara. Pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan baik apabila guru dalam

mengajar tidak hanya menggunakan model ceramah dan terpaku pada satu sumber Penelitian yang dilakukan:

Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di


(40)

23 saja tetapi menerapkan pembelajaran yang menghadapkan pada masalah-masalah

yang dihadapi oleh siswa.

Persepsi yang terbentuk di dalam diri siswa akan berpengaruh pada sikap siswa.

Ketika siswa memiliki persepsi yang positif pada mata pelajaran PKn, maka siswa

tersebut akan memiliki sikap yang positif pula. Sikap tersebut dapat terlihat ketika

siswa antusias mengikuti pembelajaran di kelas, siswa berdiskusi dengan teman dan

memperhatikan saat proses pembelajaran.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran

dimana siswa menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata untuk dapat

menyusun pengetahuan, ketrampilan, dan mengembangkan kemandirian. Dalam

prosesnya, peserta didik diberikan permasalahan terlebih dahulu sehingga siswa

dapat menemukan hipotesis yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa dapat menemukan

pengetahuan karena semua kegiatan berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai

fasilitator saja.

Pelajaran PKn di SD N Tlacap ketika menggunakan model pembelajaran

problem based learning (PBL) yang mengakibatkan persepsi dan sikap siswa akan

kebiasaan hidup bergotong royong menjadi lebih baik.

Pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) ini juga

diharapkan dapat membuat siswa memiliki persepsi dan sikap yang positif dalam

memecahkan masalah dalam kelompok. Siswa akan saling berkomunikasi dan

bertukar pikiran dengan teman. Pelajaran PKn berpengaruh pada persepsi, maka

dengan demikian karena persepsi memuat aspek kognitif, afektif, dan konatif


(41)

24 diharapkan juga bahwa pelajaran yang akan dijalankan akan membentuk persepsi

dan sikap siswa yang baik.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir

maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitin, yaitu:

1. Terdapat hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SDN Tlacap.

BAB III

METODE PENELITIAN

BAB III membahas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Dalam metode penelitian membahas mengenai jenis penelitian yang digunakan,

setting penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen

penelitian, teknik pengujian instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik


(42)

25 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode survei. Singarimbun (1989) menyatakan metode survei ialah penelitian dengan data yang

dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi. Ini berbeda dengan

sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Dengan demikian,

penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Penelitian ini

bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait hubungan persepsi dan sikap

siswa pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tlacap.

3.2 Setting Penelitian

Dalam Setting penelitian ini berisikan tempat penelitian, subjek penelitian,

objek penelitian, dan waktu penelitian. Hal-hal tersebut akan peneliti jelaskan

sebagai berikut:

3.2.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tlacap pada semester gasal tahun

pelajaran 2016/2017. SDN Tlacap beralamat di Tlacap, Pandowoharjo, Sleman,

Yogyakarta.


(43)

26 Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IIA SDN Tlacap tahun ajaran

2016/2017 dengan jumlah 23 siswa dimana terdiri dari 14 siswa putra dan 9 siswa

putri.

3.2.3 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran

PKn kelas IIA semester gasl tentang gotong royong.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

Adapun penelitian dilakukan pada bulan agustus 2016 sampai dengan November

2016, dengan tahapan sesuai dengan tabel berikut ini :

Tabel 1 Jadwal Penelitian

Jenis Kegiatan Waktu pelaksanaan

Agt Sept Okt Nov Des Jan

1 Observasi Awal, Bab 1 dan Kuesioner

2 Bab 2 dan Bab 3

3 Ambil Data dan Analisis Data

4 Bab IV

5 Bab V

6 Revisi dan Daftar Ujian 7 Pengujian Skripsi 3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2010:297), mengemukakan bahwa sampel adalah

sebagian dari populasi tertentu. Peneliti mengambil subyek penelitian siswa di SDN

Tlacap dengan populasi siswa kelas II SD Tlacap. Sampel yang digunakan yaitu


(44)

27 digunakan pada penelitian ini adalah convenience sampling. Tidak ada pengundian

dalam menentukan kelas yang digunakan untuk penelitian.

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.Variabel

yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:

3.4.1 Variabel Independen (bebas)

Sugiyono (2010:61) mengatakan, variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen

(terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu persepsi siswa.

3.4.2 Variabel dependen (terikat)

Sugiyono (2010:61) mengemukakan bahwa variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, kerena adanya variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap siswa terhadap mata pelajaran

PKn.

3.4.3 Variabel Moderator

Variabel Moderator menurut Sugiyono (2012: 62) adalah variabel yang

mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Variabel moderator dalam penelitian ini


(45)

28

Variabel independen Variabel dependen

Variabel Moderator

Gambar 2 Variabel Independen, Variabel Dependen, Variabel Moderator 3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Kuesioner

Teknik pengumpulan penelitian ini menggunakan kuesioner. Menurut

Sugiono (2010:199) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan memberi seperangkat pernyataan dan pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arikunto (2009:

102), kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain

dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberi respon sesuai

dengan permintaan pengguna. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner

digunakan sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

Pada penelitian ini kami menggunakan dua kuesioner, yaitu kuesioner

persepsi dan kuesioner sikap. Kuesioner persepsi terdiri dari tiga indikator yang

kemudian dijabarkan menjadi 38 pernyataan, sedangkan kuesioner sikap terdiri dari

3 indikator yang dijabarkan mejadi 34 pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut

terdiri dari favorabel dan unfavorabel.

Persepsi siswa Sikap siswa

Problem Based Learning (PBL)


(46)

29 3.5.2 Observasi

Teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara

langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan

(Riduwan, 2004: 104). Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan observasi di kelas

untuk melakukan pengamatan keadaan kelas IIA saat mengikuti pembelajaran.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku, bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari sesorang (Sugiyono, 2008: 340).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rekaman suara mengenai beberapa

siswa yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan supaya data yang diperoleh melalui

rekaman suara dapat dipercaya dan mendukung informasi yang dibutuhkan peneliti.

Hasil observasi dan pengamatan akan lebih dipercaya apabila didukung dengan

adanya dokumentasi.

3.6 Intrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:148) instrumen penelitian merupakan alat ukur

dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

persepsi dan sikap siswa. Menurut Sugiyono (2010:199) Kuesioner merupakan alat

pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Menurut Sukardi (2003:76) kuesioner atau yang disebut angket terdapat

bermacam-macam pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian

yang hendak dipecahkan, disusun dan disebarkan ke responden untuk memperoleh


(47)

30 Kuesioner persepsi siswa terhadap model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) terdapat 3 indikator ( no 1 sampai dengan nomor 3), dan kuesioner

tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn terdapat 3 indikator ( no 4 sampai

dengan nomor 6). Indikator tentang persepsi siswa terhadap model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) di peroleh dari Faturohman (2015), sedangkan

indikator tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn terdapat 3 indikator

diambil dari Azwar (2007).

Berikut ini adalah tabel persepsi siswa terhadap model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn.

Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner No Kisi-kisi Indikator Pembagian

Indikator

Pernyataan

Farvorabel Unfarvorabel 1 Persepsi Presepsi tentang

materi, media, dan sarana pelajaran dalam Pelajaran PKn

Menyerap 1,2,3 8,9,10

Mengerti 4,5,6,7 11,12,13,14

2 Persepsi tentang

langkah-langkah pelajaran dalam Pelajaran PKn

Menyerap 15, 16 20, 21

Mengerti 17, 18, 19 22, 23, 24

3 Persepsi tentang

interaksi dalam Pelajaran PKn

Menyerap 25, 26 30, 31, 32 Mengerti 27, 28, 29 33, 34, 38 4 Sikap

siswa terhadap mata pelajaran PKn Sikap sebelum mengikuti pelajaran

Kognitif 1, 2 7, 8

Afektif 3, 4 9, 10

Konatif 5, 6 11, 12

5 Sikap saat

mengikuti Pelajaran

Kognitif 13, 14 19, 20

Afektif 15, 16 21, 22 Konatif 17, 18 23, 24


(48)

31 Sikap setelah

mengikuti pelajaran

Afektif 27, 28 33, 34, 35 Konatif 29, 30 36, 37, 38

Dari keenam indikator persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn

kemudian dirinci kedalam beberapa pernyataan atau deskriptor yang disusun oleh

peneliti dengan peneliti lain yang melakukan penelitian payung yang dibimbing

oleh dosen pembimbing. Deskriptor diambil dari buku-buku PKn kelas II dengan

materi gotong royong. Indikator dalam kuesioner ini dijabarkan kedalam 66

deskriptor. Deskriptor ini terdiri dari pernyataan farvorabel dan unfarvorabel.

Menurut Sugiyono (2010:134) Kuesioner ini disusun berdasarkan Skala

Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert disusun

dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan suatu tingkatan. Terdapat empat jawaban yaitu “Sangat Sesuai (SS)”, “Sesuai (S)”, “Tidak Sesuai (TS)”, “Sangat Tidak Sesuai (STS)”. Berikut ini skor untuk pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.

1) Pernyataan favorable, dengan pilihan jawaban dan skor:

a) Sangat Sesuai (SS) : skor 5

b) Sesuai (S) : skor 4

c) Tidak memiliki pendapat : skor 3

d) Tidak Sesuai (TS) : skor 2

e) Sangat Tidak Sesuai : skor 1


(49)

32 a) Sangat Sesuai (SS) : skor 1

b) Sesuai (S) : skor 2

c) Tidak memiliki pendapat : skor 3

d) Tidak Sesuai (TS) : skor 4

e) Sangat Tidak Sesuai : skor 5

Kemudian skala Likert ini di modifikasi. Peneliti membuat empat

skor dalam tiap-tiap alternatif jawaban. Hal ini dilakukan karena untuk

menghindari jawaban dari responden memilih jawaban yang tidak

mempunyai pendapat. Jadi kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

berstruktur atau tertutup. Kuesioner berstruktur adalah kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk

pertanyaan-pertanyaan tersebut (Farchan, 2007). Cara megisi kuesioner ini yaitu responden hanya perlu memberikan tanda centang (√) pada kolom sesuai dengan pilihannya.

Pernyataan farvorable, dengan pilihan jawaban dan skor:

a. Sanggat Sesuai (SS) : Skor 5

b. Sesuai (S) : Skor 4

c. Tidak Sesuai (TS) : Skor 2

d. Sanggat Tidak Sesuai (STS) : Skor 1

Pernyataan unfarvorable, dengan pilihan jawaban dan skor:

a. Sanggat Setuju (SS) : Skor 1

b. Setuju (S) : Skor 2

c. Tidak Setuju (TS) : Skor 4


(50)

33 Berdasarkan group discussion, peneliti menggunakan tiga indikator sikap

yaitu: sikap sebelum mengikuti pembelajaran, sikap saat mengikuti pembelajaran,

dan sikap setelah mengikuti pembelajaran, tetapi di dalamnya tetap menggunakan

indikator menurut Walgito (2003) yaitu kognitif, afektif, dan konatif.

Berikut ini adalah kisi-kisi dari kuesioner yang akan disebarkan kepada

responden:

Tabel 3 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner Persepsi Siswa

1. Persepsi tentang materi, media, dan sarana prasarana dalam Pelajaran PKn

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1

Menyerap

Saya menerima

penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

Saya mengabaikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

2 Setelah mengamati

media yang digunakan saya bertanya jika ada informasi yang belum jelas

Saya tidak mengamati media yang digunakan dalam mata pelajaran PKn

3 Materi dalam mata

pelajaran PKn mudah dipahami

Materi dalam mata pelajaran PKn sukar dipahami

4

Mengerti

Media pembelajaran dapat membuat tugas saya cepat selesai

Media pembelajaran membuat tugas saya selesai dalam waktu yang lama

5 Saya menggunakan

media pembelajaran yang telah disediakan

untuk mencari

informasi yang dibutuhkan

Penggunaan media pembelajaran

menghambat saya

untuk mencari

informasi yang dibutuhkan


(51)

34 No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan

Unfavorabel 1

Menyerap

Saya mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

Saya lupa dengan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

2 Saya mampu membuat

kesimpulan dari Pelajaran PKn

Saya kesulitan membuat kesimpulan dari Pelajaran PKn

3 Saya menyampaikan

hasil pembelajaran yang didapatkan di depan kelas

Saya menolak untuk menyampaikan hasil pembelajaran yang didapatkan di depan kelas

4

Mengerti

Saya mencoba

menemukan manfaat Pelajaran PKn

Saya merasa kesulitan menemukan manfaat Pelajaran PKn

5 Saya memiliki rasa

tanggung jawab dalam melakukan tugas kelompok

Saya menolak untuk melakukan tugas kelompok

6 Saya bisa menemukan

inti pembelajaran sendiri

Saya merasa sukar menemukan inti pembelajaran

3. Persepsi tentang interaksi dalam Pelajaran PKn

No. Indikator Pernyataan Favorebel Pernyataan Unfavorebel 1.

Menyerap

Saya dapat

mengembangkan

pengetahuan yang didapatkan kepada teman

Saya mengalami

hambatan dalam

mengembangkan pengetahuan yang didapat

2. Saya menyadari

pentingnya bekerja sama

dalam mencari

pengetahuan

Saya memilih bekerja sendiri daripada bekerja sama dengan teman saat berdiskusi


(52)

35

3. Saya dapat membantu

teman dengan cara mengajarkan tentang penggunaan media pembelajaran

Saya mengajarkan kepada teman tanpa menggunakan media pembelajaran

4. Saya dapat bekerjasama

dengan kelompok untuk memecahkan

permasalahan dalam belajar

Saya malas

bekerjasama dengan

kelompok untuk

memecahkan

permasalahan dalam belajar

5. Saya senang dapat

berinteraksi dengan teman sekelompok

Saya sungkan

berinteraksi dengan teman sekelompok

6. Mengerti Saya dapat membantu

teman yang kesulitan dalam belajar

Saya menjauhi teman yang kesulitan dalam belajar

7. Saya dapat bekerja

kelompok bersama teman

Saya mengalami

kesulitan dalam bekerja kelompok bersama teman

8. Saya ikut terlibat dalam

diskusi saat

pembelajaran

Saya hanya mengikuti pendapat teman dalam

diskusi saat

pembelajaran

Tabel 4 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Sikap 4. Sikap sebelum mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel

1 Kognitif

Saya memperhatikan terhadap mata pelajaran PKn.

Saya malas memperhatikan mata pelajaran PKn.


(53)

36 2

Saya segera memberikan perhatian terhadap mata pelajaran PKn.

Saya kurang memberikan perhatian terhadap mata pelajaran PKn.

3

Afektif

Saya tertarik mengikuti pelajaran PKn.

Saya malas mengikuti pelajaran PKn.

4 Saya rajin masuk sekolah

saat akan belajar PKn.

Saya bolos sekolah saat akan belajar PKn.

5 Saya senang saat akan

belajar PKn.

Saya tidak senang saat akan belajar PKn.

6

Konatif

Saya aktif menyiapkan buku PKn

Saya tidak menyiapkan buku PKn

7

Saya perlu perisapan

dalam mengikuti

pelajaran PKn.

Saya tidak perlu perisapan dalam mengikuti pelajaran PKn.

5. Sikap saat mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel

1

Kognitif

Mata Pelajaran PKn

membuat ilmu

pengetahuan saya berkembang.

Mata pelajaran PKn tidak berpengaruh bagi kehidupan saya.

2

Saya mendapatkan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn.

Saya tidak mendapatkan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn.

3

Afektif

Saya bersemangat dalam mengikuti Pelajaran PKn.

Saya kesulitan dalam mengikuti Pelajaran PKn.

4 Bagi saya Pelajaran PKn

itu menyenangkan.

Bagi saya Pelajaran PKn itu sulit.

5 Konatif

Saya mendengarkan dengan sungguh-sungguh saat belajar mata pelajaran PKn.

Saya mendengarkan dengan tidak sungguh-sungguh saat belajar mata pelajaran PKn.


(54)

37 No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel

1 Kognitif

Saya dapat menggunakan pengetahuan yang didapatkan dalam kegiatan sehari-hari.

Saya dapat menggunakan

pengetahuan yang

didapatkan terbatas di lingkungan rumah.

2

Afektif

Saya memberikan contoh sikap tindakan setelah mempelajari ilmu pengetahuan.

Saya kesulitan memberikan contoh sikap tindakan setelah mempelajari ilmu pengetahuan.

3

Saya mengetahui sikap apa yang ingin saya kembangkan setelah mengikuti pembelajaran.

Saya tidak mengetahui sikap yang ingin dikembangkan

setelah mengikuti

pembelajaran.

4

Konatif

Setelah mendapatkan pengetahuan, saya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah mendapatkan pengetahuan, saya tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

5

Saya berperilaku baik setelah mempelajari Pelajaran PKn.

Saya mengalami hambatan mengembangkan perilaku setelah mempelajari Pkn.

Tabel 5 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Persepsi dan Sikap

Indikator Indiaktor Ahli Pernyataan farvorable Pernyataan unfarvorable Jumlah pernyataan farvorable Jumlah pernyataan unfarvorabl e Total Persepsi tentang materi, media, dan sarana pelajaran dalam Pelajaran PKn

Menyerap 1, 2, 3 8, 9, 10,

7 7 14

Mengerti 4, 5, 6, 7 11, 12, 13, 14 Persepsi tentang langkah-langkah pelajaran

Menyerap 15, 16 20, 21

5 5 10


(55)

38 dalam Pelajaran PKn Persepsi tentang interaksi dalam Pelajaran PKn

Menyerap 25, 26 30, 31, 32

5 5 10

Mengerti 27, 28, 29 33, 34, 38

Tabel 6 sebaran Item Uji Coba Kuesioner Sikap Siswa

Indikator Indikator Ahli Pernyataan farvorable Pernyataan unfarvorable Jumlah pernyataan farvorable Jumlah pernyataan unfarvorable Total Sikap siswa sebelum pembelajaran

Kognitif 1, 2 7, 8

6 6 12

Afektif 3 ,4 9, 10

Konatif 5, 6 11, 12

Sikap siswa saat

pembelajaran

Kognitif 13, 14 19, 20,

6 6 12

Afektif 15, 16 21,22 Konatif 17, 18 23, 24

Sikap siswa setelah pembelajaran

Kognitif 25, 26 31, 32

6 8 14

Afektif 27, 28 33, 34, 35 Konatif 29, 30 36, 37, 38

3.7 Teknik Pengujian Instrumen

Teknik yang digunakan untuk menguji instrumen ini adalah teknik validitas

dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan untuk menguji

kevalidan dan kereliabilitasan suatu instrumen penelitian. Berikut ini penjelasan

mengenai validitas dan reliabilitas pada penelitian ini.


(56)

39 Menurut Sugiyono (2015:176) validitas dibagi menjadi dua validitas internal /

rasional dan validitas eksternal / empiris. Validitas internal terbagi menjadi dua

yaitu validitas konstruk dan validitas isi.

Menurut Sugiyono (2014: 176) penelitian yang mempunyai validasi internal,

bila ada data dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang

digunakan. Validitas internal instrumen yang berupa test harus memenuhi

constructs validity (validasi konstrak) dan content validity (validasi isi). Untuk

instrumen nontes yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas

konstuksi (contructs). Hadi (1986) (dalam Sugiyono 2015:176) menyamakan

constructs validity sama dengan validity by definition. Instrumen yang mempunyai

validitas konstruksi, jika instrumen tersebut digunakan untuk mengukur gejala

sesuai dengan didefinisikan. Pada penelitian ini peneliti akan meneliti tentang

hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SDN Tlacap

maka, peneliti akan menggunakan validasi internal yaitu validasi konstrak

(constructs validity).

1. Validitas Isi (Content Validity)

Widoyoko (2009:129) menyatakan bahwa validitas isi merupakan

instrumen yang berbentuk kuesioner untuk mengukur hasil belajar dalam aspek

kecakapan akademik. Untuk mengetahui sejauh mana item-item di dalam tes

mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur.

Validasi dalam penelitian ini dilakukan melalui expert judgement. Expert

Judgement adalah dilakukan oleh tiga ahli yaitu dua dosen ahli pengembangan

alat ukur non tes dan satu guru kelas. Berikut adalah hasil validasi instrumen


(57)

40 Berikut adalah tabel hasil pengujian validitas isi:

Tabel 7 Expert Judgement

No Komponen Penelitian Expert Judgement Rerata

Skor Dosen

I

Dosen II

Guru SD

Total

1 Kejelasan rumusan 3 4 4 11

2 Kelengkapan cakupan rumusan indikator

4 4 3 11

3 Kesesuaian dengan buku yang digunakan

4 3 3 10

4 Kesesuaian dengan indikator yang ingin dicapai

4 3 3 10

5 Kesesuaian dengan karakter peserta didik

3 3 3 9

6 Keruntutan dan sistematika isi instrumen

3 4 3 10

7 Kesesuaian isi instrumen dengan buku yang digunakan

4 4 3 11

8 Mencantummkan referensi buku dalam instrumen

3 3 4 10

9 Ketepatan ejaan 4 4 4 12

10 Ketepatan pilihan kata 3 4 4 11

11 Kebakuan struktur kalimat 3 3 3 9

12 Kebakuan bentuk huruf 4 3 4 11

Total Skor 125

Rata-rata 86,8


(58)

41 Gambar 3 Rumus Menghitung rata-rata expert judgement

Berdasarkan hasil validasi pada tabel 12 di atas dapat disimpulkan bahwa

rerata skor 86,8 menunjukan bahwa instrumen penelitian tersebut layak digunakan

dengan perbaikan. Hal tersebut didasarkan pada rentang skor yang sebelumnya

telah dibuat sebagai berikut:

Tabel 8 Rentang skor

Kategori Rentang Nilai

Layak tidak perlu perbaikan 100

Layak dengan perbaikan 41 – 99

Tidak Layak 1 – 40

2. Validitas Konstrak ( Construct Validaty)

Widoyoko (2009:131) menyatakan bahwa validitas konstruk mengacu pada

sejauh mana instrumen mengukur konsep dari satu teori, yaitu yang menjadi dasar

penyusunan instrumen. Definisi atau konsep yang diukur berasal dari teori yang

digunakan. Validitas konstruk dapat dilakukan melalui uji empiris. Untuk menguji


(59)

42 yang didesain dalam penelitian. Jika respon yang diperoleh dari subjek terpilih

sesuai dengan keinginan, maka instrumen tersebut sudah dapat dikatakan valid.

Kuesioner disebarkan pada siswa kelas II di enam Sekolah Dasar yaitu

SD Negeri Ngaglik, SD N 2 Sedayu, SD Sambikerep, SD N Jetis Bantul, SD N

Plaosan 1, SD Muhammadiyah Pepe Bantul dengan alasan apakah kuesioner

cocok dan mudah dipahami dan sesuai dengan materi yang diajarkan di Sekolah

Dasar. Target penelitian ini adalah masing-masing indikator minimal satu item

yang valid dan reliabel. Berikut ini adalah hasil dari uji validitas konstruk:

Tabel 9 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa

No Item r hitung r tabel Keputusan

1 Item 1 1 0,158 Tidak valid

2 Item 2 -0,034 0,158 Tidak Valid

3 Item 3 0,166 0,158 Valid

4 Item 4 0,322 0,158 Valid

5 Item 5 0,222 0,158 Valid

6 Item 6 -0,407 0,158 Valid

7 Item 7 0,182 0,158 Valid

8 Item 8 0,031 0,158 Tidak Valid

9 Item 9 0,092 0,158 Tidak Valid

10 Item 10 0,198 0,158 Valid

11 Item 11 0,553 0,158 Valid

12 Item 12 0,114 0,158 Tidak valid

13 Item 13 .-0,064 0,158 Tidak valid

14 Item 14 -0,023 0,158 Tidak Valid

15 Item 15 0,196 0,158 Valid

16 Item 16 -0,073 0,158 Tidak Valid

17 Item 17 0,078 0,158 Tidak valid

18 Item 18 0,332 0,158 Valid

19 Item 19 0,088 0,158 Tidak Valid

20 Item 20 0,345 0,158 Valid

21 Item 21 0,275 0,158 Valid

22 Item 22 0,100 0,158 Tidak valid

23 Item 23 0,325 0,158 Valid

24 Item 24 0,117 0,158 Tidak valid

25 Item 25 0,005 0,158 Tidak valid

26 Item 26 0,205 0,158 Valid

27 Item 27 -0,038 0,158 Tidak valid


(60)

43

29 Item 29 -0,058 0,158 Tidak valid

30 Item 30 0,054 0,158 Tidak valid

31 Item 31 -0,268 0,158 Valid

32 Item 32 0,168 0,158 Valid

33 Item 33 0,069 0,158 Tidak valid

34 Item 34 0,193 0,158 Valid

35 Item 35 0,485 0,158 Valid

36 Item 36 0,220 0,158 Valid

37 Item 37 0,498 0,158 Valid

38 Item 38 0,209 0,158 Valid

Dari tabel di atas, diperoleh hasil penyataan yang valid sebanyak 21 item.

Setiap indikator sudah terwakili minimal satu pernyataan untuk memenuhi

validitas. Berikut adalah tabel indikator dan pernyataan yang mewakili indikator.

Tabel 10 item yang dinyatakan valid pada setiap indikator persepsi

No Indikator Indikator

Ahli

No Item

yang Valid Jumlah

1

Persepsi tentang materi, media, dan sarana pelajaran dalam Pelajaran PKn.

Menyerap 3 , 10

7 Mengerti 4, 5, 6,

7,11 2 Persepsi tentang langkah-langkah pelajaran dalam Pelajaran PKn.

Menyerap 15, 20, 21

5 Mengerti 18, 23

3

Persepsi tentang interaksi dalam Pelajaran PKn.

Menyerap 26,28, 31,32

9 Mengerti 34, 35,36,

37, 38

Tabel 11 Hasil Uji Validitas Sikap Siswa

No Item r hitung r tabel Keputusan

1 Item 1 1 0,158 Tidak valid

2 Item 2 0,037 0,158 Tidak valid

3 Item 3 0,042 0,158 Tidak valid


(61)

44

5 Item 5 0,003 0,158 Tidak valid

6 Item 6 -0,009 0,158 Tidak valid

7 Item 7 0,148 0,158 Valid

8 Item 8 0,198 0,158 Valid

9 Item 9 0,088 0,158 Tidak valid

10 Item 10 0,184 0,158 Valid

11 Item 11 0,204 0,158 Valid

12 Item 12 0,167 0,158 Valid

13 Item 13 0,137 0,158 Tidak valid

14 Item 14 0,251 0,158 Valid

15 Item 15 -0,042 0,158 Tidak valid

16 Item 16 0,035 0,158 Tidak valid

17 Item 17 -0,043 0,158 Tidak valid

18 Item 18 0,186 0,158 Valid

19 Item 19 -0,091 0,158 Tidak valid

20 Item 20 0,072 0,158 Tidak valid

21 Item 21 0,109 0,158 Tidak valid

22 Item 22 0,106 0,158 Tidak valid

23 Item 23 0,061 0,158 Tidak valid

24 Item 24 0,097 0,158 Tidak valid

25 Item 25 0,063 0,158 Tidak valid

26 Item 26 0,088 0,158 Tidak valid

27 Item 27 0,102 0,158 Tidak valid

28 Item 28 -0,092 0,158 Tidak valid

29 Item 29 -0,071 0,158 Tidak valid

30 Item 30 -0,245 0,158 Valid

31 Item 31 0,172 0,158 Valid

32 Item 32 -0,022 0,158 Tidak valid

33 Item 33 0,004 0,158 Tidak valid

34 Item 34 0,074 0,158 Tidak valid

Dari tabel di atas, diperoleh hasil penyataan yang valid sebanyak 9 dari 34

item. Setiap indikator sudah terwakili minimal satu pernyataan untuk memenuhi

validitas. Berikut adalah tabel indikator dan pernyataan yang mewakili indikator.

Tabel 12 item yang dinyatakan valid pada setiap indikator sikap

No Indikator Indikator Ahli No Item yang Valid Jumlah

1

Sikap siswa sebelum mengikuti pelajaran

Kognitif 7,8

4

Afektif 10

Konatif 11, 12


(62)

45 Sikap siswa saat

mengikuti pelajaran

Afektif

Konatif 18

3

Sikap siswa setelah mengikuti pelajaran

Kognitif 31

2

Afektif 30

Konatif

3.7.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran

pada suatu alat ukur dapat konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau

lebih terhadap gejala yang sama (Siregar, 2014: 55). Instrumen dikatakan reliabel

jika instrumen tersebut memiliki ketepatan atau keajegan dalam menilai apa yang

seharusnya dinilai, dan instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur, sehingga peneliti jika menggunakan cara yang sama akan mendapatkan

hasil yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti menguji reabilitas secara internal

yaitu dengan mengujikan angket atau kuesioner kepada siswa kemudian data yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik belah dua (split half) yang

dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Butir-butir dari angket atau kuesioner

dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok

genap. Selanjutnya skor data tiap kelompok itu disusun sendiri dan skor butirnya

dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total. Kemudian skor total antara

kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya. Barulah koefisien korelasi ini

dimasukkan dalam rumus Spearman Brown.

Metode pengukuran reliabilitas yang sering digunakan adalah metode Alpha

Cronbach. Koefisien Alpha Crobach menunjukkan sejauh mana kekonsistenan


(63)

46 Rumusnya adalah sebagai berikut:

Gambar 4 Rumus pengukuran reliabilitas Keterangan:

rıı = reabilitas yang dicari

n = Jumlah item pertanyaan yang diuji ∑σt² = Jumlah varians skor tiap-tiap item σt² = varians total

Hasil perhitungan reliabilitas seluruh instrumen dikategorikan berdasarkan

tabel kriteria koefisien. Menurut Sugiyono (2014: 257) Pedoman untuk

memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 13 Kriteria koefisien reliabilitas

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 1,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat


(64)

47 Tabel di atas menunjukan interval koefisien reliabilitas yang digunakan

untuk mengetahui reliabilitas kuesioner pada penelitia ini. Pada interval 0,00 – 1,199 menunjukan kualifikasi sangat rendah. Pada interval 0,20 – 0,399 menunjukan kualifikasi rendah. Pada interval 0,40 – 0,599 menunjukan kualifikasi sedang. Pada interval 0,60 – 0,799 menunjukan kualifikasi Kuat. Pada interval 0,80 – 1,000 menunjukan kualifikasi Sangat Kuat.

Uji reliabilitas instrumen untuk mengetahui taraf keajegan instrumen.

Berikut tabel kualifikasi koefisien korelasi berdasarkan hasil reliabilitas persepsi

siswa terhadap mata pelajaran Pkn diperoleh hasil:

Tabel 14 Reliabilitas Persepsi Siswa Alpha Cronbach’s Kriteria

0.820 Sangat Kuat

Dari tabel diatas menunjukan nilai Alpha Cronbach’s untuk instrumen digunakan untuk persepsi siswa terhadap mata pelajaran PKn sebesar 0,820

masuk dengan kriteria sangat kuat. Sehingga instrumen yang digunakan sudah

memenuhi syarat instrumen yang valid.

Tabel 15 Reliabilitas Sikap Siswa Alpha Cronbach’s Kriteria

0,885 Sangat Kuat

Dari tabel diatas menunjukan nilai Alpha Cronbach’s untuk instrumen digunakan untuk sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn sebesar 0, 885 masuk

dengan sangat kuat. Sehingga instrumen yang digunakan sudah memenuhi syarat


(65)

48 3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan setelah data terkumpul untuk menguji

hipotesis yang diajukan. Jenis statistik yang digunakan adalah statistik inferensial.

Statistik inferensial adalah teknik analisis yang digunakan oleh peneliti untuk

menganalisis data sampel yang digunakan untuk populasi tertentu menurut

Sugiyono (2012: 201). Setelah menentukan jenis statistiknya maka akan ditentukan

statistik parametrik atau nonparametrik yang akan digunakan. Statistik parametrik

(Sugiyono, 2012: 201) digunakan untuk menguji parameter suatu populasi melalui

statistik atau menguji ukuran populasi melalui data sampel.

3.8.1 Uji Asumsi

3.8.1.1 Uji normalitas data

Uji Normalitas data dilakukan setelah data-data terkumpul. Menurut

Priyatno (2008: 28) uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah

data-data yang didapat terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini penting untuk

menentukan jenis statistik yang nanti akan digunakan untuk analisis data lebih

lanjut. Uji normalitas data dilakukan dengan statistik non parametrik yaitu

menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov test. Untuk penelitian ini kriteria yang

digunakan adalah sebagai berikut (Sarwono, 2010: 25):

a. Jika nilai sig. (2-tailed) > 0,05 maka distribusi data normal.

b. Jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05 maka distribusi data tidak normal.

3.8.1.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat kelas yang diuji memiliki


(66)

49 homogenitas ini ditujukan untuk menguji apakah beberapa kelompok memiliki

varians yang sama atau tidak (Sugiyono, 2009). Untuk keperluan penelitian,

perhitungan uji homogenitas data dilakukan dengan program komputer IBM SPSS

Statistics 16.0 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Pearson Product

Moment, dilakukan uji Levene’s Test terlebih dahulu untuk mengetahui homogenitas varians data. Suatu data dikatakan homogen apanila nilai signifikansi

pada Levene’s Test > 0,05 (atau p > 0,05) (Prayitno, 2012:49) 3.8.1.3 Uji Linearitas

Uji linearitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen bersifat linear atau garis

lurus (Nisfianoor, 2009). Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam menguji.

linesritas adalah Test For Linearity pada program komputer SPSS versi 16.0.

Untuk penelitian ini, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. jika nilai signifikansi < 0,05, maka dikatakan bahwa hubungan antara

varialabel independen dengan variabel dependen bersifat linear atau garis lurus.

2. jika nilai signifikansi > 0,05, maka dikatakan bahwa hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen tidak bersifat linear atau garis

lurus.

3.8.2 Uji Hipotesis

3.8.2.1 Korelasi: Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn

Uji hipotesis korelatif dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn. Teknik pengujian klasik


(1)

(2)

149 Lampiran 11 Foto Kegiatan Penelitian


(3)

150 Lampiran 12 Expert Judgement

Rubrik Penilaian

No Komponen Penelitian Expert Judgement Rerata Skor Dosen I Dosen II Guru SD Total

1 Kejelasan rumusan 3 4 4 11

2 Kelengkapan cakupan rumusan indikator

4 4 3 11

3 Kesesuaian dengan buku yang digunakan

4 3 3 10

4 Kesesuaian dengan indikator yang ingin dicapai

4 3 3 10

5 Kesesuaian dengan karakter peserta didik

3 3 3 9

6 Keruntutan dan sistematika isi instrumen

3 4 3 10

7 Kesesuaian isi instrumen dengan buku yang digunakan

4 4 3 11

8 Mencantummkan referensi buku dalam instrumen

3 3 4 10

9 Ketepatan ejaan 4 4 4 12

10 Ketepatan pilihan kata 3 4 4 11 11 Kebakuan struktur kalimat 3 3 3 9 12 Kebakuan bentuk huruf 4 3 4 11

Total Skor 125


(4)

151 Rumus Rata-Rata

�� �� = �� �ℎ 44 � ���

Rentang Skor

Kategori Rentang Nilai

Layak tidak perlu perbaikan 100 Layak dengan perbaikan 41 – 99


(5)

152 CURRUCULUM VITAE

Nurike Pramaning Tyas merupakan anak pertama dari pasangan Jumari dan Suwarti. Lahir di Sleman pada tanggal 27 September 1995. Pendidikan awal dimulai dari TK ABA Ngabean I tahun 2000-2001. Pendidikan dilanjutkan ke jenjang SD Muhammadiyah Ngabean I tahun 2001-2007. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMP N 2 Tempel pada tahun 2007-2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di sekolah Menengah atas di SMA N I Seyegan pada tahun 2010-2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013 hingga sekarang. Semasa menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan diantaranya: Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I, Pelatihan Pengembangan Kepribadian II, English Club, Kursus Mahir Dasar, Inisiasi Mahasiswa Keguruan, Week End Moral, Penguasaan Bahasa Inggris Aktif, peserta seminar Love Datting and Sex “Pacaran Dengan Akal Sehat”, peserta seminar Reinventing Childhood Education, peserta seminar “Free Sex: Thumbs up or Thumbs down?.


(6)

153