Hubungan persepsi dan sikap siswa kelas VB pada mata pelajaran PKn di SDN Terbansari 1 Yogyakarta

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS VB PADA MATA PELAJARAN PKn DI SDN TERBANSARI 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Archangela Gemma Galgani NIM : 131134034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ilmiah ini Penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat, perlindungan, rahmat dan anugrah dalam hidup saya.

2. Orang tua

Bernadus Riswanta Edhy & Catarina Retna Ary Untari

3. Alm. Eyang

Theresia Sri Maryatun 4. Adik

Posper Kanang Kusala 5. Dosen pembimbingku:

Drs. Paulus Wahana, M. Hum.

Elisabeth Desiana Mayasari, S. Psi., M. A.

6. Teman-teman pemberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi : Yustin, Sintha, Mira, Achun Yoga, Arifin, Ardi, Vian, Putri, Alid, Priska, Icha, Venny, Irina, Mbak Defirra, Siska, Dek Kristin & teman-teman sepayung


(5)

v MOTTO

Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya,

karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus

~Filipi 3:12TB~


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Januari 2017

Penulis


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Archangela Gemma Galgani

Nomor Mahasiswa : 131134034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS VB PADA MATAPELAJARAN PKn DI SDN TERBANSARI 1 YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya berikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini telah saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 25 Januari 2017 Yang menyatakan,


(8)

viii ABSTRAK

Hubungan Persepsi Dan Sikap Siswa Kelas VB Pada Mata Pelajaran PKn Di SDN Terbansari 1 Yogyakarta.

Archangela Gemma Galgani Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah persepsi siswa yang cukup dimana persepsi tersebut dapat mempengaruhi sikap siswa pada mata pelajaran PKn. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi dan sikap siswa kelas VB pada mata pelajaran PKn di SDN Terbansari 1 Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi dan sikap siswa kelas VB pada mata pelajaran PKn di SDN Terbansari 1 Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini menggunakan desain penelitian factorial design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SDN Terbansari 1 Yogyakarta. Sampel penelitian ini adalah kelas VB yang terdiri dari 20 siswa sebagai kelompok siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : terdapat hubungan antara persepsi dan sikap siswa kelas VB pada mata pelajaran PKn. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig (2-tailed) sebesar 0,004 (p < 0,05); Pearson correlation= 0,444” N=40. Termasuk hubungan korelasi yang sedang karena 0,444” berada pada rentang 0,40-0,559.


(9)

ix ABSTRACT

The Perception’s correlations and Attitude of VB grade on Civics Education and Citizenship in SDN Terbansari 1 Yogyakarta.

University Of Sanata Dharma Archangela Gemma Galgani

2017

The background of this research is the perception of the students quite where these perceptions can affect students ' attitudes on subjects PKn. purpose of this research is to know the relation of perception and attitude of students of class VB on subjects PKn in SDN Terbansari 1 Yogyakarta on semester gasal school year 2016/2017.

The objective of this study is to find out about the correlation between perception and attitude of VB grade students toward Civic in SDN Terbansari 1 Yogyakarta in odd semester academic year 2016/2017. this study applied a research design called as factorial design. Population of this study was all of the students in SDN Terbansari 1 Yogyakarta. The sample of this research was students from fiveth B grade with 20 students taken will be known as studen’s group.

The result of this study showed that there was correlation between perception and attude of fiveth grade students toward Civics. It could be shown with the number of sig (2-tailed) of 0,0004 (p < 0,05); Pearson Correlation = 0,444” N= 40. It is include as medium correlation because 0,444” is on the range from 0,40 to 0,559.


(10)

x PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS VB PADA MATA PELAJARAN PKn DI SDN TERBANSARI 1 YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. Paulus Wahana, M. Hum. Dosen Pembimbing I yang membimbing kami dengan penuh bijaksana dan sabar.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. Dosen Pembimbing II yang membimbing kami dengan penuh kesabaran.

6. Pas Hartin, S.Pd. Kepala Sekolah SDN Terbansari 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.

7. Ummi Kulsum, S.Pd.SD guru mitra yang telah membantu pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

8. Siswa kelas VB SDN Terbansari 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang telah bersedia terlibat dalam penelitian.


(11)

xi

9. Sekretariat PGSD Universitas sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi.

10. Ayahku Bernadus Riswanta Edhy atas segala doa dan dukungannya.

11. Ibu Catarina Retna Ary Untari yang dengan sabar dan selalu setia dalam membimbingku, menyertai perjuanganku berupa doa, kasih sayang, perhatian, nasihat, dan materi.

12. Eyangku Alm. Theresia Sri Maryatun untuk segala kasih sayang, nasihat dan doanya selama masih hidup

13. Sahabat-sahabatku Arifin, Yustin, Shinta, Ardi, Yoga, Achun, Icha, Venny, Vian, Putri, Alid, Irina, Kak Dika, Dek Kristin yang selalu mendukungku. 14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah

banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan peneliti. Segala kritik dan saran yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para pembaca.


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

HALAMAN PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Definisi Operasional... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Persepsi Siswa... 11

2.1.2 Sikap Siswa ... 14


(13)

xiii

2.1.4 Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 25

2.1.5 Materi Kelas V Peraturan Perundang-undangan Pusat Dan Daerah ... 29

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 30

2.3 Kerangka Berpikir ... 34

2.4 Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Setting Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 37

3.4 Variabel penelitian ... 38

3.5 Teknik Pengunpulan Data ... 39

3.6 Instrumen Penelitian ... 41

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 49

3.8 Teknik Analisi Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Implementasi Penelitian ... 69

4.2 Hasil Penelitian ... 75

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Keterbatasan ... 113

5.3 Saran ... 114


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 37

Tabel 3.2 Daftar Kuisioner Yang Digunakan Dalam Pretest dan Postets .. 41

Tabel 3.3 Kisi-kisi kuisioner ... 31

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Sikap Siswa Tentang Model Pembelajaran PPR ... 44

Tabel 3.5 Sebaran Uji Coba Kuesioner Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn ... 46

Tabel 3.6 Sebaran Uji Coba Kuesioner Persepsi Siswa Tentang Model Pembelajaran PPR ... 48

Tabel 3.7 Sebaran Uji Coba Kuisioner Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn ... 49

Tabel 3.8 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 52

Tabel 3.9 Hasil Uji Coba Validitas Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran PPR ... 54

Tabel 3.10 Validasi Setiap Indikator ... 55

Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn ... 55

Tabel 3.12 Validasi Setiap Indikator ... 57

Tabel 3.13 Tabel Kualifikasi Koefisien Kolerasi ... 57

Tabel 3.14 Tabel Reliabilitas Sikap Siswa Terhadap Model Pembelajaran PPR ... 57

Tabel 3.15 Tabel Reliabilitas Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn ... 58

Tabel 3.16 Tabel Kategori Koefisien Kolerasi ... 63

Tabel 3.17 Pedoman Wawancara Siswa... 67

Tabel 3.18 Pedoman Wawancara Guru... . 67

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 77

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas terhadap Sikap Siswa ... 79


(15)

xv

Tabel 4.4 Hasil uji homogenitas terhadap sikap siswa ... 82 Tabel 4.5 Hasil uji linearitas antara persepsi siswa terhadap model

pembelajaran PPR dengan sikap siswa pada mata pelajaran

PKn ... 82 Tabel 4.6 Uji Korelasi Posttest Persepsi Siswa-Posttest Sikap Siswa ... 84 Tabel 4.7 Uji Kategori Koefisien Korelasi ... 85 Tabel 4.8 Uji Perbedaan Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 86 Tabel 4.9 Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest Kelompok Sikap ... 88 Tabel 4.10 Uji Kenaikan Skor Pretest ke Posttest Persepsi Siswa ... 90 Tabel 4.11 Persentase Uji Kenaikan Skor Pretest dan Posttest Persepsi

Siswa ... 91 Tabel 4.12 Uji Kenaikan Skor Pretest ke Posttest Sikap Siswa ... 93 Tabel 4.13 Presentase Uji Kenaikan Sko Pretest dan Posttest Sikap Siswa.. 94


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif Yang Dilakukan

Oleh Guru ... 22

Gambar 2.2 Literatur Dari Penelitian Sebelumnya ... 33

Gambar3.1 Variabel Independen, Variabel Dependen dan Variabel Moderator ... 39

Gambar 3.2 Rumus Pengukuran Reliabilitas ... 51

Gambar 3.3 Rumus Untuk Menguji Varians ... 60

Gambar 3.4 Uji Anova ... 60

Gambar3.5 Rumus Untuk Mengetahui Peningkatan Skor Pretest ke Posttest ... 66

Gambar 4.1 Kegiatan Pembelajaran Siswa Menggunakan PPR ... 72

Gambar 4.2 Kegiatan Pembelajaran Siswa Menggunakan PPR ... 73

Gambar 4.3 Kegiatan Pembelajaran Siswa Menggunakan PPR ... 73

Gambar 4.4 Kegiatan Pembelajaran Siswa Menggunakan PPR ... 74

Gambar 4.5 Kegiatan Pembelajaran Siswa Menggunakan PPR ... 75

Gambar 4.9 Rumus Untuk Mengetahui Presentase Kenaikan Skor Pretest ke Posttest ... 91

Gambar 4.11 Rumus Untuk Mengetahui Presentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest ... 93


(17)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Gambar 4.6 Grafik Scatterplot Hasil Uji Linearitas... 83 Gambar 4.7 Perbandingan Selisih Skor Pretest ke PosttestPersepsi Siswa

Kelompok Siswa ... 87 Gambar 4.8 Perbandingan Selisih Skor Pretest ke Posttest Sikap Siswa

Kelompok Siswa ... 89 Gambar 4.10 Kenaikan Skor Pretest ke Posttest ... 90 Gambar 4.12 Peningkatan Skor Pretest ke Posttest ... 94


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 3.1 Instrumen Penelitian ... 120

Lampiran 3.2 Rubrik Penilaian ... 122

Lampiran 3.3 Expert Judgement ... 123

Lampiran 3.4 Uji Validitas Instrumen Persepsi Siswa ... 125

Lampiran 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Persepsi Siswa ... 127

Lampiran 3.6 Uji Validitas Instrumen Sikap Siswa ... 130

Lampiran 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Sikap Siswa ... 132

Lampiran 4.1 Silabus Kelompok Siswa ... 136

Lampiran 4.2 RPP Kelompok Siswa ... 142

Lampiran 4.3 Nilai Pretest Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran PPR ... 191

Lampiran 4.4 Nilai Posttest Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran PPR ... 192

Lampiran 4.5 Nilai Pretest Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn ... 193

Lampiran 4.6 Nilai Posttest Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn ... 194

Lampiran 4.7 Uji Normalitas Pretest Persepsi Siswa dan Sikap Siswa ... 195

Lampiran 4.8 Uji Normalitas Posttest Persepsi Siswa dan Sikap Siswa .... 196

Lampiran 4.9 Uji Normalitas Selisih Skor Pretest ke Posttest Persepsi Siswa dan Sikap Siswa ... 197

Lampiran 4.10 Uji Homogenitas Persepsi Siswa Terhadap Model Pembeajaran PPR ... 198

Lampiran 4.11 Uji Homogenitas Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn .... 199

Lampiran 4.12 Uji Linearitas ... 200

Lampiran 4.13 Uji Hipotesis Koleratif ... 202

Lampiran 4.14 Uji Perbedaan Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran PPR ... 203


(19)

xix

Lampiran 4.16 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Postest Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran PPR dan Sikap Siswa Pada

Mata Pelajaran PKn ... 205

Lampiran 4.17 Transkirp Wawancara Siswa ... 206

Lampiran 4.18 Transkirp Wawancara Guru ... 208

Lampiran 5.1 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran ... 210

Lampiran 5.2 Surat Izin Penelitian... 212

Lampiran 5.3 Surat Izin Telah Melakukan Penelitian ... 213


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi oprasioanal 1.1 Latar Belakang

Menurut Ahmad (dalam Hasbullah, 2006) pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si pendidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam hal ini salah satu contohnya adalah bagi suatu Negara, seperti yang tercantum pada Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 1) merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sekolah merupakam tempat yang disediakan oleh pemerintah dalam menangani masalah pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan peserta didik, tidak hanya itu tetapi juga aspek kognitif yang dikembangkan agar memiliki kemampuan kognitif yang baik. Tanpa disadari dalam dunia pendidikan juga muncul persoalan. Dalam masalah pembelajaran sendiri dijumpai berbagai persoalan yang dirasa cukup sulit untuk


(21)

siswa khususnya siswa SD. Permasalahan awal yang muncul dikarenakan individu tidak dapat menerima rangsangan dengan baik sehingga individu merasa kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Kemampuan seorang individu untuk menerima rangsangan melalui alat inderanya untuk kemudian diinterprestasikan dan diorganisasikan sehingga individu tersebut dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya disebut dengan persepsi. Kemampuan individu dalam menerima rangsangan yang diberikan ini dapat dirasakan melalui sebuah model pembelajaran yang diteterapkan. Untuk memaksimalkan individu agar bisa merima rangsangan atau stimulus yang diberikan diperlukan model pembelajaran yang Inovatif.

Salah satu mata pelajaran di SD yang dipalajari adalah Pendidikan Kewarganegaraan biasa disebut PKn. Pendidikan Kewarganegaraan atau lebih dikenal dengan singkatan PKn yang merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar dapat secara terencana diajarkan dengan tujuan untuk pendidikan anak dan pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara. Dari segi subsitansi, PKn memperkaya wawasan dan membentuk kepribadian sebagai warga negara yang baik. Menurut Aryani dan Susatim (2010: 116) PKn dimaknai sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter, yang setia kepada Bangsa Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesusai amanat Pancasila dan UUD 1945. Dalam pembelajarannya PKn lebih banyak belajar tentang pengalaman nilai dan moral. Dalam materi ajar terdapat banyak sekali pengertian yang harus dihafalkan agar dapat dimengerti oleh siswa yang tanpa disadari itu sangat


(22)

membebani siswa. Semua materi tidaklah berisi pengertian namun juga mengenai sikap atau tindakan yang harus dikembangkan oleh siswa. Pembelajaran PKn kebanyakan menggunakan ceramah dimana dalam ceramah ini mengarah pada kognitif siswa hanya melalui satu arah yaitu dari guru ke siswa saja. Sehingga dengan demikian siswa kurang memahami nilai-nilai yang terkandung dari pembelajaran tersebut. Maka diharapkan persepsi siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat tertarik dengan model pembelajaran dan merasa senang ketika belajar PKn. Selain itu sikap siswa terhadap pembelajaran PKn diangap baik apabila sikap sebelum mengikuti pelajaran itu siswa dapat menyiapkan diri dengan baik, serta nantinya apa yang dijelaskan oleh guru dapat diterima dan diimplementasikan dengan baik.

Tetapi pada kenyataanya yang terjadi pembelajaran PKn khususnya di SD menggunakan model pembelajaran konvensional dimana guru hanya berceramah dan menjelaskan sedangkan siswa hanya duduk dan mendengarkan. Metode pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan nilai-nilai yang diajarkan pada pembelajaran tersebut tidak dapat diterima dengan baik. Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan di SD N Terbansari pada tanggal 15 Agustus 2016 di kelas V terlihat bahwa persepsi siswa terhadap mata pelajaran PKn adalah negatif. Hal ini terlihat dalam pembelajaran PKn di SDN Terbansari masih menggunakan model pembelajaran konvensional, dimana guru lebih mendominasi pembelajaran dengan ceramah sedangkan siswa hanya duduk dan mendengarkan. Selain itu berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru ketika observasi dan wawancara, terlihat bahwa 90% siswa


(23)

kurang meminati mata pelajatan PKn. Permasalahan pada persepsi yang dialami oleh siswa ini terlihat 80% siswa (16 dari 20 siswa) menganggap bahwa mata pelajaran PKn tidak bermanfaat dan tidak penting dikarenakan ketika guru mengajar menggunakan model pembelajaran konvensional dan juga menggunakan metode ceramah dengan demikian anak cenderung kurang meminati mata pelajaran PKn. Permasalahan tersebut juga menyebabkan terjadinya permasaahan pada sikap siswa terlihat 90% siswa (18 dari 20 anak) menjadi kesulitan untuk mengerti nilai apa yang disampaikan pada setiap pembelajaran PKn dengan demikian anak cenderung merasa bosan dan tidak aktif saat pembelajaran berlangsung. Dikuatkan dengan wawancara kepada guru, bahwa siswa cenderung pasif yaitu tidak merespon pembelajaran seperti bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Berdasarkan hasil kuisioner pretest persepsi siswa pada indikator menyerap dan mengamati yang telah dilakukan terlihat permasalahan dengan rerata skor 70. Siswa mempunyai persepsi cukup tentang materi, media, dan sarana pembelajaran terhadap mata pelajaran PKn, persepsi cukup tentang langkah-langkah pembelajaran terhadap model pembalajaran PPR, dan interaksi cukup tentang model pembelajaran PPR. Sedangkan permasalahan sikap dari hasil kuisioner dengan indikator kognitif, konatif dan afektif terlihat permasalahan dengan rerata skor 76. Dengan demikian terbukti siswa memiliki sikap cukup sebelum mengikuti pelajaran PKn, sikap cukup siswa saat mengikuti pelajaran PKn, dan sikap cukup siswa setelah pembelajaran PKn.

Model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan system


(24)

pengelolaanya (Slavin, 2010). Sedangkan menurut (Trianto, 2009) model pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Salah satu contoh model pembelajaran adalah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yaitu salah satu pedagogi untuk membantu kebutuhan pendidikan yang utuh dan menyeluruh itu. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), diharapkan dapat membantu siswa, bukan hanya menjadi lebih cerdas dalam bidang pengetahuannya, tetapi berkembang menjadi pribadi yang peka pada kebaikan, dan peka pada kebutuhan orang lain (Suparno, 2015). Menurut Subgya (2008), menyebutkan tiga unsur utama dalam PPR adalah pengalaman, refleksi dan aksi. Dan unsur lainnya yang belum disebutkan adalah refleksi dan aksi dimana unsur-unsur tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Pembelajaran PPR adalah model pembelajaran pengintergrasian berbagai bidang studi dan menekankan pada pengembangan nilai. Dalam pembelajaran bidang studi disesuaikan pada konteks siswa, sedangkan pada pengembangan nilai ditekankan pada suatu pengalaman, refleksi dan aksi. Dan nanti semua proses pembelajaran ini harus diakhiri dengan evaluasi. Evaluasi yang diberikan oleh memiliki tujuan untuk mengetahui perasaan siswa terhadap mata pelajaran yang telah dipelajari. Bentuk evaluasi yang tergolong ke dalam perasaan mendukung (favorable) atau tidak mendukung (unfarvorable), yang bereaksi dengan cara-cara tertentu yaitu komponen kognitif (pemikiran), afektif (perasaan), dan konaktif (tindakan) yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek disebut sebagai sikap. Sikap


(25)

seperti ini perlu dimasukan kedalam seluruh mata pelajaran yang diajarkan di SD. Mata pelajaran yang terdapat di SD salah satunya adalah mata pelajaran PKn.

Dengan melihat keadaan yang terjadi di SD N Terbansari peneliti tertarik untuk menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) untuk mengembangkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran PKn. Mengembangkan sikap siswa haruslah dilakukan dengan catra memerikan pengalaman serta memfasilitasi agar siswa dapat merefleksikan pengalaman tersebut. Pengalaman ini diberikan dengan tujuan agar siswa menemukan sendiri sikap yang positif terhadap mata pelajaran PKn. Untuk selanjutnya guru memberikan refleksi agar siswa memahami sikap yang positif dalam pelajaran PKn yang sudah diberikan. Setelah itu siswa akan diajarkan mengenai aksi, dimana melalui aksi tersebut sikap yang dilakukan oleh siswa dapat terlihat. Kemudian pemahaman akan sikap tentang PKn itu selanjutnya diberikan evaluasi. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran PPR siswa memiliki persepsi terhadap model pembelajaran tersebut sehingga juga meningkatkan sikap yang positif terhadap mata pelajaran PKn.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas peneliti membuat tertarik untuk menggunakan Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Mata Pelajaran PKn khususnya untuk siswa kelas V. Standar Kompetensi yang digunakan adalah Memahami peraturan perundung-undangan tingkat pusat dan daerah. Kompetensi Dasar 2.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah dan 2.2 Memberikan contoh peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah,


(26)

seperti pajak, anti korupsi, lalu lintas, larangan merokok. Peneliti menganggap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) sangatlah fleksibel karena mudah diterapkan dalam kurikulum KTSP maupun Kurikumul 2013 dan mudah diaplikasikan oleh guru dalam pembelajaran serta juga mudah bagi siswa memahaminya.

Berdasarkan uraian yang di jelaskan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN PERSEPSI SISWA DAN SIKAP SISWA KELAS VB PADA MATA PELAJARAN PKn DI SDN TERBANSARI 1 YOGYAKARTA”

1.2. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah hubungan persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn kelas V SD N Terbansari 1 Yogyakarta. Dalam hal ini hubungan yang dimaksud adalah mengenai adanya hubungan persepsi siswa dengan sikap siswa dalam menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Pembelajaran PKn kelas V semester 1 dibatasi pada standar kompetensi : Memahami peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.3.1 Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran dengan sikap siswa pada mata pelajaran PKn ?


(27)

1.4 Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah:

1.4.1 Mendeskripsikan hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran dengan sikap siswa pada mata pelajaran PKn, baik yang menggunakan model pembelajaran yang konfensional maupun PPR.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti tentang penggunaan model pembelajaran PPR dalam melakukan proses pembelajaran di dalam kelas

1.5.2 Bagi siswa

Dapat memperoleh pengalaman dalam mempelajari KD Memberikan contoh peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah, seperti pajak, anti korupsi, lalu lintas, larangan merokok serta aksi nyata yangapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari melalui Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

1.5.3 Bagi Guru

Dapat menambah wawasan dan inspirasi guru tentang model pembelajaran untuk mata pelajaran PKn yang sesuai dengan karakteristik siswa untuk dijadikan alternatif pembelajaran yang bisa dikembangkan

1.5.4 Bagi Sekolah

Menambah bahan bacaan penelitian yang dapat dijadikan sebagai inspirasi dalam mengajarkan mata pelajaran PKn dengan menggunakan


(28)

metode pembelajaran inovatif seperti halnya Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Persepsi terhadap pembelajaran PKn adalah kemampuan seseorang menerima pembelajaran PKn melalui alat inderanya untuk kemudian diinterprestasikan dan diorganisasikan sehingga individu tersebut dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

1.6.2 Sikap siswa pada mata pelajaran PKn adalah kesiapan yang muncul dari diri seseorang untuk bereaksi terhadap mata pelajaran PKn dengan cara-cara tertentu yang menyangkut aspek kognitif, afektif, konatif.

1.6.3 Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa, bukan hanya menjadi lebih cerdas dalam bidang pengetahuannya, tetapi berkembang secara penyeluruh. PPR menggunakan 5 tahapan yaitu konteks, pengalaman, aksi, refleksi, dan evaluasi.

1.6.4 PKn adalah mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa agar siswa berpartisipasi aktif dalam sekolah, masyarakat dan keluarga, serta mengarahkan siswa menjadi warga negara yang baik.

1.6.5 Peraturan perundang-undangan daerah atau pusat adalah ketentuan yang mengikat kelompok masyarakat yang dipakai panduan dan tatanan untuk mengendalikan masyarakat


(29)

1.6.6 Siswa SD adalah anak yang sekolah di Sekolah Dasar (dalam penelitian ini siswa yaitu adalah siswa kelas VB SDN Terbansari 1 Yogyakarta)


(30)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini peneliti akan menuliskan tentang kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian teori akan menjelaskan mengenai teori-teori yang mendukung dan beberapa penelitian yang relevan. Kerangka berpikir menjelaskan mengenai pemikiran dan hipotesis yang berisi dugaan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah pada penelitian ini.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Persepsi

2.1.1.1 Pengertian

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses presepsi (Walgito, 2003). Kemampuan seorang individu untuk menerima rangsangan melalui alat inderanya untuk kemudian diinterprestasikan dan diorganisasikan sehingga individu tersebut dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya disebut dengan persepsi. Menurut Morgan, King, dan Robinson (dalam Sumanto, 2014) persepsi menunjukkan bagaimana melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium dunia sekitar kita atau sesuatu yang dialami manusia. Persepsi adalah kemapuan untuk membedakan, mengelompokkan, menfokuskan kemudian diinterprestasikan (Sarwono, 2009 : 86).


(31)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menemukan bahwa persepsi adalah kemampuan individu menerima stimulus atau rangsang dari luar untuk kemudian diorganisasikan dan diinterprestasikan sehingga individu dapat berinteraksi. Dengan demikian siswa dapat menyerap dan memahami mata pelajaran PKn.

2.1.1.2 Faktor Persepsi

Adapun faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi adalah sebagai berikut: a. Faktor Eksternal :

Stimulus merupakan faktor eksternal dalam terjadinya suatu persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsikan harus maka stimulus tersebut harus cukup kuat bahkan melewati ambang stimulus. Kekuatan stimulus yang minimal sudah dapat mendorong individu untuk dapat berpersepsi.

b. Faktor Internal

Individu merupakan faktor internal dalam terjadinya suatu persepsi. Keadaan individu yang mempengaruhi hasil persepsi ada dua jenis yaitu segi kejasmanian dan segi psikologis. Apabila individu dari segi fisiologisnya terganggu maka juga akan berpengaruh dalam segi persepsinya.


(32)

2.1.1.3 Indikator Persepsi

Menurut Robbins (2003, 124-130), indikator terjadinya persepsi antara lain adalah sebagai berikut :

a. Penerima

Dalam proses penerimaan merupakan indikator terjadinya persepsi yang termasuk ke dalam tahapan fisisologis. Dengan demikian indera memiliki fungsi menangkap rangsang dari luar.

b. Evaluasi

Rangsang yang diterima dari luar kemudian ditangkap oleh indera dan dievaluasi oleh individu. Evaluasi ini tergolong sangat subjektif karena individu yang satu menilai suatu rangsang sebagai sesuatu yang sulit dan membosankan.Tetapi disisi lain ada yang individu yang menilai bahwa rangsang yang sama tersebut adalah suatu hal yang bagus dan menyenangkan.

Menurut Hamka (2002: 101-106 ), indikator persepsi antara lain adalah sebagai berikut :

a. Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui indera, masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses analisis, diklasifikasi dan diorganisasi dengan pengalaman-pengalaman individu yang telah dimiliki sebelumnya. b. Mengerti, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil dari proses

klasifikasi dan organisasi. Tahapan ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis berupa pengertian atau pemahaman. Pengertian atau


(33)

pemahaman tersebut juga bersifat subjektif, berbeda-beda bagi setiap individu.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan indkator persepsi menurut Hamka (2002: 101-106) dimana indikator persepsi ada dua macam yaitu menyerap dan mengerti.

2.1.2 Sikap

2.1.2.1 Pengertian

Menurut Allport (dalam Azwar, 1998: 3 ) sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Sebagaimana akan tampak nanti dalam pembicaraan mengenai skala pengukuran sikap, pengungkapan sikap akan mengkasifikasikan respon evaluative seseorang pada posisi favorable atau unfavorable, pada posisi setuju atau tidak setuju. Sedangkan menurut Berkorwitz (dalam Azwar, 2003) sikap adalah suatu respon evaluatif, dikarenakan batasan seperti itu akan lebih mendekatkan kita kepada operasionalisasi sikap dalam kaitannya dengan penyusunan alat ungkapnya. Seperti terlihat dalam pembicaraan mengenai skala pengukuran sikap, pengungkapan sikap akan mengklasifikasikan respon evaluatif seseorang pada posisi favorabel atau tak favorabel, pada posisi setuju atau tidak. Menurut Secord dan Backman (dalam Azwar, 2003) sikap adalah gabungan dari komponen-komponen kognitif (pemeikiran), afektif (perasaan), konatif (tindakan) yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhahadap suatu objek.


(34)

Jadi berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa sikap adalah semacam kesiapan yang muncul dari diri seseorang untuk berekasi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi positif dan negatif yang mencakup komponen kognitif, afektif dan konatif.

2.1.2.2 Karakteristik Sikap

Menurut Sax (dalam Azwar, 1998 : 9) Karakteristik sikap antara lain adalah arah, intensitas, keluaan, konsistensi, dan spontanitasnya :

a. Arah : dalam hal ini sikap akan menunjukkan apakah seseorang itu menyetujui atau tidak, apakah mendukung atau tidak pada suatu hal. b. Intensitas : dalam hal ini intensitas atau kekuatan yang dimiliki setiap orang itu berbeda-beda. Dua orang yang sama-sama memiliki sikap positif terhadap sesuatu belum tentu memiliki intensitas yang sama. Dalam hal ini memiliki arti dari dua orang tersebut pasti ada satu orang yang memiliki intensitas lebih unggul dari orang lainnya.

c. Konsistensi : dalam hal ini ditunjukkan dari kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan oleh subjek dengan responnya terhadap objek sikap. Konsistensi ini juga ditunjukkan dengan tidak adanya kebimbangan dalam bersikap.

d. Spontanitas : dalam hal ini berarti kesiapan subjek untuk menyatakan sikap-sikap secara spontan. Suatu sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dinyatakan tanpa perlu adanya pengungkapan atau desakan.


(35)

Jadi berdasarkan pendapat ahli di atas disimpulkan bahwa karakteristik sikap antara lain adalah arah, identitas, konsistensi dan spontanitas

2.1.2.3 Faktor Pemmbentukan Sikap

Faktor-faktor yang menjadi pengaruh terbentuknya sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dirasa penting, media massa, institusi lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor pribadi dari dalam diri individu terebut (Azwar, 2003) :

1. Pengalaman pribadi dalam hal ini pengalaman pribadi bisa menjadi dasar pembentukan suatu sikap tetapi pengalaman pribadi tersebut memiliki kesan yang kuat. Karena suatu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi yang dialami terjadi dalam keadaan yang melibatkan suatu faktor yaitu faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dirasa penting, pada dasarnya individu lebih cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap siswa orang yang dianggap penting baginya. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari adanya konflik dan untuk berafiliasi dengan orang yang dianggap penting.

3. Pengaruh kebudayaan juga memiliki dampak yang besar terhadap pembentukan suatu siikap. Kebudayaan telah menjadi warna bagi anggota masyarakat karena kebudayaanlah yang memberikan corak pengalaman bagi individu-individu yang menjadi kelompok masyarakat asuhannya.


(36)

4. Media Massa, dalam penyampiannya informasi dalam media massa secara tidak langsung membawa pesan-pesan yang dapat mengarahkan seseorang untuk melakukan opini. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya suatu sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan yang tergolong sensitif dibawa oleh informasi tersebut, apabila dirasa cukup kuat akan memebrikan afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah sikap tertentu. 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama juga memiliki pengaruh

dalam terbentuknya suatu sikap. Hal ini dikarenakan keduanya memiliki letak dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat serta ajaran-ajarannya.

Jadi berdasarkan penjelasan diatas disimpulkan bahwa dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi sikap terhadap mata pelajaran PKn antara lain adalah pengalaman pribadi dalam pembelajaran PKn, pengaruh orang lain dalam pembelajaran PKn, pengaruh kebudayaan dalam pembelajaran PKn, dan guru dalam melaksanakan pembelajaran PKn.

2.1.2.4 Indikator yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2007) dalam sikap terdapat indikator yang mempenngaruhinya. Indikator tersebut antara lain adalah :


(37)

Komponen Kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap

b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

c. Komponen perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Menurut Walgito (dalam Puspasari, 2010:16) sikap mengandung tiga indikator yang membentuk struktur sikap, yaitu kognitif (konseptual), afektif (emosional), konatif (perilaku atau action component) :

a. Indikator Kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersiapkan terhadap objek

b. Indikator afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap

c. Indikator konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap


(38)

Berdasarkan pendapat parah ahli diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan indikator sikap menurut Walgito yang dapat membentuk struktur sikap dengan tiga indikator yaitu : kognitif, afektif, konatif.

2.1.3 Paradigma Pedagogi Reflektif 2.1.3.1 Pengertian

Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), diharapkan dapat membantu siswa, bukan hanya menjadi lebih cerdas dalam bidang pengetahuannya, tetapi berkembang menjadi pribadi yang peka pada sikap kebaikan, dan peka pada kebutuhan orang lain (Suparno, 2015). Menurut Subgya (2008), menyebutkan tiga unsur utama dalam PPR adalah pengalaman, refleksi dan aksi. Pembelajaran PPR adalah pembelajaran pengintergrasian pembelajaran bidang studi dan menekankan pada pengembangan nilai. Dalam pembelajaran bidang studi disesuaikan pada konteks siswa, sedangkan pada pengembangan nilai ditekankan pada suatu pengalaman, refleksi dan aksi. Dan nanti semua proses pembelajaran ini harus diakhiri dengan evaluasi. Sedangkan menurut Subagyo (2010: 23-24) PPR merupakan sebuah pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa sepenuhnya, sehingga membawa mereka melaksanakan perbuatan-perbuatan.

Jadi berdasarkan pengertian para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa, bukan hanya menjadi lebih cerdas dalam bidang pengetahuannya, tetapi berkembang menjadi pribadi yang peka pada


(39)

kebaikan, dan peka pada kebutuhan orang lain. PPR menggunakan 5 tahapan yaitu konteks, pengalaman, aksi, refleksi, dan evaluasi.

2.1.3.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Dalam buku yang dikembangkan oleh Komunitas Studi dan Pengembangan PPR Yogyakarta (2012) disebutkan bahwa tujuan dari PPR adalah sebagai berikut :

1. Membentuk pria dan wanita untuk orang lain yang berarti kita bertujuan membentuk pemimpin-pemimpin pelayanan yang meneladan Yesus Kristus. Pria dan wanita yang kompeten (competence), dalam bidangnya, memiliki hati nurani yang benar (conscience), dan memiliki kepedulian yang tumbuh dari kasih kepada sesama (compassion)

2. Membentuk pribadi secara penuh dan lebih mendalam, yaitu suatu proses pembentukan yang menuntut keunggulan yang meliputi bidang intelektual, akademik, dan lainnya

Jadi berdasarkan pendapat ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari PPR yaitu adalah membentu pribadi yang kompeten (competence), memiliki hati nurani yang benar (conscience), dan memiliki kepedulian terhadap sesama (compassion).

2.1.3.3 Ciri-ciri PPR menurut Subagya (2010) :

1. Pembelajaran Paradigma Pedagodi Reflektif ini sangat fleksibel karena dapat diterapkan dalam semua kurikulum

2. Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif fundamental untuk proses belajar mengajar


(40)

3. Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif ini dapat menjamin para pengajar menjadi pengajar yang lebih baik

4. Pembelajaran Paradigma Pedagodi Reflektif mempribadikan proses belajar dan mendorong pelajar merefleksikan makna dan arti yang dipelajari Berdasarkan pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa ciri-ciri PPR yaitu sangat fleksibel, fundamenta, menjadikan pengajar lebih baik dan mendorong pelajar merefleksikan mengenai materi yang dipelajari

2.1.3.4 Pola PPR

Pola PPR menurut Komunitas Studi dan Pengembangan PPR Yogyakarta (2012 :63) meliputi konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Menurut Komunitas Studi dan Pengembangan PPR Yogyakarta dalam bukunya Pembelajaran Pedagodi Reflektif (2012) menggambarkan pelaksanaan PPR yang dapat dilakukan guru sebagai berikut :

Ganbar 2.1 Pelaksanaan Paradigma Pegadagogi Reflektif (PPR) yang dilakukan oleh guru

Jadi berdasarkan pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa PPR memiliki pola sebagai berikut : konteks, pengalaman, aksi, refleksi, dan evaluasi.

Pengalaman

Refleksi

Aksi


(41)

2.1.3.5 Tata Cara Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut (Subagya, 2010) Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) harus meperhatikan proses belajar maupun proses pedagoginya. Selain itu mereka juga harus menunjukkan cara-cara untuk mendukung keterbukaan pada pertumbuhan, juga setelah siswa menyelesaikan suatu siklus pembelajaran tertentu. Berikut ini adalah langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) :

a. Konteks

Pertama, siswa diajak untuk mengerti mengenai nilai-nilai yang akan dikembangkan, sehingga dengan demikian anggota komunitas, guru, dan juga siswa menyadari bahwa yang menjadi landasan pengembangan bukan hanya aturan melainkan juga nilai-nilai kemanusiaan.

Kedua, dalam tahap ini siswa diajak untuk mennghayati mengenai nilai-nilai yang dierjuangkan, terutama contoh yang diberikan oleh guru. Dengan demikian siswa melihat, bersikap, dan berperilaku sesuai dengan nilai yang dihayati lingkungannya

Ketiga, dalam tahap ini siswa diajak untuk menjalin sebuah hubungan yang akrab, saling percaya, agar siswa bisa membangun komunikasi yang terbuka antara guru dengan siswa.

b. Pengalaman

Dalam tahap ini siswa diajarkan untuk menumbuhkan persaudaraan. solidaritas dan saling memuji adalah pengalaman bekerjasama dalam kelompok kecil yang “direkayasa” sehingga terjadi interaksi dan


(42)

komunikasi yang intensif, ramah dan sopan, penuh tenggang rasa, dan akrab.

c. Refleksi

Dalam tahap ini siswa difasilitasi menggunakan pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang divergen agar siswa secara otentik dapat memahami, mendalami dan meyakini temuannya. Siswa juga dapat diajak untuk diam dan hening sejenak untuk meresapi apa saja yang sudah dipelajari hari itu.

d. Aksi

Dalam tahap ini guu menfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa tersebut terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Dengan niat yang sudah dibangun dan berperilaku dari kemauannya sendiri siswa membentuk pribadi yang menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya.

e. Evaluasi

Setelah pembelajaran guru memberikan evaluasi atas kompetensinya dari sisi akademik. Ini adalah wajar dan merupakan suatu keharusan karena sekolah dibangun untuk mengembangkan ranah akademik dan menyiapkan siswa menjadi komponen di bidang studi yang dipelajarinya.

Berdasarkan pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa PPR memiliki 5 tahapan antara lain adalah konteks, pengalaman, aksi, refleksi, dan evaluasi.


(43)

2.1.3.6 Kelebihan PPR

Menurut Subagya (2008) kelebihan PPR adalah sebagai berikut : 1. Murah meriah

Dalam pembelajaran tidak memerlukan atau penawaran khusus, kecuali yang dilakukan oleh bidang studi yang bersangkutan. Misalnya untuk menumbuhkan persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, yang diperlukan adalah pengalaman yang dapat tercapai melalui belajar dengan kerja sama kelompok yang kemudian direfleksikan dan ditindaklanjuti dengan aksi, evaluasi dalam belajar dengan kerja sama kelompok

2. Segala Kurikulum

PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum. Paradigma Pedagogi Reflektif ini tidak menuntut tambahan bidang studi baru, jam pelajaran tambahan, maupun peralatan khusus. Hal pokok yang dibutuhkan hanyalah pendekatan baru pada cara guru dalam mengajarkan mata pelajaran yang ada.

3. Cepat Kelihatan Hasilnya

Kenyataanya sekolah yang sudah menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) sebagai model pembelajarannya membawa dampak yang baik terhadap siswa-siswinya. Contohnya seperti : siswa-siswa akan terlihat akrab satu sama lain, mau solider dan saling membantu dalam belajar, mau saling menghargai satu sama lain. Dengan begitu pengelompokan kelas menjadi mudah, kenakalan berkurang. Secara garis besar dapat disimpulkan yaitu :


(44)

1) Dari segi integrasi

a. Pembelajaran berpola PPR murah karena tidak memerlukan banyak biaya

b. Tidak terhambat adanya kurikulum baru jadi bisa menggunakan kurikulum apapun karena PPR bersifat fleksibel

c. Mengajarkan dan melatih nilai-nilai kristiani 2) Dari segi pengalaman

a. Tidak memerlukan banyak aturan b. Penelitian yang otentik

3) Dari segi pendidikan kontekstual : a. Ciri khas sekolah dapat diwujudkan

b. Menjadikan keunggulan sekolah yang tidak dapat diunggulkan sekolah lain

Berdasarkan pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan PPR antara lain sebagai berikut murah meriah, dapat digunakan dalam segala kurikulum dan cepat kelihatan hasilnya.

2.1.4 Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 2.1.4.1 Pengertian

PKn adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa salah satunya adalah siswa di sekolah dasar agar siswa berpartisipasi aktif dalam sekolah, masyarakat dan keluarga, serta mengarahkan siswa menjadi warga negara yang baik. Menurut Aryani dan Susatim (2010: 116) PKn dimaknai sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil,


(45)

berkarakter, yang setia kepada Bangsa Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikit dan bertindak sesusai amanat Pancasila dan UUD 1945. Menurut Kaelan (2007: 3) PKn adalah bahasan yang meliputi hubungan antar warga negara dan negara serta pendidikan pendahulu bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya serta filosofi bangsa. Sedangkan menurut Syarbani (2014: 3) PKn memiliki tujuan untuk bisa memperluas wawasan peserta didik memperoleh wawasan kebangsaan yang luas, sehingga mampu memahami dan menyikapi dinamikan persoalan kebangsaan yang terus berkembang, serta menumbuhkan jiwa kemandirian dan memiliki rasa cinta pada tanah air.

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia diberikan dengan tujuan mempu menjadikan anak yang cerdas dan dapat memanfaatkan kecerdasan yang dimilikinya untuk kemajuan dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dengan adanya Pendidikan Kewarganegaraan siswa dididik untuk mampu memahami, menganalisis, menjawab permaslahan dan tantngan-tangan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari dengan berpedoman pada cita-cita dan tujuan yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945. Untuk itu Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu diterapkan dengan berhasil karena apabila Pendidikan Kewarganegaraan mampu diterapkan dengan berhasil dapat menghasilkan siswa yang cerdas dan bertanggung jawab pada diri mereka.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa PKn adalah mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa agar siswa berpartisipasi


(46)

aktif dalam sekolah, masyarakat dan keluarga, serta mengarahkan siswa menjadi warga negara yang baik.

2.1.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran PKn

Adapun faktor yang mempengaruhi pembelajaran PKn antara lain sebagai berikut :

a. Guru

Seorang guru dikatakan profesional apabila memiliki kemampuan-kemampuan tertentu. Guru adalah seseorang yang mempunyai kaitan erat dengan siswa dan tindakannya di dalam kelas baik dari segi caranya berkomunikasi, berinteraksi dengan warga sekolah dan masyarakat umum. b. Siswa

Apabila dilihat dari siswa, banyak faktor yang perlu mendapat perhatian terutama pada mata pelajaran PKn. Pkn pada umumnya kurang diminati siswa karena terlalu rumit dan banyak hafalan sehingga membuat siswa cepat bosan.

c. Sarana dan prasarana

Pembelajaran akan bisa berjalan dengan baik apabila sarana dan prasarananya mendukung. Sarana yang dibutuhkan seperti perpustakaan dan buku-buku yang berkaitan dengan PKn. Sedangkan prasarananya adalah suasana kelas yang nyaman dan kondusif dapat mendukung proses pembelajaran siswa di dalam kelas.


(47)

d. Strategi pembelajaran PKn disekolah

Strategi pembelajaran PKn adalah strategi pembelajaran yang aktif ditandai dengan adanya interaksi antara seruluh komponen pembelajaran terutama antara guru dengan siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa faktor yang memepngaruhi pembelajaran PKn antara lain adalah guru, siswa, sarana dan prasarana serta strategi pembelajaran PKn di sekolah.

2.1.4.3 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD

Pendidikan Kewarganegaraan diberikan diseluruh tingkatan pendidikan termasuk pada sekolah dasar. Pendidikan Kewarganegaran atau biasa disebut dengan PKn memiliki peranan yang sangat penting karena mengajarkan nilai-nilai yang berguna untuk membentuk sikap siswa saat berperilaku dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan siswa mampu memiliki kepribadian yang baik. Pada penelitian ini peneliti akan meneliti pembelajaran pada mata pelajaran PKn, karena PKn bukan sebuah sejarah untuk itu sangat substansial yang harus dipelajari adalah penanaman dan penerapan nilai serta moral pada siswa sedini mungkin. Minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn cenderung kurang sehingga ini perlu mendapat perhatian khusus karena minat merupakan salah satu faktor pendorong keberhasilan suatu proses dalam belajar. Disisi lain minat yang timbul dari kebutuhan siswa merupakan faktor yang sangat penting bagi siswa karena mempengaruhi kegiatan yang dilakukan dan usahanya. Tidak jarang kendala dialami ketika pembelajaran PKn berlangsung. Itu dikarenakan materi yang


(48)

diberikan sangat banyak secara tidak langsung itu membuat siswa menjadi bosan dan kurang meminati mata pelajaran PKn. Dari penjelasan diatas kita ketahui bahwa anak sulit menerima materi pembelajaran yang disampaikan. 2.1.5 Materi Kelas V Mengenai Peraturan Perundang-undanganan Pusat dan Daerah

1. Pentingnya memahami peraturan perundang-undangan tingkat pusat

Dalam peraturan perundang-undangan tingkat pusat siswa diajarkan untuk mengerti apa itu peraturan perundang-undangan tingkat pusat. Perlunya siswa mengerti menegnai arti dan contoh peraturan perundang-undangan tingkat pusat adalah agar mereka bisa memahami pentingnya mentaati peraturan perundang-undangan dan juga bisa memahami sanksi yang di dapatkan apabila mereka melanggar peraturan tersebut. Pengenalkan siswa pada peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia secara tidak langsung mengajak siswa untuk bersikap taat dan mematuhi pepraturan yang berlaku. Dengan demikan kepribadian dan sikap siswa akan terbentu dengan baik.

2. Pentingnya memahami peraturan perundang-undangan tingkat daerah

Dalam peraturan perundang-undangan tingkat pusat siswa diajarkan untuk mengerti apa itu peraturan perundang-undangan tingkat daerah. Perlunya siswa mengerti menegnai arti dan contoh peraturan perundang-undangan tingkat daerah adalah agar mereka bisa memahami pentingnya


(49)

mentaati peraturan perundang-undangan dan juga bisa memahami sanksi yang di dapatkan apabila mereka melanggar peraturan tersebut. Pengenalkan siswa pada peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia secara tidak langsung mengajak siswa untuk bersikap taat dan mematuhi pepraturan yang berlaku. Dengan demikan kepribadian dan sikap siswa akan terbentu dengan baik.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian relevan dari penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian baru mengenai Hubungan Persepsi Dan Sikap Siswa Kelas VB Pada Mata Pelajaran PKn. Kekhasan dari penelitian ini adalah digunakannya model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan persepsi siswa terhadap pembelajaran dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn.

Astrid (2016) meneliti tentang peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif di SD Kanisius Kintelan untuk siswa kelas III. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan pada di pada September 2015. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 siklus pembelajaran dengan setiap siklus satu kali pertemuan. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembar skala sikap. Hasil presentase siswa menunjukkan bahwa ada peningkatan sikap kedisiplinan siswa dengan menggunakan penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif bagi siswa kelas III. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari kenaikan presentase


(50)

jumlah siswa yang mencapai sikap kedisiplinan di lingkungan. Pada kondisi awal peningkatan rata-raa nilai kedisiplinan mencapai 69,33 termasuk kriteria cukup disiplin, siklus I 72,6 termasuk kriteria cukup disiplin, dan siklus 2 mencapai 85,06 termasuk kriteria disiplin. Pada kondisi awal presentase siswa yang memenuhi nilai kedisiplinan mencapai 53,33%, siklus I 86,66% dan siklus 2 100%

Mahendra (2016) melakukan penelitian mengenai hubungan antara persepsi terhadap hubungan organisasi dan sikap resistensi pegawai dalam menghadapi perubahan organisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi (Perceived Organizattion Support) dan resistensi pegawai dalam menghadapi perubahan organisasi. Oleh karena itu, hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan yang negatif antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan resistensi pegawai terhadap perubahan organisasi. Subjek pada penelitian ini berjumlah 209 orang pegawai dari 3 instansi yang terdapat di beberapa wilayah di Indonesia dengan kriteria sudah bekerja minimal 1 tahun instansinya. Reliabilitas skala yang digunakan dalam penelitian ini diuji menggunakan teknik Alpha Cronboach. Hasil reliabilitasnya adalah sebesar 0.898 untuk skala persepsi terhadap dukungan organisasi dengan jumlah item sebanyak 22 item. Pada skala resistensi pegawai menghadapi perubahan organisasi, reliabilitas skalanya sebesar 0.917 dengan total item sebanyak 27 item. Hasil uji asumsi penelitian ini me nunjukkan bahwa data tidak normal tetapi linear sehingga uji hipotesis yang dugunakan adalah teknik kolerasi Spearman rho. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa data penelitian


(51)

memiliki nilai signifikasi sebesar 0.007 (p>0.05) dengan koefisien kolerasi sebesar -0.168. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat rendah dan signifikan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan resistensi pegawai dalam menghadapi perubahan organisasi

Resita (2016) melakukan penelitian mengenai peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif bagi siswa kelas III SDN Kledokan. Sikap kedisiplinan siswa kelas III SDN Kledokan yang rendah, terlihat dari hasil pembelajaran kuisioner kondisi awal sebelum penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dilakukan di sekolah tersebut. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus 1 pertama terdiri dari 2 pertemuan dan siklus 2 terdiri 1 pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas III SDN Kledokan Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 31 siswa. Model yang digunakan yaitu paradigma pedagogi reflektif. Objek penelitian ini adalah sikap kedisiplinan siswa dalam pembelajaran PKn. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap desiplinan siswa meningkat menggunakan model pembelajran Paradigma Pedagogi Reflektif. Peningkatan presentase jumlah siswa kedisiplinan minimal cukup 64,51% (rendah). Capaian siklus 1 rata-rata nilai sikap adalah 83,52 dengan presentase jumlah siswa kedisiplinan minimal cukup 93,55% (sangat tinggi). Sedangkan capaian siklus II dengan rata-rata nilai 86,71 dengan presentase jumlah siswa kedisiplinan minimal cukup 100% (sangat tinggi).


(52)

2.2.1 Literatur Map

Gambar 2.2 Literatur dari penelitian sebelumnya

Berdasarkan Literatur Map diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian baru mengenai Hubungan Persepsi Dan Sikap Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran PKn. Kekhasan penelitian ini adalah digunakannya model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektfif sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn.

2.3 Kerangka Berpikir

Persepsi adalah diterimanya rangsang dari luar untuk interprestasikan sehingga siswa dapat berinteraksi dan sikap adalah kesiapan siswa bereaksi pada

Persepsi

Sikap

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Organisasi dan

Sikap Resistensi Pegawai Dalam Menghadapi Perubahan Organisasi. Satyawan, Stanis Mahendra. (2011).

Peningkatan Sikap Kedisiplinan Dalam Pembelajaran PKN Menggunakan Model Pembelajaran PPR Pada Siswa Kelas III SD Kanisius Kintelan. Hera, Astrid Rosiana. (2016).

Peningkatan Sikap Kedisiplinan Dalam Pembelajaran PKN Menggunakan Model PPR Bagi Siswa Kelas III SDN Kledokan. Dewi, Resita Kurnia. (2016).

Yang akan diteliti :

Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran PKn


(53)

suatu objek dengan cara-cara tertentu siswa terhadap pembelajaran PKn. Yang memperngaruhi persepsi dan sikap salah satunya model pembelajaran. Model pembelajaran PPR adalah pembelajaran yang sangat cocok untuk meningkatkan persepsi dan sikap siswa terutama dalam pembelajaran PKn. Hal ini sesuai dengan standar kompetensi yang dipilih oleh peneliti yaitu standar kompetensi : Memahami peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah. Kompetensi Dasar 2.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah dan 2.2 Memberikan contoh peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah, seperti pajak, anti korupsi, lalu lintas, larangan merokok. Apabila model pembelajaran PPR ini diterapkan di SDN Terbansari 1 Yogyakarta maka akan mempengaruhi persespsi dan sikap siswa khususnya dalam mata pelajaran PKn.

Persepsi dan sikap ini sangat penting untuk ditingkatkan sedini mungkin tentunya agar siswa menjadi lebih berprestasi. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) membantu siswa meningkatkan prestasi siswa melalui pengalaman yang dilanjutkan lewat refleksi kemudian diaplikasikan melalui aksi. Dalam pembelajaran PPR ini siswa diajarkan untuk terampil dalam berproses dan pada akhirnya akan melakukan aksi. Persepsi dan sikap siswa dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diharapkan dapat mengalami perubahan setelah guru menggunakan model pembelajar Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Ada hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran dengan sikap siswa pada mata pelajaran PKn.


(54)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

BAB III ini akan membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan pada metode penelitian ini adalah jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen peneliitian, teknik pengujian instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian jenis Kuantitatif. Bentuk desain penelitian yang digunakan adalah factorial Design. Menurut Sugiyono (2012: 113) menjelaskan bahwa factorial Design adalah penelitian yang memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakukan (variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen). Variabel moderator dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), variabel independen pada penelitian ini adalah persepsi, dan variabel dependen pada penelitian ini adalah sikap siswa pada mata pelajaran PKn Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait hubungan persepsi dan sikap siswa kelas VB pada mata pelajaran PKn di SDN Terbansari 1 Yogyakarta.

3.2 Setting Penelitian

Setting penelitian ini berisi tempat penelitian dan waktu penelitian sebagai berikut:


(55)

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N Terbansari 1 pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. SD N Terbansari 1 terletak di Jl. Prof. Dr. Sardjito, Terban GK V/117 Yogyakarta, memiliki kondisi sekolah yang baik, banyak tanaman dan bersih.

Peneliti memilih lokasi di SD Terbansari 1 ini karena bersamaan dengan kegiatan PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) yang diselengarakan oleh Universitas Sanata Dharma, peneliti juga tertarik untuk meneliti pengaruh presepsi dan sikap siswa kelas V terhadap model pembelajaran PKn karena dari hasil observasi yang dilakukan guru menggunakan model pembelajaran yang sama untuk materi dalam pelajaran PKn. Pada model pembelajaran harus disesuikan dengan materi agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan maksimal. Peneliti tertarik untuk mengunakan penelitian tentang pengaruh persepsi siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Selain itu sekolah ini memiliki kelas pararel shingga peneliti dapat memilih di kelas VA maupun kelas VB, tetapi peneliti memilih kelas VB untuk diteliti.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SDN Terbansari 1 Yogyakarta


(56)

3.2.3 Waktu Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama bulan September – Oktober 2016, ketika materi peraturan perundang-undangan diajarkan di kelas V. Berikut adalah jadwal pengambilan data pre-test dan post-test :

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Hari/ Tanggal Kegiatan Alokasi waktu Jumat, 2 September 2016 Observasi Kondisi Kelas sebelum

dilakukannya treatment

08.00-09.00 Sabtu, 3 September 2016 Wawancara dengan guru kelas

dan 2 siswa kelas V

08.00-09.00 Rabu, 14 September 2016 Melaksanakan pre-test 09.35 – 10.05 Kamis, 22 September

2016

Pertemuan pertama

Materi: Peraturan Perundang-undangan pusat

10.10-11.35

Kamis, 29 September 2016

Pertemuan kedua

Materi: Peraturan Perundang-undangan daerah

10.10-11.35

Kamis, 6 Oktober 2016 Pertemuan ketiga

Materi: Presentasi Poster mengenai Peraturan Perundangan-undangan pusat dan daerah di lapangan

10.10-11.35

Jumat, 7 Oktober 2016 Wawancara dengan guru kelas dan 2 siswa kelas V

08.00-09.00 Senin, 11 Oktober 2016 Melaksanakan post-test 09.35 – 10.05 3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2014:117) populsi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Sugiyono (2014:117) sampel adalah bagian dari populasi tertentu. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VB SD N Terbansari 1 Yogyakarta. Siswa ini berjumlah 20 siswa terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 13


(57)

siswa perempuan . Penelitian ini deilakukan secara langsung oleh peneliti dimana dalam mengajarkan mata pelajaran PKn mengunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014: 61) variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

3.4.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel Independen menurut Sugiyono (2014: 61) disebut juga stimulus, prediktor, antetecedent. Dalam bahasa Indonesia disebut juga variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel dipenden (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah presepsi siswa.

3.4.2 Variabel Dipenden(Variabel Terikat)

Variabel Dipenden menurut Sugiyono (2014: 61) disebut juga output, skriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia disebut juga variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap siswa pada mata pelajaran PKn.

3.4.3 Variabel Moderator (Variabel Yang Mempengaruhi Perlakuan) Variabel Moderator menurut Sugiyono (2012: 62) adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel


(58)

independen dengan variabel dependen. Variabel moderatornya adalah model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

Variabel Independen Variabel Dipenden

Variabel Moderator

Gambar 3.1 Variabel Independen, Variabel Dependen, Variabel Moderator 3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Menurut Sugiyono (2014:199) Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Cara pertama adalah menyebar kuesioner ke sekolah yang tidak digunakan untuk penelitian. SD yang digunakan untuk menyebar kuisioner adalah sebagai berikut : SD N 2 Sedayu, SD N Deresan, SD N Karangmloko 2, SD Sambikerep. Kuesioner yang disebarkan di kelas V. Kemudian diuji validasi dan reliabilitasnya.

Setelah peneliti meguji validasi dan reliabilitas. Untuk langkah selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa untuk mengetahui perspsi siswa dan guru mengenai pembeajaran yang dilakukan dan sikap siswa terhadap

Persepsi Siswa Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajara PKn

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)


(59)

mata pelajaran PKn setelah itu peneliti menggunakan satu kelas yang digunakan untuk penelitian. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VB SD N Terbansari 1 dan SD tersebut adalah SD yang digunakan peneliti sebagai tempat PPL. Pada langkah pertama siswa diberikan pretest, pretest diberikan sebelum adanya perlakuan atau treatment. Kemudian posttest diberikan setelah diberikan adanya perlakuan atau treatment setelah pemberian post test siswa dan guru juga diwawanccarai mengenai treatmen yang telah dilakukan peneliti. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui persespsi guru dan siswa terhadap pembelajaran dengan model Paradigma Pedagodi Reflektif (PPR) dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Hasil pretest dianalisis dengan uji normalitas data dan uji statistik. Kemudian, pada pertemuan terahir diberikan posttest untuk mengetahui hubungan presepsi siswa terhadap meodel pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif dengan Sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn.

Tabel 3.2 Daftar Kuisoner Yang Digunakan Dalam Pretest dan PostTest No Intrumen Data yang

diperoleh

Pengukuran data

Instrumen yang digunakan 1. Presepsi siswa terhadap

meodel pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif

Skor pretest Pretest 11, 14, 16, 19,

31

Skor posttest Posttest 11, 14, 16, 19,

31 2 Sikap siswa terhadap

mata pelajaran PKn

Skor pretest Pretest 3, 5, 8, 10, 11,

13, 16, 17, 31, 32

Skor posttest Posttest 3, 5, 8, 10, 11,

13, 16, 17, 31, 32


(60)

3.6 Instrumen Peneliitian

Menurut Sugiyono (2014:148), insrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka diperlukan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang presepsi siswa akan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan kuesioner tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn.

Menurut Sugiyono (2014: 199) kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memeberi seperangkat pernyataan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner ini presepsi siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) terdapat 3 indikator (no 1 sampai 3), dan kuesioner tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn terdapat 3 indikator (no 4 sampai 5). Indiaktor tentang presepsi siswa diambil dari Hamka (2002), sedangkan indikator tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn terdapat 3 diambil dari Walgito (2010).

Berikut adalah tabel presepsi siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuisioner

No Kisi-kisi Indikator Berdasarkan One Grup Discussion

1 Presepsi Presepsi tentang materi, media, dan sarana pelajaran dalam pembelajaran


(61)

PKn

2 Presepsi tentang langkah-langkah pelajaran dalam pembelajaran PKn 3 Presepsi tentang interaksi dalam

pembelajaran PKn 4 Sikap siswa terhadap mata

pelajaran PKn

Sikap sebelum mengikuti pelajaran 5 Sikap saat mengikuti pelajaran 6 Sikap setelah mengikuti pelajaran

Dari keenam indikator presepsi siswa dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn) kemudian dirinci kedalam beberapa pernyataan atau diskriptor yang disusun oleh peneliti dan peneliti lain yang melakukan penelitian payung yang dibimbing oleh dosen pembimbing. Deskriptor diambil dari buku-buku PKn kelas V dengan materi Peraturan Perundang-undangan. Indikator dalam kuesioner ini dijabarkan kedalam 66 deskriptor. Deskriptor ini terdiri dari pernyataan farvorable dan unfarvorable.

Kuesioner ini disusun menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2014: 134) skala Linkret digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap fenomena sesial.

Menurut Walgito (2003) dalam menciptakan alat ukur mengunakan pertanyaan-pertanyaan, dengan menggunakan lima alternatif jawaban atau tanggapan atas pernyataan-peryataan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif jawaban yang dikemukakan oleh Likert adalah, Sanggat Setuju (Strongly Aprove), Setuju (Aprove), Tidak Mempunyai Pendapat (Unecided), Tidak Setuju (Disapprove), Sanggat Tidak Setuju (Strongly Disapprove)


(62)

Pernyataan farvorable, dengan pilihan jawaban dan skor: - Sanggat Setuju (SS) : Skor 5

- Setuju (S) : Skor 4 - Tidak Mempunyai Pendapat : Skor 3 - Tidak Setuju (TS) : Skor 2 - Sanggat Tidak Setuju(STS) : Skor 1

Pernyataan unfarvorable, dengan pilihan jawaban dan skor: - Sanggat Setuju (SS) : Skor 1

- Setuju (S) : Skor 2 - Tidak Mempunyai Pendapat : Skor 3 - Tidak Setuju (TS) : Skor 4 - Sanggat Tidak Setuju(STS) : Skor 5

Kemudian skala Likert ini di modifikasi. Peneliti membuat empat skor dalam tiap-tiap alternatif jawaban. Hal ini dilakukan karena untuk menghindari jawaban dari responden yang tidak mempunyai pendapat atau netral, pada jawaban netral memiliki skor 3. Jadi kuesioner yang digunakan adalah kuesioner berstruktur atau tertutup. Menurut Farchan (2007) kuesioner berstruktur adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut. Cara megisi kuesioner ini yaitu responden hanya perlu memeberikan tanda centang (√) pada kolom sesuai dengan pilihannya.

Pernyataan farvorable, dengan pilihan jawaban dan skor: - Sanggat Setuju (SS) : Skor 5


(63)

- Setuju (S) : Skor 4 - Tidak Setuju (TS) : Skor 2 - Sanggat Tidak Setuju(STS) : Skor 1

Pernyataan unfarvorable, dengan pilihan jawaban dan skor: - Sanggat Setuju (SS) : Skor 1

- Setuju (S) : Skor 2 - Tidak Setuju (TS) : Skor 4 - Sanggat Tidak Setuju(STS) : Skor 5

Berikut ini adalah kisi-kisi dari kuesioner yang akan disebarkan kepada responden:

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Persepsi Siswa Tentang Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

1. Persepsi tentang materi, media, dan sarana pelajaran dalam pembelajaran PKn No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan

Unfavorabel 1 Menyerap Saya menerima

penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

Saya mengabaikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

2

Menyerap

Setelah mengamati media yang digunakan saya bertanya jika ada informasi yang belum jelas

Saya tidak mengamati media yang digunakan dalam mata pelajaran PKn

3 Materi dalam mata

pelajaran PKn mudah dipahami

Materi dalam mata pelajaran PKn sukar dipahami

4

Mengerti

Media pembelajaran dapat membuat tugas saya cepat selesai

Media pembelajaran membuat tugas saya selesai dalam waktu yang lama


(64)

media pembelajaran yang telah disediakan untuk mencari informasi yang dibutuhkan

pembelajaran

menghambat saya untuk mencari informasi yang dibutuhkan

2. Persepsi tentang langkah-langkah pelajaran dalam pembelajaran PKn No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan

Unfavorabel 1

Menyerap

Saya mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

Saya lupa dengan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

2 Saya mampu membuat

kesimpulan dari pembelajaran PKn

Saya kesulitan membuat kesimpulan dari pembelajaran PKn

3 Saya menyampaikan

hasil pembelajaran yang didapatkan di depan kelas

Saya menolak untuk menyampaikan hasil pembelajaran yang didapatkan di depan kelas

4

Mengerti

Saya mencoba menemukan manfaat pembelajaran PKN

Saya merasa kesulitan menemukan manfaat pembelajaran PKN

5 Saya memiliki rasa

tanggung jawab dalam melakukan tugas kelompok

Saya menolak untuk melakukan tugas kelompok

6 Saya bisa menemukan inti pembelajaran sendiri

Saya merasa sukar menemukan inti pembelajaran

3. Persepsi tentang interaksi dalam pembelajaran PKn

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel

1 Saya dapat

mengembangkan

pengetahuan yang didapatkan kepada teman

Saya mengalami hambatan dalam mengembangkan pengetahuan yang didapat


(65)

2

Menyerap

Saya menyadari pentingnya bekerja sama dalam mencari pengetahuan

Saya memilih bekerja sendiri daripada bekerja sama dengan teman saat berdiskusi 3 Saya dapat membantu

teman dengan cara mengajarkan tentang penggunaan media pembelajaran

Saya mengajarkan kepada teman tanpa menggunakan media pembelajaran

4 Saya dapat bekerjasama dengan kelompok untuk memecahkan

permasalahan dalam belajar

Saya malas bekerjasama dengan kelompok untuk memecahkan

permasalahan dalam belajar

5 Saya senang dapat

berinteraksi dengan teman sekelompok

Saya sungkan berinteraksi dengan teman sekelompok 6

Mengerti

Saya dapat membantu teman yang kesulitan dalam belajar

Saya menjauhi teman yang kesulitan dalam belajar

7 Saya dapat bekerja

kelompok bersama teman

Saya mengalami kesulitan dalam bekerja kelompok bersama teman

8 Saya ikut terlibat dalam diskusi saat pembelajaran

Saya hanya mengikuti pendapat teman dalam diskusi saat pembelajaran

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn 4. Sikap sebelum mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1

Kognitif

Saya memperhatikan terhadap mata pelajaran PKn

Saya malas memperhatikan mata pelajaran PKn

2 Saya segera

memberikan perhatian terhadap mata pelajaran PKn

Saya kurang memberikan perhatian terhadap mata pelajaran PKn

3 Saya tertarik mengikuti pelajaran PKn

Saya malas mengikuti pelajaran PKn


(66)

Afektif

sekolah saat akan belajar PKn

akan belajar PKn 5 Saya senang saat akan

belajar PKn

Saya tidak senang saat akan belajar PKn 6

Konatif

Saya perlu perisapan dalam mengikuti pelajaran PKn

Saya tidak perlu perisapan dalam mengikuti pelajaran PKn

7 Saya aktif menyiapkan buku PKn

Saya tidak menyiapkan buku PKn

5. Sikap saat mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel

1

Kognitif

Saya mendapatkan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn.

Saya tidak mendapatkan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn.

2

Mata Pelajaran PKn membuat ilmu pengetahuan saya berkembang.

Mata pelajaran PKn tidak berpengaruh bagi kehidupan saya.

3

Mata Pelajaran PKn membuat ilmu pengetahuan saya berkembang.

Mata pelajaran PKn tidak berpengaruh bagi kehidupan saya.

4

Afektif

Saya bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PKn.

Saya kesulitan dalam mengikuti

pembelajaran PKn. 6 Bagi saya pembelajaran

PKn itu menyenangkan.

Bagi saya pembelajaran PKn itu sulit.

6. Sikap setelah mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel

1 Kognitif

Saya dapat menggunakan

pengetahuan yang didapatkan dalam kegiatan sehari-hari.

Saya dapat menggunakan

pengetahuan yang didapatkan terbatas di lingkungan rumah. 2 Saya memberikan Saya kesulitan


(1)

4.18.2 Wawancara II Guru Sesudah Perlakuan

Hari/ Tanggal : Rabu, 2 November 2016

Baris Wawancara II Keterangan

1 P : Apakah Ibu puas dengan hasil belajar menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)? G : Saya sangat senang karena anak yang tadinya

menganggap bahwa belajar Pkn itu

membosankan dan membuat malas menjadi semangat dalam pelajaran PKn karena model pembelajaran yang digunakan menyenangkan

Senang dengan hasil belajar siswa 2 P : Apakah model pembelajaran Paradigma

Pedagogi Reflektif (PPR)membantu guru meningkatkan hasil belajar siswa? G : model pembelajaran yang digunakan

menyenangkan secara tidak langsung model pembelejaran PPRmembntu saya untuk meningkatkan prestasi siswa

Model pembelajaran PPR membantu guru meningkatkan hasil belajar siswa 3 P : Apakah ada perubahan ketika Ibu

menggunakan model pembelajaran

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)dalam menjelaskan materi?

G : Ada! Karena anak-anak yang kurang dalam arti malas membaca dan menulis, setelah belajar dengan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif mereka nilainya naik

Ada perubahan

4 P : Apakah ibu pernah menggunakan model pembelajaran yang lain selain model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ?

G : Hanya metode ceramah Menggunakan

metode ceramah 5 P : Bagaimana hasil belajar dengan model

pembelajaran tersebut?

G : Nilai anak menajdi meningkat Nilai meningkat


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Archangela Gemma Galgani merupakan anak pertama dari pasangan Bernadus Riswanta Edhy dan Catarina Retna Ary Untari. Lahir di Klaten pada tanggal 29 Januari 1995. Pendidikan awal dimulai dari TK Maria Assumpta, Klaten tahun 1999-2001. Pendidikan dilanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar Maria Assumpta, Klaten pada tahun 2001-2007. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur, Klaten pada tahun 2007-2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karangongko, Klaten pada tahun 2010-2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013 hingga sekarang. Semasa menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan diantaranya: Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I, Pelatihan Pengembangan Kepribadian II, English Club, Kursus Mahir Dasar, Inisiasi Mahasiswa Keguruan, Week End Moral, kepanitiaan dalam acara Parade Gamelan Anak 2014 se-Yogyakarta dan Jawa Tengah, kepanitiaan dalam Seminar Love, Datting and