Hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SDN Plaosan 1.

(1)

ABSTRAK

Hubungan Persepsi Dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn Di SDN Plaosan 1

Nur Pratikto

Universitas Sanata Dharma 2017

Latar belakang penelitian ini adalah adanya persepsi siswa yang cukup yaitu sebesar 40% dan adanya sikap siswa yang cukup sebesar 44%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi siswa kelas II terhadap model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan sikap siswa pada mata pelajaran PKn di SDN Plaosan 1 pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 25 siswa sebagai kelompok siswa. Dalam pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning (PBL) ada 5 langkah yaitu orientasi, mengorganisasi, membimbing penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan mengevaluasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn yang ditunjukkan dengan nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05) dan Pearson correlation= 0,654. Termasuk hubungan korelasi yang kuat karena berada pada rentang nilai 0,60 – 0,799.


(2)

ABSTRACT

The Perception’s correlations and Attitude of Second Grade on Civics Education and Citizenship in SDN Plaosan 1

Nur Pratikto

Sanata Dharma University 2017

The background of this study is the perception of the students were quite is 40% and the attitudes of the students fairly by 44%. The purpose of this study was to determine the relationship of class II student perception towards learning model Problem Based Learning (PBL) with the attitude of students in the subjects of Civics at SDN Plaosan 1 in the odd semester academic year 2016/2017.

This research was a type of quantitative by using survey method.The sample in this study consisted of 25 students as a group of students. In learning using Problem Based Learning (PBL) there are five steps, ie orientation, organizing, guiding investigations, develop and present the work and evaluate.

The results showed that there is a positive relationship between and attitudes on subjects Civics shown by the Sig (2-tailed) of 0.000 (p <0.05) and Pearson correlation = 0.654. Including a strong correlation because they are in the range of values from 0.60 to 0.799.


(3)

HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKN DI SDN PLAOSAN 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Nur Pratikto NIM: 1311341156

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran.

2. Kedua orang tuaku tercinta, Legiyadi dan Yuliati yang senantiasa

memberikan dukungan baik dengan do’a, semangat, kasih sayang dan

ketulusan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

3. Kakakku Adhi Wibowo dan adikku Ari Nugroho yang selalu menghibur

dan memberikan semangat serta do’a.

4. Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang kubanggakan.

5. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing 1 dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi.,M.A. selaku dosen pembimbing 2 yang selalu memberikan masukan.

6. Teman-teman kelompok PPL 2016 di SDN Plaosan 1 (Putu, Adit, Desty, Nurhayati, Wahyu).

7. Teman-teman payung seperjuangan PGSD USD 2013 (There, Lola, Yustin, Tyas, Achun, Vika, Mira, Lina, Dessy, Dita, Tria, Dhanis, Nike, Yussy, Gema, Ipin,Yoga, Erik, dan Parama).

8. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini.


(7)

MOTTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(QS.Al-Baqarah:286)

“Bila dikritik, daripada sibuk mencari alasan untuk membela diri lebih baik kita

sibuk jujur akan kekurangan diri dan fokus untuk memperbaikinya”

(AA Gym)

“Tak usah memaksakan sesuatu untuk indah, jika memang indah pasti akan indah pada waktunya”


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Februari 2017 Peneliti


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nur Pratikto

Nomor Mahasiswa : 131134156

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKN DI SDN PLAOSAN 1”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya berikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 20 Februari 2017 Yang menyatakan


(10)

ABSTRAK

Hubungan Persepsi Dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn Di SDN Plaosan 1

Nur Pratikto

Universitas Sanata Dharma 2017

Latar belakang penelitian ini adalah adanya persepsi siswa yang cukup yaitu sebesar 40% dan adanya sikap siswa yang cukup sebesar 44%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi siswa kelas II terhadap model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan sikap siswa pada mata pelajaran PKn di SDN Plaosan 1 pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 25 siswa sebagai kelompok siswa. Dalam pembelajarannya menggunakan Problem Based Learning (PBL) ada 5 langkah yaitu orientasi, mengorganisasi, membimbing penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan mengevaluasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn yang ditunjukkan dengan nilai

Sig (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05) dan Pearson correlation= 0,654. Termasuk hubungan korelasi yang kuat karena berada pada rentang nilai 0,60 – 0,799. Kata kunci: persepsi, sikap


(11)

ABSTRACT

The Perception’s correlations and Attitude of Second Grade on Civics Education

and Citizenship in SDN Plaosan 1

Nur Pratikto Sanata Dharma University

2017

The background of this study is the perception of the students were quite is 40% and the attitudes of the students fairly by 44%. The purpose of this study was to determine the relationship of class II student perception towards learning model Problem Based Learning (PBL) with the attitude of students in the subjects of Civics at SDN Plaosan 1 in the odd semester academic year 2016/2017.

This research was a type of quantitative by using survey method.The sample in this study consisted of 25 students as a group of students. In learning using Problem Based Learning (PBL) there are five steps, ie orientation, organizing, guiding investigations, develop and present the work and evaluate.

The results showed that there is a positive relationship between and attitudes on subjects Civics shown by the Sig (2-tailed) of 0.000 (p <0.05) and Pearson correlation = 0.654. Including a strong correlation because they are in the range of values from 0.60 to 0.799.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD N PLAOSAN 1” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Apri Damai Sagita Krissandi,. S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. Paulus Wahana, Mag. Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang membimbing kami dengan penuh bijaksana dan sabar.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing II yang membimbing kami dengan penuh kesabaran.

6. Sumarjoko, S.Ag. selaku Kepala Sekolah SD N Plaosan 1 yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.

7. Rini Sulistyowati, S.Pd. selaku guru mitra yang telah membantu pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.


(13)

9. Sekretariat PGSD Universitas sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi.

10. Kedua orang tuaku tercinta, Legiyadi dan Yuliati yang senantiasa

memberikan dukungan baik dengan do’a, semangat, kasih sayang dan

ketulusan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. 11. Kakakku Adhi Wibowo dan adikku Ari Nugroho yang selalu menghibur dan

memberikan semangat serta do’a.

12. Teman-temanku yang selalu mendukungku.

13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan peneliti. Segala kritik dan saran yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para pembaca.

Peneliti


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

BAB IPENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Batasan Masalah ...4

1.3 Rumusan Masalah ...5

1.4 Tujuan ...5

1.5 Manfaat ...5

1.6 Definisi Operasional ...6

BAB IILANDASAN TEORI ...8

2.1 Kajian Pustaka ...8

2.1.1 Persepsi ...8

2.1.2 Sikap ...13


(15)

2.2 Penelitian yang Relevan ...24

2.2.1 Literatur Map ...26

2.3 Kerangka Berpikir ...26

2.4 Hipotesis ...28

BAB IIIMETODE PENELITIAN ...29

3.1 Jenis Penelitian ...29

3.2 Setting Penelitian ...29

3.2.1 Tempat Penelitian ...29

3.2.2 Waktu Penelitian...30

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...30

3.3.1 Populasi Penelitian...30

3.3.2 Sampel Penelitian ...30

3.4 Variabel Penelitian ...30

3.4.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat) ...31

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...32

3.5.1 Kuesioner ...32

3.5.2 Wawancara ...32

3.5.3 Observasi ...33

3.5.4 Dokumentasi ...33

3.6 Instrumen Penelitian ...33

3.7 Uji Coba Instrumen ...40

3.7.1 Uji Validitas ...40

3.7.2 Uji Reliabilitas ...46

3.8 Teknik Analisis data ...49

3.8.1 Uji Asumsi ...49

3.8.1.1 Uji Normalitas Data ...49

3.8.2 Uji Hipotesis ...51

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...54

4.1 Hasil Penelitian ...54


(16)

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian...59

4.2.1 Pembahasan Uji Hipotesis ...60

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ...62

5.1 Kesimpulan ...62

5.2 Keterbatasan Penelitian ...62

5.3 Saran ...63

DAFTAR REFERENSI...64

LAMPIRAN ...67


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Model pembelajaran berdasarkan masalah... 19

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PKn Kelas II Semester Ganjil ... 23

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 31

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi ... 34

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Sikap... 34

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Persepsi Siswa Tentang Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 36

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran PKn ... 38

Tabel 3.6 Sebaran Uji Coba Kuesioner Persepsi Siswa Tentang Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 39

Tabel 3.7 Sebaran Uji Coba Kuesioner Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran PKn ... 40

Tabel 3.8 Expert Judgement ... 42

Tabel 3.9 Rentang Skor ... 42

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran Problem Based Learning... 43

Tabel 3.11 Validasi Setiap Indikator Persepsi... 44

Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Sikap Siswa Terhadap PKn ... 45

Tabel 3.13 Validasi Setiap Indikator Sikap... 46

Tabel 3.14 Kriteria Koefisien Reliabilitas... 47

Tabel 3.15 Reliabilitas Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 48

Tabel 3.16 Tabel Reliabilitas Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran PKn... 48

Tabel 3.17 Kategori Koefisien Korelasi ... 53

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 54

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Terhadap Sikap Siswa... 55

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Mata Pelajaran PKn... 56

Tabel 4.4 Hasil Uji Linearitas Persepsi dan Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn ... 57


(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literatur dari penelitian sebelumnya ... 26

Gambar 3.1 Variabel Penelitian ... 31

Gambar 3.2 Rumus Pengukuran Reliabilitas ... 47

Gambar 3.3 Rumus Uji Varians ... 50


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 68

Lampiran 2 Rubrik Penilaian ... 74

Lampiran 3 Expert Judgement ... 75

Lampiran 4 Uji Validitas Instrumen Persepsi Siswa... 77

Lampiran 5 Uji Reliabilitas Instrumen Persepsi Siswa ... 78

Lampiran 6 Uji Validitas Instrumen Sikap Siswa ... 79

Lampiran 7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Sikap Siswa ... 80

Lampiran 8 Silabus Kelompok Siswa ... 81

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Siswa... 103

Lampiran 10 Skor Kuesioner Persepsi Siswa ... 152

Lampiran 11 Skor Kuesioner Sikap ... 153

Lampiran 12 Uji Normalitas Data KuesionerPersepsi ... 154

Lampiran 13 Uji Normalitas Data Kuesioner Sikap ... 155

Lampiran 14 Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn ... 156

Lampiran 15 Uji Linearitas ... 158

Lampiran 16 Uji Hipotesis Korelatif (Hubungan) ... 160

Lampiran 17 Wawancara Guru dan Siswa ... 161

Lampiran 18 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran ... 169

Lampiran 19 Surat Izin Penelitian... 171


(20)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan pendidikan awal dalam mempersiapkan generasi muda sebelum menuju ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Maka dari itu pendidikan di sekolah dasar sebagai pendidikan formal perlu merancang pembelajaran terpadu yang berorientasi pada karakter dan budaya bangsa. Pendidikan karakter dinilai dapat meningkatkan pembelajaran karena pendidikan karakter sejatinya mengarah pada pencapaian tujuan-tujuan akademik yang berwawasan untuk membentuk karakter diri peserta didik berdasarkan budaya.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu bidang mata pelajaran di sekolah dasar mempunyai tujuan yang sesuai dengan arah tujuan pendidikan. Salah satu tujuan dari PKn adalah untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada karekter budaya bangsa Indonesia yang diharapkan membentuk perilaku kehidupan peserta didik sebagai individu maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari pengertian tersebut, maka cukup memberikan alasan bahwa PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang diarahkan untuk memberi konstribusi positif dalam mewujudkan tujuan pendidikan serta membentuk karakter peserta didik


(21)

Mata pelajaran PKn yang sudah diberikan dari kelas bawah hingga kelas atas pun masih diberlakukan tentunya mengandung arti bahwa begitu pentingnya belajar PKn. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran PKn di kelas, pasti menunjukkan reaksi atau sikap yang berbeda-beda antar siswa. Hal ini karena adanya perbedaan karakter antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Setiap siswa yang mengikuti pembelajaran PKn pasti mempunyai anggapan atau persepsi yang berbeda-beda mengenai mata pelajaran PKn. Persepsi siswa tersebut tentunya ada persepsi yang positif seperti anggapan bahwa pelajaran PKn itu menyenangkan karena materinya mudah dipahami atau persepsi yang negatif seperti anggapan bahwa materi PKn sangat banyak dan terkesan harus dihafal. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran PKn khususnya di sekolah dasar ditutut untuk lebih mengarah ke pembelajaran yang bermakna sehingga dapat membantu membangun persepsi positif dalam diri siswa serta mengarahkan siswa dalam bersikap.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn yang efektif dan efisien, tentunya juga diperlukan langkah-langkah dalam ketercapaiannya. Salah satu langkah yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran PKn adalah penggunaan model pembelajaran oleh guru. Problem Based Learning (PBL)

sebagai salah satu model pembelajaran berusaha untuk mengarahkan siswa dalam menambah wawasan dan untuk mengarahkan siswa agar lebih dapat berpikir kritis, serta mengajak siswa untuk berani menyampaikan pendapatnya mengenai masalah yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari. Siregar dan Nara (2007:119) menyatakan bahwa model pembelajaran Problem Based


(22)

Learning (PBL) merupakan sebuah model pembelajaran yang berfokus pada penyajian suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa melalui serangkaian kegiatan penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajari dari berbagai bidang ilmu. Dalam pengertian di atas, cukup menunjukkan bahwa model pembelajaran ini mengarahkan siswa agar aktif di dalam pembelajaran. Hal ini tentunya sangat mendukung diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran PKn di sekolah dasar sesuai pendapat Trianto (2012:62) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran akan lebih baik jika siswa terlibat aktif dalam belajar. Sehingga, dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan mampu memberikan dampak yang positif bagi siswa maupun guru dalam pembelajaran PKn.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 4 siswa kelas II SDN Plaosan 1, peneliti memperoleh keterangan bahwa antar siswa yang satu dengan siswa yang lain mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda mengenai mata pelajaran PKn. Namun, pendapat dari siswa tersebut cenderung mengarah pada persepsi yang negatif. Siswa mempunyai persepsi yang negatif mengenai materi, media, dan sarana pembelajaran serta langkah-langkah pembelajaran dan interaksi terhadap model pembelajaran.

Permasalahan yang berikutnya adalah sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Peneliti juga melakukan observasi pembelajaran pada saat guru kelas mengajar mata pelajaran PKn. Dari observasi yang telah dilakukan, peneliti


(23)

sikap yang berbeda-beda. Misalnya, saat guru menerangkan materi ada siswa yang hanya diam saja, ada yang aktif selalu bertanya, ada yang acuh juga, dan lain-lain. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru kelas terkait mata pelajaran PKn yang selama ini dilakukan di kelas tersebut. Guru kelas mengungkapkan bahwa model pembelajaran yang digunakan cenderung menggunakan yang konvensional. Hal ini karena berdasarkan pengalaman dari guru kelas tersebut yang pernah menggunakan model-model pembelajaran lainnya namun dirasa siswa malah kurang aktif dan kurang antusias dalam belajar PKn.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai persepsi siswa. Persepsi siswa tersebut akan dilihat hubungannya dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu pada materi gotong royong. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian korelatif

dengan mengangkat judul “HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI SDN PLAOSAN 1”.

1.2Batasan Masalah

Penelitian ini hanya terbatas meneliti hubungan persepsi siswa kelas II terhadap model pembelajaran model PBL dengan sikap siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD N Plaosan 1 pada tahun ajaran 2016/2017. Pembelajaran PKn kelas II semester I iini dibatasi pada Standar Kompetensi 1 yaitu membiasakan hidup bergotong royong.


(24)

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.3.1 Apakah ada hubungan antara persepsi siswa dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn?

1.4Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara persepsi siswa dengan sikap siswa kelas II terhadap mata pelajaran PKn.

1.5Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Siswa

Manfaat dari penelitian ini yang dapat diperoleh siswa adalah

 Agar siswa dapat memahami, menghayati, dan melaksanakan gotong

royong melalui pembelajaran PKn di Sekolah Dasar.

 Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang baru dan

menyenangkan dengan metode yang digunakan. 2. Bagi Guru

Manfaat dari penelitian ini yang dapat diperoleh bagi guru adalah

 Guru mendapatkan tambahan wawasan tentang model pembelajaran

yang baru untuk digunakan dalam pembelajaran bagi siswa.

 Guru mendapatkan inspirasi untuk membuat pembelajaran dengan


(25)

pembelajaran sebelumnya agar persepsi dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn berubah.

3. Bagi Sekolah

Manfaat dari penelitian ini bagi sekolah adalah mendapatkan tambahan positif bagi kemajauan sekolah, yaitu membantu sekolah memperbaiki kurikulum untuk meningkatkan mutu lulusannya.

4. Bagi Pembaca

Manfaat penelitian ini bagi pembaca adalah memberikan tambahan pengetahuan khususnya tentang adanya perubahan persepsi dan sikap siswa pada pembelajaran PKn.

5. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti dapat menambah wawasan mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe PBL dalam pembelajaran PKn. Selain itu, peneliti juga dapat mengetahui tingkat keberhasilan penerapan model pembelajaran ini di Sekolah Dasar.

1.6Definisi Operasional

1. Persepsi adalah pandangan atau kesan yang timbul pada seseorang terhadap suatu objek atau peristiwa setelah seseorang melalui proses pengamatan dengan panca inderanya yang kemudian disimpulkan berdasarkan informasi yang diterimanya.

2. Sikap merupakan keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.


(26)

Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

3. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan cabang ilmu yang mengkaji tentang hubungan antar manusia untuk mewujudkan warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter.

4. Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik pembelajaran dengan penyelesaian yang dilakukan oleh siswa sehingga siswa lebih dapat memahami dan menghayati isi pokok materi pembelajaran.


(27)

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas tentang kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Bagian ini akan membahas tentang teori-teori yang dapat mendukung penelitian, yang diambil dari buku atau jurnal dan referensi yang lainnya. Teori-teori yang akan dijelaskan pada bagian ini tentang persepsi, sikap, mata pelajaran PKn, dan model pembelajaran problem based learning.

2.1.1 Persepsi 2.1.1.1Pengertian

Secara etimologis, persepsi berasal dari kata “perception” yang awalnya berasal dari bahasa Latin yaitu “percipare” yang artinya menerima atau

mengambil. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Stimulus yang mengenai individu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Walgito (2010:99) menjelaskan mengenai persepsi sebagai suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yakni merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Selanjutnya, Jalaludin (1998:51) berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.


(28)

Pendapat-pendapat di atas selanjutnya dikuatkan oleh Soemato (1990:23) yang menjelaskan bahwa persepsi adalah merupakan bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengalaman. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai persepsi diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pandangan atau kesan yang timbul pada seseorang terhadap suatu objek atau peristiwa setelah seseorang melalui proses pengamatan dengan panca inderanya yang kemudian disimpulkan berdasarkan informasi yang diterimanya.

2.1.1.2Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Wirawan (1991:4) ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Ketiga hal tersebut yaitu sebagai berikut :

1) Diri orang yang bersangkutan

Apabila seseorang melihat dan berusaha memeberikan interpretasi tentang apa yang dilihat itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh, seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapan. Berdasarkan hal tersebut, Irwanto (1989: 96-97) menjabarkan hal-hal yang mempengaruhi persepsi yang berasal dari diri orang yang bersangkutan sebagai berikut:

a) Perhatian yang selektif

Seseorang setiap saat menerima rangsangan yang sangat banyak, akan tetapi tidak semuanya harus ditanggapi. Seseorang akan memusatkan perhatiannya pada rangsangan tertentu saja yang ia


(29)

anggap menarik, sehingga objek atau peristiwa lain tidak akan tampil sebagai objek pengamatan.

b) Nilai dan kebutuhan individu

Setiap individu memiliki kebutuhan masing-masing yang berbeda satu sama lainnya terkait dengan rangsangan. Hal ini membuat setiap individu akan berbeda persepsinya walaupun objek yang diamati sama.

c) Pengalaman terdahulu

Pengalaman terdahulu sangat berpengaruh terhadap bagaiman seseorang mempersepsikan sesuatu. Contohnya sangat sederhana yaitu sebuah telepon genggam mungkin bagi kita bukan barang baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang pedalaman yang belum pernah melihat telepon genggam.

2) Sasaran persepsi tersebut

Sasaran persepsi tersebut bisa berupa orang, benda, maupun peristiwa. Sifat-sifat dari sasaran persepsi berpengaruh terhadap persepsi individu dalam melihatnya, dengan kata lain, gerakan, suara ukuran, tindak tanduk dan cirri-ciri lain sasaran persepsi turut menentukan cara pandang seorang individu melihat dan bersikap terhadapnya.

3) Faktor situasi

Pesepsi dilihat secara kontekstual yang dalam situasi dimana persepsi tersebut dapat muncul, perlu pula mendapat perhatian atau umpan balik.


(30)

Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal individu dan faktor eksternal individu. Faktor internal individu meliputi perhatian yang selektif, nilai-nilai dan kebutuhan individu, dan pengalaman terdahulu individu. Faktor eksternal meliputi faktor sasaran atau jenis rangsangan dan faktor situasi rangsangan. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi dari setiap individu berbeda-beda.

2.1.1.3Indikator Persepsi

Menurut Robbin (2003: 124-130), indikator-indikator persepsi ada dua macam, yaitu:

a. Penerimaan

Proses penerimaan adalah indikator terjadinya persepsi dalam tahap fisiologis, dimana berfungsinya indera untuk menangkap rangsang dari luar.

b. Evaluasi

Rangsang-rangsang dari luar yang telah ditangkap indera, kemudian dievaluasi oleh individu. Evaluasi ini sangat subjektif. Individu yang satu menilai suatu rangsang sebagai sesuatu yang membosankan dan sulit. Sedangkan individu yang lain menilai rangsang yang sama tersebut sebagai sesuatu yang bagus dan menyenangkan.


(31)

Menurut Hamka (2002: 101-106), indikator persepsi ada dua macam, yaitu:

a. Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui indera, masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses analisis, diklasifikasi, dan diorganisir dengan pengalaman-pengalaman individu yang telah dimiliki sebelumnya.

b. Mengerti, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil dari proses klasifikasi dan organisasi. Tahapan ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis berupa pengertian atau pemahaman. Pengertian atau pemahaman tersebut juga bersifat subjektif, berbeda-beda bagi setiap individu.

Berdasarkan indikator-indikator persepsi dari para ahli diatas, peneliti menggunakan indikator persepsi menurut Hamka (2002:101-106) sebagai indikator yang digunakan dalam penyusunan kuesioner yaitu menyerap dan mengerti.

2.1.1.4Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Hamka (2002:81), proses terjadinya persepsi melalui tahap -tahap sebagai berikut:

1) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, yaitu proses ditangkapnya suatu stimulus (objek) oleh panca indera.

2) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, yaitu proses diteruskannya stimulus atau objek yang telah diterima alat indera melalui syaraf-syaraf sensoris ke otak.


(32)

3) Tahap ketiga merupakan proses yang dikenal dengan nama proses psikologis, yaitu proses dalam otak, sehingga individu mengerti , menyadari, menafsirkan dan menilai objek tersebut.

4) Tahap keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan, gambaran atau kesan.

2.1.2 Sikap

2.1.2.1Pengertian Sikap

Sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap pada seseorang akan memberikan corak perilaku terhadap orang yang bersangkutan. Menurut Azwar (1998:9), sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berupa respon positif maupun respon negatif, sedangkan Backman dan Secord (dalam Azwar, 2015:5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam perasaan (afeksi), pemikiran ( kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitar. Pernyataan-pernyataan diatas sejalan dengan Berkowitz (dalam Kartika Budi, 2001:49), yang menyatakan bahwa sikap merupakan suatu respon evaluatif terhadap suatu rangsangan berupa informasi, objek, gejala, atau peristiwa yang dialami.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.


(33)

Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

2.1.2.2Karakteristik Sikap

Berikut ini adalah merupakan ciri-ciri dari sikap (Purwanto, 1998: 63), antara lain :

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.


(34)

2.1.2.3Indikator Sikap

Walgito (1990:111) menjelaskan bahwa ada tiga komponen yang membentuk struktur sikap. Ketiga komponen itu yaitu :

1) Komponen Kognitif (komponen perseptual), merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap.

2) Komponen Afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negative. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

3) Komponen Konatif (komponen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intenstas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Berdasarkan penjabaran komponen sikap diatas, peneliti menggunakan indikator sikap berdasarkan atas komponen-komponen penyusun sikap dari Walgito (1990) mengenai faktor-fator yang dapat membentuk struktur sikap dengan tiga indikator yaitu : kognitif, afektif, konatif.


(35)

2.1.2.4Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2011:30) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu antara lain:

1) Pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu pada umumnya

cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

4) Media massa. Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.


(36)

6) Faktor emosional. Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.1.3 Model Pembelajaran Problem Based Learning 2.1.3.1Pengertian Model Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang bersifat student center dimana dalam pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai fokus pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi dan penguatan diri. Pengertian tersebut sesuai dengan pernyataan Siregar dan Nara (2007:119) yang mendefinisikan PBL sebagai sebuah model pembelajaran yang berfokus pada penyajian suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa melalui serangkaian kegiatan penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu.

Definisi di atas juga diperkuat kembali oleh Rhem (dalam Suparno Paul 2011:73) yang menjelaskan PBL sebagai model pembelajaran dimana siswa ditatapkan pada persoalan yang real, kontekstual, yang tidak terstruktur ketat dan berusaha untuk menemukan pemecahannya yang berarti.

Berdasarkan atas pemaparan pengertian PBL diatas dapat disimpulkan bahwa PBL adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah


(37)

sehingga siswa lebih dapat memahami dan menghayati isi pokok materi pembelajaran. Hal itu disebabkan karena model pembelajaran PBL lebih menuntut siswa untuk lebih aktif dalam memecahkan masalah sehingga siswa mampu berpikir kritis.

2.1.3.2Langkah-langkah Model Pembelajaran PBL

Langkah-langkah pembelajaran yang ada di dalam model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) menurut Severinus (2013:10) adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi masalah. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk memahami masalah, mendaftar fakta dan konsep-konsep pokok yang terlibat dalam masalah itu, mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut, mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang sudah dan yang belum dikuasai.

2) Merancang kegiatan penyelesaian masalah. Siswa dalam kelompok membuat rancangan yang berkaitan langkah penyelesaian masalah, sarana yang diperlukan, narasumber, pembagian tugas, jadwal, dan biaya.

3) Melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah. Kegiatan penyelesaian masalah dilakukan secara bertahap. Setiap tahap penyelesaian disertai evaluasi, refleksi, dan rencana tindak lanjut.

4) Kegiatan tutorial. Secara periodik kelompok-kelompok siswa melaporkan perkembangan penyelesaian masalah kepada tim guru


(38)

sebagai tutor. Dalam kegiatan ini tutor mengevaluasi dan memberikan masukan kepada kelompok untuk kegiatan selanjutnya.

5) Melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah. Kelompok melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan masukan dari tutor.

6) Menyusun laporan. Kelompok menyusun laporan mengenai proses penyelesaian masalah dan mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dalam proses tersebut.

7) Penilaian. Penilaian dilakukan melalui observasi kinerja ketika diskusi tutorial, observasi produk berupa laporan, dapat juga disertai tes tertulis dan lisan.

Pada model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam Nurhadi, 2004:111) :

Tabel 2.1 Sintaks Model pembelajaran berdasarkan masalah

Fase Indikator Aktifitas / Kegiatan Guru

1 Orientasi siswa

kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistikyang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3 Membimbing

penyelidikan

Guru mendorong siswa untuk


(39)

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya.

5 Menganalisa dan

mengevaluasi

proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.

2.1.3.3Manfaat Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah dan keterampilan intelektual. Adapaun pendapat Uden dan Beaumont (dalam Suprihatiningrum, 2013:222) yang mengungkapkan beberapa manfaat yang dapat diamati dari siswa yang belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL), yaitu: 1) Mampu mengingat dengan lebih baikinformasi dan pengetahuan

2) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan komunikasi

3) Mengembangkan basis pengetahuan secara integrasi 4) Menikmati belajar

5) Meningkatkan motivasi

2.1.3.4Kelebihan Problem Based Learning

Sebagai suatu model pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Masalah dinilai memiliki beberapa kelebihan (Abbudin, 2011:250), di antaranya:

1) Dapat membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.


(40)

2) Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, yang selanjutnya dapat mereka gunakan pada saat menghadapi masalah yang sesungguhnya di masyarakat kelak.

3) Dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses pembelajarannya, para siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai aspek.

2.1.3.5Kelemahan Problem Based Learning

Sebagai sebuah model pembelajaran, selain memiliki kelebihan, PBL juga memiliki kekurangan. Menurut Abbudin (2011:250), kelemahan PBL antara lain:

1) Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan tingkat kemampuan berpikir pada para siswa

2) Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional.

3) Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yang semula belajar mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang disampaikan guru, menjadi belajar dengan cara mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan memecahkannya sendiri.


(41)

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 2.1.4.1Pengertian PKn

Pendidikan Kewarganegaraan atau sering disingkat dengan PKn adalah materi yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio-kultura, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan berkarakter (Depdiknas dalam Aryani 2010:39). Sedangkan menurut Winataputra (dalam Winarno,2013:7) mendefinisikan pendidikan kewarganegaraan sebagai suatu bidang kajian yang memiliki objek telaah kebijakan dan budaya kewarganegaraan, menggunakan disiplin ilmu yang relevan, yang secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultural kewarganegaraan dan kajian ilmiah kewaganegaraan. Sedangkan Waite (dalam Erwin, 2011:2) menjelaskan bahwa PKn adalah ilmu kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan manusiadalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Kewarganegaraan merupakan cabang ilmu yang mengkaji tentang hubungan antar manusia untuk mewujudkan warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter.

2.1.4.2Tujuan PKn

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan menurut buku kurikulum KTSP (dalam Aryani, 2010: 116) adalah sebagai berikut :


(42)

1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu mengenai PKn.

2. Mampu berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Mampu berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Mampu berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2.1.4.3Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Berikut ini merupakan tabel standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PKn kelas II semester ganjil :

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PKn Kelas II Semester Ganjil

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Membiasakan hidup

bergotong royong

1.1 Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong

1.2 Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan di ekolah

2. Menampilkan sikap cinta lingkungan

2.1 Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti dunia tumbuhan dan dunia hewan


(43)

2.2 Penelitian yang Relevan

Widayani (2011) melakukan penelitian tentang hubungan persepsi peserta didik pada mata pelajaran matematika dengan hasil belajar matematika kelas X MA NU Nurul Huda Mangkang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) persepsi peserta didik kelas X MA NU Nurul Huda Mangkang Semarang pada mata pelajaran Matematika adalah baik yaitu 65,5%. 2) Hasil belajar Matematika peserta didik Kelas X MA NU Nurul Huda Mangkang adalah mendapatkan hasil belajar yang cukup/sedang. Terbukti dengan banyaknya peserta didik yang tuntas adalah 57,5%. 3) Ada hubungan antara persepsi peserta didik pada mata pelajaran Matematika dengan hasil belajar Matematika kelas X MA NU Nurul Huda Mangkang Semarang. Hal ini dibuktikan dengan diperoleh rhitung = 0,712. Setelah dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi, didapat nilai t = 6,25, sedangkan t-tabel untuk taraf kepercayaan 5% dengan db = n – 2 = 40 – 2 =38 adalah 1,6860. Karena nilai t hitung > t tabel, maka koefisien korelasi berarti atau signifikan.

Nurcahyo (2013) melakukan penelitian tentang efektifitas penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap peningkatan sikap demokratis dan hasil belajar PKn siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan sikap demokratis yang signifikan antara kelas yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan ceramah dengan uji t taraf signifikansi 5% (0,006 < 0,05) diperoleh nilai t hitung = 2,862 dan t tabel = 2,000. (2) Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas yang menerapkan model pembelajaran


(44)

Problem Based Learning dengan ceramah dengan uji t taraf signifikansi 5% (0,001<0,05) diperoleh nilai t hitung = 3,342 dan t tabel = 2,000.

Kedua penelitian diatas relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Penelitian relevan yang pertama memiliki variabel persepsi siswa dalam pembelajaran. Perbedaan penelitian relevan yang dilakukan Widayani (2011) variabel persepsi siswa dilakukan terhadap pembelajaran matematika. Sedangkan penelitian relevan yang kedua memiliki variabel model Problem Based Learning, sikap demokratis siswa, hasil belajar PKn. Perbedaan penelitian relevan yang dilakukan Nurcahyo (2013) adalah variabel model Problem Based Learning siswa terhadap sikap demokrasi siswa. Berdasarkan penelitian relevan tersebut, peneliti mengembangkan sebuah penelitian baru dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) sebagai variabel moderator. Penelitian ini berjudul hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SDN Plaosan 1.


(45)

2.2.1 Literatur Map

Gambar 2.1 Literatur dari penelitian sebelumnya

Berdasarkan Literatur Map yang dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian baru mengenai Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn Di SD N Plaosan 1.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran di sekolah dasar akan berjalan dengan baik apabila guru dalam mengajar tidak hanya menggunakan model ceramah saja tetapi menerapkan pembelajaran yang menghadapkan pada masalah-masalah yang

Persepsi

Sikap

Hubungan Persepsi Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Hasil Belajar Matematika Kelas X MA NU Nurul Huda Mangkang. Widayani (2011).

Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Peningkatan Sikap Demokratis Dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari. Nurcahyo, Putra Sidik (2013)

Yang akan diteliti :

Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn Di SDN Plaosan 1


(46)

dihadapi siswa. Hal ini bertujuan agar pembelajaran di kelas menjadi lebih variatif dan siswa tidak merasa bosan dalam belajar. Pembelajaran di sekolah dasar juga harus mengacu pada tiga aspek, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Maka dari itu kegiatan pembelajaran di SD dituntut agar menyajikan pembelajaran yang bermakna sehingga siswa dapat mengembangkan diri secara optimal. Salah satu cara yang diakukan agar suatu pembelajaran menjadi lebih bermakna, adalah berupa penggunaan berbagai model pembelajaran oleh guru saat proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan di SD yaitu model pembelajaran Problem Based Leaning (PBL).

Model pembelajaran Problem Based Leaning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik pembelajaran dengan penyelesaian yang dilakukan oleh siswa sehingga siswa lebih dapat memahami dan menghayati isi pokok materi pembelajaran. Penerapan model PBL tersebut tentunya juga dapat membantu membangun persepsi siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Pada saat menggunakan model pembelajaran konvensional, ada persepsi negatif yang muncul mengenai mata pelajaran PKn dari para siswa. Hal tersebut tentunya sangat mempengaruhi sikap siswa terhadap mata pelajaran Pkn yaitu siswa dengan persepsi negatif akan cenderung bersikap negatif dan begitu juga sebaliknya siswa yang sejak awal mempunyai persepsi positif cenderung bersikap positif pula.


(47)

Melalui model pembelajaran PBL siswa akan membangun persepsinya menuju ke arah yang lebih positif dibandingkan dengan persepsi yang terbentuk saat menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga dengan demikian sekaligus membangun sikap yang positif juga. Hal ini juga sekaligus menegaskan bahwa pembelajaran yang dijalankan akan membentuk persepsi dan sikap maka dalam penelitian ini akan melihat bagaimana hubungan antara persepsi siswa dengan sikap yang akan terbentuk dalam diri siswa dengan diterapkannya model pembelajaran PBL pada mata pelajaran PKn.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.4.1 Terdapat hubungan antara persepsi siswa dengan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

BAB III ini akan membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan pada metode penelitian ini adalah jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Metode survei ialah metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dalam pengamatan langsung terhadap suatu gejala dalam populasi besar atau kecil. Proses penelitian survei merupakan suatu fenomena sosial dalam bidang pendidikan yang menarik perhatian peneliti. Penelitian survei menggambarkan proses transformasi komponen informasi ilmiah (Iskandar, 2010:67).

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N Plaosan 1 dengan alamat di Dusun Plaosan, Tlogoadi, Mlati, Sleman. Bangunan sekolah tersebut terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas satu sampai enam, ruang UKS, perpustakaan, kantin sekolah, gudang, serta toilet guru dan siswa.


(49)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 yaitu pada bulan september hingga bulan desember

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Berdasarkan pendapat Zuriah (2006:154), populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu tertentu. Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksudkan adalah semua siswa kelas II.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,2006:131). Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah siswa kelas II SD N Plaosan 1 tahun pelajaran 2016/2017. Dalam hal ini sampel yang digunakan harus bisa mewakili keadan populasi, sehingga harus dilakukan pengambilan sampel yang benar.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 38). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi:

3.4.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, dan antesenden. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel ini memengaruhi atau yang menjadi sebab


(50)

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2013: 39). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah persepsi siswa.

3.4.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2013: 39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap siswa pada mata pelajaran PKn.

3.4.3 Variabel Moderator (Variabel Yang Mempengaruhi Perlakuan)

Variabel Moderator menurut Sugiyono (2012: 62) adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel moderator adalah model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL).

Gambar 3.1 Variabel Penelitian

Persepsi Siswa

(Variabel Independen)

Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajara PKn

(Variabel Dependen)

Problem Based Learning


(51)

3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Kuesioner

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan adalah menggunakan kuesioner. Menurut Sugiyono (2011:199) kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Jenis kuesioner yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup atau berstruktur adalah kuesioner yang sudah menyiapkan alternatif jawaban sehingga responden tinggal memilih alternatif jawaban yang dianggap sesuai.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua kuesioner, yaitu kuesioner persepsi dan kuesioner sikap. Kuesioner persepsi terdiri dari tiga indikator yang kemudian dijabarkan menjadi 38 pernyataan, sedangkan kuesioner sikap terdiri dari 3 indikator yang dijabarkan mejadi 34 pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut terdiri dari Pernyataan-pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable).

3.5.2 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden (Effendi, 2012:207). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dimana sebelum melaksanakan wawancara peneliti menyiapkan instrumen wawancara yang disebut pedomoan wawancara. Menurut Sukmadinata (2011:216), isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data,


(52)

pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti bertanya langsung pada guru dan siswa dalam kaitannya pengukuran persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn.

3.5.3 Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas (Hadi dalam Sugiyono, 2015: 203-204). Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan guna untuk mengetahi kondisi di dalam tempat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran kelompok siswa.

3.5.4 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang (Sugiyono, 2008: 340). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rekaman suara mengenai beberapa siswa yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan supaya data yang diperoleh melalui rekaman suara dapat dipercaya dan mendukung informasi yang dibutuhkan peneliti. Hasil observasi dan pengamatan akan lebih dipercaya apabila didukung dengan adanya dokumentasi.

3.6 Instrumen Penelitian


(53)

mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Alat ukur digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner persepsi dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang tertulis kepada responden untuk dijawab (sugiyono, 2010:199).

Kuesioner yang digunakan oleh peneliti terdiri atas 6 indikator yang kemudian dijabarkan dalam beberapa pernyataan atau indikator pengukuran persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn. Berikut ini adalah kisi-kisi dari kuesioner yang digunakan peneliti :

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi

No Variabel Pembagian Indikator

1 Persepsi siswa terhadap model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL)

Persepsi tentang materi, media, dan sarana pelajaran dalam pembelajaran PKn

Menyerap

Mengerti Persepsi tentang langkah-langkah

pelajaran dalam pembelajaran PKn

Menyerap Mengerti Persepsi tentang langkah-langkah

pelajaran dalam pembelajaran PKn

Menyerap Mengerti

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Sikap

No Variabel Pembagian Indikator

1

Sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn

Sikap sebelum mengikuti pelajaran

Kognitif Afektif Konatif

Sikap saat mengikuti pelajaran

Kognitif Afektif Konatif

Sikap setelah mengikuti pelajaran

Kognitif Afektif Konatif

Kemudian keenam indikator tersebut dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan atau deskriptor yang disusun oleh peneliti bersama dengan peneliti


(54)

Kuesioner ini disusun berdasarkan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomenal sosial (Sugiyono 2010:134). Skala Likert disusun dalam bentuk suatu pertanyaan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukan suatu tingkatan.

Cara pengisian angket tersebut adalah dengan memberikan tanda checklist (√)

atau tanda silang (x) pada pernyataan yang sesuai dengan kondisi subyek. Pada

setiap item disediakan alternaif jawaban yaitu “Sangat Setuju” (SS), “Setuju”

(S), “Tidak Memiliki Pendapat”, “Tidak Setuju” (TS), “Sangat Tidak Setuju” (STS). Adapun nilai setiap alternatif jawaban masing- masing :

a. Item-item positif (vorable) dengan nilai/skor : (1) Sangat Setuju (SS) : Skor 5

(2) Setuju (S) : Skor 4

(3) Tidak mempunyai pendapat : Skor 3 (4) Tidak Setuju (TS) : Skor 2 (5) Sangat Tidak Setuju (STS) : Skor 1

b. Item-item negatif (unvorable) dengan nilai/skor : (1) Sangat Setuju (SS) : Skor 1

(2) Setuju (S) : Skor 2

(3) Tidak memiliki pendapat : Skor 3 (4) Tidak Setuju (TS) : Skor 4 (5) Sangat Tidak Setuju (STS) : Skor 5


(55)

dengan tujuan untuk menghindari jawaban dari responden yang tidak mempunyai pendapat atau netral, pada jawaban netral memiliki skor 3. Jadi kuesioner yang digunakan adalah jenis kuesioner berstruktur atau tertutup. Cara mengisi kuesioner ini yaitu responden hanya perlu memeberikan tanda centang

(√) pada kolom sesuai dengan pilihannya.

Pernyataan farvorable, dengan pilihan jawaban dan skor: (1) Sanggat Setuju (SS) : Skor 4

(2) Setuju (S) : Skor 3

(3) Tidak Setuju (TS) : Skor 2 (4) Sanggat Tidak Setuju (STS) : Skor 1

Pernyataan unfarvorable, dengan pilihan jawaban dan skor: (1) Sanggat Setuju (SS) : Skor 1

(2) Setuju (S) : Skor 2

(3) Tidak Setuju (TS) : Skor 3 (4) Sanggat Tidak Setuju (STS) : Skor 4

Berikut ini adalah kisi-kisi dari kuesioner yang akan disebarkan kepada responden:

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Persepsi Siswa Tentang Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

1. Persepsi terhadap penggunaan media dan sarana pembelajaran dalam materi pembelajaran PKn

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1 Menyerap Saya menerima penjelasan

tentang materi yang akan dipelajari dalam mata

Saya mengabaikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran


(56)

2 Setelah mengamati media yang digunakan saya bertanya jika ada informasi yang belum jelas

Saya tidak mengamati media yang digunakan dalam mata pelajaran PKn

3 Materi dalam mata pelajaran PKn mudah dipahami

Materi dalam mata pelajaran PKn sukar dipahami

4

Mengerti

Media pembelajaran dapat membuat tugas saya cepat selesai

Media pembelajaran membuat tugas saya selesai dalam waktu yang lama

5 Saya menggunakan media pembelajaran yang telah disediakan untuk mencari informasi yang dibutuhkan

Penggunaan media pembelajaran menghambat saya untuk mencari informasi yang dibutuhkan

2. Persepsi terhadap langkah- langkah kegiatan pembelajaran PKn

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1

Menyerap

Saya mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

Saya lupa dengan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

2 Saya mampu membuat

kesimpulan dari pembelajaran PKn

Saya kesulitan membuat kesimpulan dari pembelajaran PKn

3 Saya menyampaikan hasil pembelajaran yang didapatkan di depan kelas

Saya menolak untuk menyampaikan hasil pembelajaran yang didapatkan di depan kelas

4

Mengerti

Saya mencoba menemukan manfaat pembelajaran PKN

Saya merasa kesulitan menemukan manfaat pembelajaran PKN

5 Saya memiliki rasa tanggung jawab dalam melakukan tugas kelompok

Saya menolak untuk melakukan tugas kelompok

6 Saya bisa menemukan inti pembelajaran sendiri

Saya merasa sukar menemukan inti pembelajaran

3. Persepsi terhadap interaksi dalam pembelajaran PKn

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1

Menyerap

Saya dapat mengembangkan pengetahuan yang didapatkan kepada teman

Saya mengalami hambatan dalam mengembangkan pengetahuan yang didapat 2 Saya menyadari pentingnya

bekerja sama dalam mencari pengetahuan

Saya memilih bekerja sendiri daripada bekerja sama dengan teman saat berdiskusi


(57)

4 Saya dapat bekerjasama dengan kelompok untuk memecahkan permasalahan dalam belajar

Saya malas bekerjas ama dengan kelompok untuk memecahkan permasalahan dalam belajar

5 Saya senang dapat berinteraksi dengan teman sekelompok

Saya sungkan berinteraksi dengan teman sekelompok 6

Mengerti

Saya dapat membantu teman yang kesulitan dalam belajar

Saya menjauhi teman yang kesulitan dalam belajar

7 Saya dapat bekerja kelompok bersama teman

Saya mengalami kesulitan dalam bekerja kelompok bersama teman

8 Saya ikut terlibat dalam diskusi saat pembelajaran

Saya hanya mengikuti pendapat teman dalam diskusi saat pembelajaran

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran PKn

4. Sikap terhadap mata pelajaran PKn sebelum mengikuti pelajaran PKn

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1

Kognitif

Saya memperhatikan terhadap mata pelajaran PKn.

Saya malas memperhatikan mata pelajaran PKn.

2 Saya segera memberikan perhatian terhadap mata pelajaran PKn.

Saya kurang memberikan perhatian terhadap mata pelajaran PKn.

3

Afektif

Saya tertarik mengikuti pelajaran PKn.

Saya malas mengikuti pelajaran PKn.

4 Saya rajin masuk sekolah saat akan belajar PKn.

Saya bolos sekolah saat akan belajar PKn.

5 Saya senang saat akan belajar PKn.

Saya tidak senang saat akan belajar PKn.

6

Konatif

Saya aktif menyiapkan buku PKn

Saya tidak menyiapkan buku PKn

7 Saya perlu perisapan dalam mengikuti pelajaran PKn.

Saya tidak perlu perisapan dalam mengikuti pelajaran PKn.

5. Sikap terhadap mata pelajaran PKn pada waktu mengikuti pelajaran PKn

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel

1

Kognitif

Mata Pelajaran PKn membuat ilmu pengetahuan saya berkembang.

Mata pelajaran PKn tidak berpengaruh bagi kehidupan saya.

2

Saya mendapatkan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn.

Saya tidak mendapatkan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn.


(58)

mengikuti pembelajaran PKn. pembelajaran PKn.

4 Bagi saya pembelajaran PKn itu menyenangkan. Bagi saya pembelajaran PKn itu sulit.

5 Konatif

Saya mendengarkan dengan sungguh-sungguh saat belajar mata pelajaran PKn.

Saya mendengarkan dengan tidak sungguh-sungguh saat belajar mata pelajaran PKn.

6. Sikap terhadap mata pelajaran PKn setelah mengikuti pelajaran PKn

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel

1

Kognitif

Saya dapat menggunakan pengetahuan yang didapatkan dalam kegiatan sehari-hari.

Saya dapat menggunakan pengetahuan yang didapatkan terbatas di lingkungan rumah.

2

Afektif

Saya memberikan contoh sikap tindakan setelah mempelajari ilmu pengetahuan.

Saya kesulitan memberikan contoh sikap tindakan setelah mempelajari ilmu pengetahuan.

3

Saya mengetahui sikap apa yang ingin saya kembangkan setelah mengikuti pembelajaran.

Saya tidak mengetahui sikap yang ingin dikembangkan setelah mengikuti pembelajaran.

4

Konatif

Setelah mendapatkan pengetahuan, saya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah mendapatkan pengetahuan, saya tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

5

Saya berperilaku baik setelah mempelajari pembelajaran Pkn.

Saya mengalami hambatan mengembangkan perilaku setelah mempelajari Pkn.

Berikut ini adalah sebaran item yang digunakan dalam uji coba kuesioner persepsi siswa tentang model pembelajaran Problem Based Learning :

Tabel 3.6 Sebaran Uji Coba Kuesioner Persepsi Siswa Tentang Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pembagian Variabel Indiaktor Ahli Pernyataan farvorable Pernyataan unfarvorable Jumlah pernyataan farvorable Jumlah pernyataan unfarvorable Total

Persepsi tentang materi, media, dan sarana pelajaran dalam pembelajaran PKn

Menyerap 1, 2, 3 8, 9, 10,

7 7 14

Mengerti 4, 5, 6, 7 11, 12, 13, 14

Persepsi tentang langkah-langkah

Menyerap 15, 16 20, 21


(59)

interaksi dalam

pembelajaran PKn Mengerti 27, 28, 29 33, 34, 38

Langkah selanjutnya adalah dengan uji coba kuesioner sikap terhadap mata pelajaran PKn. Berikut ini merupakan sebaran item sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn :

Tabel 3.7 Sebaran Uji Coba Kuesioner Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran PKn

Pembagian Variabel Indikator Ahli Pernyataan farvorable Pernyataan unfarvorable Jumlah pernyataan farvorable Jumlah pernyataan unfarvorable Total

Sikap siswa sebelum pembelajaran

Kognitif 1, 2 7, 8

6 6 12

Afektif 3 ,4 9, 10 Konatif 5, 6 11, 12 Sikap siswa saat

pembelajaran

Kognitif 13, 14 19, 20,

6 6 12

Afektif 15, 16 21,22 Konatif 17, 18 23, 24 Sikap siswa setelah

pembelajaran

Kognitif 25, 26 31, 32

6 8 14

Afektif 27, 28 33, 34, 35 Konatif 29, 30 36, 37, 38

3.7 Uji Coba Instrumen

Sebelum angket tersebut digunakan dalam penelitian, maka peneliti melakukan uji coba terlebih dahulu di SD N Pakis 1 pada tanggal 26 September 2016.

3.7.1 Uji Validitas

Dengan uji validitas, maka dapat dilihat ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan/kesahihan suatu instrumen. Validitas menunjuk pada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan,2004:293). Penyataan tesrsebut juga didukung oleh Suharso (2009:108) yang menjelaskan


(60)

bahwa suatu instrumen dikatakan baik sebagai ukuran suatu konsep jika memiliki tingkat validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen dikatakan kurang baik jika memiliki validitas yang rendah. Kemudian Azwar (2009:5) mempertegas dengan pernyataannya bahwa suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Menurut Sugiyono (2014:175) validitas dibagi menjadi dua validitas internal atau rasional dan validitas eksternal atau empiris. Validitas internal terbagi menjadi dua yaitu validitas konstruk dan validitas isi. Selanjutnya, Sugiyono (2014:176) mengungkapkan bahwa penelitian mempunyai validasi internal apabila ada data yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Validitas internal instrumen yang berupa test harus memenuhi construck validity (validasi konstrak) dan content validity (validasi isi). Untuk instrumen nontest yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstuksi (contruck).

3.7.1.1Validitas Isi

Menurut Widoyoko (2009:129), Validitas isi adalah instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur hasil belajar dalam aspek kecakapan akademik. untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur.


(61)

Expert Judgment dilakukan oleh tiga ahli yaitu dua dosen ahli pengembangan alat ukur non tes dan satu guru kelas. Berikut adalah hasil validasi instrumen penelitian :

Tabel 3.8 Expert Judgement

No Komponen Penelitian

Expert Judgement Rerata

Skor Dosen I Dosen

II

Guru

SD Total

1 Kejelasan rumusan 3 4 3 10

2 Kelengkapan cakupan rumusan indikator 4 4 3 11 3 Kesesuaian dengan buku yang digunakan 4 3 3 10 4 Kesesuaian dengan indikator yang ingin

dicapai 4 3 3 10

5 Kesesuaian dengan karakter peserta didik 3 3 3 9 6 Keruntutan dan sistematika isi instrument 3 4 3 10 7 Kesesuaian isi instrumen dengan buku

yang digunakan 4 4 4 12

8 Mencantummkan referensi buku dalam

instrument 3 3 4 10

9 Ketepatan ejaan 4 4 3 11

10 Ketepatan pilihan kata 3 4 3 10 11 Kebakuan struktur kalimat 3 3 4 10

12 Kebakuan bentuk huruf 4 3 4 11

Total Skor 124 Rata-rata 87,5

Berdasarkan hasil validasi pada tabel 3.9 diatas dapat disimpulkan bahwa rerata skor sebesar 87,5 menunjukkan bahwa instrumen penelitian tersebut layak digunakan dengan perbaikan. Hal tersebut didasarkan pada rentang skor yang sebelumnya telah dibuat sebagai berikut:

Tabel 3.9 Rentang Skor

Kategori Rentang Nilai

Layak tidak perlu perbaikan 100 Layak dengan perbaikan 41 – 99

Tidak Layak 1 – 40

3.7.1.2Validitas konstruk (Constract Validity)

Menurut Widoyoko (2009:131) Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi


(62)

dasar penyusunan instrumen. Definisi atau konsep yang diukur berasal dari teori yang digunakan.Validitas konstruk dilakukan melalui uji empiris.

Untuk menguji validitas empiris suatu instrumen, maka instrumen harus diujicobakan pada subjek yang didesain dalam penelitian. Jika respons yang diperoleh dari subjek terpilih sesuai dengan keinginan, maka instrumen tersebut sudah dapat dikatakan valid.

Kuesioner disebarkan pada siswa kelas II di enam Sekolah Dasar. Keenam sekolah dasar itu adalah SD Karitas Ngaglik, SD Muhammadiyah Pepe Bantul, SD 2 Sedayu, SD Sambikerep, SD N Jetis Bantul, dan SD Pakis 1. Jumlah seluruh siswa yang mengisi kuesioner ini adalah 154 siswa. Target penelitian ini adalah minimal satu item yang valid untuk setiap indikator menurut pembagiannya. Berikut ini adalah hasil dari uji validitas konstruk:

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran Problem Based Learning

No Item r hitung r tabel Keputusan

1 Item 1 1 0,158 Tidak Valid 2 Item 2 -0,034 0,158 Tidak Valid 3 Item 3 0,166* 0,158 Valid 4 Item 4 0,322** 0,158 Valid 5 Item 5 0,222** 0,158 Valid 6 Item 6 -0,407** 0,158 Valid 7 Item 7 0,182* 0,158 Valid 8 Item 8 0,031 0,158 Tidak Valid 9 Item 9 0,092 0,158 Tidak Valid 10 Item 10 0,198* 0,158 Valid 11 Item 11 0,553** 0,158 Valid 12 Item 12 0,114 0,158 Tidak Valid 13 Item 13 .-0,064 0,158 Tidak Valid 14 Item 14 -0,023 0,158 Tidak Valid 15 Item 15 0,196** 0,158 Valid 16 Item 16 -0,073 0,158 Tidak Valid 17 Item 17 0,078 0,158 Tidak Valid


(63)

21 Item 21 0,275** 0,158 Valid 22 Item 22 0,100 0,158 Tidak Valid 23 Item 23 0,325** 0,158 Valid 24 Item 24 0,117 0,158 Tidak Valid 25 Item 25 0,005 0,158 Tidak Valid 26 Item 26 0,205* 0,158 Valid 27 Item 27 -0,038 0,158 Tidak Valid 28 Item 28 0,167 0,158 Valid 29 Item 29 -0,058 0,158 Tidak Valid 30 Item 30 0,054 0,158 Tidak Valid 31 Item 31 -0,268** 0,158 Valid 32 Item 32 0,168* 0,158 Valid 33 Item 33 0,069 0,158 Tidak Valid 34 Item 34 0,193* 0,158 Valid 35 Item 35 0,485** 0,158 Valid 36 Item 36 0,220** 0,158 Valid 37 Item 37 0,498** 0,158 Valid 38 Item 38 0,209** 0,158 Valid

Tabel diatas memperlihatkan bahwa dari 38 item yang ada, hanya ada 21 item yang dinyatakan valid dimana r hitung > r tabel . Namun karena setiap indikator sudah ada pernyataan yang mewakili, sehingga item-item yang valid tersebut sudah memenuhi prasyarat sebelum digunakan untuk pengambilan data.

Tabel 3.11 Validasi Setiap Indikator Persepsi No Indikator Indikator Ahli No Item yang

Valid Jumlah

1

Persepsi tentang materi, media, dan sarana pelajaran dalam pembelajaran PKn.

Menyerap 3 , 10

7

Mengerti 4, 5, 6, 7,11

2

Persepsi tentang langkah-langkah pelajaran dalam pembelajaran PKn.

Menyerap 15, 20, 21

5 Mengerti 18, 23

3 Persepsi tentang interaksi dalam pembelajaran PKn.

Menyerap 26,28, 31,32

9 Mengerti 34, 35,36, 37,

38


(64)

Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Sikap Siswa Terhadap PKn

No Item r hitung r tabel Keputusan

1 Item 1 1 0,158 Tidak Valid 2 Item 2 0,037 0,158 Tidak Valid 3 Item 3 0,142 0,158 Tidak Valid 4 Item 4 0,131 0,158 Tidak Valid 5 Item 5 0,003 0,158 Tidak Valid 6 Item 6 -0,009 0,158 Tidak Valid 7 Item 7 0,148* 0,158 Valid 8 Item 8 0,198* 0,158 Valid 9 Item 9 0,088 0,158 Tidak Valid 10 Item 10 0,184* 0,158 Valid 11 Item 11 0,204* 0,158 Valid 12 Item 12 0,167* 0,158 Valid 13 Item 13 0,137 0,158 Tidak Valid 14 Item 14 0,251** 0,158 Valid 15 Item 15 -0,042 0,158 Tidak Valid 16 Item 16 0,035 0,158 Tidak Valid 17 Item 17 -0,043 0,158 Tidak Valid 18 Item 18 0,186* 0,158 Valid 19 Item 19 -0,091 0,158 Tidak Valid 20 Item 20 0,072 0,158 Tidak Valid 21 Item 21 0,109 0,158 Tidak Valid 22 Item 22 0,106 0,158 Tidak Valid 23 Item 23 0,061 0,158 Tidak Valid 24 Item 24 0,097 0,158 Tidak Valid 25 Item 25 0,063 0,158 Tidak Valid 26 Item 26 0,088 0,158 Tidak Valid 27 Item 27 0,102 0,158 Tidak Valid 28 Item 28 -0,092 0,158 Tidak Valid 29 Item 29 -0,071 0,158 Tidak Valid 30 Item 30 -0,245** 0,158 Valid 31 Item 31 0,172* 0,158 Valid 32 Item 32 -0,022 0,158 Tidak Valid 33 Item 33 0,004 0,158 Tidak Valid 34 Item 34 0,074 0,158 Tidak Valid

Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa ada 34 item dan hanya ada 9 item yang dinyatakan valid dimana r hitung > r tabel. Namun karena setiap indikator sudah terwakili minimal satu pernyataan, sehingga item-item yang valid tersebut sudah memenuhi prasyarat sebelum digunakan untuk pengambilan data.


(65)

Tabel 3.13 Validasi Setiap Indikator Sikap

No Indikator Indikator

Ahli

No Item

yang Valid Jumlah 1 Sikap siswa sebelum mengikuti

pelajaran

Kognitif 4,7,8

6

Afektif 10

Konatif 11, 12

2 Sikap siswa saat mengikuti pelajaran

Kognitif 14

2

Konatif 18

3 Sikap siswa setelah mengikuti pelajaran

Kognitif 31

2

Afektif 30

3.7.2 Uji Reliabilitas

Menurut Siregar (2010:173), reliabilitas merupakan suatu cara untuk mengetahui sejauh mana hasil dari pengukuran yang dilakukan dua kali atau lebih terhadap suatu gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama dan hasilnya tetap konsisten atau sama. Jadi reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Kountour (2003:156) menyatakan bahwa suatu instrumen penelitia disebut reliabel apabila instrumen tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur. Oleh karena itu kuesioner dalam penelitian ini juga harus melalui proses uji reliabilitas agar kuesioner yang digunakan dapat dipercaya dan memiliki konsistensi.

Penelitian ini menggunakan pengujian jenis reliabilitas dengan metode pengujian kembali karena menggunakan induktor, defisinisi operasional, dan proses pengumpulan data yang sama setiap saat, sehingga didapatkan nilai yang sama walaupun pada waktu yang berbeda. Untuk mengukur atau


(1)

dalam memahami materi? S

A

: A : ”Ya, membantu”

B ; “sangat membantu sekali” C : “Ya, membantu”

D : “Ya, Sedikit membantu”

Membantu siswa memahami materi


(2)

Lampiran 18. Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran


(3)


(4)

(5)

(6)

CURRUCULUM VITAE

Nur Pratikto merupakan anak keempat dari pasangan Legiyadi dan Yuliati. Lahir di Magelang pada tanggal 2 Februari 1995. Pendidikan awal dimulai dari TK Pertiwi Dukun 2 tahun 1999-2001. Pendidikan dilanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar di SD Negeri Dukun 2 pada tahun 2001-2007. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah di SMP Negeri 1 Dukun pada tahun 2007-2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di jenjang atas di SMA Negeri 1 Dukun pada tahun 2010-2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013 hingga sekarang. Semasa menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan diantaranya: Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I, Pelatihan Pengembangan Kepribadian II, English Club, Kursus Mahir Dasar, Inisiasi Mahasiswa Keguruan, Week End Moral, kepanitiaan dalam acara Parade Gamelan Anak 2014 se-Yogyakarta dan Jawa Tengah, kepanitiaan dalam acara Inisiasi Program Studi PGSD, dan Pelatihan Metode Montessori.