Pengaruh Laba Bersih Dan Dividen Kas Terhadap Harga Saham (Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
Oleh :
ANDY KHAELANI HIDAYAT
21110702
PENGARUH LABA BERSIH DAN DIVIDEN KAS
TERHADAP HARGA SAHAM
(Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia)
(2)
Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap
faktor-faktor di luar perusahaan. Oleh karena itu investor harus jeli dan tepat
sebelum mengambil keputusan berinvestasi.
Salah satu contohnya krisis ekonomi tahun 2008 menyebabkan tingkat inflasi
dan suku bunga meningkat dan berakibat pada penurunan kinerja
perusahaan dan penurunan harga saham.
Tingkat Inflasi yang tinggi memiliki hubungan negatif dengan laba bersih
dan dividen kas.Tingkat suku bunga yang meningkat memiliki hubungan
yang negatif terhadap harga saham.
Tahun Inflasi (%) Suku Bunga (%)
2007 6,40 8,60
(3)
Data Laba Bersih dan Dividen Kas, Harga Saham pada Perusahaan
Perbankan Tahun 2007 sampai 2008
(dalam Jutaan rupiah, kecuali Harga Saham dalam Rupiah Penuh)
(4)
Terdapat beberapa perusahaan dimana perusahaan tersebut mengalami
penurunan laba bersih dan dividen kas, tetapi harga saham mengalami
kenaikan. Ada beberapa perusahaan dimana mengalami kenaikan laba
bersih, tetapi dividen kas yang dibayarkan dan harga saham perusahaan
tersebut malah mengalami penurunan dari periode sebelumnya. Hal ini
tentu saja berbanding terbalik dengan teori yang menyatakan bahwa apabila
laba yang diperoleh perusahaan tinggi, maka deviden kas yang akan
dibagikan kepada pemegang saham, sehingga harga saham akan meningkat.
Terjadinya krisis ekonomi pada tahun 2008 yang mengakibatan terjadinya
penurunan tingkat laba bersih dan dividen kas yang berakibat juga terhadap
harga saham.
Faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi pergerakan harga saham
diantaranya tingkat inflasi, pergerakan suku bunga, meningkatnya jumlah
kredit macet, menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
(5)
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui Laba Bersih, Dividen Kas dan Harga
Saham pada perusahaan-perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Untuk mengetahui pengaruh antara Laba Bersih dan
Dividen Kas terhadap Harga Saham pada
perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) secara parsial.
Untuk mengetahui pengaruh antara Laba Bersih dan
Dividen Kas terhadap Harga saham pada
perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) secara simultan.
(6)
TEORI PENGHUBUNG
Hubungan Laba Bersih (X1) Terhadap Dividen Kas (X2)
Menurut Weston dan Copeland (2002:98) :
S
uatu perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat
memperkirakan berapa laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti
ini cenderung membayarkan laba dalam bentuk dividen dengan persentase
yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi
.
.
LABA BERSIH
(X1)
DIVIDEN KAS
(X2)
HARGA SAHAM
(Y)
(7)
TEORI PENGHUBUNG
Hubungan Dividen Kas (X2) Terhadap Harga Saham (Y)
Menurut Bambang Riyanto (2001:259):
Jika
perusahaan memperoleh laba besar, maka perusahaan akan dapat
membagikan dividen dalam jumlah besar dan harga saham diharapkan akan
meningkat. Sedangkan saham yang banyak diminati juga akan mengalami kenaikan
harga. Harga saham yang mengalami kenaikan dan penurunan menyebabkan
perubahan pada jumlah pembagian
Dividen
.
Hubungan Laba Bersih (X1) Terhadap Harga Saham (Y)
Menurut Abdul Halim (2003:17) :
Laba bersih sebuah perusahaan sering dijadikan sebagai sebuah patokan maupun
ukuran keberhasilan kinerja dalam sebuah perusahaan. Hal ini tentu saja akan
menjadi informasi yang penting bagi investor karena informasi laba ini akan
memberikan perkiraan
return
yang akan diperoleh sehingga akan berimbas pada
pergerakan harga saham karena terjadi permintaan dan penawaran saham .
(8)
OBJEK DAN METODE
PENELITIAN
Objek Penelitian
Laba Bersih, Dividen Kas dan Harga Saham
Metode Penelitian
Metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
Teknik Pengumpulan
Data
•
Populasi : 31 perusahaan perbankan pada sektor
perbankan yang terdaftar di bursa efek dari tahun
2006 sampai dengan 2010, yaitu sebanyak 155
Laporan keuangan.
•
Sampel : 6 perusahaan perbankan pada tahun
2006-2010, yaitu sebanyak 30 Laporan Keuangan
tahunan.
(9)
OPERSIONALISASI VARIABEL
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Independen
:
Laba Bersih
(Variabel X
1)
Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu periode tertentu setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan dalam laporan laba rugi
Ibrahim Abdullah (1993:289)
� � �ℎ = � � � � − �� �
Soemarso S.R., (2002 : 227)
Rasio
Independen
:
Dividen Kas
(Variabel X
2)
Dividen Kas adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai (kas).
Ismaya (2005)
Divt = NPt
–
REt + REt-1
Dimana :
Divt = Dividen Tahun t
NPt = Net Profit Tahun t
REt = Laba Ditahan Tahun t
REt-1 = Laba Ditahan padas ebelumnya Weston (1999:38) Rasio
Dependen:
Harga Saham
(Variabel Y)
Harga Saham didefinisikan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan di pasar modal. H.M Jogiyanto (2000:8)
Harga saham pada saat penutupan (closing price) per bulan selama tahun 2006-2010
(10)
1. Analisis kuantitatif
Analisis pengolahan data berbentuk angka (numeric).
2.
Analisis Statistik
a.
Analisis Jalur (
Path Analysis
)
digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat antar
satu variabel dengan variabel lainnya. Dalam analisis jalur
pengaruh independen variabel terhadap dependen dapat berupa
pengaruh langsung dan tidak langsung (direct dan indirect effect)
b. Analisis korelasi
Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi
(hubungan) linier antarvariabel
.
3.
Koefisiensi Determinasi
Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa
besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen
(Y) yang dinyatakan dalam persentase
(11)
HIPOTESIS
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara
empiris.
Bedasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti mencoba merumuskan hipotesis yang
merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut :
Terdapat pengaruh laba bersih dan dividen kas terhadap harga saham baik
secara parsial maupun simultan
(12)
ANALISIS KUANTITATIF
Rp1.000.000 Rp2.000.000 Rp3.000.000 Rp4.000.000 Rp5.000.0002006 2007 2008 2009 2010
d al am Jut aan Tahun
Laba Bersih
Rata-rata Rp800.000 Rp850.000 Rp900.000 Rp950.000 Rp1.000.000 Rp1.050.0002006 2007 2008 2009 2010
d al am Jut aan Tahun
Dividen Kas
Rata-rata Rp1.000 Rp2.000 Rp3.000 Rp4.0002006 2007 2008 2009 2010 Tahun
Harga Saham
(13)
ANALISIS KORELASI
Berdasarkan
nilai
koefisien
korelasi
tersebut dapat dilihat bahwa keterkaitan
atau hubungan antara laba bersih dengan
dividen kas sebesar 0,867 dan masuk
dalam
kategori
sangat
erat.
Arah
hubungan positif antara laba bersih
dengan dividen kas menunjukkan bahwa
jumlah laba bersih yang meningkat
cenderung diikuti dengan jumlah dividen
kas pula. Kemudian hubungan antara laba
bersih dengan harga saham sebesar 0,905
juga termasuk dalam kategori sangat erat,
begitu juga dengan hubungan antara
dividen kas dengan harga saham sebesar
0,905 termasuk dalam kategori sangat
erat dengan arah positif.
Correlations
Laba Bersih Dividen Kas Harga Saham
Laba Bersih Pearson Correlation 1 .867** .905**
Sig. (1-tailed) .000 .000
N 30 30 30
Dividen Kas Pearson Correlation .867** 1 .905**
Sig. (1-tailed) .000 .000
N 30 30 30
Harga Saham Pearson Correlation .905** .905** 1
Sig. (1-tailed) .000 .000
N 30 30 30
(14)
Pengujian Sub Struktur I
Pada sub struktur pertama, variabel laba
bersih
berperan
sebagai
variabel
independen dan dividen kas sebagai
variabel dependen. Nilai
standardized
coefficients
sebesar 0,867 merupakan nilai
koefisien jalur laba bersih terhadap dividen
kas.
Nilai
koefisien
determinasi
dinterpretasikan sebagai besar kontribusi
variabel independen terhadap variabel
dependen. Jadi dari hasil penelitian ini
diketahui bahwa laba bersih memberikan
pengaruh sebesar 75,1% terhadap dividen
kas pada perusahaan perbankan yang
terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia,
sementara
sisanya
sebesar
24,9%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
tidak dikaji dalam penelitian ini.
X
1
Px
1x
2= 0,867
X
2
Ɛ
10,249
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1 .867a .751 .743 549894.750
a. Predictors: (Constant), Laba Bersih b. Dependent Variable: Dividen Kas
(15)
Pengujian Sub Struktur II
Pada sub struktur yang kedua variabel laba
bersih dan dividen kas berperan sebagai variabel
independen dan harga saham sebagai variabel
dependen.
Nilai
standardized
coefficients
sebesar 0,487 dan 0,483 merupakan nilai
koefisien jalur Laba Bersih dan Dividen Kas
terhadap Harga Saham.
Dimana nilai masing
–
masing
standardized
coefficients
di gambar tersebut akan digunakan
untuk perhitungan pengaruh parsial Laba bersih,
Dividen kas terhadap Harga saham.
X
1 Ɛ2
Pyx1 = 0,487
Pyx2 = 0,483
Px1x2 = 0,867
X
2Y
Ɛ1 0,249 0,122 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta1 (Constant) 303.440 244.030 1.243 .224 Laba Bersih .000 .000 .487 3.609 .001 Dividen Kas .001 .000 .483 3.579 .001 a. Dependent Variable: Harga Saham
(16)
HASIL & PEMBAHASAN
Melalui nilai koefisien determinasi (R Square)
dapat diketahui bahwa secara bersama-sama laba
bersih dan dividen kas memberikan pengaruh
sebesar 87,8% terhadap harga saham.
Besar pengaruh masing-masing variabel Laba Bersih dan Dividen Kas terhadap Harga Saham:
Pengaruh Laba Bersih terhadap Harga Saham :
Pengaruh Langsung
=
(0,487) x (0,487)
= 0,237 (23,7%)
Pengaruh Tidak Langsung
=
(0,487) x (0,867) x (0,483)
= 0,204 (20,4%)
Total Pengaruh Laba Bersih Terhadap Harga Saham
= 0,441 (44,1%)
Pengaruh Dividen Kas Terhadap Harga Saham :
Pengaruh Langsung
=
(0,483) x (0,483)
= 0,233 (23,3%)
Pengaruh Tidak Langsung
=
(0,483) x (0,867) x (0,487)
= 0,204 (20,4%)
Total Pengaruh Dividen Kas Terhadap Harga Saham
= 0,437 (43,7%)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .937a .878 .869 980.853
a. Predictors: (Constant), Dividen Kas, Laba Bersih b. Dependent Variable: Harga Saham
(17)
PENGUJIAN HIPOTESIS
1.
Pengujian Hipotesis Laba Bersih dan Dividen Kas secara Simultan terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI
Hasil pengujian hipotesis yang diperoleh dari perbandingan F
hitungdengan F
tabeladalah F
hitung>
F
tabel(97.033 > 3.354), maka pada tingkat kekeliruan 5% H
iditerima
dan
H
0ditolak yang berarti kedua variabel bebas, yaitu Laba Bersih dan Dividen Kas yang
diberikan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
2.
Pengujian Hipotesis Laba Bersih Secara Parsial Dengan Dividen Kas
Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh koefisien jalur laba bersih terhadap harga
saham sebesar 0,867. Karena koefisien jalur laba bersih (0,867) lebih besar dari nol dan
bernilai positif, maka H
0ditolak dan H
iditerima sehingga dapat disimpulkan bahwa laba
bersih berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
3.
Pengujian Hipotesis Laba Bersih Secara Parsial Terhadap Harga Saham
Hasil pengujian hipotesis yang diperoleh dari perbandingan t
hitungdengan t
tabeladalah
t
hitung> t
tabel(3,609 > 1,703), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% H
iditerima dan H
0ditolak yang berarti Laba Bersih secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(18)
4.
Pengujian Hipotesis Dividen Kas Secara Parsial Terhadap Harga Saham
Hasil pengujian hipotesis yang diperoleh dari perbandingan t
hitungdengan t
tabeladalah
t
hitung> t
tabel(3,579 > 1,703), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% H
iditerima dan H
0ditolak yang berarti Dividen Kas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(19)
What’s Your Message?
(20)
(21)
PENGARUH LABA BERSIH DAN DIVIDEN KAS TERHADAP
HARGA SAHAM
(Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
THE INFLUENCE OF EARNING AND CASH DIVIDEND ON
SHARE PRICE
(At Banking Companies which Listed in Indonesia Stock Exchange)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh:
ANDY KHAELANI HIDAYAT 21110702
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(22)
(23)
i
THE INFLUENCE OF EARNING AND CASH DIVIDEND ON SHARE PRICE
(At Banking Companies which Listed in Indonesia Stock Exchange)
ABSTRACT
Banking sector is one of the most vulnerable sectors primarily by factors outside the company such as the high level of inflation can cause a decrease to net income which will also affect the stock returns, including the amount of cash dividends. So that the information would affect the amount of demand and supply of shares that investorsdo, which is reflected through the company's share price movements. The purpose of this study is to investigate the relationship earning and cash dividend to share price at banking companiy which listed in Indonesian Stock Exchange.
The method used in this research is descriptive method of verification. The sample used in the study using purposive sampling method that is 6 annual financial reports of banking companies which listed on Indonesian Stock Exchange year 2006-2010 by 30 samples used Path Analysis. Testing the hypothesis in this study using the statistical F test and statistical t test. The process of statistical analysis using SPSS 17.0 for Windows
The results of this study indicate that earning of the share price had a very strong with a positive direction, also with cash dividend variables to share price has a strong relationship with the positive direction. The conclusion of statistical analysis is a significant influence of earning and cash dividend to share price as partially or simultan. While the remain influenced by other factor like cash flow, interest rate, inflation rate, and others.
(24)
ii
PENGARUH LABA BERSIH DAN DIVIDEN KAS TERHADAP HARGA SAHAM
(Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
ABSTRAK
Sektor Perbankan merupakan salah satu sektor yang paling rentan terutama oleh faktor diluar perusahaan seperti tingkat inflasi tinggi yang dapat menyebabkan penurunan terhadap laba bersih yang nantinya akan berpengaruh pula pada return saham, termasuk pada jumlah dividen kas. Sehingga informasi tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan dan penawaran saham yang dilakukan para investor, yang tercermin melalui pergerakan harga saham perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh laba bersih dan dividen kas terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian menggunakan metode purposive sampling yaitu laporan keuangan tahunan 6 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010 sebanyak 30 buah sampel menggunakan analisis jalur (Path Analysis). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik uji F dan statistik uji t. Proses analisis statistik tersebut menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel laba bersih terhadap harga saham memiliki hubungan yang sangat kuat dengan arah positif, begitu juga dengan variabel dividen kas terhadap harga saham memiliki hubungan yang sangat kuat dengan arah positif dan signifikan. Kesimpulan dari analisis statistik tersebut adalah laba bersih dan dividen kas berpengaruh terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan,. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti arus kas, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan lain-lain
(25)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “PENGARUH LABA BERSIH DAN DIVIDEN KAS TERHADAP HARGA SAHAM (Pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Skripsi ini disusun oleh peneliti dengan maksud memenuhi salah satu syarat utuk mengikuti ujian sidang Sarjana (S1) Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Mengingat keterbatasan, pengetahuan, kemampuan, pengalaman dan waktu dari peneliti, maka peneliti menyadari bahwa laporan skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan serta penambahan pengetahuan bagi peneliti khususnya, dan untuk peneliti selanjutnya yang membutuhkan pada umumnya.
Selama penyusunan skripsi ini, peneliti terima kasih kepada Surtikanti SE, M.Si selaku pembimbing dan dosen wali yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, bantuan dan dorongan yang sangat berarti. Selain itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
(26)
iv
3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi. 4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Komputer
Indonesia.
5. Sekretariat Prodi Akuntansi, terima kasih atas pelayanannya selama peneliti kuliah.
6. PT. Bursa Efek Indonesia yang telah memberikan data dan informasi serta perizinan yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
7. Kepada Kedua Orang Tua Ibu dan Ayah tercinta, yang senantiasa tulus memberikan dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatian yang tak henti-hentinya mengalir untukku. Atas kemudahan yang aku dapatkan khususnya materi yang tak sedikit kalian keluarkan, tanpa kalian aku bukan apa-apa.
8. Seluruh keluarga peneliti yang selalu memberikan doa dan semangat tiada henti kepada penulis.
9. Teman-teman terbaik yang menjadi motivasi dan inspirasi : Tri, Lewi, Nasrul, Munawir, Ferdi, Wisnu, Rendi, Yuda. Dan kakak-kakak senior : Kang Prama, Teh Furi, Imam, Anggra, Kang Ulam. Terima kasih untuk kebersamaan, keceriaan, canda tawa yang kalian bagi kepada peneliti selama ini.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, 2008 dan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya.
(27)
v
11. Kepada rekan-rekan di Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi yang mungkin telah lulus lebih awal ataupun yang masih berada di UNIKOM, ayo tetap semangat dan terus berjuang.
12. Teman-teman dirumah yang tak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk motivasi dan semangatnya.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti, secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan laporan Skripsi ini.
Harapan peneliti semoga apa yang disajikan dalam laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi peneliti khususnya, dan bagi pihak yang membaca pada umumnya. Akhir kata peneliti panjatkan doa kepada Allah SWT, semoga amal berupa bantuan, dorongan, dan doa yang telah diberikan kepada peneliti akan mendapat balasan yang berlipat ganda.
Amin ya rabbal’alamin.
Bandung, Juli 2012 Peneliti
Andy Khaelani Hidayat 21110702
(28)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN
MOTTO
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9 1.2.1 Identifikasi Masalah ... 9 1.2.2 Rumusan Masalah ... 11 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11 1.3.1 Maksud Penelitian ... 11 1.3.2 Tujuan Penelitian ... 12 1.4 Kegunaan Penelitian ... 12 1.4.1 Kegunaan Praktis ... 12
(29)
vii
1.4.2 Kegunaan Akademis ... 13 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14 1.5.1 Lokasi Penelitian ... 14 1.5.2 Waktu Penelitian ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ... 15 2.1.1 Laba Bersih ... 15 2.1.1.1 Pengertian Laba ... 15 2.1.1.2 Jenis-jenis Laba ... 16 2.1.1.3 Kegunaan Laba ... 16 2.1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Laba ... 17 2.1.1.5 Pengertian Laba Bersih ... 18 2.1.1.6 Format Laporan Laba/Rugi ... 19 2.1.2 Dividen Kas ... 21 2.1.2.1 Pengertian Dividen ... 21 2.1.2.2 Jenis-jenis Dividen ... 22 2.1.2.3 Jenis Kebijakan Dividen ... 24 2.1.2.4 Teori Kebijakan Dividen ... 26 2.1.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
(30)
viii
2.1.2.6 Pengertian Dividen Kas/Tunai ... 32 2.1.3 Harga Saham ... 33 2.1.3.1 Pengertian Saham ... 33 2.1.3.2 Klasifikasi Saham ... 34 2.1.3.3 Keuntungan Memiliki Saham ... 37 2.1.3.4 Risiko Memiliki Saham ... 38 2.1.3.5 Pengertian Harga Saham ... 41 2.1.3.6 Teknik Analisis dan Penilaian
Harga Saham ... 41 2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 45 2.2 Kerangka Pemikiran ... 47 2.2.1 Pengaruh Laba Bersih terhadap Dividen Kas .... 49 2.2.2 Pengaruh Laba Bersih terhadap Harga Saham ... 50 2.2.3 Pengaruh Dividen Kas terhadap Harga Saham .. 51 2.3 Hipotesis ... 54
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ... 56 3.2 Metode Penelitian ... 56
3.2.1 Desain Penelitian ... 58 3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 59 3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 62 3.2.3.1 Sumber Data ... 62
(31)
ix
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 63 3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 67 3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 67 3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 67 3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 83 4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 83 4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 85 4.1.3 Uraian Tugas (Job Description) ... 87 4.1.4 Aktivitas Bursa Efek Indonesia ... 99 4.2 Analisis Deskriptif ... 100
4.2.1 Perkembangan Laba Bersih pada
Perusahaan Perbankan ... 100 4.2.2 Perkembangan Dividen Kas pada
Perusahaan Perbankan ... 106 4.2.3 Perkembangan Harga Saham pada
Perusahaan Perbankan ... 111 4.3 Analisis Verifikatif ... 114
4.3.1 Keterkaitan Antara Laba Bersih Dengan
(32)
x
4.3.2 Pengaruh Laba Bersih Dengan Harga Saham
Secara Parsial ... 122 4.3.3 Pengaruh Dividen Kas Dengan Harga Saham
Secara Parsial ... 129 4.3.4 Pengaruh Laba Bersih dan Dividen Kas
Terhadap Harga Saham Secara Simultan ... 136
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 146 5.2 Saran ... 150
DAFTAR PUSTAKA ... 152
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 154
(33)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pada dasarnya dalam menjalankan aktivitas usahanya, setiap perusahaan dihadapkan dengan berbagai aktivitas-aktivitas untuk kegiatan operasionalnya. Untuk menjalankan kegiatan operasionalnya perusahaan membutuhkan dana yang besar agar perusahaan dapat berjalan lancar. Dana yang dikeluarkan bisa berupa modal sendiri, juga sumber dana dari pihak lain yakni berupa modal untuk menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari perusahaan, tetapi untuk menjalankan kegiatan operasional yang bertujuan untuk perluasan baik investasi jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan adanya tambahan dana berupa modal baik dari utang maupun penjualan saham diharapkan perusahaan dapat menjaga eksistensinya dan selalu siap menghadapi perkembangan dunia usahanya (Ali Sibromalisi, 2007:1). Pada perusahaan yang ingin mendapatkan modal dari penjualan saham maka perusahaan tersebut diharuskan menjual saham perusahaan tersebut di pasar modal yang ada pada masing-masing Negara. Karena pasar modal adalah salah satu instrument keuangan yang penting sebagai tanda perkembangan ekonomi suatu negara (Indah Agustina Manurung, 2009:18).
Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk perekonomian nasional juga ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor perbankan juga
(34)
BAB I Pendahuluan 2
terkena imbasnya dimana fungsi intermediasi tidak berjalan normal (Kiryanto, 2007).
Namun pada dasarnya industri perbankan merupakan salah satu industri yang memang paling rentan terhadap keadaan di luar perusahaan, sehingga investor harus berhati-hati sebelum menetapkan keputusan investasi. Faktor-faktor dari luar perusahaan tersebut salah satunya yaitu tingkat inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang pada pihak ketiga berupa beban bunga akan menjadi meningkat. Di pasar modal kondisi ini direspon negatif oleh pasar dengan menurunnya harga saham. Perubahan suku bunga yang meningkat juga dapat menyebabkan menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkan pada investasi berupa tabungan dan deposito sehingga akan mempengaruhi harga saham dan return yang diisyaratkan oleh investor. Yang menyebabkan penjualan saham perbankan menurun, yang berakibat harga saham menurun pula. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa kenaikan tingkat inflasi dan suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham. (Yeni, 2011).
Dari kenaikan inflasi sebenarnya juga berpengaruh langsung dengan laba perusahaan. Dimana akibat dari meningkatnya tingkat inflasi berakibat pada kenaikan beban bunga perbankan kepada pihak nasabah yang jika tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan operasionalnya, akan menyebabkan penurunan jumlah laba bersih. Menurut Niswonger Rollin (2002:27) laba bersih merupakan kelebihan pendapatan yang dikeluarkan dalam proses menghasilkan pendapatan.
(35)
BAB I Pendahuluan 3
Informasi mengenai laba bersih sebuah perusahaan dapat diperoleh dalam laporan keuangan yaitu, Income Statement Comprehensive. Laba perusahaan dapat menjadi acuan investor untuk melakukan investasi. Dari informasi laba bersih perusahaan, investor dapat menilai pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian, besarnya kecilnya laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi persepsi para investor mengenai kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba menunjukan eksistensi perusahaan tersebut. Semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan maka orang-orang cenderung percaya bahwa perusahaan itu mampu bertahan di tengah-tengah persaingan dan tingkat kemakmuran perusahaan meningkat begitu juga tingkat return, keadaan ini akan menarik investor untuk memiliki saham tersebut, sehingga berkibat permintaan saham meningkat dan harga sahampun cenderung meningkat pula. Sebaliknya perusahaan yang tidak mampu mencapai laba yang tinggi menunjukan bahwa rentabilitas perusahaan rendah sehingga mempengaruhi keinginan investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut (Kusmuriyanto dan Mustagfiroh, 2002:2).
Kenaikan tingkat inflasi, juga dapat berakibat berkurangnya jumlah dividen kas kepada para pemegang saham yang dikarenakan kredit macet pembayaran hutang dari nasabah, yang berakibat jumlah dividen kas yang dibayarkan berkurang bahkan perusahaan tidak akan membayar dividen. Yang tentu saja akan mengakibatkan harga saham akan menurun karena investor tidak yakin bila berinvestasi di perbankan akan memperoleh dividen kas sehingga investor akan lebih memilih sektor lain untuk diinvestasikan (Billy Arma Pratama,
(36)
BAB I Pendahuluan 4
2005). Dividen tunai merupakan bagian dari laba perusahaan tahun berjalan maupun laba ditahan tahun sebelumnya yang dibagikan kepada para pemegang saham sebagai konsekuensi perusahaan publik. Dividen tunai sebagai salah satu tujuan yang ingin didapat investor selain capital gain, dalam investasi sering digunakan dasar perhitungan dalam analisis peramalan harga saham di masa yang akan datang oleh para investasi (Einde Evana, 2008:1).
Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan. Harga saham di bursa juga ditentukan oleh prospek perusahaan yang akan diperkirakan terjadi. Untuk menentukan prospek perusahaan pada umumnya dilakukan dengan cara menganalisis situasi yang ada di luar perusahaan yang berdampak terhadap kemajuan perusahaan, dan menganalisa situasi yang ada di dalam perusahaan. Meningkatnya harga saham di pasar modal yang selaras dengan tingkat kemajuan perusahaan akan menguntungkan emiten. Selain itu juga kondisi ekonomi suatu negara akan berpengaruh langsung terhadap penjualan saham-saham perusahaan, misalkan, tingkat inflasi yang meningkat yang berakibat daya beli masyarakat berkurang, sehingga banyak orang terutama investor lebih berpendapat untuk menyimpan dalam bentuk tabungan dan deposito dibandingkan saham yang lebih beresiko saat inflasi meningkat. Sehingga akan mengakibatkan permintaan saham cenderung menurun dan harga saham pun cenderung ikut menurun pula (Ikhsan Abdullah, 2009:26).
(37)
BAB I Pendahuluan 5
Sebelum melakukan investasi pada perusahaan khususnya pada perusahaan sektor perbankan, para investor akan melihat kinerja keuangan perusahaan yang akan ditanamkan modalnya, salah satunya adalah mengenai informasi laba atau rugi yang dihasilkan perusahaan. Selain itu juga mereka harus mengamati perkembangan perekonomian untuk memastikan iklim investasi di sana benar-benar aman karena akan beresiko besar pada kerugian. Satu hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah ketika ada yang mengalami ketidakpastian atau resiko. Karena investasi tidak akan terlepas dari keuntungan dan risiko. Hukum investasi yang tak dapat dipungkiri adalah semakin tinggi ekspektasi pendapatan akan semakin tinggi pula risiko yang harus diambil. Dalam mengambil keputusan untuk bertransaksi di pasar saham, investor sebaiknya juga mempertimbangkan tingkat toleransi mereka terhadap resiko. Keuntungan dan resiko adalah hal yang lumrah terjadi di Bursa Efek Indonesia, dimana setiap hari investor ada yang mengalami kerugian dan ada juga yang mendapatkan keuntungan pada saat mereka melakukan transaksi di pasar modal (Indah Agustina Manurung, 2009:18).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi harga saham yakni krisis ekonomi. Krisis ekonomi akan memberikan dampak langsung terhadap kegiatan pasar modal, tercermin dari merosotnya volume perdagangan saham dan harga saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek tidak terkecuali perusahaan perbankan. Sebagai contoh krisis ekonomi global tahun 2008, industri perbankan mengalami penurunan harga saham yang melebihi industri lainnya. Kondisi perekonomian seperti ini membuat para investor menjadi lebih
(38)
berhati-BAB I Pendahuluan 6
hati dalam menanamkan modalnya di Bursa Efek, khususnya berinvestasi di industri perbankan (Ukki Hayudanto Putra, 2011:1). Berikut ini adalah data tingkat inflasi, suku bunga pada tahun 2007 – 2008.
Tabel 1.1
Data Tingkat Inflasi, Suku Bunga
Tahun Inflasi (%)
Suku Bunga (%) 2007 6,40 8,60 2008 10,31 8,66
Sumber : Data Bank Indonesia (diolah)
Dari tabel di atas, akibat dari krisis ekonomi menyebabkan tingkat inflasi meningkat dari tahun 2007-2008 sebesar 3,91 % dan juga diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga sebesar 0,06 %. Seperti yang dijelaskan sebelumnya di atas kenaikan tingkat inflasi akan menyebabkan suku bunga meningkat dan akan menyebabkan harga saham mengalami penurunan dengan alasan investor akan menarik investasi saham dari bank dan memindahkannya dalam bentuk deposito. Sehingga permintaan saham perbankan akan berkurang. Selain itu juga juga berakibat beban bunga kepada pihak ketiga akan meningkat sehingga akan mengurangi laba perusahaan dan juga berimbas pada penurunan dividen kas (Yeni, 2011).
Akan tetapi tidak semua perusahaan perbankan terpengaruh pada akan imbas dari kenaikan tingkat inflasi dan suku bunga, terutama dalam hal kemampuan perusahaan perbankan memperoleh laba bersih. Tapi lebih berimbas pada harga saham yang sebagian besar bahkan seluruhnya mengalami penurunan. Berikut ini merupakan data dari jumlah laba bersih, dividen kas dan harga saham
(39)
BAB I Pendahuluan 7
yang diperoleh perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2008.
Tabel 1.2
Data Laba Bersih, Dividen Kas dan Harga Saham
pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia 2007-2008 (dalam Jutaan rupiah, kecuali Harga Saham dalam Rupiah Penuh)
Sumber : www.idx co.id & Yahoo Finance (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar perusahaan mengalami penurunan laba bersih dan dividen kas yang juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT. Bank PAN Indonesia Tbk (PNBN) dimana ketiga perusahaan tersebut memperoleh penurunan jumlah laba bersih dan dividen kas, tetapi hal tersebut tidak diikuti dengan harga saham perusahaan dimana harga saham perusahaan malah meningkat. Lain lagi dengan yang dialami oleh PT. Bank Bukopin Tbk (BBKP), dimana perusahaan tersebut mengalami penurunan kenaikan laba bersih, tetapi dividen kas dan harga saham perusahaan yang mana malah mengalami penurunan. Kondisi yang sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh Smith and Skousenterjadi pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) dimana kedua
2007 2008 2007 2008 2007 2008
1 BBCA 4.489.252 5.776.139 2.402.407 2.558.351 3.052 3.777 2 BBKP 375.126 368.780 187.563 110.634 355 327 3 BBNI 897.928 1.222.485 449.054 122.248 1.158 1.545 4 BBRI 4.838.001 5.958.368 2.419.000 2.649.365 5.510 6.281 5 BNBA 20.802 27.621 5.198 6.907 97 101 6 PNBN 852.252 701.361 24.810 5.949 640 664
Laba Bersih Dividen Kas Harga Saham
NO NAMA SAHAM
(40)
BAB I Pendahuluan 8
perusahaan tersebut mengalami kenaikan jumlah laba bersih yang diperoleh dan jumlah dividen kas yang diikuti dengan kenaikan harga saham pula.
Padahal menurut Smith and Skousen (2000 : 132) menyatakan bahwa pada kondisi normal, apabila laba yang diperoleh perusahaan tinggi, maka deviden kas yang akan dibagikan kepada pemegang saham juga tinggi sehingga investor banyak yang tertarik untuk menanamkan investasi di perusahaan. Sebaliknya, apabila laba yang diperoleh perusahaan rendah, maka deviden yang akan dibagikan kepada pemegang sahan akan rendah sehingga akan menurunkan minat investor untuk menanamkan investasi diperusahaan. Dengan alasan investor berpendapat bahwa dengan menanamkan saham di perusahaan yang mempunyai laba bersih yang besar tersebut ia akan memperoleh keuntungan berupa dividen kas yang besar. Jika hal itu terjadi, saham tersebut akan banyak diminati oleh investor lain sehingga permintaan saham perusahaan tersebut meningkat, akibatnya dapat meningkatkan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal.
Berbagai penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham di bursa efek telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Penelitian tersebut antara lain: Iwan Hermansyah dan Eva (2008). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa laba bersih memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Einde Evana (2008). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dividen tunai memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Peneliti sangat tertarik melakukan penelitian ini karena mengingat pasar modal memerlukan analisis yang tepat untuk menilai harga saham sehingga
(41)
BAB I Pendahuluan 9
investor tidak keliru dalam menentukan perusahaan mana yang layak untuk ditanamkan sahamnya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “ Pengaruh Laba Bersih dan Dividen Kas Terhadap Harga Saham ” (pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan dengan uraian latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Terdapat beberapa perusahaan dimana perusahaan tersebut mengalami penurunan laba bersih dan dividen kas, tetapi harga saham mengalami kenaikan dari tahun 2007, diakibatkan investor lebih cenderung lebih tertarik pada capital gain pada saat harga saham perusahaan yang cenderung meningkat karena akan sangat menguntungkan dibandingkan dengan melirik dividen kas yang semakin menurun akibat dari penurunan jumlah laba bersih akibat dari tingkat inflasi yang semakin meningkat. Yang tentu saja akan mengakibatkan permintaan saham dan harga saham cenderung akan meningkat. Ada juga perusahaan dimana mengalami kenaikan jumlah laba bersih, tetapi jumlah dividen kas yang dibayarkan dan
(42)
BAB I Pendahuluan 10
harga saham perusahaan tersebut malah mengalami penurunan dari periode sebelumnya, dikarenakan akibat tingkat inflasi meningkat menyebabkan banyak nasabah tidak bisa membayar hutang kepada bank, yang berakibat jumlah dividen kas yang dibayarkan berkurang bahkan perusahaan tidak akan membayar dividen dikarenakan bank mengalami kekurangan dana kas yang tersedia untuk dibagikan dalam bentuk dividen. Yang tentu saja akan mengakibatkan permintaan saham dan harga saham cenderung akan menurun. Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan teori yang menyatakan bahwa apabila laba yang diperoleh perusahaan tinggi, maka investor cenderung percaya bahwa tingkat kemakmuran perusahaan dan tingkat return sangat tinggi termasuk deviden kas yang akan dibagikan kepada pemegang saham juga akan meningkat, sehingga permintaan saham akan meningkat dan harga saham cenderung akan meningkat.
2. Terjadinya krisis ekonomi pada tahun 2008 yang mengakibatan terjadinya penurunan secara umum tingkat laba bersih dan dividen kas yang berakibat juga terhadap harga saham.
3. Faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi pergerakan harga saham diantaranya tingkat inflasi, pergerakan suku bunga, meningkatnya jumlah kredit macet, menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan sebab lain-lain.
(43)
BAB I Pendahuluan 11
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana Laba Bersih, Dividen Kas dan Harga Saham pada perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Bagaimana pengaruh antara Laba Bersih dan Dividen Kas terhadap Harga
Saham pada perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara parsial.
3. Bagaimana analisis pengaruh Laba Bersih dan Dividen Kas terhadap Harga saham pada perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara simultan.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan sebagai berikut.
1.3.1 Maksud Penelitian
Sesuai dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penelitian dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data, menganalisis dan memperoleh pemahaman mengenai, yaitu mencoba mengetahui seberapa besar pengaruh laba bersih dan dividen kas terhadap harga saham yang terdapat di perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(44)
BAB I Pendahuluan 12
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis mempunyai tujuan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Laba Bersih, Dividen Kas dan Harga Saham pada perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Untuk mengetahui pengaruh antara Laba Bersih dan Dividen Kas terhadap Harga Saham pada perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara parsial.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara Laba Bersih dan Dividen Kas terhadap Harga saham pada perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara simultan.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat secara praktis sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan manajemen dalam meningkatkan nilai perusahaan, terutama mengenai Laba bersih, Dividen kas terhadap Harga saham di masa yang akan datang.
(45)
BAB I Pendahuluan 13
2. Bagi Investor
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para investor dalam rangka pengambilan keputusan investasi untuk menentukan saham mana yang layak untuk dibeli oleh investor berdasarkan informasi Laba bersih, Dividen kas.
1.4.2 Kegunaan Akademik
Adapun kegunaan penelitian ini semoga dapat bermanfaat secara akademis kepada pihak sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman mengenai laba bersih dan dividen kas terhadap harga saham pada perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil peneltian ini dapat dijadikan bahan acuan atau referensi, khususnya bagi pihak-pihak yang mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan laba bersih, dividen kas dan harga saham, sehingga hasil penelitian selanjutnya dapat menjadi lebih baik.
(46)
BAB I Pendahuluan 14
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada perusahaan – perusahaan perbankan dengan memperoleh data sekunder dari Bursa Efek Indonesia. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret – Agustus 2012.
1.5.2 Waktu Penelitian
Tabel 1.3 Waktu Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
a. Persiapan Judul b. Persiapan T eori c. Pengajuan Judul Skripsi d. Mencari Perusahaan
a. Penulisan UP b. Bimbingan UP c. Seminar UP d. Revisi UP 3 Pe ngumpulan Data 4 Pe ngolahan Data
a. Bimbingan Skripsi b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi
d. Pengumpulan Draft Skripsi 1
2
5
Agustus 2012
Pra Surve i :
Prose s Usulan Pe ne litian :
Prose s Pe nyusunan Skripsi :
Mare t 2012 April 2012 Me i 2012 Juni 2012 Juli 2012 No. Ke giatan
(47)
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Laba Bersih
2.1.1.1 Pengertian Laba
Menurut Zaki Baridwan (1992: 55) dalam bukunya “Intermediate
Accounting” (2000:3) mengemukakan bahwa :
“Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik”.
Menurut Harnanto (2003:444) berpendapat bahwa :
“Laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi”.
Sedangkan menurut Suwardjono (2008:464) dikatakan bahwa :
“Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang/jasa)”.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan laba adalah selisih lebih dari pendapatan di atas beban-beban yang dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan produksi yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.
(48)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 16
2.1.1.2 Jenis-Jenis Laba
Adapun laba yang dapat dibedakan dari jenis-jenis yang digolongkan dalam penetapan pengukuran laba pada suatu laporan keuangan.
Menurut Theodorus M. Touanakotta (2002:157) dalam bukunya yang berjudul “Teori Akuntansi” mengemukakan jenis-jenis laba adalah sebagai berikut:
a. Laba kotor b. Laba dari operasi c. Laba bersih operasi
Adapun penjelasan dari jenis-jenis laba di atas adalah sebagai berikut. a. Laba kotor adalah perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan
dengn harga pokok penjualan.
b. Laba dari operasi adalah selisih antara laba kotor dengn total beban operasi.
c. Laba bersih adalah angka terakhir dalam perhitungan laporan laba rugi dimana untuk mencerminkan laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangi beban lain-lain.
2.1.1.3 Kegunaan Laba
Di dalam “Standar Akuntansi Keuangan” (2004) PSAK No. 25.1
disebutkan sebagai berikut:
“Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja
(49)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 17
kinerja perusahaan terutama tentang profitabilitas. Dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi tersebut juga sering kali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang. Informasi tentang krmungkinan perubahan kinerja juga
penting dalam hal ini”.
Sedangkan menurut Anis dan Imam (2003 :216) dalam buku “Teori Akuntansi” tujuan pelaporan laba adalah sebagai berikut:
a. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian.
b. Sebagai dasar pengukuran prestasi manajemen c. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
d. Sebagai alat pengendalian sumber daya ekonomi suatu negara e. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus
f. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan g. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran
h. Sebagai dasar pembagian deviden
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dilaporkannya laba atau lebih dikenal dengan laba rugi adalah sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang digunakan, sebagai dasar untuk pengukuran, penentuan, pengendalian, motivasi prestasi manajemen dan sebagai dasar kenaikan kemakmuran serta dasar pembagian deviden untuk para investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan.
2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba
Faktor-faktor yang mempengaruhi laba terkadang bisa menjadi kendala atau keuntungan pada suatu perusahaan.
(50)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 18
Menurut Mulyadi (2001:153) dalam bukunya “Akuntansi Manajemen” memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi laba adalah sebagai berikut :
a. Biaya b. Harga jual
c. Volume penjualan dan produksi
Berikut ini adalah penjelasan-penjelasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi laba :
a. Biaya
Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa yang akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.
b. Harga jual
Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.
c. Volume penjualan dan produksi
Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk atau jasa, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi.
2.1.1.5 Pengertian Laba Bersih
Laba Bersih atau Earning merupakan suatu ukuran berapa besar harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) melebihi harta yang keluar (beban dan kerugian).
(51)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 19
Pengertian laba bersih menurut kamus akuntansi cetakan kedua oleh Ibrahim Abdullah (1993:289) :
Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu periode tertentu setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan dalam laporan laba rugi. Para akuntan menggunakan istilah "net income" untuk menyatakan kelebihan pendapatan atas biaya dan istilah "net loss" untuk menyatakan kelebihan biaya atas pendapatan.
Menurut Soemarso S.R. (2002:227) dalam bukunya ”Akuntansi Suatu
Pengantar” mendefinisikan laba bersih adalah sebagai berikut :
”Angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih (net profit). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss).”
Dari kutipan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa laba bersih adalah selisih lebih dari pendapatan terhadap beban-beban yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha setelah dikurangi dengan pajak penghasilan.
2.1.1.6 Format Laporan Laba/Rugi
Dalam laporan keuangan laba usaha dilaporkan dalam laporan laba rugi (Income statement). Menurut Donald E. Kieso (2002: 150) pengertian dari laporan laba rugi (Income statement) merupakan: “ Laporan yang mengukur keberhasilan
operasi perusahaan selama periode waktu tertentu “. Laba usaha berasal dari
transaksi pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Transaksi- transaksi ini diikhtisarkan dalam laporan laba- rugi. Metode pengukuran laba ini dikenal sebagai pendekatan transaksi (transaction approach) karena berfokus pada aktivitas yang berhubungan dengan laba yang telah terjadi selama periode
(52)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 20
akuntansi. Menurut Zaki Baridwan (2004:33) dalam bukunya “Pengantar Pasar
Modal” menjelaskan format laporan laba rugi terdiri dari dua, yaitu: 1. Laporan laba rugi bertahap (Multiple Step)
2. Laporan laba rugi Single Step
Format laporan laba rugi dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Uraian format laporan laba rugi yaitu:
1. Laporan Laba Rugi Bertahap (Multiple Step)
Dalam laporan laba rugi multiple step dilakukan beberapa pengelompokan terhadap pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan-urutan tertentu sehingga bisa dihitung penghasilan-penghasilan seperti laba bruto, penghasilan usaha bersih, penghasilan bersih sebelum pajak, penghasilan bersih sesudah pajak, penghasilan bersseih dan elemen-elemen luar biasa. Laporan laba rugi bertahap digunakan untuk memisahkan transaksi operasi dan transaksi non operasi. Untuk menghitung laba usaha diperoleh dari hasil pengurangan antara laba bruto dikurangi biaya-biaya usaha.
2. Laporan Laba Rugi Single Step
Dalam laporan laba rugi single step tidak dilakukan pengelompokan pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan diluar usaha tetapi hanya dipisahkan antara pendapatan-pendapatan dan laba-laba, biaya-biaya dan kerugian-kerugian.
(53)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 21
Format laporan laba rugi menampilkan berbagai komponen laba yang digunakan untuk menghitung rasio yang akan dipakai dalam menilai kenerja perusahaan. Menurut Soemarso S.R. (2002:227), untuk menghitung jumlah laba bersih dalam laporan keuangan dapat dicari sebagai berikut :
Menurut Weston (1999:38), mencari jumlah laba bersih dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Net Sales
(Cost of Good Sold)
(Expense) -
Earning Before Interest and Taxes
Interest Paid -
Earning Before Taxes
Taxes -
Earning After Taxes
2.1.2 Dividen Kas
2.1.2.1 Pengertian Dividen
Investasi dalam bentuk saham akan memberikan dua jenis keuntungan kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividend dan capital gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan beli saham. Sedangkan dividend adalah pembagian keuntungan perusahaan.
(54)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 22
Pengertian Dividen menurut Warsono (2003:271) menyatakan bahwa :
“Dividen adalah bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham
biasa (earning available for common stockholder) yang dibagikan kepada
pemegang saham biasa dalam bentuk tunai.”
Menurut PSAK No.23 (revisi 2010:103) menyatakan bahwa :
“Dividen adalah distribusi laba kepada pemegang ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu, tidak mengatur pengakuan dividen pada efek ekuitas yang diumumkan dari penghasilan neto sebelum akuisisi”.
Dari kedua pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dividen adalah bagian keuntungan bersih setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. Karena dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham.
2.1.2.2 Jenis-Jenis Dividen
Menurut Zaki Baridwan (2003:434) dalam bukunya “Intermediate
Accounting” menjelaskan bahwa dividen yang dibagikan kepada pemegang saham bisa berupa :
1. Cash Dividend (Dividen Tunai/Kas)
2. Property Dividen (Dividen Barang)
(55)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 23
4. Liquidating Dividen (Dividen Likuidasi)
5. Stock Dividen (Dividen Saham)
Penjelasan dari jenis-jenis dividen adalah :
1. Cash Dividend (Dividen Tunai/Kas)
Yaitu dividen dalam bentuk kas. Dividen jenis ini paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Besar kecilnya dividen yang dibagikan tergantung dari pembatasan-pembatasan oleh undang-undang, kontrak-kontrak dari jumlah uang tunai yang dimiliki dan tersedia dalam perusahaan.
2. Property Dividen (Dividen Barang)
Yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, barang dagangan atau aktiva lain.
3. Scrip Dividen (Dividen Utang)
Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagikan itu saldonya mencukupi untuk. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan scrip dividen, yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. Scrip Dividen ini mungkin berbunga mungkin juga tidak.
4. Liquidating Dividen (Dividen Likuidasi)
Yaitu dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. dividen ini tercatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai pengurangan modal saham.
(56)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 24
5. Stock Dividen (Dividen Saham)
Yaitu pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada pemegang saham, sebanding dengan saham yang dimilikinya.
2.1.2.3 Jenis Kebijakan Dividen
Besar kecilnya dividen yang akan dibagikan tergantung kepada laba yang diperoleh perusahaan dan kebijakan dividen yang digunakan perusahaan tersebut.
Menurut Weston dan Copeland (2002: 192) dalam bukunya “Manajemen
Keuangan” dijelaskan ada tiga macam pola pembayaran dividen, yaitu : 1. Jumlah dividen stabil persaham (stable amount per share) 2. Rasio pembayaran konstan (constant pay out ratio)
3. Dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra (low regular dividen plus ekstra)
Penjelasan dari jenis kebijakan dividen yaitu :
1. Jumlah dividen stabil persaham (stable amount per share)
Kebijakan dividen yang pertama disebut sebagai kebijakan dividen yang stabil. Kebijakan dividen yang stabil yaitu jumlah dividen perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif sama selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan perlembar saham pertahunnya berfluktuasi. Kebanyakan perusahaan menerapkan kebijakan dividen ini.
2. Rasio pembayaran konstan (constant pay out ratio)
Kebijakan dividen yang kedua yaitu rasio pembayaran konstan. Rasio pembayaran konstan yaitu pembayaran dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Dalam rasio pembayaran konstan jumlah dividen perlembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan
(57)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 25
berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap tahunnya. Oleh sebab itu hanya beberapa perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Kebijakan dividen ini tidak akan memaksimumkan nilai saham dari perusahaan, karena pasar tidak dapat mengandalkan kebijakan dividen ini untuk memberi informasi mengenai prospek perusahaan pada saat mendatang dan karena kebijakan ini mempengaruhi kebijakan investasi. 3. Dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra (low regular dividen
plus ekstra).
Kebijakan dividen yang ketiga adalah dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra merupakan penggabungan antara kedua jenis kebijakan dividen tersebut diatas. Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan deviden ekstra diatas jumlah tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi dilain pihak kalau keadaan keuangan perusahaan baik maka pemodal akan menerima dividen minimal tersebut ditambah dengan dividen tambahan yang biasa disebut dividen ekstra.
(58)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 26
2.1.2.4 Teori Kebijakan Deviden
Menurut Brigham dan Houston (2006:69) dalam bukunya “Dasar Dasar Manajemen Keuangan”, ada beberapa teori yang relevan dalam kebijakan deviden yaitu :
1. Tax Preference Theory
2. Dividend Irrelevance Theory
3. Bird in The Hand Theory
4. Teori Keuangan
Penjelasan dari teori kebijakan dividen yaitu :
1) Tax Preference Theory
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Menurut teori ini, investor tidak terlalu menyukai dividen karena dividen tidaklah tax deductible. Teori ini merujuk kepada pengenaan pajak yang diberlakukan bagi setiap investor yang mendapat capital gain atau dividen. Pada umumnya besarnya pajak yang diberlakukan berbeda, dimana pajak untuk dividen lebih besar dibandingkan pajak untuk capital gain. Selain itu, pajak atas capital gain baru dapat dibayar jika capital gain telah direalisasi. Dengan demikian, apabila investor tidak segera merealisasikan capital gain-nya, berarti investor menunda pembayaran pajaknya. Sudah tentu present value (PV) pembayaran pajaknya akan turun.
2) Dividend Irrelevance Theory
Teori ini dikembangkan oleh Miller dan Modigliani dalam papernya Dividend Irrelevance Preposisition. Paper tersebut menjelaskan
(59)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 27
bahwa dalam dunia pajak, dan tidak diperhitungkannya biaya transaksi serta dalam kondisi pasar yang sempurna, maka kebijakan dividen tidak akan memberikan pengaruh apapun pada harga pasar saham tersebut. Menurut MM kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan.
3) Bird in The Hand Theory
Teori ini mengatakan pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian karena dividen diterima saat ini, sedangkan capital
gain diterima di masa mendatang. Gordon mengemukakan bird in the
hand theory yang mengatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai dividen di masa depan (it can fly away).
4) Teori Keuangan
Menurut teori keuangan, dividen (atau investasi kembali) tidak sama dengan laba setelah pajak. Dalam teori keuangan, jumlah dana yang bisa dibagikan sebagai dividen bisa dinyatakan sebagai berikut:
D = E + Penyusutan – Investasi pada A.T – Penambahan M.K
Keterangan:
D = Dividen,
E = Earning After Tax (Laba Setelah Pajak),
A.T = Aktiva Tetap,
(60)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 28
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa dana yang bisa dibagikan sebagai dividen merupakan kelebihan dana yang diperoleh dari operasi perusahaan (yaitu E + penyusutan) diatas keperluan investasi untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang (yaitu investasi aktiva tetap dan modal kerja). Hanya saja, untuk menyederhanakan analisis sering diasumsikan bahwa investasi pada aktiva tetap akan diambilkan dari dana penyusutan, dan modal kerja dianggap tidak berubah (sehingga tidak perlu menambah modal kerja). Apabila asumsi ini dipergunakan, maka bisa dimengerti kalau besarnya dividen ditentukan oleh laba setelah pajak (E) dan maksimal dividen yang bisa dibagikan adalah sama dengan E. Itulah mengapa EAT digunakan sebagai ukuran jumlah maksimal dana yang dibagikan sebagai dividen. Menurut Weston (1999:38) Dividen dapat diukur juga dengan rumus :
Divt = NPt – REt + REt-1
Dimana :
Divt = Dividen Tahun t
NPt= Net Profit Tahun t
REt = Laba Ditahan Tahun t
(61)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 29
2.1.2.5Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Weston dan Copeland (2002:98) dalam buku “Manajemen
Keuangan”, faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah sebagai berikut :
1. Undang – undang 2. Posisi Likuiditas
3. Kebutuhan Untuk Melunaskan Hutang 4. Tingkat Ekspansi Aktiva
5. Tingkat Laba 6. Stabilitas Laba 7. Kendali Perusahaan
8. Posisi Pemegang Saham Sebagai Pembayar Pajak Posisi pemilik Penjelasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah :
1. Undang – Undang
Undang-undang menentukan bahwa dividen harus dibayarkan dari laba,
baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada pada pos “laba
ditahan (retained earning) di neraca. Dalam hal ini peraturan pemerintah
menekankan 3 hal “
a. Peraturan laba bersih, yang menyatakan bahwa dividen dapat dibayar dari laba saat ini atau tahun lalu.
b. Larangan pengurangan modal (capital impairment rule), yang melindungi pemberi kredit karena adanya larangan untuk membayar dividen dengan mengurangi modal (membayar dividen dengan modal akan berarti membagi modal suatu perusahaan dan bukan membagikan laba).
c. Peraturan kepailitan (insolvency rule), yang menyatakan bahwa perusahaan tidak dapat membayar dividen pada saat pailit.
(62)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 30
Kepailitan yang dimaksud disini adalah pailit karena kewajiban lebih besar daripada aktiva.
2. Posisi Likuiditas
Laba ditahan (pada sisi kanan neraca) biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usahanya. Laba ditahan tahun-tahun lalu sudah diinvestasikan dalam bentuk pabrik dan peralatan, persediaan, dan pada aktiva lainnya, tetapi laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai dividen karena posisi likuiditasnya. Perusahaan yang sedang berkembang, walaupun dengan keuntungan yang sangat besar, biasanya mempunyai kebutuhan dana yang sangat mendesak. Sehingga dalam hal ini perusahaan dapat memutuskan untuk tidak membayar deviden.
3. Kebutuhan Untuk Melunaskan Hutang
Apabila perusahaan memilih hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk menggantikan jenis pembiayaaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang tersebut pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga lainnya, atau perusahaan dapat memutuskan untuk melunaskan hutang tersebut. Jika keputusannya adalah membayar hutang tersebut, maka biasanya perlu dilakukan penahanan laba. Sehingga dividen yang dibagikan menjadi kecil.
(63)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 31
5. Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhan untuk membiayai ekspansi aktivanya. Kalau kebutuhan dana dimasa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya.
6. Tingkat Laba
Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham atau digunakan diperusahaan tersebut.
7. Stabilitas Laba
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang dapat dicapai, sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Dividen yang lebih rendah akan lebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun pada masa yang akan datang.
8. Posisi Pemegang Saham Sebagai Pembayar Pajak Posisi pemilik
perusahaan sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi keinginan untuk memperoleh dividen. Suatu perusahaan yang dipegang hanya oleh beberapa pembayar pajak dalam golongan berpendapatan tinggi, cenderung untuk membayar dividen yang rendah. Pemilik memilih untuk
(64)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 32
menempatkan pendapatan mereka dalam bentuk peningkatan modal kerja daripada dividen, karena akan terkena pajak penghasilan pribadi yang lebih tinggi. Akan tetapi, pemegang saham suatu perusahaan yang dimiliki oleh orang banyak akan memilih pembayaran dividen yang tinggi.
2.1.2.6 Pengertian Dividen Kas/Tunai
Cash dividend merupakan bentuk pembayaran dividen yang paling banyak digunakan oleh emiten untuk membagikan sebagian labanya kepada pemegang saham. Pembayaran dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas investasinya pada suatu perusahaan.
Menurut Wild et.al.(2005) menyatakan bahwa :
“Dividen tunai (Cash dividend) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham. Dividen ini merupakan jenis dividen yang paling umum dan pada saat diumumkan akan menjadi kewajiban bagi perusahaan”.
Menurut pendapat Sundjaja (2003:380)menyatakan bahwa :
“Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberi informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang”.
Dari kedua kutipan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dividen tunai adalah aliran tunai emiten pada investor sebagai ditribusi laba emiten kepada para pemegang saham. Batasan pembayaran cash dividend hanya dapat dibayarkan dengan ketersediaan kas. Jadi kekurangan kas di dalam bank dapat membatasi pembayaran dividen.
(65)
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 33
2.1.3 Harga Saham
2.1.3.1 Pengertian Saham
Ketika perusahaan didirikan biasanya diterbitkan satu golongan saham yang dikenal sebagai saham biasa (common stock). Perusahaan yang berbentuk perseroan tersebut kemudian mungkin melihat bahwa ada keuntungan untuk menerbitkan satu atau beberapa tambahan golongan saham dengan hak dan prioritas yang berbeda. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut..
Menurut Anoraga (2001:58) menyatakan bahwa :
“Saham biasa (common stock) merupakan salah satu jenis efek yang paling banyak diperdagangkan di pasar modal. Saham dapat didefenisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan”.
Pengertian saham menurut Sujana (2006;532)adalah:
“Saham merupakan surat bukti pemilikan hak terhadap perusahaan berkat penyerahan modalnya sehingga bagi si pemilik/pemegang akan
mempunyai seperangkat hak atas perusahaan tersebut.”
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa saham merupakan surat bukti kepemilikan bagian modal atau tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas yang memberi hak atas dividen dan lain-lain menurut besar kecil modal disetor.
(1)
BAB V Simpulan dan Saran 150
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, dapat kiranya diajukan saran beberapa berikut :
1. Kegunaan secara Praktis
Bagi Perusahaan, diharapkan agar dapat lebih mengevaluasi kembali terhadap besarnya pendapatan dan beban sehingga laba yang diperoleh tidak menunjukan nilai yang negatif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara lebih menekan jumlah beban yang harus dikeluarkan sehingga jumlah pendapatan yang diterima akan menunjukan nilai yang lebih besar daripada jumlah beban yang harus dikeluarkan. Selain itu perusahaan juga diharapkan bisa lebih membaca dan menganalisa kondisi perekonomian secara keseluruhan tidak hanya terpaku pada peningkatan kondisi fundamental atau kinerja perusahaan saja karena diduga investor juga mempertimbangkan faktor lain sebagai acuan dalam berinvestasi yang nantinya akan mempengaruhi harga pasar saham itu sendiri.
Perusahaan sebaiknya juga memperhitungkan dividen kas sebagai penentu perolehan harga saham. Karena dengan pembayaran dividen kas yang meningkat dan rutin tiap tahunnya, investor justru akan lebih tertarik menanamkan saham diperusahaan tersebut, yang nantinya akan mempengaruhi langsung terhadap pergerakan harga saham.
(2)
BAB V Simpulan dan Saran 151
Bagi Investor, yang bermaksud melakukan investasi sebaiknya lebih memperhatikan variabel laba bersih dibandingkan dengan dividen kas karena berdasarkan penelitian ini variabel laba bersih mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap harga saham dibandingkan dengan informasi dividen kas. Selain itu juga investor harus memperhatikan kondisi ekonomi dan kebijakan-kebijakan perusahaan terutama dalam hal pembagian dividen yang berpengaruh terhadap harga saham, agar nantinya investor dapat terhindar dari kerugian dan mendapat dividen yang maksimal. 2. Kegunaan Secara Akademis
Bagi Peneliti Selanjutnya dan pengembangan ilmu akuntansi, sebaiknya untuk penelitian selanjutnya tidak hanya menggunakan variabel laba bersih dan dividen kas saja, tetapi dapat juga digunakan variabel yang lain seperti Arus Kas, tingkat Inflasi, tingkat suku bunga, Price to Earning Ratio dan Earning Per Share, dan lain-lain.
Bagi civitas akademik, sebaiknya penelitian ini bisa menambah informasi sumbangan pemikiran dan kajian dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan laba bersih, dividen kas dan harga saham.
(3)
152
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2003. Analisis Investasi, Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Abdul Rosid. 2010. Analisis Laporan Keuangan : Dividend dan Earning Per Share.
Universitas Mercubuana. Jakarta.
Andi Supangat. 2010. Statistik : Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametik. Kencana. Jakarta.
Bambang Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat Cetakan Ketujuh. BPFE. Yogyakarta.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2001. Fundamentals Of Financial Management, Eight Edition, Alih Bahasa Herman Wibowo, Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Jilid II, Erlangga, Jakarta. Chen, Dar-Hsin et.al. 2007. The Announcement Effect of Cash Dividend Changes
on Share Price : An Empirical Analysis of China.
Copeland, Thomas E. Dan Fred J. Weston. 2002. Manajemen Keuangan Edisi Kesembilan. Rineka Cipta. Jakarta.
DuCharme, Larry L et.al. 2004. Earnings Management and Earnings Surprise : Stock Price Reactions to Earnings Component. University of Washington School of Bussiness.
Ebrahimi, Mohammad and Arezoo Aghaei Chadegani. 2011.The Relationship between Earning, Dividend, Stock Price and Stock Return : Evidence from Iranian Companies. International Conference on Humanities, Society and Culture IPEDR Vol. 20 (2012) IACSIT.
Eduardus Tandelilin. 2010. Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi, Edisi 1. Kanisius. Yogyakarta.
Einde Evana. 2008. Analisis Pengaruh Pengumuman Dividen Tunai Terhadap Harga Saham di PT Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Perpajakan Vol. 1 No. 2 Maret 2008.
Fracassi, Cesare. 2008. Stock Price Sensitivity to Dividend Changes. Department of Finance – UCLA Anderson School of Management.
Harahap, Aderina K. 2011. Pengaruh Earning Per Share dan Harga Saham Terhadap Dividen Kas Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 1, No. 2, April 2011 : 146-160.
(4)
153
Iwan Hermansyah dan Eva Ariesanti. 2008. Pengaruh Laba Bersih Terhadap Harga Saham ( Sensus Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta ). Jurnal Akuntansi FE Unsil, Vol. 3, No. 1, 2008 ISSN : 1907 - 9958.
Hery. 2009. Hubungan Laba Bersih dan Arus Kas Operasi dengan Dividen Kas. Akuntabilitas Vol. 9 No. 1, Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya. Jakarta.
Keown, Arthur J., et al. 2000. Basic Financial Management, Alih bahasa Chaerul D. Djakman dan Dwi Sulisyorini, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi ketujuh, Buku II, PT Salemba Empat, Jakarta.
Linda dan Fazly Syam BZ. 2005. Hubungan Laba Kuntansi, Nilai Buku, dan Total Arus Kas dengan Market Value : Studi Akuntansi Relevansi Nilai. Jurnal Riset Akuntansi IndonesiaVol. 8 No. 3 September 2005.
Niswonger, C. Rollin, et, al. 2000. Accounting Principle Second Edition, Alih Bahasa Gunawan & Helda, Prinsip-Prinsip Akuntansi, Jilid II, Erlangga, Jakarta.
Otong Setiawan Djuharie. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Yrama Widya. Bandung
Pandji Anoraga. 2001. Pengantar Pasar Modal. Rineka Cipta. Semarang.
Simamora, Henry. 2000. Akuntansi: Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Salemba Empat. Jakarta.
Smith, Jay M., K. Fred Skousen. 1992. Intermediate Accounting, Alih Bahasa Tim Penerjemah Erlangga, Akuntansi Intermediate, Edisi 9, Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Sri Mulyati. 2003. Reaksi Harga Saham Terhadap Perubahan Dividen Tunai Dan Dividend Yield Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Siasat Bisnis No. 8 Vol. 2 Desember 2003 ISSN : 0853 – 7665.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta. Bandung.
Sunarto dan Andi Kartika, Analisis Faktor- Faktor yang mempengaruhi Dividen Kas di BEJ, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 10, No.1:67-82, 2003.
Tjipto Darmadji dan Hendry M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.
(5)
154
Umi Narimawati,et.al. 2011. Penulisan Karya ilmiah : Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Genesis. Bekasi. www.google.com
(6)
154
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Andy Khaelani Hidayat Tempat/tanggal lahir : Cianjur, 10 Oktober 1988
Alamat : Jl. Citarum Lama No 88 RT 04/04 Haurwangi Cianjur
Provinsi : Jawa Barat
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Telepon : 085722572627
DATA PENDIDIKAN
1994 – 1995, TK Al-Mubarokah Lulus
1995 – 2000, SDN Cipetir II Lulus
2000 – 2003, SMPN Bojong Picung II Lulus
2003 – 2006, SMAN Ciranjang Lulus/Jurusan IPS
2006 – 2009, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ekuitas Lulus/Jurusan Akuntansi
2006– Sekarang, Universitas Komputer Indonesia Jurusan Akuntansi
Hormat Saya,