binatang atau manusia yang menirukannya. Alat penghasil bunyi itu berbeda dengan alat ucap fisiologis manusia.
Onomatope merupakan kosa kata yang berasal dari peniruan bunyi, suara, keadaan dan tindakan. Dalam masyarakat Indonesia kata-kata yang
termasuk dalam onomatope ini jumlahnya tidak begitu banyak dan kadang-kadang hanya digunakan dalam bahasa percakapan, terutama bahasa percakapan anak-
anak. Sehingga para ahli bahasa Indonesia merasa enggan menggali kata-kata yang termasuk dalam onomatope.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa onomatope merupakan sebuah fenomena pembentukan kata baru, yang didasarkan atas
bunyi-bunyian yang tertangkap oleh indera pendengar manusia.
1.6.2 Tipe-Tipe Onomatope
Dalam onomatope terdapat berbagai jenis suara, dengan begitu jenis- jenis suara itu dapat digolongkan menjadi tipe-tipe onomatope. Pertama, tipe
suara manusia merupakan tiruan bunyi yang berasal dari tubuh manusia. Kedua, tipe suara binatang merupakan tiruan bunyi dari bunyi-bunyi binatang. Ketiga,
tipe bunyi alam merupakan tiruan bunyi yang dihasilkan oleh alam. Keempat, bunyi yang dihasilkan oleh benda. Kelima, bunyi yang dihasilkan dari kehidupan
sehari-hari, dihasilkan dari rutinitas kehidupan manusia. Keenam, tipe bunyi yang dihasilkan dari kehidupan sosial ataupun hobi. Ketujuh, bunyi yang dihasilkan
dari kealamian bunyi merupakan bunyi-bunyi yang tercipta akibat terjadinya peristiwa secara alami. Kedelapan, bunyi yang dihasilkan dari abstraksi bunyi
contoh seperti bunyi yang lenyap dengan tiba-tiba, bunyi yang terjadi sangat cepat.
1.6.3 Pembentukan Kata
Samsuri 1988: 10-11 pembentukan kata sendiri adalah penamaan tradisional. Biarpun berguna, sering tidak dapat merangkum semua macam
pembentukan kata. Tetapi hal itu tidak kami hiraukan di sini, karena kebetulan Bahasa Indonesia mempunyai cara atau sisem pembentukan kata sendiri, dan
agaknya dapat dipakai untuk menguraikannya. Yang terpenting ialah bahwa kaidah pembentukan kata tidak sama atau berimpit dengan kaidah pembentukan
kalimat. Dalam Bahasa Indonesia masing-masing menggunakan cara sendiri, seperti yang pertama memakai afiksasi, reduplikasi, pemaduan, sedangkan yang
kedua memakai pengurutan, penambahan, pengurangan, pemindahan atau penggantian kata, penyematan, atau perapatan.
1.6.4 Peniruan Bunyi
Abdul Chaer 2009: 44-45 dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau
hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut.
Sejalan dengan itu banyak pula dibentuk kata kerja atau nama perbuatan dari tiruan bunyi itu. Misalnya, biasa dikatakan anjing menggonggong, ayam
berkokok, ular mendesis, tikus mencicit, dll.
1.6.5 Komik
Dalam disertasinya mengenai komik Panji Tengkorak dari sisi budaya 2010 Seno Gumiro Ajidarma menyatakan bahwa teori komik mempunyai dua
tujuan, pertama memperkenalkan secara ringkas bahasa media komik, kedua memperlihatkan perbedaan teknik naratif dalam komik karena dalam perbedaan
itulah pergulatan antarwacana berlangsung. Agus Dermawan T 1993: 36, “Gambar Komik Indonesia” dalam Seni
Komik Indonesia mengatakan istilah komik berasal dari kata comic yang makasudnya adalah lucu. Dalam dunia berbahasa Inggris, naratif seperti baris
komik ataupun komik satu panel terdapat pada halaman khusus edisi akhir pekan yang disebut yang lucu-lucu, sebagai percabangan karikatur yang kelucuannya
khusus untuk mengejek kebijakan para tokoh masyarakat. Tradisi ini terbentuk sejak 1884 di Inggris, tetapi baru mulai dibukukan di Amerika Serikat pada 1934
dan dijual tersendiri itulah yang kemudian disebut buku komik. Di Indonesia, buku komik lazim disebut buku komik saja, para komikus
bahkan membuat buku komik sebagai karya mandiri, tanpa harus dimuat surat kabar atau majalah lebih dulu dan isinya lebih sering tidak bermaksud melucu
sama sekali. Kecenderungan menjadi naratif yang tidak sekadar melucu melahirkan istilah graphic novel novel bergambar pada 1978 bersam dengan
terbitnya A Contract with God karya Will Eisner. Kecenderungan untuk menjadi serius ini secara tidak langsung bagaikan reaksi terhadap gerakan komik
undergroud di amerika serikat sejak awal 1970-an yang mempermainkan segenap nilai mapan yang diwajibkan oleh Comics Code Authority, dan karya komik