Pengertian Onomatope Landasan Teori

1.6.5 Komik

Dalam disertasinya mengenai komik Panji Tengkorak dari sisi budaya 2010 Seno Gumiro Ajidarma menyatakan bahwa teori komik mempunyai dua tujuan, pertama memperkenalkan secara ringkas bahasa media komik, kedua memperlihatkan perbedaan teknik naratif dalam komik karena dalam perbedaan itulah pergulatan antarwacana berlangsung. Agus Dermawan T 1993: 36, “Gambar Komik Indonesia” dalam Seni Komik Indonesia mengatakan istilah komik berasal dari kata comic yang makasudnya adalah lucu. Dalam dunia berbahasa Inggris, naratif seperti baris komik ataupun komik satu panel terdapat pada halaman khusus edisi akhir pekan yang disebut yang lucu-lucu, sebagai percabangan karikatur yang kelucuannya khusus untuk mengejek kebijakan para tokoh masyarakat. Tradisi ini terbentuk sejak 1884 di Inggris, tetapi baru mulai dibukukan di Amerika Serikat pada 1934 dan dijual tersendiri itulah yang kemudian disebut buku komik. Di Indonesia, buku komik lazim disebut buku komik saja, para komikus bahkan membuat buku komik sebagai karya mandiri, tanpa harus dimuat surat kabar atau majalah lebih dulu dan isinya lebih sering tidak bermaksud melucu sama sekali. Kecenderungan menjadi naratif yang tidak sekadar melucu melahirkan istilah graphic novel novel bergambar pada 1978 bersam dengan terbitnya A Contract with God karya Will Eisner. Kecenderungan untuk menjadi serius ini secara tidak langsung bagaikan reaksi terhadap gerakan komik undergroud di amerika serikat sejak awal 1970-an yang mempermainkan segenap nilai mapan yang diwajibkan oleh Comics Code Authority, dan karya komik mereka kemudian disebut comix . Huruf “x” itu dihubungkan dengan pengungkapan segala hal yang ditabukan termasuk pengungkapan seksualitas sebagai bentuk bawah sadar yang digambarkan, terutama dalam karya-karya Robert R. Crumb. Dengan begitu sudah terdapat tiga istilah sekarang, yakni comic book, graphic novel, dan comix. Namun, teori paling awal, yang dikenal dari dunia berbahasa Prancis, justru menyebutkannya sebagai picture-story cerita gambar, yang harus segera dibedakan dari cerita yang sekedar berilustrasi illustrated gambar dan istilah picture story ini adalah bagian dari teori komik yang paling awal. Pengertian itu diolah Rodolphe Topffer yang berasal dari Swiss, dalam esai yang ditulis pada 1845, tetapi baru dikenal dalam terjemahan bahasa Inggris yang terbit pada 1965. Dilihat dalam rentang perjalanan teori komik, pendapat Topffer adalah peletakan suatu dasar, keteika ia mengajukan pandangan tentang seni visual sebagai sistem tanda. Dalam esainya ia mengolah gagasan tentang seni gambar sebagai bahasa, dalam hal ini bahasa visual tempat bidang gambar, garis, dan pencintraan tersusun dengan tata bahasanya sendiri, membentuk naratif visual sebagai bentuk genre komunikasi baru.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni i pengumpulan data, ii analisis data, dan iii penyajian hasil analisis data. Berikut akan diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah onomatope. Objek ini berada dalam data yang berupa kata. Data diperoleh dari sumber tertulis yaitu komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Komik Kambing Jantan: Sebuah Komik Pelajar Bodoh Book 1 dan 2 merupakan komik yang terbit pada tahun 2008 dan 2011 dan komik ke-2 mencapai cetakan ke-10 pada tahun 2012. Komik Kambing Jantan: Sebuah Komik Pelajar Bodoh Book 2 termasuk komik yang laris dan populer di kalangan remaja hingga dewasa. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata yang mengandung unsur onomatope atau tiruan bunyi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa kata- kata yang mengandung unsur onomatope yang terdapat dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Data. yang sudah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan tipe-tipe onomatope dan membuat pembentukan kata baru dari onomatope.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Langkah kedua adalah menganalisis data. Setelah data terklasifikasikan, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan refern. Metode padan refern merupakan metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak