Onomatope Bahasa Indonesia dalam komik Kambing Jantan karya Raditya Dika.

(1)

ABSTRAK

Arhadi, Radhitya Indra, 2010. “Onomatope Bahasa Indonesia Dalam Komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika” Skripsi Strata 1 (S1). Progam studi Sastra Indonesia. Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas tentang onomatope Bahasa Indonesia dalam Komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Ada dua masalah yang dibahas. Pertama, apa tipe-tipe onomatope apakah yang ada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika? Kedua, bagaimana pembentukan kata dari onomatope yang ada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika?

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan pada tahap (iii) penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam mengumpulankan data adalah metode simak. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa kata-kata yang mengandung unsur onomatope Bahasa Indoneisa yang terdapat dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Setelah data terklasifikasikan, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan referensial dan metode agih. Metode padan referensial digunakan untuk menganalisis apakah onomatope tersebut dapat dikelompokkan ke dalam jenis tipe onomatope yang ada. Metode agih diterapkan dengan teknik baca markah dan bagi unsur langsung digunakan untuk menunjukkan kejatian onomatope Bahasa Indonesia yang berada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika.

Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi tipe-tipe onomatope yang terdapat dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Dalam onomatope terdapat berbagai jenis bunyi, dengan begitu jenis-jenis bunyi itu dapat digolongkan menjadi tipe-tipe onomatope, (i) tipe suara manusia, (ii) tipe suara binatang, (iii) tipe bunyi alam merupakan tiruan bunyi yang dihasilkan oleh alam, (iv) bunyi yang dihasilkan oleh benda, (v) bunyi yang dihasilkan dari kehidupan sehari-hari, dihasilkan dari rutinitas kehidupan manusia, (vi) tipe bunyi yang dihasilkan dari kehidupan sosial ataupun hobi, (vii) bunyi yang dihasilkan dari kealamian bunyi merupakan bunyi-bunyi yang tercipta akibat terjadinya peristiwa secara alami, (viii) bunyi yang dihasilkan dari abstraksi bunyi contoh seperti bunyi yang lenyap dengan tiba-tiba, bunyi yang terjadi sangat cepat. Hasil penelitian kedua, dengan mengidentifikasi onomatope Bahasa Indonesia yang ada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika penulis mencoba mencari onomatope yang dapat membentuk kata.


(2)

Arhadi, Radhitya Indra. 2010. “Onomatope Indonesian Language in the Comic Kambing Jantan by Raditya Dika” Undergraduate Thesis of Indonesian Literature Study Program. Department of Literature, Faculty of Literature. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research discusses onomatope Indonesian Language in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika. There were two formulated problems of this research. First, What types of onomatope in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika? Second, how the word forming of onomatope found in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika?

This research was a descriptive research in which described the research object based on the fact. The research procedure of this study consisted of three stages: stage (i) collecting the data, (ii) analyzing the data, and (iii) presenting the result of the research. To collect the data, this research used observation method as the method. Meanwhile, the technique used in this research was non- participants technique or observation without conservation technique. This technique was done by observing and making notes of the words which contained elements of onomatope Indonesian Language in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika. After the data were being clasified, the reseracher analyzed it using padan referensial method and agih method. Padan referensial method is used analyze a onomatope whether can be grouped into types of existing onomatope. Agih method is used by applying immediate constituent and markers analyzing technique. The marker analyzing technique and the immediate constituent analyzing technique is used to show the illocutionary meaning of onomatope Indonesian Language in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika.

The results of this research presented as following. The first result, the researcher identified the types of onomatope which contained in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika. In the onomatope, there were several sounds which can be clasified into several voice types of onomatope; (i) the types are the human sound, (ii) the animal sound, (iii) the sound of nature constituting an imitation of sounds produced by nature, (iv) the sound produced by things, (v) the daily sound resulted from daily activities of the human, (vi) the sound resulting from the social life or hobby, (vii) the voice resulting from naturalness which created due to the occurrence of events naturally, (viii) the sound resulting of the abstraction for instance the sound which come suddenly and very qucikly. The second result, by identifying onomatope Indonesia Language in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika, the researcher tried to find out the onomatope as the word forming. Keywords: Onomatope, Indonesian Language, Comic, Kambing Jantan, Raditya Dika


(3)

i

ONOMATOPE BAHASA INDONESIA DALAM KOMIK KAMBING

JANTAN KARYA RADITYA DIKA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Progam Studi Sastra Indonesia

Oleh:

Oleh

Radhitya Indra Arhadi NIM: 104114015

PROGAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Onomatope Bahasa Indonesia Dalam Komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika” dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Progam Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya kebaikan, bantuan, dan dukungan baik secara material maupun spiritual dari berbagai pihak. Kebaikan, perhatian, bantuan, dan dukungan tersebut selalu hadir dalam setiap langkah penulis, terutama saat menjalani perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

Dalam kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses penulisan skripsi ini.

1. Bapak Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran, perhatian, dan ketelitian telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini dan memberikan petunjuk serta masukan kepada penulis.

3. Seluruh dosen Progam Studi Sastra Indonesia Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., Drs. Hery Antono, M.Hum., Drs. B.


(9)

vii

Rahmanto, M.Hum.; Drs. F.X. Santoso, M.S.; S.E Peni Adji, S.S., M.Hum.; Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum.; Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.; Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A. yang telah memberikan bekal kepada penulis. Segenap karyawan Fakultas Sastra serta secretariat Sastra Indonesia atas pelayanannya dan perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menjadi sumber kami mencari referensi buku untuk menambah ilmu.

4. Kedua orang tua penulis, serta kakak dan adik tercinta atas dukungan doa dan kasih sayang yang tiada hentinya.

5. Teman-temanku angkatan 2010 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaannya selama di bangku kuliah.

Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Skripsi ini mengandung banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini.

Penulis


(10)

viii

Bersyukur setiap hari adalah salah satu syarat untuk mendatangkan

kekayaan. - Wallace Watles

Pandanglah hari ini. Kemarin sudah menjadi mimpi. Dan esok hari

hanyalah sebuah visi. Tetapi, hari ini yang sungguh nyata, menjadikan

kemarin sebagai mimpi kebahagiaan, dan setiap hari esok sebagai visi

harapan. – Alexander Pope

Percayalah pada Yesus dan menerima apa yang Dia katakan, bahkan ketika

itu bertentangan dengan apa yang dikatakan orang lain.

– Paus Yohanes

Paulus II

Kebahagiaan Anda tumbuh berkembang manakala Anda turut membantu

orang lain. Namun, bilamana Anda tidak mencoba membantu sesama,

kebahagiaan akan layu dan mengering. Kebahagiaan bagaikan sebuah

tanaman; harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan memberi. – J.

Donald Walters

Sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tanpa kita

kehilangan semangat. – Abraham Lincoln


(11)

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Kepada ayahku yang selalu memberi semangat, motivasi, dan

doa restunya, kepada ibuku yang sudah berada di surga, kepada

kakakku yang selalu memberiku motivasi, serta adikku yang

kadang menemaniku saat-saat menyelesaikan skripsi ini.

Teman-teman angakatan 2010 yang memberi semangat, serta

motivasi dalam proses pembelajaran.

Seluruh teman-

teman “Kost Cinta Hut” yang selalu memberi

semangat, serta motivasi, selama dalam proses penyelesaian

skripsi ini, dan selalu mengingatkan untuk cepat-cepat lulus.


(12)

x ABSTRAK

Arhadi, Radhitya Indra, 2010. “Onomatope Bahasa Indonesia Dalam Komik

Kambing Jantan Karya Raditya Dika” Skripsi Strata 1 (S1). Progam

studi Sastra Indonesia. Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas tentang onomatope Bahasa Indonesia dalam Komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Ada dua masalah yang dibahas. Pertama, apa tipe-tipe onomatope apakah yang ada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika? Kedua, bagaimana pembentukan kata dari onomatope yang ada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika?

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan pada tahap (iii) penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam mengumpulankan data adalah metode simak. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa kata-kata yang mengandung unsur onomatope Bahasa Indoneisa yang terdapat dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Setelah data terklasifikasikan, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan referensial dan metode agih. Metode padan referensial digunakan untuk menganalisis apakah onomatope tersebut dapat dikelompokkan ke dalam jenis tipe onomatope yang ada. Metode agih diterapkan dengan teknik baca markah dan bagi unsur langsung digunakan untuk menunjukkan kejatian onomatope Bahasa Indonesia yang berada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika.

Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi tipe-tipe onomatope yang terdapat dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Dalam onomatope terdapat berbagai jenis bunyi, dengan begitu jenis-jenis bunyi itu dapat digolongkan menjadi tipe-tipe onomatope, (i) tipe suara manusia, (ii) tipe suara binatang, (iii) tipe bunyi alam merupakan tiruan bunyi yang dihasilkan oleh alam, (iv) bunyi yang dihasilkan oleh benda, (v) bunyi yang dihasilkan dari kehidupan sehari-hari, dihasilkan dari rutinitas kehidupan manusia, (vi) tipe bunyi yang dihasilkan dari kehidupan sosial ataupun hobi, (vii) bunyi yang dihasilkan dari kealamian bunyi merupakan bunyi-bunyi yang tercipta akibat terjadinya peristiwa secara alami, (viii) bunyi yang dihasilkan dari abstraksi bunyi contoh seperti bunyi yang lenyap dengan tiba-tiba, bunyi yang terjadi sangat cepat. Hasil penelitian kedua, dengan mengidentifikasi onomatope Bahasa Indonesia yang ada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika penulis mencoba mencari onomatope yang dapat membentuk kata.

Kata kunci: Onomatope, Bahasa Indonesia, Komik, Kambing Jantan, Raditya Dika


(13)

xi

ABSTRACT

Arhadi, Radhitya Indra. 2010. “Onomatope Indonesian Language in the Comic Kambing Jantan by Raditya Dika” Undergraduate Thesis of Indonesian Literature Study Program. Department of Literature, Faculty of Literature. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research discusses onomatope Indonesian Language in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika. There were two formulated problems of this research. First, What types of onomatope in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika? Second, how the word forming of onomatope found in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika?

This research was a descriptive research in which described the research object based on the fact. The research procedure of this study consisted of three stages: stage (i) collecting the data, (ii) analyzing the data, and (iii) presenting the result of the research. To collect the data, this research used observation method as the method. Meanwhile, the technique used in this research was non- participants technique or observation without conservation technique. This technique was done by observing and making notes of the words which contained elements of onomatope Indonesian Language in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika. After the data were being clasified, the reseracher analyzed it using padan referensial method and agih method. Padan referensial method is used analyze a onomatope whether can be grouped into types of existing onomatope. Agih method is used by applying immediate constituent and markers analyzing technique. The marker analyzing technique and the immediate constituent analyzing technique is used to show the illocutionary meaning of onomatope Indonesian Language in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika.

The results of this research presented as following. The first result, the researcher identified the types of onomatope which contained in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika. In the onomatope, there were several sounds which can be clasified into several voice types of onomatope; (i) the types are the human sound, (ii) the animal sound, (iii) the sound of nature constituting an imitation of sounds produced by nature, (iv) the sound produced by things, (v) the daily sound resulted from daily activities of the human, (vi) the sound resulting from the social life or hobby, (vii) the voice resulting from naturalness which created due to the occurrence of events naturally, (viii) the sound resulting of the abstraction for instance the sound which come suddenly and very qucikly. The second result, by identifying onomatope Indonesia Language in the comic Kambing Jantan by Raditya Dika, the researcher tried to find out the onomatope as the word forming.

Keywords: Onomatope, Indonesian Language, Comic, Kambing Jantan, Raditya Dika


(14)

xii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Onomatope “kriuk”……….. 2

Gambar 2: Onomatope “byurr”……….. 3

Gambar 3: Onomatope “ting tong”……… 4

Gambar 4: Onomatope “shooooshh”……….. 5

Gambar 5: Onomatope ”blp”……… 16

Gambar 6: Onomatope “hahahaha”……….. 17

Gambar 7: Onomatope “huuuupp”……….... 18

Gambar 8: Onomatope “hoooeek”……… 21

Gambar 9: Onomatope “uhok”……….. 21

Gambar 10: Onomatope “mbeek”………. 22

Gambar 11: Onomatope “kurrr”………... 23

Gambar 12: Onomatope “srak”……….... 24

Gambar 13: Onomatope “wooshh”……….. .24

Gambar 14: Onomatope “ckiitt”………... 25

Gambar 15: Onomatope “ptak”……… 26

Gambar 16: Onomatope “hooam”……….... 27

Gambar 17: Onomatope “broot”……….. 28

Gambar 18: Onomatope “srzz”………. 29

Gambar 19: Onomatope “ting”………. 30

Gambar 20: Onomatope “geplak”………. 31

Gambar 21: Onomatope “tik”……….... 32


(15)

xiii

Gambar 23: Onomatope “bleeguur”………..…. 33

Gambar 24: Onomatope “braak”……….... 34

Gambar 25: Onomatope “tik”……….. 35

Gambar 26: Onomatope “ting”……….... 36

Gambar 27: Onomatope “mbeek”……….... 37

Gambar 28: Onomatope “buk”………. 38

Gambar 29: Onomatope “kcipak,kcipuk”………. 39

Gambar 30: Onomatope “crek”……… 40

Gambar 31: Onomatope “brak”……… 41

Gambar 32: Onomatope “plok”……… 42

Gambar 33: Onomatope “plung”……….. 42

Gambar 34: Onomatope “kur”……….. 43

Gambar 35: Onomatope “deg”……….. 44


(16)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Tinjauan Pustaka ... 7

1.6 Landasan Teori ... 9

1.6.1 Pengertian Onomatope ... 9

1.6.2 Tipe-tipe Onomatope ... 11


(17)

xv

1.6.4 Peniruan Bunyi ... 12

1.6.5 Komik ... 13

1.7 Metode dan Teknik Penelitian ... 14

1.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 15

1.7.2 Metode Analisis Data ... 15

1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data ... 18

1.8 Sistematika Penyajian ... 19

BAB II TIPE-TIPE ONOMATOPE DALAM KOMIK KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA 2.1 Pengantar ... 20

2.2 Suara Manusia ... 20

2.3 Bunyi Binatang ... 22

2.4 Bunyi Alam ... 23

2.5 Bunyi yang Dihasilkan oleh Benda ... 25

2.6 Bunyi Kehidupan Sehari-hari ... 26

2.7 Kehidupan Sosial dan Hobi ... 29

2.8 Kealamian Bunyi ... 30

2.9 Abstraksi Bunyi ... 32

BAB III PEMBENTUKAN KATA DARI ONOMATOPE DALAM KOMIK KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA 3.1 Pengantar ... 34


(18)

xvi

3.3 Pembentukan Kata dari Onomatope ”Ting” ... 35

3.4 Pembentukan Kata dari Onomatope”Mbeeeek” ... 35

3.5 Pembentukan Kata dari Onomatope ”Buk” ... 36

3.6 Pembentukan Kata dari Onomatope ”Kcipak & Kcipuk” ... 37

3.7 Pembentukan Kata dari Onomatope ”Crek” ... 38

3.8 Pembentukan Kata dari Onomatope ”Brak” ... 39

3.9 Pembentukan Kata dari Onomatope ”Plok” ... 39

3.10 Pembentukan Kata dari Onomatope ”Plung”... 40

3.11 Pembentukan Kata dari Onomatope ”Kur” ... 41

3.12 Pembentukan Kata dari Onomatope ”Deg” ... 42

3.13 Pembentukan Kata dari Onomatope ”Bruk” ... 43

3.14 Tabel Pembentukan Onomatope Menjadi Kata ... 44

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 47

4.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Objek penelitian ini adalah onomatope Bahasa Indonesia dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Onomatope adalah kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi. Sebagai tiruan bunyi, bentuk onomatope biasanya terdiri atas satu atau dua perulangan silabel. Silabel merupakan sesuatu yang berkaitan dengan inti suku kata. Onomatope diciptakan untuk mewakili suatu bentuk bunyi tertentu.

Dalam interaksi dengan orang lain, manusia dituntut untuk bisa menyampaikan informasi, baik berupa rangkaian kata-kata yang memiliki tujuan abstrak maupun tiruan bunyi. Kata-kata tiruan bunyi (onomatope) tersebut bisa disampaikan kepada lawan bicara secara lisan maupun tertulis. Bentuk onomatope secara tertulis dapat kita temukan pada novel, cerpen, puisi, dan paling banyak pada komik.

Namun, wacana komik berbeda dengan wacana novel ataupun cerpen. Wacana komik hanya sedikit menggunakan bahasa tulisan. Bahasa tulisan hanya berfungsi untuk mendukung gambar sebagai pokok utama pengarang untuk menampilkan jalan cerita yang dibuat dan bahasa tulisan dalam komik juga digunakan sebagai bahasa dialog antar tokoh dan digunakan untuk memberikan efek imajinasi pembaca dalam memahami cerita.


(20)

Saat ini komik telah merambah tidak hanya kalangan anak-anak saja, namun telah menjadi bacaan bagi orang dewasa. Komik merupakan cerita bergambar sebagai perpaduan antar karya seni atau seni gambar dengan seni sastra. Bahasa tulisan yang berbentuk tiruan bunyi yang dihasilkan dalam komik yang dipergunakan untuk memberikan efek imajinasi pembaca dan sebagai ungkapan perasaan para tokoh disebut dengan onomatope.

Dalam komik, onomatope merupakan bentuk tulis dari bunyi bahasa yang mampu menghidupkan setiap kejadian di dalamnya, seperti bunyi guntur, bunyi gonggongan anjing, bunyi suara langkah kaki, bunyi mengerem mobil, bunyi sepeda motor, dan lain-lain. Tanpa kehadiran onomatope, komik akan terasa sunyi, peristiwa-peristiwa yang ada di dalamnya terasa hambar dan tidak hidup. Perhatikan onomatope pada gambar 1 berikut (diambil dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika)

Gambar 1 : Onomatope saat memakan keripik

Suara televisi : „Oh em ji Dia menginjak Dewi Perssik sodara sodaraaa... kriuk.‟ Pada gambar 1 terdapat sebuah onomatope, yakni kriuk. Kriuk termasuk ke dalam tipe suara manusia. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui gambar berupa tindakan Dika yang sedang mengambil keripik dari bugkus makanan dan


(21)

memakannya. Pada gambar di atas juga terdapat remahan-remahan keripik, indikator-indikator tersebut merupakan tindakan yang terjadi pada tokoh Dika, yang merujuk pada aktivitas memakan makanan.

Onomatope juga dapat berfungsi sebagai pembentuk kata, pembentukan kata dari bunyi “Byuur”

Gambar 2: Onomatope orang kecebur “Byurr”

Bunyi “byurr” pada gambar 2 membentuk beberapa kata yaitu cebur, cebar-cebur, mencebur, menceburkan, tercebur. Cebur memiliki arti tiruan bunyi benda besar yang terjatuh ke dalam air, cebar-cebur mempunyai arti tiruan bunyi sebuah benda yang jatuh ke dalam air berkali-kali, mencebur memiliki arti terjun ke dalam air, lalu menceburkan mempunyai arti menjatuhkan sesuatu ke dalam air, dan tercebur memiliki arti terjatuh ke dalam air.


(22)

Contoh lain dari onomatope ditunjukkan oleh kata ting tong pada gambar 3 berikut (diambil dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika).

Gambar 3: Onomatope bel pintu Yousef : Ting Tong! Tamu yeahh!!!

Onomatope pada gambar 3 ditunjukkan oleh kata ting tong. Kata tersebut merupakan tiruan bunyi bel pintu. Penentuan ini didasarkan pada konteks, yakni tamu yang memencet bel pintu. Bila dianalisis berdasarkan tipe onomatope, ting tong termasuk ke dalam bunyi benda yakni alat elektronik (bel pintu).

Dari beberapa contoh di atas, dapat diketahui bahwa onomatope memiliki tipe-tipe tertentu. Ada onomatope yang merupakan tiruan suara manusia dan bunyi benda. Pada kenyataannya onomatope tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Padahal bunyi hakikatnya merupakan sesuatu yang universal, sama dan seragam. Bila di Indonesia suara bebek disimbolkan dengan bunyi kwek-kwek, namun lain halnya dengan di Inggris yaitu quack-quack. Munculnya keaneragaman onomatope ini terjadi karena perbedaan daya tangkap manusia dari masyarakat yang menetap di belahan bumi yang berbeda-beda. Fenomena inilah yang menuntut pembaca komik untuk lebih memahami kehadiran onomatope.


(23)

Alasan dipilihnya onomatope sebagai objek penelitian ini adalah sebagai: Pertama, onomatope merupakan sesuatu bentuk kata baru yang unik, jika dibandingkan dengan bentuk kata yang lain. Keunikan tersebut dapat dilihat dari gambar 4 berikut (diambil dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika)

Gambar 4: Onomatope menyembur api Sharonzilla : Shooooshh..

Kata Shooooshh pada gambar 4 tergolong unik karena dalam gambar ini mampu menginpretasikan dari bunyi mengeluarkan api yang diwujudkan dalam bentuk tulisan. Alasan Kedua, onomatope dapat menjadi awal pembentukan kata, misalnya kata cecak berawal dari suara hewan cecak yang cak..cak..cak..ce..cak, dari pendengaran daya tangkap manusia khususnya masyarakat Indonesia itulah, hewan itu disebut cecak.

Dalam penelitian ini, akan dianalisis tentang penggunan onomatope Bahasa Indonesia dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Alasan digunakannya komik ini sebagai sumber data, antara lain komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika merupakan sebuah komik yang bersifat humor, dan bercerita tentang pengalaman tentang kenangan-kenangan Dika


(24)

selama dia menempuh kuliah di Adelaide, Australia, saat dia bersama dengan Harianto temannya dari Kediri dan Yousef dari Arab. Cerita di dalam komik ini berlatar belakang tahun 2003, namun mengalami penyesuaian dengan apa yang berkembang sekarang ini, agar ceritanya tidak terasa usang. Selain itu juga di dalam komik ini memiliki beraneka ragam onomatope.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Tipe-tipe onomatope apakah yang ada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika?

1.2.2 Bagaimana pembentukan kata dari onomatope yang ada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan onomatope dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Tujuan dari penilitian ini dapat dirincikan sebagai berikut:

1.3.1 Mengidentifikasi tipe-tipe onomatope yang terdapat dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika.

1.3.2 Mengidentifikasi pembentukan kata dari onomatope yang ada dalam komik Kambing Jantan Kambing Jantan Karya Raditya Dika.


(25)

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang tipe-tipe onomatope yang terdapat dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika dan pembentukan kata dari onomatope yang ada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Hasil penelitian tentang tipe-tipe onomatope yang terdapat dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika, bermanfaat untuk memberikan penjelasan tentang tipe-tipe onomatope Bahasa Indonesia dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika dapat dikelompokkan dalam berbagai bagian. Hasil penelitian tentang pembentukan kata dari onomatope Bahasa Indonesia dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika, bermanfaat untuk memberikan identifikasi tentang bagaimana onomatope dapat menjadi berbagai kata. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat teoretis yaitu berupa pembentukan kata melalui onomatope, dari onomatope dapat terbentuk sebuah kata, onomatope sendiri dianggap sebagai dasar primitif dalam penyebutan atau penamaan suatu benda. Manfaat praktis dari onomatope yang terdapat dalam komik berfungsi pedoman cara penamaan atau cara membentuk sebuah kata, terutama kata asal.

1.5 Tinjauan Pustaka

Tulisan ini bukanlah tulisan yang pertama kali membahas onomatope dalam komik sebagai topik skripsinya. Sebelumnya sudah ada beberapa orang yang dalam penelitiannya membahas tentang onomatope dalam komik, seperti Roni Hari.


(26)

Roni Hari adalah orang yang meneliti onomatope, dalam jurnalnya yang membahas mengenai Analisis Kontrastif Onomatope Suara Hewan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia. Roni berpendapat bahwa dari hasil analisis onomatope suara hewan dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia tersebut, ditemukan adanya persamaan dan perbedaan, yaitu terdapat persamaan onomatope suara hewan dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia yaitu menunjukkan sumber suara yang sama dan suara yang ditimbulkan dari hewan tersebut, misalnya suara kucing yaitu nyaanyaa dan “meong”. Ada juga perbedaan onomatope suara hewan dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia yaitu: sebagian onomatope suara hewan dalam bahasa Jepang merupakan bunyi yang berkesinambungan atau yang disebut sebagai reduplikasi. Misalnya, suara kucing yaitu nyaanyaa menunjukkan suara meong kucing yang berkelanjutan. Sedangkan onomatope suara hewan dalam bahasa Indonesia tidak menunjukkan suara yang berkelanjutan melainkan menunjukkan suara yang keras. Pada onomatope suara hewan dalam bahasa Jepang merupakan suatu fungsi adverbia, kategori adverbia itu wujudnya dalam kategori kelas kata nomina dan verba, yang mana tidak merubah makna leksikalnya tetapi dapat memberikan bentuk gramatikal. Sedangkan pada onomatope suara 6 hewan dalam bahasa Indonesia bila terjadi perubahan dalam kategori kelas katanya dapat merubah makna leksikalnya tersebut.


(27)

1.6 Landasan Teori

Dalam landasan teori ini dipaparkan pengertian onomatope, tipe-tipe onomatope, dan kategori makna leksikal.

1.6.1 Pengertian Onomatope

Secara etimologi, kata onomatope berasal dari bahasa Yunani onomapoieo adalah kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Konsep ini berupa sintesis dari kata Yunani (onoma = nama) dan (poieō, = "saya buat" atau "saya lakukan") sehingga artinya adalah "pembuatan nama" atau "menamai sebagaimana bunyinya". Bunyi-bunyi ini mecakup antara lain suara hewan, suara-suara benda, suara-suara manusia yang bukan merupakan kata, seperti suara orang tertawa, dan berbagai suara-suara yang lainnya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Onomatope)

Onomatope ini secara khusus telah dikemukakan oleh Baryadi (2007: 32-33), Chaer (2009: 44-45), dan Slametmuljana (1964: 11-12). Baryadi (2007: 32-33), dalam bukunya yang berjudul Teori Ikon Bahasa: Salah Satu Pintu Masuk ke Dunia Semiotika, menjelaskan bahwa Slametmuljana (1964) dalam salah satu pasal dari bukunya mengenai semantik membahas kesamaan antara bunyi yang dihasilkan benda tertentu dengan nama bendanya. Ini disebutnya dengan istilah honomatope atau tiruan bunyi. Honomatope ini dianggap sebagai dasar primitif dalam penyebutan atau penamaan suatu benda. Uraiannya disertai contoh dalam bahasa Indonesia, misalnya kata cecak, gerobak, geledeg, dan menggonggong.


(28)

Dengan demikian, dapat diketahui dengan jelas bahwa jenis ikon yang dibicarakan oleh Slametmuljana adalah ikon imagik, khususnya onomatope.

Chaer (2009: 44-45), dalam bukunya yang berjudul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, menyatakan dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut. Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak, cak-,”. Begitu juga tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya “tokek,tokek”. Contoh lain meong nama untuk kucing, gukguk nama untuk anjing, menurut bahasa kanak-kanak, adalah karena bunyinya begitu. Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope.

Slametmuljana (1964: 11-12), dalam Semantik: Ilmu Makna, menjelaskan bahwa tiruan bunyi banyak mendapat perhatian sarjana bahasa dalam penelitiannya, dan dianggap sebagai dasar primitif dalam penyebutan benda yang bersangkutan. Nama yang demikian disebut dengan istilah asing honomatope. Bunyi yang dihasilkannya, itu saja belum berupa kata. Kenaikan tingkat menjadi kata berlangsung setelah tiruan bunyi itu dihubungkan dengan benda yang menghasilkannya, untuk menyebut nama benda itu sendiri atau perbuatannya. Bunyi “cek..cek..cek” yang dihasilkan oleh seekor binatang belum merupakan kata. Setelah bunyi itu dipakai untuk menyebut nama benda yang menghasilkan bunyi itu yakni cecak pada saat itu bunyi itu menjadi kata. Kata tiruan bunyi yang diasilkan oleh benda yang bersangkutan, biasanya hanya mirip, oleh karena


(29)

binatang atau manusia yang menirukannya. Alat penghasil bunyi itu berbeda dengan alat ucap fisiologis manusia.

Onomatope merupakan kosa kata yang berasal dari peniruan bunyi, suara, keadaan dan tindakan. Dalam masyarakat Indonesia kata-kata yang termasuk dalam onomatope ini jumlahnya tidak begitu banyak dan kadang-kadang hanya digunakan dalam bahasa percakapan, terutama bahasa percakapan anak-anak. Sehingga para ahli bahasa Indonesia merasa enggan menggali kata-kata yang termasuk dalam onomatope.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa onomatope merupakan sebuah fenomena pembentukan kata baru, yang didasarkan atas bunyi-bunyian yang tertangkap oleh indera pendengar manusia.

1.6.2 Tipe-Tipe Onomatope

Dalam onomatope terdapat berbagai jenis suara, dengan begitu jenis-jenis suara itu dapat digolongkan menjadi tipe-tipe onomatope. Pertama, tipe suara manusia merupakan tiruan bunyi yang berasal dari tubuh manusia. Kedua, tipe suara binatang merupakan tiruan bunyi dari bunyi-bunyi binatang. Ketiga, tipe bunyi alam merupakan tiruan bunyi yang dihasilkan oleh alam. Keempat, bunyi yang dihasilkan oleh benda. Kelima, bunyi yang dihasilkan dari kehidupan sehari-hari, dihasilkan dari rutinitas kehidupan manusia. Keenam, tipe bunyi yang dihasilkan dari kehidupan sosial ataupun hobi. Ketujuh, bunyi yang dihasilkan dari kealamian bunyi merupakan bunyi-bunyi yang tercipta akibat terjadinya peristiwa secara alami. Kedelapan, bunyi yang dihasilkan dari abstraksi bunyi


(30)

contoh seperti bunyi yang lenyap dengan tiba-tiba, bunyi yang terjadi sangat cepat.

1.6.3 Pembentukan Kata

Samsuri (1988: 10-11) pembentukan kata sendiri adalah penamaan tradisional. Biarpun berguna, sering tidak dapat merangkum semua macam pembentukan kata. Tetapi hal itu tidak kami hiraukan di sini, karena kebetulan Bahasa Indonesia mempunyai cara atau sisem pembentukan kata sendiri, dan agaknya dapat dipakai untuk menguraikannya. Yang terpenting ialah bahwa kaidah pembentukan kata tidak sama atau berimpit dengan kaidah pembentukan kalimat. Dalam Bahasa Indonesia masing-masing menggunakan cara sendiri, seperti yang pertama memakai afiksasi, reduplikasi, pemaduan, sedangkan yang kedua memakai pengurutan, penambahan, pengurangan, pemindahan atau penggantian kata, penyematan, atau perapatan.

1.6.4 Peniruan Bunyi

Abdul Chaer (2009: 44-45) dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut. Sejalan dengan itu banyak pula dibentuk kata kerja atau nama perbuatan dari tiruan bunyi itu. Misalnya, biasa dikatakan anjing menggonggong, ayam berkokok, ular mendesis, tikus mencicit, dll.


(31)

1.6.5 Komik

Dalam disertasinya mengenai komik Panji Tengkorak dari sisi budaya (2010) Seno Gumiro Ajidarma menyatakan bahwa teori komik mempunyai dua tujuan, pertama memperkenalkan secara ringkas bahasa media komik, kedua memperlihatkan perbedaan teknik naratif dalam komik karena dalam perbedaan itulah pergulatan antarwacana berlangsung.

Agus Dermawan T (1993: 36), “Gambar Komik Indonesia” dalam Seni Komik Indonesia mengatakan istilah komik berasal dari kata comic yang makasudnya adalah lucu. Dalam dunia berbahasa Inggris, naratif seperti baris komik ataupun komik satu panel terdapat pada halaman khusus edisi akhir pekan yang disebut yang lucu-lucu, sebagai percabangan karikatur yang kelucuannya khusus untuk mengejek kebijakan para tokoh masyarakat. Tradisi ini terbentuk sejak 1884 di Inggris, tetapi baru mulai dibukukan di Amerika Serikat pada 1934 dan dijual tersendiri itulah yang kemudian disebut buku komik.

Di Indonesia, buku komik lazim disebut buku komik saja, para komikus bahkan membuat buku komik sebagai karya mandiri, tanpa harus dimuat surat kabar atau majalah lebih dulu dan isinya lebih sering tidak bermaksud melucu sama sekali. Kecenderungan menjadi naratif yang tidak sekadar melucu melahirkan istilah graphic novel (novel bergambar) pada 1978 bersam dengan terbitnya A Contract with God karya Will Eisner. Kecenderungan untuk menjadi serius ini secara tidak langsung bagaikan reaksi terhadap gerakan komik undergroud di amerika serikat sejak awal 1970-an yang mempermainkan segenap nilai mapan yang diwajibkan oleh Comics Code Authority, dan karya komik


(32)

mereka kemudian disebut comix. Huruf “x” itu dihubungkan dengan pengungkapan segala hal yang ditabukan termasuk pengungkapan seksualitas sebagai bentuk bawah sadar yang digambarkan, terutama dalam karya-karya Robert R. Crumb.

Dengan begitu sudah terdapat tiga istilah sekarang, yakni comic book, graphic novel, dan comix. Namun, teori paling awal, yang dikenal dari dunia berbahasa Prancis, justru menyebutkannya sebagai picture-story (cerita gambar), yang harus segera dibedakan dari cerita yang sekedar berilustrasi (illustrated) gambar dan istilah picture story ini adalah bagian dari teori komik yang paling awal. Pengertian itu diolah Rodolphe Topffer yang berasal dari Swiss, dalam esai yang ditulis pada 1845, tetapi baru dikenal dalam terjemahan bahasa Inggris yang terbit pada 1965. Dilihat dalam rentang perjalanan teori komik, pendapat Topffer adalah peletakan suatu dasar, keteika ia mengajukan pandangan tentang seni visual sebagai sistem tanda. Dalam esainya ia mengolah gagasan tentang seni (gambar) sebagai bahasa, dalam hal ini bahasa visual tempat bidang gambar, garis, dan pencintraan tersusun dengan tata bahasanya sendiri, membentuk naratif visual sebagai bentuk genre komunikasi baru.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut akan diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini.


(33)

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah onomatope. Objek ini berada dalam data yang berupa kata. Data diperoleh dari sumber tertulis yaitu komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Komik Kambing Jantan: Sebuah Komik Pelajar Bodoh Book 1 dan 2 merupakan komik yang terbit pada tahun 2008 dan 2011 dan komik ke-2 mencapai cetakan ke-10 pada tahun 2012. Komik Kambing Jantan: Sebuah Komik Pelajar Bodoh Book 2 termasuk komik yang laris dan populer di kalangan remaja hingga dewasa.

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata yang mengandung unsur onomatope atau tiruan bunyi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa kata-kata yang mengandung unsur onomatope yang terdapat dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Data. yang sudah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan tipe-tipe onomatope dan membuat pembentukan kata baru dari onomatope.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Langkah kedua adalah menganalisis data. Setelah data terklasifikasikan, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan refern. Metode padan refern merupakan metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak


(34)

menjadi bagian dari bahasa (language) yang bersangkutan. Alat penentunya adalah kenyataan yang ditunjukan oleh bahasa atau referen bahasa (Sudaryanto,1993: 13-14). Karena onomatope menyangkut tiruan bunyi, maka metode padan refern dipandang sebagai metode yang tepat.

Metode padan refern digunakan untuk menganalisis apakah onomatope tersebut dapat dikelompokkan ke dalam jenis tipe onomatope yang ada. Jika onomatope itu sesuai maka dapat dimasukkan ke dalam jenis tipe onomatopenya.

Gambar 5: Onomatope suara orang tenggelam

Yousef: Tenang saja Vlada! Aku pasti akanmnblb blb!! Blp...

Onomatope pada gambar 5 ditunjukkan oleh kata Blp. Kata tersebut merupakan tiruan bunyi orang tenggelam. Penentuan ini didasarkan pada konteks, yakni Yousef yang sedang ingin menyelamatkan orang di pantai, namun dia sendri yang tenggelam. Bila dianalisis berdasarkan tipe onomatope, Blp termasuk ke dalam bunyi yang dihasilkan dari kealamian bunyi merupakan bunyi-bunyi yang tercipta akibat terjadinya peristiwa secara alami.


(35)

Gambar 6: Onomatope orang tertawa Dika: Yousef...

Yousef: Ini epic, Dika! Hahahaha.

Onomatope pada gambar 6 ditunjukkan oleh kata hahahaha. Kata tersebut merupakan tiruan bunyi orang tertawa. Penentuan ini didasarkan pada konteks, yakni Yousef yang sedang tertawa karena membaca buku diary Dika. Bila dianalisis berdasarkan tipe onomatope, hahahaha termasuk ke dalam tipe suara manusia merupakan tiruan bunyi yang berasal dari tubuh manusia.

Dalam penelitian ini juga digunakan metode agih, yaitu metode yang alat penentunya merupakan bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 13-15). Teknik yang dipakai dalam metode agih ini adalah teknik baca markah (BM) dan teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik yang dipakai dalam metode agih ini adalah teknik baca markah (BM). Teknik baca markah (BM) digunakan untuk menunjukkan kejatian onomatope yang berada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Dalam penelitian ini teknik BM diterapkan untuk melihat onomatope yang berada dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika secara morfologis/membentuk kata. Teknik bagi unsur langsung (BUL) menggunakan


(36)

teknik perluas digunakan untuk memperluas onomatope menjadi sebuah kata. Dapat dilihat dari contoh berikut.

Contoh pembentukan kata dari bunyi “Huuup”

Gambar 7: Onomatope menghirup udara “Huuuup”

Bunyi “Huuuup” merupakan onomatope menghirup udara, “Huuuup” sendiri membentuk kata baru yaitu hirup, menghirup, penghirupan. Hirup memiliki arti menghisap, menghirup mempunyai arti menghisap, dan pengirupan mempunyai arti proses, cara perbuatan menghirup.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode informal dan metode formal. Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode informal, yaitu menggunakan kata-kata yang biasa yaitu kata-kata yang bersifat denotatif dan bukan bersifat konotatif. Penyampaian


(37)

hasil analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan berbagai lambang, tanda, singkatan, dan sejenisnya (Sudaryanto, 1993: 145).

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab pertama pendahuluan. Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Latar belakang menguraikan alasan mengapa penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan masalah-masalah yang ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian mengidentifikasi tujuan diadakan penelitian ini. Manfaat penelitian ini adalah untuk memaparkan manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini. Tinjauan pustaka mengemukakan pustaka yang pernah membahas tentang onomatope. Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Metode penelitian merincikan teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyampaian hasil analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Sistematika penyajian menguraikan urutan hasil penelitian dalam skripsi ini. Bab II berisi tentang jenis-jenis tipe onomatope Bahasa Indonesia dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Bab III berisi tentang Pembentukan kata baru yang diambil dari onomatope Bahasa Indonesia dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Bab IV berisi tentang saran dan kesimpulan.


(38)

20 BAB II

TIPE-TIPE ONOMATOPE DALAM KOMIK KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA

2.1 Pengantar

Dalam hal ini penulis mengklasifikasikan bahwa dalam onomatope terdapat berbagai jenis suara, dengan begitu jenis-jenis suara itu dapat digolongkan menjadi tipe-tipe onomatope. Pertama, tipe suara manusia merupakan tiruan bunyi yang berasal dari tubuh manusia. Kedua, tipe suara binatang merupakan tiruan bunyi dari bunyi-bunyi binatang. Ketiga, tipe bunyi alam merupakan tiruan bunyi yang dihasilkan oleh alam. Keempat, bunyi yang dihasilkan oleh benda. Kelima, bunyi yang dihasilkan dari kehidupan sehari-hari, dihasilkan dari rutinitas kehidupan manusia. Keenam, tipe bunyi yang dihasilkan dari kehidupan sosial ataupun hobi. Ketujuh, bunyi yang dihasilkan dari kealamian bunyi merupakan bunyi-bunyi yang tercipta akibat terjadinya peristiwa secara alami. Kedelapan, bunyi yang dihasilkan dari abstraksi bunyi contoh seperti bunyi yang lenyap dengan tiba-tiba, bunyi yang terjadi sangat cepat.

2.2 Suara Manusia

Tipe suara manusia merupakan tiruan bunyi yang berasal dari tubuh manusia. Berikut contoh yang diambil dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika


(39)

Gambar 8: Onomatope orang muntah Ji Hye: Hoeeeek...

Suara manusia pada gambar 8 ditunjukkan pada onomatope Hoeeeek yang merupakan tiruan bunyi orang sedang muntah. Hal ini didukung oleh konteks gambar yang melihatkan mulut Jie Hye terbuka dan adanya muntahan di kepala Dika.

Contoh lain diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 9: Onomatope orang batuk Uhok..uhok..uhuohohok!!!


(40)

Pada gambar 9 terdapat sebuah onomatope, yakni Uhok..uhok..uhuohohok termasuk ke dalam tipe suara manusia, orang yang sedang batuk, tersedak. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui konteks gambar berupa tindakan orang yang sedang tersedak oleh minumannya. Pada gambar di atas juga terdapat muncratan air minum dari mulutnya.

2.3 Bunyi Binatang

Tipe bunyi binatang merupakan tiruan bunyi yang berasal dari bunyi-bunyi binatang. Berikut contoh onomatope binatang yang diambil dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 10: Onomatope suara kambing Seekor kambing: Mbeeeek...

Bunyi binatang pada gambar 10 ditunjukkan oleh onomatope Mbeeeek, yang merupakan tiruan bunyi suara kambing.


(41)

Contoh lain diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 11: Onomatope suara burung terkukur Dika: Kukur, kirimin surat ini ke pacar gue di Jakarta, ya !

Terkukur…kurrr..

Dika: Sampaikan cintaku padanya!! Kurrr!!!

Bunyi binatang pada gambar 11 ditunjukkan oleh onomatope Kurrr, yang merupakan tiruan bunyi burung terkukur.

2.4 Bunyi Alam

Tipe bunyi alam merupakan tiruan bunyi yang dihasilkan oleh alam, seperti hembusan angin, petir, hujan, dan lain-lain. Berikut contoh onomatope bunyi alam yang diambil dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika


(42)

Gambar 12: Onomatope suara semak-semak Jie Hye: Aku bebas seperti burung .... SRAK

Pada gambar 12, bunyi alam ditunjukkan oleh onomatope SRAK. Berdasarkan konteks gambar Jie Hye yang masuk ke dalam semak-semak tak diragukan lagi SRAK merupakan tiruan bunyi semak-semak.


(43)

Gambar 13: Onomatope suara hembusan angin Woooshhh..

Pada gambar 13, bunyi alam ditunjukkan oleh onomatope Woooshhh. Berdasarkan konteks gambar terdapat seperti hembusan angin di sekeiling Dika, yang terjadi karena Dika menggerakan raketnya secara kencang tak diragukan lagi Woooshhh. merupakan tiruan bunyi hembusan angin.

2.5 Bunyi yang Dihasilkan oleh Benda

Tipe bunyi yang dihasilkan oleh suatu benda, seperti: senjata, alat transportasi, alat komunikasi, perkakas, alat musik, dan lain-lain. Berikut salah satu contoh onomatope unyi yang dihasilkan oleh benda yang diambil dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 14: Onomatope bunyi gesekan ban mobil dengan aspal Ckiiit...

Supir taxi: Baiklah, mate. Taxi fare-nya $80. Dika: Yousef, gue lupa bawa dompet.

Yousef: Ooh!!!

Pada gambar 14, bunyi yang dihasilkan oleh benda ditunjukkan oleh onomatope Ckiiit. Berdasarkan konteksnya, gambar berupa mobil yang mengerem


(44)

sehingga terjadi gesekkan ban dengan aspal, dapat dipastikan bahwa onomatope Ckiiit adalah tiruan bunyi ban mobil.

Contoh lain diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 15: Onomatope bunyi raket yang bersentuhan dengan kok PTAKK

Pada gambar 15, bunyi yang dihasilkan oleh benda ditunjukkan oleh onomatope PTAKK. Berdasarkan konteksnya, gambar berupa raket yang bersentuhan dengan kok, karena raket yang digerakan, dapat dipastikan bahwa onomatope PTAKK adalah tiruan bunyi raket yang bersentuhan dengan kok.

2.6 Bunyi Kehidupan Sehari-hari

Tipe bunyi kehidupan sehari-hari merupakan tiruan bunyi yang berasal dari rutinitas manusia sehari-hari, seperti: bunyi-bunyi yang muncul pada aktivitas manusia saat sedang mandi, memasak, mencuci, serta aktivitas lain yang bersifat keseharian. Berikut salah satu contoh onomatope bunyi kehidupan sehari-hari yang diambil dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika


(45)

Gambar 16: Onomatope menguap Dika: HOAAM...

Hoaam pada gambar 16 merupakan tiruan bunyi orang yang sedang menguap karena mengantuk. Hal tersebut didukung oleh konteks gambar Dika yang membuka lebar mulutnya dan indakator lainnya yaitu gerakan tangan serta kakinya.


(46)

Gambar 17: Onomatope kentut

Yousef: Ahhh, mekanisme perlindungan dirinya keluar, Dia kentut! Dika: BROOORTBROBOTOTBROOOT..

Pada gambar 17 terdapat sebuah onomatope kentut, yakni brooortbrobot termasuk ke dalam tipe bunyi kehidupan sehari-hari, orang biasanya setiap hari melakukan hal ini. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui konteksnya, gambar berupa tindakan orang yang sedang kentut disertai gas-gas yang keluar, dalam komik biasanya bunyi kentut digambarkan berupa sebuah gas.

Contoh lain diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 18: Onomatope suara memasak Srrrrrz

Dika: Hmmm, baunya harum Yousef

Pada gambar 18 terdapat sebuah onomatope memasak, yakni srrrrrz termasuk ke dalam tipe bunyi kehidupan sehari-hari, orang biasanya setiap hari


(47)

melakukan hal memasak. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui konteks gambar berupa tindakan sedang memasak sebuah daging di tempat pembakaran.

2.7 Kehidupan Sosial dan Hobi

Tipe bunyi kehidupan sosial dan hobi merupakan tiruan bunyi yang berasal dari aktivitas sosial (yang melibatkan orang lain) ataupun hobi manusia, meliputi: permainan, pesta, olahraga, serta hubungan antar sesama manusia. Berikut salah satu contoh onomatope kehidupan sosial dan hobi yang diambil dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 19: Onomatope suara lift terbuka (Lift terbuka) „Ting‟

Dika: Gue harus bersihin nama gue sebelum Nicole tahu lebih jauh soal ini. Dalam gambar 19, bunyi kehidupan sosial dan hobi ditunjukkan oleh onomatope Ting. Berdasarkan identifikasi gambar berupa lift yang terbuka, dapat


(48)

disimpulkan bahwa kata Ting tersebut merupakan bunyi pintu lift yang sedang terbuka.

Contoh lain diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 20: Onomatope menampar pipi orang Harianto: Sadar, woy. (menampar Dika)

Geplak..

Pada gambar 20 terdapat sebuah onomatope geplak, yakni termasuk ke dalam tipe bunyi kehidupan sosial dan hobi. Berdasarkan konteksnya gambar berupa Harianto yang sedang menampar Dika supaya sadar dapat disimpulkan bahwa kata geplak tersebut merupakan bunyi yang terjadi karena hubungan antar sesama manusia.

2.8 Kealamian Bunyi

Tipe kealamian bunyi merupakan bunyi-bunyi yang tercipta akibat peristiwa alami, seperti: bunyi yang ditimbulkan dari gelas pecah, jam berdetik, terjatuh ke air, terluka karena benda tajam, menyalakan bara api, siulan,


(49)

tergelincir, sesuatu yang bergetar, benda yang meleleh, derit. Berikut salah satu contoh onomatope kealamian bunyi yang diambil dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 21: Onomatope jam berdetik Jam: Tik

Pada gambar 21, Tik merupakan bunyi yang dihasilkan dari suara jam yang berdetik. Tik diidentifikasi sebagai bunyi detikan jam yang sedang bergerak dan ini termasuk kealamian bunyi.


(50)

Gambar 22: Onomatope bara api Blaar…

Pada gambar 22, Blaar merupakan bunyi yang dihasilkan dari suara bara api yang menyala. Blaar diidentifikasi sebagai bunyi api yang sedang menyala karena membakar arang yang ada di pemanggangan dan ini termasuk kealamian bunyi.

2.9 Abstraksi Bunyi

Abstraksi bunyi merupakan bunyi yang digambarkan seperti bunyi yang hilang secara tiba-tiba, bunyi keagresifan, bunyi yang tak peduli pada sesuatu, bunyi yang terjadi dengan cepat dan secara tiba-tiba. Berikut salah satu contoh onomatope abstraksi bunyi yang diambil dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 23: Onomatope gedung hancur (Gedung hancur) „Bleegguurr‟


(51)

„Dika berkhayal, Sharon seorang yang pemarah pemilik apartemen yang Dika tinggali berubah menjadi monster dan menghancurkan gedung-gedung,

Bleegguurr! Gedung hancur.

Onomatope Bleegguurr pada gambar 23 merupakan tiruan bunyi gedung yang hancur. Onomatope Bleegguurr diidentifikasi sebagai tiruan bunyi ledakan, serta masuk dalam pengelompokkan tipe bunyi terjadi dengan cepat dan secara tiba-tiba.

Contoh lain diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 24: Onomatope menggebrak meja Brak..

Dika: Permisi, excuse me..

Pada gambar 24 terdapat sebuah onomatope, yakni brak termasuk ke dalam tipe abstraksi bunyi, merupakan sebuah onomatope menggebrak meja hal tersebut dapat dibuktikan melalui konteksnya, gambar berupa tindakan Dika yang sedang menggebrak meja secara tiba-tiba. Onomatope brak diidentifikasi bunyi yang terjadi dengan cepat, secara tiba-tiba, dan menghilang secara tiba-tiba.


(52)

34 BAB III

PEMBENTUKAN KATA DARI ONOMATOPE DALAM KOMIK KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA

3.1 Pengantar

Onomatope merupakan kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi. Tiruan bunyi yang dihasilkan yang disebut onomatope dapat membentuk sebuah awal mula terjadinya kata. Penulis mencoba mencari onomatope yang dapat membentuk kata yang terdapat dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Kata baru yang terbentuk dari onomatope:

3.2 Pembentukan Kata dari Onomatope ”Tik”

Diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 25: Onomatope jam berdetik Jam: Tik

Onomatope “Tik” membentuk beberapa kata yaitu detik, berdetik, mendetik, detikan.

Detik mempunyai arti tiruan bunyi arloji, berdetik mempunyai arti berbunyi “tik, tik”, mendetik mempunyai arti bedetik, detikan mempunyai arti bunyi “tik, tik”.


(53)

3.3 Pembentukan Kata dari Onomatope “Ting”

Diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 26: Onomatope suara lift terbuka (Lift terbuka) „Ting‟

Onomatope “Ting” membentuk beberapa kata yaitu denting, berdenting, mendenting, dentingan. Denting mempunyai arti tiruan bunyi uang logam yang jatuh, berdenting mempunyai arti berbunyi “ting”, mendenting mempunyai arti berdenting, dentingan mempunyai arti bunyi denting.

3.4 Pembentukan Kata dari Onomatope “mbeeeek”


(54)

Gambar 27: Onomatope suara kambing “Mbeeeek”

Onomatope “mbeeeek” membentuk beberapa kata yaitu embek. Embek mempunyai arti yaitu kambing. Istilah “embek” sering dikenalkan pada bahasa kanak-kanak karena suara kambing seperti itu.

3.5 Pembentukan Kata dari Onomatope “buk”

Diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika


(55)

“BUK”

Onomatope “buk” sendiri mempunyai arti bunyi sesuatu buah yang besar dan masak atau barang yang jatuh ke bawah. Bunyi “buk” membentuk beberapa kata yaitu debuk, berdebuk, gebuk, menggebuki, gebukan. Debuk mempunyai arti tiruan bunyi orang meninju atau menendang, berdebuk mempunyai arti berbunyi “buk”, gebuk mempunyai arti memukul, menggebuki mempunyai arti berkali kali menggebuk, gebukan berarti pukulan atau hantaman.

3.6 Pembentukan Kata dari Onomatope “kcipak-kcipuk”

Diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 29: Onomatope suara orang berenang Kcipak..kcipuk

Onomatope “kcipak” sendiri berawal dari kata kecipak yang mempunyai arti tiruan bunyi permukaan air yang ditampar dengan tapak tangan dan kecipak membentuk beberapa kata berkecipak mempunyai arti berbunyi "kecipak,


(56)

kecipak". Bunyi “kcipuk” sendiri membentuk kata kecipuk yang mempunyai arti tiruan bunyi tepukan tanganpada permukaan air.

3.7 Pembentukan Kata dari Onomatope “crek”

Diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 30: Onomatope suara gunting memotong atau logam yang bersentuhan Crek..crek..crek..crek..crek..crek

Onomatope “crek” membentuk beberapa kata yaitu kecrek yang mempunyai arti bilah-bilah dari logam (besi), besarnya kira-kira setelapak tangan yang dimainkan oleh dalang dengan ujung kakinya, dan menghasilkan suara crek.


(57)

3.8 Pembentukan Kata dari Onomatope “Brak”

Diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 31: Onomatope membanting pintu “Brak”

Onomatope “brak” membentuk beberapa kata yaitu gebrak, menggebrak, gebrakan. Gebrak mempunyai arti memukul, membanting sesuatu seperti pintu atau meja, menggebrak memiliki arti memukul serempak secara keras dengan pemukul berbidang lebar, dan gebrakan mempunyai arti tindakan keras untuk menakuti.

3.9 Pembentukan Kata dari Onomatope “Plok”


(58)

Gambar 32: Onomatope bunyi “plok”

Onomatope “plok” membentuk kata ceplok, caplok, mencaplok, tercaplok, pencaplok, pencaplokan. Ceplok memiliki arti bulatan berwarna untuk hiasan. Caplok memiliki arti menangkap dengan mulut lalu menelannya bulat-bulat, mencaplok mempunyai arti mengambil milik hak orang, tercaplok artinya sudah dicaplok, sedangkan pencaplok memiliki arti orang, badan, Negara yang mengambil hak orang lain, dan pencaplokan berarti proses cara perbuatan mencaplok.

3.10 Pembentukan Kata dari Onomatope “Plung”


(59)

Gambar 33: Onomatope “plung”

Onomatope “plung” merupakan suatu bunyi yang menunjukkan suatu objek yang terjatuh ke air. Bunyi “plung” membentuk beberapa kata yaitu cemplung, mencemplung, mencemplungkan, tercemplung, pencemplungan. Cemplung dan mencemplung memiliki arti yang sama yaitu masuk/terjun ke air/mencebur, sedangkan mencemplungkan berarti memasukkan ke dalam air, tercemplung artinya tidak sengaja masuk/jatuh ke dalam air, dan pencemplungan memiliki arti proses perbuatan mencemplungkan.

3.11 Pembentukan Kata dari Onomatope “kur


(60)

Gambar 34: Onomatope “kur”

Onomatope “kur” merupakan tiruan bunyi burung tekukur dan tiruan bunyi orang memanggil ayam. Dari bunyi “kur” membentuk beberapa kata tekukur, dengkur, berdengkur, mendengkur, dengkuran. Tekukur mempunyai arti burung yang hidup berpasangan, kadang-kadang membentuk kelompok kecil, bersuara merdu, memiliki suara khas “kur”. Dengkur berarti tiruan bunyi nafas yg kuat dari orang tidur, berdengkur mempunyai arti mengeluarkan bunyi "kur kur" (ketika tidur), sedangkan mendengkur artinya berdengkur, dan dengkuran memiiki arti hasil mendengkur.

3.12 Pembentukan Kata dari Onomatope “deg


(61)

Gambar 35: Onomatope “deg”

Onomatope “deg” membentuk sebuah kata yaitu deg-degan. Deg-degan mempunyai arti yaitu berdebar-bedar.

3.13 Pembentukan Kata dari Onomatope “bruk

Diambil dari dari komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika

Gambar 36: Onomatope “bruk”

Onomatope “bruk” sendiri mempunyai arti tiruan bunyi barang berat atau kumpulan barang yang jatuh. Onomatope “bruk” dapat membentuk beberapa kata ambruk, mengambrukkan, pengambrukan, keambrukan, gabruk, menggabrukkan. Kata ambruk berarti roboh/runtuh, sedangkan mengambrukkan memiliki arti


(62)

membuat jadi ambruk atau menjadikan runtuh, pengammbrukan adalah proses/cara perbuatan mengambrukan, keambrukan berarti sebuah keadaan keruntuhan/kerobohan, selain itu kata gabruk berarti tiruan bunyi barang keras yang berbenturan, dan kata menggabrukkan mempunyai arti menghempaskan atau mendorong kuat-kuat atau membanting.

3.14 Tabel Pembentukan Onomatope Menjadi Kata No. Bunyi

Alami Proses Morfologis Hasil Proses Morfologis Arti Menurut KBBI

1 Tik de+tik detik tiruan bunyi arloji

ber+detik berdetik berbunyi “tik, tik” me(N)+detik mendetik berdetik

detik+an detikan bunyi “tik, tik” 2 ting den+ting denting tiruan bunyi uang

logam yang jatuh ber+denting berdenting berbunyi “ting” me(N)+denting mendenting berdenting denting+an dentingan bunyi denting

3 mbeeeek e+mbek embek embek nama lain dari kambing

me+embek mengembik suara kambing

4 buk de+buk debuk bunyi meninju atau

menendang orang ber+debuk berdebuk berbunyi “buk”

ge+buk gebuk memukul

me+gebuk+i menggebuki berkali-kali menggebuk gebuk+an gebukan pukulan atau

hantaman 5

kcipak-kcipuk

kecipak kecipak bunyi permukaan air yang ditampar dengan tangan

ber+kecipak berkecipak berbunyi “kecipak, kecipak”


(63)

kecipuk kecipuk tiruan bunyi tepukan tangan pada

permukaan air

6. crek ke+crek kecrek bilah-bilah dari logam (besi), besarnya kira-kira setelapak tangan yang dimainkan oleh dalang dengan ujung kakinya, dan

menghasilkan suara crek

7. brak ge+brak gebrak memukul,

membanting sesuatu seperti pintu atau meja

me+gebrak menggebrak memukul serempak secara keras dengan pemukul berbidang lebar

gebrak+an gebrakan tindakan keras untuk menakuti

8. plok ce+plok ceplok bulatan bewarna

untuk hiasan

ca+plok caplok menangkap dengan

mulut lalu

menelannya bulat-bulat

me(N)+caplok mencaplok mengambil milik hak orang lain

ter+caplok tercaplok sudah dicaplok pen+caplok pencaplok orang/badan/negara

yang mengambil hak milik orang lain pen+caplok+an pencaplokan proses cara perbuatan

mencaplok 9. plung cem+plung cemplung masuk/terjun ke

air/mencebur me(N)+

cemplung

mencemplung masuk/terjun ke air/mencebur me(N)+

cemplung + an

mencemplungkan memasukkan ke dalam air ter+cemplung tercemplung tidak sengaja

masuk/jatuh ke dalam air

pe+cemplung+ an

pencemplungan proses pembuatan mencemplung


(64)

10. kur kur kur tiruan bunyi burung tekukur dan tiruan bunyi memanggil ayam

tekukur tekukur burung yang hidup berpasangan, kadang-kadang membentuk kelompok kecil, bersuara merdu, memiliki suara “kur” deng+kur dengkur tiruan bunyi napas yg

kuat dari orang tidur ber+dengkur berdengkur mengeluarkan bunyi

"kur kur" (ketika tidur)

me(N)+dengkur mendengkur mengeluarkan bunyi berdengkur

dengkur+an dengkuran Hasil dari mendengkur 11. deg deg+degan deg-degan berdebar-debar

12. bruk am+bruk ambruk roboh/runtuh

me+ambruk+ kan

mengambrukkan membuat jadi ambruk atau manjadikkan runtuh

pe+ambruk+an pengambrukan proses/cara perbuatan mengambrukan ke+ambruk+ an keambrukan sebuah keadaan

keruntuhan/kerobohan ga+bruk gabruk tiruan bunyi barang

keras yng berbenturan me+gabruk+kan menggabrukkan menghempaskan atau

mendorong kuat-kuat atau membanting


(65)

47 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan tentang tipe-tipe onomatope Bahasa Indonesia dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika pada bab II dan pembentukan kata melalui onomatope dalam bab III, dapat ditarik kesimpulan bahwa onomatope memiliki beragam jenis tipe dan onomatope dapat menjadi awal mula terjadinya pembentukan kata.

Dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika memiliki ke semua jenis tipe-tipe onomatope yang dibahas dalam skripsi pada bab II. Pertama, tipe suara manusia merupakan tiruan bunyi yang berasal dari tubuh manusia misalnya orang tertawa “hahahaha. Kedua, tipe suara binatang merupakan tiruan bunyi dari bunyi-bunyi binatang. Ketiga, tipe bunyi alam merupakan tiruan bunyi yang dihasilkan oleh alam. Keempat, bunyi yang dihasilkan oleh benda. Kelima, bunyi yang dihasilkan dari kehidupan sehari-hari, dihasilkan dari rutinitas kehidupan manusia. Keenam, tipe bunyi yang dihasilkan dari kehidupan sosial ataupun hobi. Ketujuh, bunyi yang dihasilkan dari kealamian bunyi merupakan bunyi-bunyi yang tercipta akibat terjadinya peristiwa secara alami. Kedelapan, bunyi yang dihasilkan dari abstraksi bunyi contoh seperti orang sedang menggebrak meja “braak” bunyinya terjadi sangat cepat dan lenyap secara tiba-tiba.

Pada bab III onomatope dapat menjadi awal dari pembentukan kata. Onomatope sendiri dianggap sebagai dasar primitif dalam penyebutan atau


(66)

penamaan sebuah kata dalam bahasa Indonesia. Pembentukan kata dari onomatope terjadi karena daya tangkap pendengaran manusia, misalnya suara binatang cecak berbunyi cak..cak..cek..cak, dari awal mula suara itu binatang itu disebut cecak.

4.2 Saran

Setelah semua permasalahan onomatope Bahasa Indonesia dalam komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika dijawab. Dengan adanya skripsi ini, diharapakan para pembaca mulai tertarik untuk mempelajari onomatope bahasa Indonesia. Dengan adanya skripsi ini juga diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi orang yang ingin meneliti lebih lanjut tentang onomatope khususnya mengenai onomatope dalam bahasa Indonesia dan onomatope dalam bahasa Asing misalnya Jepang, Inggris, Mandarin, dll karena di setiap Negara memiliki perbedaan dalam onomatopenya. Ada juga beberapa saran yang dapat diajukan tentang penelitian onomatope secara lebih mendalam. Misalnya, dari segi fungsi yang terkandung dalam onomatope karena setiap onomatope memiliki fungsi yang berbeda-beda. Onomatope pun dapat dikaji lebih lanjut mengenai makna dan maksud, dan bagi ahli bahasa diharapkan dapat meneliti lebih jauh mengenai onomatope dalam bahasa Indonesia agar penelitian linguistik mengenai onomatope semakin kaya.


(67)

49

DAFTAR PUSTAKA

Ajidarma, Seno Gumira. 2011. Panji Tengkorak: Kebudayaan dalam Perbincangan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Baryadi, I. Praptomo. 2007. Teori Ikon Bahasa: Salah Satu Masuk ke Dunia Semiotika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Boneff, Marcell. 2008. Komik Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta:

Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Dendy, Sugono, dkk (editor). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Dika, Raditya. 2008. Kambing Jantan: Sebuah Komik Pelajar Bodoh. Jakarta: Gagasmedia

Dika, Raditya. 2010. Kambing Jantan: Sebuah Komik Pelajar Bodoh Book 2. Jakarta: Gagasmedia

Roni, Hari. 2013. “Analisis Kontrasif Onomatope Suara Hewan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia”. Jurnal pada Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau, Riau. Stabel URL:

http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1501/Jur nal%20Roni%20Hari.pdf?sequence=1. Diunduh:17/07/2014

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik (edisi ketiga). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Ende-Flores: Nusa Indah

Slametmuljana. 1964. Semantik (Ilmu Makna). Djakarta: Penerbit Djambatan Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya


(68)

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press


(69)

(70)

LAMPIRAN DATA GAMBAR


(71)

2. Bunyi Binatang

3. Bunyi Alam


(72)

5. Bunyi Kehidupan Sehari-hari


(73)

6. Bunyi Kehidupan Sosial dan Hobi


(74)


(75)

(76)

BIOGRAFI

RADHITYA INDRA ARHADI (104114015) lahir di Surakarta, 4 Agustus 1992. Masuk Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma pada tahun 2010. Tugas akhir yang berjudul “Onomatope Bahasa Indonesia Dalam Komik Kambing Jantan Karya Raditya Dika” mengantarkan penulis mendapatkan gelar sarjana. Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh penulis SD Marsudirini (1997-2003), SMP Regina Pacis (2003-2007), kemudian melanjutkan di SMA Pangudi Luhur St. Yosef (2007-2010). Penulis saat ini tinggal di perumahan Klodran Indah yang tepatnya berada di desa Klodran, Colomadu, Karanganyar.


(1)

3. Bunyi Alam


(2)

5. Bunyi Kehidupan Sehari-hari


(3)


(4)


(5)

(6)

BIOGRAFI

RADHITYA INDRA ARHADI (104114015) lahir di

Surakarta, 4 Agustus 1992. Masuk Fakultas Sastra

Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma

pada tahun 2010. Tugas akhir yang berjudul

Onomatope Bahasa Indonesia Dalam Komik Kambing

Jantan Karya Raditya Dika” mengantarkan penulis

mendapatkan gelar sarjana. Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh penulis SD

Marsudirini (1997-2003), SMP Regina Pacis (2003-2007), kemudian melanjutkan

di SMA Pangudi Luhur St. Yosef (2007-2010). Penulis saat ini tinggal di

perumahan Klodran Indah yang tepatnya berada di desa Klodran, Colomadu,