Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
Dengan demikian, dapat diketahui dengan jelas bahwa jenis ikon yang dibicarakan oleh Slametmuljana adalah ikon imagik, khususnya onomatope.
Chaer 2009: 44-45, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, menyatakan dalam bahasa Indonesia ada sejumlah
kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang
ditimbulkan oleh benda tersebut. Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di dinding disebut
cecak karena bunyinya “cak, cak, cak-,”. Begitu juga tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya “tokek,tokek”. Contoh lain meong
nama untuk kucing, gukguk nama untuk anjing, menurut bahasa kanak-kanak, adalah karena bunyinya begitu. Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi
ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope. Slametmuljana 1964: 11-12, dalam Semantik: Ilmu Makna,
menjelaskan bahwa tiruan bunyi banyak mendapat perhatian sarjana bahasa dalam penelitiannya, dan dianggap sebagai dasar primitif dalam penyebutan benda yang
bersangkutan. Nama yang demikian disebut dengan istilah asing honomatope. Bunyi yang dihasilkannya, itu saja belum berupa kata. Kenaikan tingkat menjadi
kata berlangsung setelah tiruan bunyi itu dihubungkan dengan benda yang menghasilkannya, untuk menyebut nama benda itu sendiri atau perbuatannya.
Bunyi “cek..cek..cek” yang dihasilkan oleh seekor binatang belum merupakan
kata. Setelah bunyi itu dipakai untuk menyebut nama benda yang menghasilkan bunyi itu yakni cecak pada saat itu bunyi itu menjadi kata. Kata tiruan bunyi yang
diasilkan oleh benda yang bersangkutan, biasanya hanya mirip, oleh karena
binatang atau manusia yang menirukannya. Alat penghasil bunyi itu berbeda dengan alat ucap fisiologis manusia.
Onomatope merupakan kosa kata yang berasal dari peniruan bunyi, suara, keadaan dan tindakan. Dalam masyarakat Indonesia kata-kata yang
termasuk dalam onomatope ini jumlahnya tidak begitu banyak dan kadang-kadang hanya digunakan dalam bahasa percakapan, terutama bahasa percakapan anak-
anak. Sehingga para ahli bahasa Indonesia merasa enggan menggali kata-kata yang termasuk dalam onomatope.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa onomatope merupakan sebuah fenomena pembentukan kata baru, yang didasarkan atas
bunyi-bunyian yang tertangkap oleh indera pendengar manusia.