18
2. Sumber Bahan Hukum Sekunder
Sumber Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang menjelaskan secara umum mengenai bahan hukum primer, hal ini bisa
berupa : 1
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP; 3
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
3. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang dapat memberi petunjuk dan kejelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder. Bahan hukum tersier berupa: 1
Kamus leksikon 2
Ensiklopedia 3
Dan lain sebagainya
1.7.5 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengumpulan data primer dalam penelitan ini adalah teknik wawancara. Untuk mendapatkan data lapangan
digunakan teknik wawancara interview, “teknik wawancara merupakan proses Tanya jawab antara dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu
dapat melihat yang lain dapat mendengarkan dengan telinganya sendiri”
24
. “Dengan kemajuan teknologi dimungkinkan pula suatu wawancara yang
dilakukan melalui hubungan telepon, akan tetapi cara ini sangat jarang dilakukan
24
Sutrisno Hadi, 1984, Methodologi Research, Gajah Mada University, Yogyakarta, hlm. 192.
19
karena reaksi-reaksi seseorang lebih sukar ditangkap dibandingkan bila kita berhadapan langsung dengan orang yang kita wawancarai”
25
. Teknik pelaksanaan wawancara dibagi dalam dua penggolongan besar
yaitu: 1
Wawancara berencana berpatokan. Di mana sebelum dilakukan wawancara telah dipersiapkan suatu
daftar pertanyaan kuesioner yang lengkap dan teratur. Biasanya pewawancara hanya membacakan pertanyaan yang telah disusun dan
pokok pembicaraan tidak boleh menyimpang dari apa yang telah ditentukan.
2 Wawancara tidak berencana tidak berpatokan.
Dalam wawancara tidak berarti bahwa peneliti tidak mempersiapkan dulu pertanyaan yang akan diajukan tetapi peneliti tidak
terlampau terikat pada aturan-aturan yang ketat. Ini dilakukan dalam penelitian yang bersifat kualitatif. Alat yang digunakan adalaha pedoman
wawancara yang memuat pokok- pokok yang ditanyakan. Pedoman wawancara ini diperlukan untuk menghindari keadaan kehabisan
pertanyaan
26
. Dalam hal ini penulis akan melakukan wawancara dengan pihak-pihak
terkait dengan yang dibahas. Data yang diperoleh dengan penelitian langsung terhadap obyek penelitian, dalam hal ini obyek penelitian adalah Polresta
Denpasar.
1.7.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Analisa hasil penelitian berisi uraian tentang cara-cara analisis yang menggambarkan bagaimana suatu data di analisis dan apa manfaat data yang
terkumpul untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah. Analisis data yang
digunakan adalah analisa deskripsi yang diawali dengan mengelompokkan data
dan informasi yang sama menurut sub aspek dan selanjutnya melakukan
25
Burhan Ashshofa, 2010, Metode Penelitian Hukum, cet. ke VI, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm.95.
26
Ibid, hlm.96.
20
interprestasi untuk member makna terhadap tiap sub aspek dan hubungannya satu sama lain. Kemudian setelah itu dilakukan analisis atau iterprestasi keseluruhan
aspek untuk memahami makna hubungan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain dan dengan keseluruhan aspek menjadi pokok permasalahan penelitian
yang dilakukan secara induktif sehingga memberikan gambaran hasil secara utuh.
21
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA, JENIS NARKOTIKA,
EFEK NEGATIF PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PENYELIDIKAN DAN TEKNIK
UNDERCOVER BUY
2.1 Pengertian Tindak Pidana
Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP dikenal dengan istilah stratbaar feit dan dalam kepustakaan tentang
hukum pidana sering mempergunakan istilah delik, sedangkan pembuat undang- undang merumuskan suatu undang-undang mempergunakan istilah peristiwa
pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana. Tindak Pidana atau Strafbaar feit merupakan istilah asli bahasa Belanda
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan berbagai arti diantaranya yaitu, tindak pidana, delik, perbuatan pidana, peristiwa pidana maupun perbuatan
yang dapat dipidana. Kata Strafbaar feit
terdiri dari 3 kata, yakni straf,
baar dan feit. Berbagai istilah yang digunakan sebagai terjemahan dari strafbaar feit itu, ternyata straf diterjemahkan sebagai pidana dan hukum. “Perkataan baar
diterjemahkan dengan dapat dan boleh, sedangkan untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan”
25
. Menurut Pompe pengertian tindak pidana atau strafbaar feit dibedakan menjadi:
1. Defenisi menurut teori memberikan pengertian “strafbaar feit” adalah
suatu pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata
hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.
25
Adami Chazawi , 2002, Pengantar Hukum Pidana , Grafindo, Jakarta, hlm .69