merah akan semakin meningkatsemakin besar sehingga demikian kualitas CPO semakin menurun.
2. Karena dengan semakin besarnya kadar air yang terkandung dalam CPO
secara otomatis kadar asam lemak bebas akan semakin besar pula dan hal ini akan mengakibatkan turunya mutu dari CPO.Dengan menaiknya kadar air pada CPO
maka akan mengakibatkan terganggunya pemucatan CPO. Dengan terganggunya proses pemucatan pada CPO maka secara otomatis akan mempengaruhi kualitas
dari produksi dan akan mengganggu kesinambungan proses Ritonga,1999.
2.6 Standar Mutu
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menetukan kadar mutu,
yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida Ketaren,2008.Kualitas minyak kelapa sawit
ditentukan oleh kadar Asam Lemak Bebas ALB, kandungan air, dan mudah tidaknya minyak tersebut di jernihkan. Minyak kelapa sawit yang baik adalah
yang memiliki kadar ALB, air, dan bahan-bahan kotoran lainnya sangat rendah. Arnott 1963 mengkategorikan kandungan-kandungan bahan yang dapat merusak
kualitas minyak kelapa sawit dapat dilihat table 2.6.1
Tabel 2.6.1 Kandungan bahan-bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit
Sunarko,2007
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian,
kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan, rendahnya mutu minyak dalam sawit harus ditentukan oleh banyak faktor.Faktor
yang secara langsung berkaitan dengan mutu minyak sawit seperti dalam table 2.6.2
Tabel 2.6.2 Standar Mutu Minyak Sawit
Fauzi,2002
2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit
Rendahnya mutu minyak sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor- faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pascapanen,
atau kesalahan selama proses pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut ini Bahan
sangat rendah Rendah
Sedang Tinggi
Sangat tinggi ALB
2.0 2.0-2.7
2.8-3.7 3.8-5.0
5.0 Kadar air
0.1 0.1-0.19
0.2-0.39 4.0-6.0
0.6 Kadar
kotoran 0.005
0.005- 0.001
0.010- 0.025
0.026- 0.05
0.05
Karakteristik Minyak Sawit
Keterangan Asam Lemak Bebas
5 Maksimal Kadar kotoran
0.02 Maksimal Kadar air
0.17 Maksimal Bilangan Iodin
51 Maksimal Bilangan Peroksida
5 Maksimal
akandikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus cara pencegahannya, serta standar mutu minyak
sawit yang dikehendaki pasar. 2.7.1
Asam Lemak Bebas free fatty acid Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit
sangat merugikan.Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak
bebas dalam minyak sawit.Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya
reaksi hidrolisa pada minyak.Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air,
keasaman, dan katalis enzim. Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :
a. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu,
b. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah,
c. Penumpukan buah yang terlalu lama, dan
d. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik
Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya, maka tindakan pencegahan dan pemucatannya lebih mudah dilakukan.Pemanenan pada waktu yang tepat
merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Pemetikan buah sawit di saat belum matang saat proses
biokimia dalam buah belum sempurna menghasilkan glyserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit.sedangkan pemetikan
setelah batas tepat panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan menstimulir penguraian
enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah,
pemanenan TBS harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi.Dikaitkan dengan pencegahan
kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengangkutan TBS. Sistem yang dianggap cukup efektif
adalah dengan memasukkan TBS secara langsung ke dalam keranjang rebusan buah. Dengan cara tersebut akan lebih mengefisiensikan waktu yang digunakan
untuk pembongkaran, pemuatan, maupun penumpukan buah sawit yang terlalu lama. Dengan demikian, pembentukan ALB selam pemetikan, pengumpulan,
penimbunan, dan pengangkutan buah dapat dikurangi.Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi
penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu
dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab
air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak
sawit dilakukan pengeringan dengan bejana hampa pada suhu 90 C.
sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan internasional untuk ALB ditetapkan sebesar 5.
2.7.2 Kadar zat menguap dan kotoran
Bagi Negara konsumen terutama Negara yang telah maju, selalu menginginkan minyak sawit yang benar-benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan
sebab minyak sawit tidak hanya digunakan sebagai bahan baku dalam industri nonpangan saja, tetapi banyak industri pangan yang membutuhkannya. Lagi pula,
tidak semua pabrik minyak kelapa sawit mempunyai teknologi dan instalasi yang lengkap, terutama yang berkaitan dengan proses penyaringan minyak sawit. Pada
umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.Dengan
proses diatas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bias disaring. Akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bias disaring,
hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Padahal, alat sentrifuagasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip
kerja yang berdasarkan perbedaan berat jenis. Walaupun bahan baku minyak sawit selalu dibersihkan sebelum digunakan pada industri-industri yang bersangkutan,
namun banyak yang beranggapan dan menuntut bahwa kebersihan serta kemurnian minyak sawit merupakan tanggung jawab sepenuhnya pihak produsen.
Meskipun kadar ALB dalam minyak sawit kecil, tetapi hal itu belum menjamin mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara
membuang kotoran dan zat menguap. Hal ini dilakukan dengan peralatan pemurnian modern.Dari hasil pengempaan, minyak sawit kasar dipompa dan
dialirkan ke dalam tangki pemisah melalui pipa.Kurang lebih 30 menit kemudian,
minyak sawit kasar telah dapat dijernihkan dan menghasilkan sekitar 80 minyak jernih.Hasil endapan berupa minyak kasar kotor yang dikeluarkan dari
tangki pemisah bersama air panas yang bersuhu 90 C dengan perbandingan 1:1,
diolah pada sludge centrifuge.Sedangkan minyak yang jernih diolah pada purifier centrifuge. Hasil pengolahan didapat minyak sawit bersih dengan kadar zat
menguap sebesar 0.3 dan kadar kotoran hanya sebesar 0.0005. dalam kondisi diatas, minyak sawit sudah dianggap mempunyai daya tahan yang mantap. Akan
tetapi, untuk lebih meyakinkan dan mencegah terjadinya proses hidrolisa, perlu dilakukan pengeringan pada kondisi fisik hampa sehingga minyak sawit tersebut
hanya mengandung kadar zat menguap sebesar 0.1. 2.7.3 Kadar Logam
Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari alat-
alat pengolahan yang digunakan. Tindakan preventif pertama yang harus dilakukan untuk menghindari terikutnya kotoran yang berasal dari pengelupasan
alat-alat dari stainless steel.Mutu dan kualitas minyak yang mengandung logam- logam tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-logam itu dapat
menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit.Reaksi ini dapat diminitor dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin
gelap dan akhirnya menyebabkan ketengikan.Di dalam minyak sawit itu sendiri sebenarnya sudah terkandung senyawa alami yang dapat menangkal terjadinya
reaksi oksidasi.Senyawa tersebut adalah tokoferol.Namun, kemampuan tokoferol untuk menahan reaksi oksidasi adalah terbatas. Jika kadar logam yang terdapat
dalam minyak sawit berkadar cukup besar, maka tokoferol sudah tidak mampu menahannya.
Pengurangan unsur-unsur logam yang terikut dalam minyak sawit sangat menentukan peningkatan mutu minyak sawit. Beberapa jalan yang dapat
dilakukan antara lain : a.
Hydraulic press diganti dengan screw press, sebab cages dan screen terbuat dari stainless steel.
b. Alat digester dibuat dari stainless steel juga.
c. Tangki transport dilapisi dengan epoxy pompa dari material yang dilapisi
nikel, dan jika memungkinkan gunakan pipa-pipa yang tidak berkarat sebanyak mungkin dihindari penggunaan sambungan-sambungan pipa dari kuningan.
d. Bajana hampa untuk pengeringan vacuum dryers dan alat pendingin
minyak sawit palmoil coolers diusahakan terbuat dari stainless steel. e.
Tangki timbun dilapisi dengan epoxy. f.
Kadar ALB dikurangi.
Semua alat diusahakan terbuat dari stainless steel sebab reaksi antara asam lemak yang terkandung dalam minyak sawit dengan logam akan membentuk senyawa
pro-oksidan yang membuat terjadinya reaksi oksidasi. Logam ini semakin banyak terbentuk jika kadar ALB dalam minyak sawit juga semakin tinggi. Untuk itulah,
tangki timbun dan tangki kapal dalam pengangkutan sebaiknya dilapisi dengan bahan epoxy untuk menghindari sentuhan secara langsung dengan logam. Sabagi
standar mutu internasional ditetapkan untuk kadar logam besi maksimal 10 ppm dan logam tembaga maksimal 5 ppm.
2.7.4 Angka Oksidasi
Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna menjadi semakin gelap.
Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun.Konsumen atau pabrik yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan
baku dapat menilai mutu dan kualitasnya dengan melihat angka oksidasi. Dari angka ini dapat diperkirakan sampai sejauh mana proses oksidasi berlangsung
sehingga dapat pula dinilai kemampuan minyak sawit untuk menghasilkan barang jadi yang memiliki daya tahan dan daya simapan yang lama. Angka oksidasi
dihitung berdasarkan angka peroksida.Sebagai standar umum dipakai angka 10 meq milligram equivalent, tetapi ada yang memakai standar lebih ketat lagi yaitu
6 meq.Di atas angka tersebut mutu barang jadi yang dihasilkan dapat dipastikan kurang baik.
2.7.5 Pemucatan
Minyak sawit mempunyai warna kuning oranye seehingga jika digunakan sebagai bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini
dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhan.Keintesifan pemucatan minyak sawit sangat ditentukan
oleh kualitas minyak sawit yang bersangkutan.Semakin jelek mutunya, maka biaya pemucatan juga semakin besar. Dengan demikian, minyak sawit yang
bermutu baik akan mengurangi biaya pemucatan pada pabrik konsumen.Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat
lovibond dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucat yang dibutuhkan, biaya, serta rendemen hasil akhir yang akan diperoleh. Untuk standar mutu didasarkan
pada warna merah 3.5 dan warna kuning 35.Dalam menghadapi Negara produsen minyak sawit terbesar dunia, yang tak lain adalah Negara tetangga kita Malaysia,
maka perlu diupayakan agar mutu dan kualitas minyak sawit Indonesia selalu dapat terjaga. Dengan mutu yang terjamin baik, diharapkan Indonesia tidak perlu
merasa cemas kehilangan pasaran dimana pun.Standar mutu untuk pemasaran minyak sawit, minyak inti sawit, dan inti sawit secara lebih terinci tersaji dalam
Tabel 2.11.1 Tabel 2.11.1 Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti SawitDanIntiSawit
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 1989 Tim Penulis PS,1997
Karakteristik Minyak
sawit Inti
sawit Minyak inti
sawit Keterangan
Asam lemak bebas 5
3.50 3.50 maksimal
kadar kotoran 0.50
0.02 0.02 maksimal
Kadar zat menguap 0.50
7.50 0.20 maksimal
Bilangan peroksida 6 meq
- 2.2 meq
maksimal Bilangan Iodine
44-58 mggr
- 10.5-18.5
mggr -
Kadar logam Fe,Cu 10 ppm
- -
- Lovibond
3-4 R -
- -
Kadar minyak -
47 - maksimal
Kontaminasi -
6 - maksimal
Kadar pecah -
15 - Maksimal
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat yang digunakan