Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwasi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Provinsi Bali)

(1)

v By:

Shinta Nur Imansari 41811049

This thesis under the guidance of: Drs. Manap Solihat, M.Si

This study aims to determine the activity of Communication at the Feast Pagerwesi Ceremony. The purpose of this study was to determine the communicative situation, communicative events and communicative action on the Feast Pagerwesi Ceremony. This study used a qualitative research approach with an ethnographic approach to communication with the informant, amounting to five people. Data were obtained through interviews, observation, literature, documentation and Internet searching. Validity test technical of data with increasing observation, reference, member checking and triangulation. As for the technical analysis of the data used description, analysis, and interpretation.

These results indicate that communicative situation in the ceremonial feast perahyangan Pagerwesi is in place or temple. Ceremony communicative events in which the celebration of the feast Pagerwesi in the form of a special ritual held twice a year that has become a cultural tradition of the Hindu community in Bali with the intention to fence himself from something bad and ask for prosperity, health and safety to almighty single. Ceremony communicative action in the feast Pagerwesi namely in the form of commands, statements, application and nonverbal behavior.

The conclusion from this study that the activity of Communication at the feast Pagerwesi Ceremony is a traditional practices are included in the feast of the great Hindus were held twice in a year, and each circuit has a typical activity. Meaning of Pagerwesi itself is a ritual to fence oneself or to fortify themselves from the bad behavior as well as to ask for prosperity, health and safety.

Finally suggestions in this study is the Hindu community in Bali, try to be more open if anyone wants to learn the culture which is owned by the Hindu community.

Keywords : Ethnography of Communication, Communication Effectiveness, Communicative Situation, Events Communicative, Communicative action, Ceremony


(2)

iv

AKTIVITAS KOMUNIKASI UPACARA ADAT HARI RAYA PAGERWESI (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Pada Upacara Adat

Hari Raya Pagerwesi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Provinsi Bali)

Oleh : Shinta Nur Imansari

41811049

Skripsi ini dibawah bimbingan : Drs. Manap Solihat, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aktivitas Komunikasi pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindakan komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi komunikasi dengan informan yang berjumlah lima orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi pustaka, dokumentas dan internet searching. Uji keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan, kecukupan referensi, pengecekan anggota dan triangulasi. Adapun teknis analisa data yang digunakan deskripsi, analisis, dan interpretasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa situasi komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi yaitu di tempat perahyangan atau pura. Peristiwa komunikatif dalam Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun dua kali yang sudah menjadi tradisi budaya oleh masyarakat hindu di Bali dengan tujuan untuk memagari diri dari sesuatu yang buruk dan meminta kemakmuran, kesehatan serta keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi yaitu dalam bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Aktivitas Komunikasi pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi merupakan suatu kebiasaan adat yang termasuk kedalam hari raya besar umat Hindu yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun, dan setiap rangkaiannya mempunyai aktivitas yang khas. Makna dari Pagerwesi itu sendiri merupakan ritual untuk memagari diri atau membentengi diri dari perilaku yang buruk serta untuk meminta kemakmuran, kesehatan dan keselamatan.

Akhirnya saran peneliti dalam penelitian ini yaitu kepada masyarakat Hindu di Bali, cobalah lebih terbuka jika ada yang ingin mempelajari kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Hindu.

Kata Kunci : Etnografi Komunikasi, Aktivitas Komunikasi, Situasi Komunikatif, Peristiwa Komunikatif, Tindakan Komunikatif, Upacara Adat


(3)

(Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Provinsi Bali)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh,

SHINTA NUR IMANSARI NIM. 41811049

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(4)

AKTIVITAS KOMUNIKASI UPACARA ADAT HARI RAYA PAGERWESI (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Pada Upacara Adat Hari

Raya Pagerwesi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Provinsi Bali)

Oleh : Shinta Nur Imansari

41811049

Skripsi ini dibawah bimbingan : Drs. Manap Solihat, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aktivitas Komunikasi pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindakan komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi komunikasi dengan informan yang berjumlah lima orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi pustaka, dokumentas dan internet searching. Uji keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan, kecukupan referensi, pengecekan anggota dan triangulasi. Adapun teknis analisa data yang digunakan deskripsi, analisis, dan interpretasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa situasi komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi yaitu di tempat perahyangan atau pura. Peristiwa komunikatif dalam Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun dua kali yang sudah menjadi tradisi budaya oleh masyarakat hindu di Bali dengan tujuan untuk memagari diri dari sesuatu yang buruk dan meminta kemakmuran, kesehatan serta keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi yaitu dalam bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Aktivitas Komunikasi pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi merupakan suatu kebiasaan adat yang termasuk kedalam hari raya besar umat Hindu yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun, dan setiap rangkaiannya mempunyai aktivitas yang khas. Makna dari Pagerwesi itu sendiri merupakan ritual untuk memagari diri atau membentengi diri dari perilaku yang buruk serta untuk meminta kemakmuran, kesehatan dan keselamatan.

Akhirnya saran peneliti dalam penelitian ini yaitu kepada masyarakat Hindu di Bali, cobalah lebih terbuka jika ada yang ingin mempelajari kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Hindu.

Kata Kunci : Etnografi Komunikasi, Aktivitas Komunikasi, Situasi Komunikatif, Peristiwa Komunikatif, Tindakan Komunikatif, Upacara Adat


(5)

Pagerwesi In The Village Of Seririt Buleleng District Of Bali Province) By:

Shinta Nur Imansari 41811049

This thesis under the guidance of: Drs. Manap Solihat, M.Si

This study aims to determine the activity of Communication at the Feast Pagerwesi Ceremony. The purpose of this study was to determine the communicative situation, communicative events and communicative action on the Feast Pagerwesi Ceremony.

This study used a qualitative research approach with an ethnographic approach to communication with the informant, amounting to five people. Data were obtained through interviews, observation, literature, documentation and Internet searching. Validity test technical of data with increasing observation, reference, member checking and triangulation. As for the technical analysis of the data used description, analysis, and interpretation.

These results indicate that communicative situation in the ceremonial feast perahyangan Pagerwesi is in place or temple. Ceremony communicative events in which the celebration of the feast Pagerwesi in the form of a special ritual held twice a year that has become a cultural tradition of the Hindu community in Bali with the intention to fence himself from something bad and ask for prosperity, health and safety to almighty single. Ceremony communicative action in the feast Pagerwesi namely in the form of commands, statements, application and nonverbal behavior.

The conclusion from this study that the activity of Communication at the feast Pagerwesi Ceremony is a traditional practices are included in the feast of the great Hindus were held twice in a year, and each circuit has a typical activity. Meaning of Pagerwesi itself is a ritual to fence oneself or to fortify themselves from the bad behavior as well as to ask for prosperity, health and safety.

Finally suggestions in this study is the Hindu community in Bali, try to be more open if anyone wants to learn the culture which is owned by the Hindu community.

Keywords : Ethnography of Communication, Communication Effectiveness, Communicative Situation, Events Communicative, Communicative action, Ceremony


(6)

Aktivitas Komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia dalam kesehariannya menjalankan kehidupan, aktivitas komuniasi muncul berupa gejala dengan memiliki proses komunikasi yang tidaklah sederhana. Aktivitas komunikasi mempunyai ciri khas yang berbeda pada setiap individu, setiap aktivitas mengandung makna yang perlu diterjemahkan berupa situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindakan komunikatif. Hal ini tentulah membutuhkan sebuah pemahaman mendalam untuk bisa membahas setiap aktivitas komunikasi yang mucul ke permukaan.

Bentuk aktivitas komunikasi ini juga bisa dilihat dalam sebuah tradisi, dimana terdapat makna dalam setiap aktivitas yang dijalankan, salah satunya adalah aktivitas komunikasi yang terjadi pada salah satu hari raya umat Hindu di Provinsi Bali yaitu Hari Raya Pagerwesi.

Perayaan Pagerwesi dilaksanakan pada hari Budha (Rabu) Kliwon Wuku Shinta. Hari Raya Pagerwesi yang jatuh setiap 210 hari sekali atau setiap 6 bulan dalam kalender Hindu. Seperti Hari Raya Galungan dan Kuningan, Hari Raya Pagerwesi juga termasuk dalam rerahinan bumi, artinya hari raya untuk semua masyarakat yang beragama Hindu.

Hari Raya Pagerwesi memiliki makna sebagai hari raya bagi semua masyarakat, baik pendeta maupun rohaniawan. Tujuan Hari Raya Pagerwesi yaitu untuk memagari jiwa dalam rangka penyucian diri agar bisa menerima kemuliaan dan keberkahan dari Tuhan Yang Menciptakan.

Pagerwesi memiliki arti pagar (pager) yang terbuat dari besi (wesi). Kata tersebut melambangkan segala hal yang dipagari akan terlihat kokoh dan kuat. Makna lainnya yaitu, sesuatu yang dipagari merupakan yang bernilai tinggi sehingga tak boleh sedikitpun mendapatkan gangguan apalagi merusak.


(7)

budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa komunikasi adalah Budaya dan Budaya adalah komunikasi.

Masyarakat Hindu dalam menjalankan upacara Hari Raya Pagerwesi tidak terlepas dari aktivitas komunikasi didalamnya. Menemukan aktivitas komunikasi sama artinya dengan mengidentifikasikan peristiwa komunikasi atau proses komunikasi yang terjadi di dalam upacara adat tersebut karena komunikasi merupakan bagian dari kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Proses atau peristiwa komunikasi yang dibahas dalam etnografi komunikasi adalah khas yang dapat dibedakan dengan proses komunikasi yang dibahas pada konteks komunikasi yang lain.

Menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno pada aktivitas komunikasi memiliki bagian-bagian yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindakan komunikatif. Situasi yang sama bisa mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada aktivitas yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat diversitas dalam interaksi yang terjadi disana. Dalam penelitian ini, situasi komunikatif yang terdapat dalam upacara Hari Raya Pagerwesi yaitu di halaman sanggah (tempat persembahyangan).

Peristiwa komunikatif merupakan unit dasar untuk tujuan deskriptif yaitu sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai seluruh perangkat komponen yang utuh. Peristiwa komunikatif dalam upacara Hari Raya Pagerwesi merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan di tempat persembahyangan. Tindakan komunikatif yakni fungsi interaksi tunggal, seperti peryataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal.

Penelitian ini menarik peneliti karena upacara pada Hari Raya Pagerwesi memiliki simbol-simbol tertentu yang menciptakan kebudayaan tersendiri khususnya dalam


(8)

ditemukan dalam simbol-simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial.

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan etnografi komunikasi di karenakan, peneliti tertarik untuk memahami pengalaman masyarakat Hindu di Bali melalui makna-makna yang ditemukan pada simbol-simbol dalam upacara pada Hari Raya Pagerwesi.

Upacara adat Hari Raya Pagerwesi di desa Patemon rutin dilaksanakan dua kali dalam setahun. Dalam rangkaian upacaranya, masyarakat desa Patemon akan melakukan upacara di Pura Merajan Brangsinga, setelah itu masyarakat akan melakukan sembahyang ke pura lain yang ada di desa tersebut. Upacara adat Hari Raya Pagerwesi juga memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Hindu khususnya masyarakat desa Patemon. Adapun dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkapkan makna dari upacara kebudayaan tersebut dan melihat bagaimana proses aktivitas komunikasi yang terjadi di dalamnya dan akan terlihat apabila dengan menggunakan pendekatan etnografi komunikasi yang akan menjelaskan setiap detail tradisinya.

2. Identifikasi Masalah

Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka inti masalah tersebut peneliti jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana Situasi Komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng, Singaraja Provinsi Bali?

2. Bagaimana Peristiwa Komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng, Singaraja Provinsi Bali?


(9)

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan tradisi etnografi komunikasi, teori subtantif yang diangkat yaitu interaksi simbolik, dimana digunakan untuk menganalisis aktivitas komunikasi upacara Hari Raya Pagerwesi di Bali.

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur purposif.Prosedur purposif adalah strategi menentukan informan paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. Informan penelitian yang terpilih adalah orang – orang yang terlibat dalam upacara Hari Raya Pagerwesi.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu studi lapangan seperti observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Sedangkan studi pustaka yaitu studi literatur dan internet seraching. Uji keabsahan data dalam penelitian ini meliputi beberapa pengujian yaitu ketekunan pengamatan, kecukupan referensi, pengecekan anggota dan triangulasi. Kemudian teknik analisa data dalam penelitian ini yaitu deskripsi, analisis dan interpretasi.

4. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan dan juga kesempatan berinteraksi langsung dengan masyarakat di Desa Patemon yang diteliti melalui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindakan komunikatif, ternyata peneliti melihat penggunaan komunikasi dalam berbagai aktivitas rutin dan utamanya pada saat upacara adat Hari Raya Pagerwesi yang merupakan


(10)

perkembangan komunikasi yang terjadi disana.

Peristiwa komunikasi yang khusus dengan kata lain perubahan komunikasi yang digunakan akan mengakibatkan perubahan peristiwa komunikasi. Situasi komunikatif dalam upacara adat Hari Raya Pagerwesi dalam hal interaksi didalamnya bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah.

Dalam penggunaan bahasa lisan sendiri ketika peneliti dilapangan melihat bahwa kesenderungan ini masih dominan menggunakan komunikasi non verbal dibandingkan dengan komunikasi verbal ketika upacara adat berlangsung. Hal ini dikarenakan dalam proses upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Hindu, banyak menggunakan peralatan atau bahan-bahan yang dipakai sebagai penunjang dan kelengkapan untuk sebuah prosesi upacara, khususnya upacara adat untuk hari raya seperti upacara adat Hari Raya Pagerwesi.

Teori interaksi simbolik bergagasan bahwa ketika manusia berinteraksi satu sama lainnya, mereka saling membagi makna untuk jangka waktu tertentu dan untuk tindakan tertentu.

Keunikan dan dinamika simbol dalam proses interaksi sosial menuntut manusia harus lebih kritis, peka, aktif dan kreatif dalam menginterpretasikan simbol-simbol yang muncul dalam interaksi sosial, penafsiran yang tepat atas simbol tersebut turut menentukan arah perkembangan manusia dan lingkungan, sebaliknya, penafsiran yang keliru atas simbol dapat menjadi petaka bagi hidup manusia dan lingkungannya.

Begitu juga yang terjadi dalam upacara adat Hari Raya Pagerwesi, dalam setiap kegiatan yang berlangsung didalamnya terdapat pertukaran simbol-simbol yang akan menimbulkan makna sebagai hasil daripada interaksi baik itu secara verbal ataupun secara non verbal. Peneliti mengamati adanya hubungan yang terjadi secara alami antara manusia


(11)

individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan simbol.

Dalam upacara adat Hari Raya Pagerwesi, peneliti mengamati adanya interaksi yang dilakukan selama proses upacara berlangsung, baik itu interaksi yang terjadi antara pemangku adat dengan jro mangku, pemangku adat dengan peserta upacara dan jro mangku dengan peserta upacara. Hal tersebut dilakukan untuk tujuan tertentu yang didalamnya terjadi pertukaran simbol-simbol yang mereka ciptakan. Seperti sesajen atau banten yang didalamnya memiliki makna terkait kehidupan manusia di dunia ini. Peneliti juga mengamati bahwa interaksi simbolik yang terjadi selama upacara adat Hari Raya Pagerwesi telah membuktikan adanya hubungan antara bahasa dan komunikasi.

5. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan di atas, berikut adalah kesimpulan dari penelitian ini :

1. Situasi komunikatif dalam upacara adat Hari Raya Pagerwesi di Desa Patemon yaitu berada di Pura Merajan Brangsinga yang juga berlokasi di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng, Singaraja Provinsi Bali. Situasi yang memungkinkan adanya interaksi dalam upacara adat Hari Raya Pagerwesi yaitu sebelum dimulainya upacara dan sesudah upacara. Situasi komunikatif ketika upacara adat Hari Raya Pagerwesi yaitu tertib, tidak gaduh, hal ini dikarenakan keseriusan dalam memanjatkan doa kepada sang pencipta. Semua peserta yang menghadiri upacara adat ini, dituntut untuk memusatkan


(12)

rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan.

2. Peristiwa komunikatif dalam upacara adat Hari Raya Pagerwesi di Desa Patemon terdiri dari beberapa komponen yaitu SPEAKING yang terdiri dari : Setting atau tempat terjadinya upacara yaitu di Pura Merajan Brangsinga dengan partisipants yaitu pemangku adat, jro mangku dan peserta upacara. Ends atau tujuan dari upacara adat Hari Raya Pagerwesi untuk meminta kesejahteraan, keselamatan dan kemakmuran. Act Sequence atau isi pesan dalam upacara yaitu untuk membentengi diri dari perbuatan yang buruk. Keys atau sikap selama upacara berlangsung yaitu bersikap sopan. Instrumentalities atau bahasa yang digunakan selama upacara yaitu bahasa verbal dan non verbal. Norma yang belaku di dalam upacara yaitu berperilaku sopan dan tidak gaduh. Genre atau komunikasi yang digunakan selama upaara yaitu komunikasi interpersonal dan komunikasi transedental.

3. Tindakan komunikatif dalam upacara adat Hari Raya Pagerwesi di tidak selalu disampaikan dengan komunikasi verbal saja, tetapi ada juga komunikasi yang disampaikan dengan menggunakan komunikasi non verbal. Perilaku non verbal disini meliputi penyampaian pesan melalui gerakan tubuh yaitu dengan posisi duduk, kedua tangan disimpan di depan dada dan mata terpejam, dimana ini merupakan arti bahwa ketika sedang menghaturkan puje dan harus memusatkan pikiran kepada Tuhan. Dalam pelaksanaan upacara adat Hari Raya Pagerwesi terdapat penggunaan pesan (proksemik) antara pemangku dan peserta, saat upacara berlangsung pemangku dan jro mangku duduk di barisan paling depan. Kemudian peserta duduk di belakang barisan dan samping pemangku dan jro mangku. Selain itu terdapat juga penggunaan pesan suara (paralinguistik) saat upacara berlangsung yaitu ketika upacara akan dimulai, pemangku adat akan membunyikan lonceng sebagai tanda upacara akan dimulai dan berakhir.


(13)

perempuan memakai pakaian kebaya dan kamen.

4. Aktivitas Komunikasi dalam upacara adat Hari Raya Pagerwesi yaitu adanya penggunaan komunikasi dalam berbagai aktivitas rutin dan utamanya pada saat upacara adat Hari Raya Pagerwesi yang merupakan proses interaksi didalamnya yang menjadi suatu kebiasaan yang dapat mempengaruhi perkembangan komunikasi yang terjadi, dan dalam setiap kegiatan yang berlangsung didalamnya terdapat pertukaran simbol-simbol yang akan menimbulkan makna sebagai hasil daripada interaksi baik itu secara verbal ataupun secara non verbal.

6. Daftar Pustaka Buku-buku :

Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta : GRAHA ILMU Bungin, Burham. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : KENCANA

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Pamulang : KARISMA Publishing Group

Effendy, Onong Uchjana. 2013. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi I. Jakarta : Rineka Cipta.

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung : Widya Padjajaran.

Liliweri,Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : LKIS. Little Jhon, Stephen W. Karen A. Foss. 2009. Theories of Human Communication. Jakarta : Salemba Humanika.


(14)

Mulyana, Deddy. 2010. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Spradley. James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana

Sumber Lain :

Muhammad Sofyan. 2014. Skripsi : berjudul Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang dilaksanakan di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli (Studi Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali Di Kabupaten Bangli, Desa Tegal Suci) : Telkom University Bandung

Niluh Ayu Anggaswari. 2014. Skripsi : Komunikasi Nonverbal Dalam Pagelaran Seni Tari Kecak di Kebudayaan Bali (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Makna Komunikasi Nonverbal Para Penari Kecak di Kawasan Wisata Denpasar Bali) : UNIKOM Bandung Hamdan Pribadi Baehaki. 2014. Skripsi : Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi): UNIKOM Bandung

Internet Searching

http://www.puragunungsalak.com/2014/10/hari-raya-pagerwesi-didahului-dengan.html. Diakses tanggal 20 Maret 2015, Pukul 14.30 WIB

http://sekarjepun.com/2014/10/08/pagerwesi-rahajeng/. Diakses tanggal 20 Maret 2015 pukul 21.15 WIB

http://pariwisata.denpasarkota.go.id/index.php/baca-berita/3777/HARI-RAYA-PAGERWESI. Diakses tanggal 20 Maret 2015 pukul 22.35 WIB


(15)

1

Aktivitas Komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia dalam kesehariannya menjalankan kehidupan, aktivitas komuniasi muncul berupa gejala dengan memiliki proses komunikasi yang tidaklah sederhana. Aktivitas komunikasi mempunyai ciri khas yang berbeda pada setiap individu, setiap aktivitas mengandung makna yang perlu diterjemahkan berupa situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindakan komunikatif. Hal ini tentulah membutuhkan sebuah pemahaman mendalam untuk bisa membahas setiap aktivitas komunikasi yang mucul ke permukaan.

Bentuk aktivitas komunikasi ini juga bisa dilihat dalam sebuah tradisi, dimana terdapat makna dalam setiap aktivitas yang dijalankan, salah satunya adalah aktivitas komunikasi yang terjadi pada salah satu hari raya umat Hindu di Provinsi Bali yaitu Hari Raya Pagerwesi.

Perayaan Pagerwesi dilaksanakan pada hari Budha (Rabu) Kliwon Wuku Shinta. Hari Raya Pagerwesi yang jatuh setiap 210 hari sekali atau setiap 6 bulan dalam kalender Hindu. Seperti Hari Raya Galungan dan Kuningan, Hari Raya Pagerwesi juga termasuk dalam rerahinan bumi, artinya hari raya untuk semua masyarakat yang beragama Hindu.

Hari Raya Pagerwesi memiliki makna sebagai hari raya bagi semua masyarakat, baik pendeta maupun rohaniawan. Tujuan Hari Raya Pagerwesi yaitu


(16)

untuk memagari jiwa dalam rangka penyucian diri agar bisa menerima kemuliaan dan keberkahan dari Tuhan Yang Menciptakan.

Pagerwesi memiliki arti pagar (pager) yang terbuat dari besi (wesi). Kata tersebut melambangkan segala hal yang dipagari akan terlihat kokoh dan kuat. Makna lainnya yaitu, sesuatu yang dipagari merupakan yang bernilai tinggi sehingga tak boleh sedikitpun mendapatkan gangguan apalagi merusak.

Hari Raya Pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang awak. Sanghyang Pramesti Guru yang menjadi tujuan utama dilaksanakannya upacara Pagerwesi ini yaitu manifestasi Tuhan yang dipercaya merupakan guru bagi manusia dan alam semesta.1

Sanghyang Paramesti Guru adalah nama lain dari Dewa Siwa Masyarakat Hindu di Bali menganggap sanghyang Pramesti Guru merupakan guru di alam semesta terutama manusia. Hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun. Teknis pelaksanaan Hari Raya Pagerwesi memiliki keunikan dibandingkan dengan upacara lainnya. Biasanya setiap perayaan atau pergelaran yang melibatkan banyak orang dilakukan di siang hari namun, pada Hari Raya Pagerwesi dilakukan ketika tengah malam buta.

Upacara ini ditujukan kepada Panca Maha Butha yang merupakan 5 unsur terbentuknya manusia yang terdiri dari tanah, air, api, angin, dan ruang/ tempat. Pasca melakukan upacara ini, maka selanjutnya melaksanakan Yoga-Samadhi

1

http://www.puragunungsalak.com/2014/10/hari-raya-pagerwesi-didahului-dengan.html (20 Maret 2015, Pukul 14.30)


(17)

(meditasi) untuk lebih menentramkan jiwa dan pikiran supaya bisa menolak berbagai hasrat yang tidak baik. masyarakat Bali percaya bahwa pada jam 03.30 atau menjelang pagi Sanghyang Pramesti Guru yang disertai oleh para Dewa dan Pitara akan turun ke bumi untuk memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada segenap umatnya yang taat. Hal lain yang juga perlu dilakukan oleh mereka yang merayakan Hari Raya Pagerwesi ini ialah berpuasa selama satu hari (24 jam).

Hakikat pelaksanaan upacara Pegerwesi adalah lebih ditekankan pada pemujaan oleh para pendeta dengan melakukan upacara Ngarga dan Mapasang Lingga. Dalam pelaksanaan upacara, terdapat dua hal banten pokok yaitu Sesayut Panca Lingga untuk upacara para pendeta dan Sesayut Pageh Urip bagi umat kebanyakan.

Pelaksanaan upacara adat Hari Raya Pagerwesi dilengkapi dengan sesajen atau benten.Banten yang paling utama bagi para Purohita adalah Sesayut Panca Lingga perlengkapannya yaitu, Daksina, Suci Praspenyeneng dan Banten Penek. Meskipun hakikat hari raya Pagerwesi adalah pemujaan (yoga samadhi) bagi para Pendeta (Purohita) namun umat kebanyakan pun wajib ikut merayakan sesuai dengan kemampuan.

Banten yang paling inti perayaan Pegerwesi bagi umat kebanyakan adalah Sesayut Pageh Urip, Prayascita, Dapetan dan dilengkapi dengan Daksina, Canang dan Sodaan.

Upacara Hari Raya Pagerwesi yang dilaksanakan merupakan wujud nyata dari aktivitas-aktivitas keagamaan yang terealisasi lewat pelaksanaan yadnya atau korban suci yang dilakukan dengan tulus ikhlas yang didalamnya terdiri dari


(18)

sarana upacara (sesajen) yang lebih banyak berbentuk material yang berfungsi sebagai peralatan atau sarana penunjang kegiatan.

Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa komunikasi adalah Budaya dan Budaya adalah komunikasi.

“Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara

“horizontal” dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun

secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya merupakan norma-norma atau nilai-nilai yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu” (Mulyana, 2000:6).

Masyarakat Hindu dalam menjalankan upacara Hari Raya Pagerwesi tidak terlepas dari aktivitas komunikasi didalamnya. Menemukan aktivitas komunikasi sama artinya dengan mengidentifikasikan peristiwa komunikasi atau proses komunikasi yang terjadi di dalam upacara adat tersebut karena komunikasi merupakan bagian dari kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Proses atau peristiwa komunikasi yang dibahas dalam etnografi komunikasi adalah khas yang dapat dibedakan dengan proses komunikasi yang dibahas pada konteks komunikasi yang lain.

“Etnografi komunikasi memandang komunikasi sebagai proses yang sirkuler dan dipengaruhi oleh sosiokultural lingkungan tempat komunikasi tersebut berlangsung, sehingga proses komunikasi dalam etnografi komunikasi melibatkan aspek-aspek sosial dan kultural dari pastisipan komunikasinya” (Kuswarno, 2008:41).


(19)

“Aktivitas komunikasi menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno,aktivitas khas yang kompleks, yang di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula”. (Kuswarno,2008:42)

Menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno pada aktivitas komunikasi memiliki bagian-bagian yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindakan komunikatif. Situasi yang sama bisa mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada aktivitas yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat diversitas dalam interaksi yang terjadi disana. Dalam penelitian ini, situasi komunikatif yang terdapat dalam upacara Hari Raya Pagerwesi yaitu di halaman sanggah (tempat persembahyangan).

Peristiwa komunikatif merupakan unit dasar untuk tujuan deskriptif yaitu sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai seluruh perangkat komponen yang utuh. Peristiwa komunikatif dalam upacara Hari Raya Pagerwesi merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan di tempat persembahyangan. Tindakan komunikatif yakni fungsi interaksi tunggal, seperti peryataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal.

“Tradisi etnografi komunikasi dalam penjelasannya, memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari interaksi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai mahluk sosial. ketiga keterampilan itu terdiri dari keterampilan linguistic, keterampilan interaksi, dan keterampilan budaya”. (Kuswarno, 2008:18).

Tradisi etnografi komunikasi membutuhkan alat atau metode penelitian yang bersifat kualitatif untuk mengasumsikan bahwa perilaku dan makna


(20)

yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah (natural setting) mereka.

Upacara pada Hari Raya Pagerwesi mempunyai ciri khas didalamnya. Proses upacara ini erat kaitannya dengan studi etnografi komunikasi. Etnografi komunikasi sendiri merupakan pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.

“Etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai makhluk sosial. Ketiga keterampilan ini terdiri dari keterampilan linguistik, keterampilan interaksi, dan keterampilan

budaya”. (Kuswarno, 2008:18)

Seperti penjelasan diatas mengenai etnografi komunikasi, studi etnografi komunikasi merupakan salah satu dari sekian studi penelitian kualitatif yang mengkhususkan pada penemuan berbagai pola komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam suatu masyarakat tutur. Adapun Little John pada buku metode penelitian komunikasi mengatakan bahasa yaitu di artikan:

“Bahasa sebagai simbol yang kompleks, karena terbentuk dari proses pengkombinasian dan pengorganisasian simbol-simbol, hingga memiliki arti khusus yang berbeda jika simbol itu berdiri sendiri. Bahasa menghubungkan simbol-simbol ke dalam proposisi, jadi merupakan refleksi dari realitas. Sehingga melalui bahasalah, manusia memahami realitas, berkomunikasi, berpikir dan merasakan (Kuswarno, 2008:3).

Penelitian ini menarik peneliti karena upacara pada Hari Raya Pagerwesi memiliki simbol-simbol tertentu yang menciptakan kebudayaan tersendiri khususnya dalam upacara adat. Manusia memahami pengalaman mereka


(21)

melalui makna-makna yang ditemukan dalam simbol-simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial.

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan etnografi komunikasi di karenakan, peneliti tertarik untuk memahami pengalaman masyarakat Hindu di Bali melalui makna-makna yang ditemukan pada simbol-simbol dalam upacara pada Hari Raya Pagerwesi.

Berdasarkan penjelasan penelitian uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian upacara pada Hari Raya Pagerwesi yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu di Kabupaten Buleleng, Singaraja Provinsi Bali. Khususnya upacara yang dilaksanakan di desa Patemon. Desa Patemon berada di Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. Penelitian juga akan dilaksanakan di Pura Merajan Brangsinga yang berada di desa terebut. Peneliti memilih desa Patemon sebagai tempat penelitian kerena pelaksanaan upacara adat Hari Raya Pagerwesi di desa tersebut berbeda dengan desa yang berada di Bali pada umumnya. Upacara adat Hari Raya Pagerwesi di desa Patemon rutin dilaksanakan dua kali dalam setahun. Dalam rangkaian upacaranya, masyarakat desa Patemon akan melakukan upacara di Pura Merajan Brangsinga, setelah itu masyarakat akan melakukan sembahyang ke pura lain yang ada di desa tersebut. Upacara adat Hari Raya Pagerwesi juga memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Hindu khususnya masyarakat desa Patemon. Adapun dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkapkan makna dari upacara kebudayaan tersebut dan melihat bagaimana proses aktivitas komunikasi yang terjadi di


(22)

dalamnya dan akan terlihat apabila dengan menggunakan pendekatan etnografi komunikasi yang akan menjelaskan setiap detail tradisinya.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan pernyataan yang jelas, tegas, dan konkrit mengenai masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah ini terdiri dari pernyataan makro dan pertanyaan mikro, yaitu sebagai berikut :

1.2.1. Rumusan Masalah Makro

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan inti dari permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Aktivitas Komunikasi Pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng, Singaraja Provinsi Bali?”

1.2.2. Rumusan Masalah Mikro

Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka inti masalah tersebut peneliti jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana Situasi Komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng, Singaraja Provinsi Bali?

2. Bagaimana Peristiwa Komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng, Singaraja Provinsi Bali?


(23)

3. Bagaimana Tindakan Komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng, Singaraja Provinsi Bali?

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti mengenai “Aktivitas Komunikasi Pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi” adalah sebagai berikut:

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk analisis, mendeskripsikan dan menjelaskan tentang “Aktivitas Komunikasi Pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng, Singaraja Provinsi Bali ”.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tentang aktivitas komunikasi pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Situasi Komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi.

2. Untuk mengetahui Peristiwa Komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi.

3. Untuk mengetahui Tindakan Komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi.


(24)

1.4.Kegunaan Penelitian

Secara teoritis peneliti mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi secara teoritis maupun praktis.

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan ilmu pengetahuan secara teoritis bagi penelitian selanjutnya sehingga mampu menunjang pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum dan Etnografi Komunikasi khususnya aktivitas komunikasi dalam upacara adat Hari Raya Pagerwesi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun hasil penelitian ini secara praktis di harapkan bisa memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat di aplikasikan dan menjadi pertimbangan. Kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut :

1.4.2.1.Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai pengetahuan yang baru dan menambah wawasan dalam bidang Ilmu Komunikasi khususnya Komunikasi Antar Budaya sebagai aplikasi dari pengetahuan yang telah peneliti peroleh selama mengikuti perkuliahan. Selain itu juga peneliti mengaplikasikannya dalam metode penelitian yang digunakan yaitu Etnografi Komunikasi, khususnya tentang aktivitas komunikasi dalam upacara adat pada Hari Raya Pagerwesi.


(25)

1.4.2.2.Kegunaan Bagi Akademik

Penelitian yang dilakukan berguna bagi mahasiswa Unikom secara umum dan mahasiswa Ilmu Komunikasi secara khusus sebagai literatur terutama untuk peneliti yang melakukan penelitian dengan kajian yang sama yaitu Etnografi Komunikasi.

1.4.2.3.Kegunaan Bagi Masyarakat

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan bukan hanya bermanfaat bagi pihak akademik dan peneliti, melainkan agar bisa bermanfaat juga bagi masyarakat luas yang ingin mencari informasi dan menambah pengetahuan tentang kebudayaan yang ada khususnya yang berkaitan dengan upacara adat sebagai bentuk pemahaman makna sebuah upacara adat serta dapat dijadikan suatu kebanggaan bagi bangsa yang banyak memiliki ragam budaya.


(26)

12

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan mengenai penelitian ini, serta studi literatur, dokumen atau arsip yang mendukung, yang telah dilakukan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah referensi yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan antara lain sebagai berikut:

1. (Muhammad Sofyan, 2014. Ilmu Komunikasi. Konsentrasi Marketing Communication. Telkom University)

Penelitian ini berjudul Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang dilaksanakan di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli (Studi Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali Di Kabupaten Bangli, Desa Tegal Suci)

Sistem patrilineal menjadi suatu adat menurut keyakinan masyarakat Bali dalam melaksanakan pernikahan, dimana sistem ini lebih mengutamakan garis keturunan laki-laki. Pernikahan yang berlangsung pada penelitian ini merupakan pernikahan dari pasangan yang berbeda agama, tetapi sudah dianggap sah karena salah satu pasangan non-Hindu telah di-Sudhi Wadani-kan atau sudah disahkan


(27)

secara agama untuk memeluk agama Hindu dengan ikhlas dan tanpa adanya unsur paksaan dari pihak luar. Mereka menikah secara sah menurut agama Hindu dan mengikuti aturan-aturan yang terdapat di dalamnya sebagai bentuk keyakinan bahwa dalam Hindu pernikahan merupakan suatu bentuk pengagungan kepada Tuhan untuk meneruskan garis keturunan melalui pernikahan.

Metode yang digunakan adalah metode studi etnografi komunikasi dalam penelitian kualitatif. Data diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam dengan Pemangku, Calon Mempelai Pria, dan pembawa acara. Selain itu, data yang diperoleh juga didukung dari hasil observasi partisipan, kemudian data diuji kebenarannya dengan metode triangulasi, kemudian hasil data tersebut dianalis dengan menggunakan reduksi data, penyajian data dalam uraian singkat, dan pengambilan kesimpulan yang akan menghasilkan bentuk uraian yang tersusun secara detail dan sistematis.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu situasi komunikatif pada pernikahan tersebut sangat sakral dan kental akan budaya Bali. Peristiwa komunikatif memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai proses terjadinya pernikahan dari awal, ritual upacara pernikahan sampai akhir ritual upacara. Sedangkan tindak komunikatif mendeskripsikan secara mendetail bagaimana tindakan-tindakan atau interaksi yang terjadi memberikan arti simbolik sebagai pesan


(28)

komunikasi non verbal. Ketiga unsur tersebut menajdi kunci dalam mendeskripsikan proses komunikasi yang terdapat pada pernikahan Hindu-Bali di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli, Bali.

2. (Niluh Ayu Anggaswari,2014. Ilmu Komunikasi. Konsentrasi Humas. UNIKOM)

Penelitian ini berjudul Komunikasi Nonverbal Dalam Pagelaran Seni Tari Kecak di Kebudayaan Bali (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Makna Komunikasi Nonverbal Para Penari Kecak di Kawasan Wisata Denpasar Bali)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Makna Komunikasi Nonverbal dalam Pagelaran Seni Tari Kecak di Kebudayaan Bali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna ekspresi wajah,waktu, ruang, gerakan dan busana para penari kecak. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi komunikasi dengan informan yang berjumlah lima orang.

Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi pustaka, dokumentasi, internet searching, dan juga triangulasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan deskripsi, Analisis dan Interpretasi.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa makna komunikasi nonverbal yang ada pada pagelara seni tari kecak di kebudayaan Bali antara lain terdapat makna nonverbal pada ekpresi wajah dari penari kecak yang mengartikan sikap lemah lembut, sedih, cemas dan


(29)

bahagia, waktu dimana pada pelaksanaan pagelaran tari kecak yaitu khususnya sore hari, pagelaran seni tari kecak dapat dilakukan dimana saja seperti dipanggung, dipantai, dan di balai kesenian, makna nonverbal gerakan pula terlihat pada gerakan-gerakan para penari kecak mulai dari babak 1 sampai dengan babak 5, makna pada busana yang dikenakan para penari kecak memiliki arti baik dan buruk, kebijaksanaan dan kesetiaan dan yang utama dalam pagelaran seni tari kecak adalah bertujuan untuk mempererat tali silahturahmi serta kekompakan antarsesama serta menjaga dan melestarikan budaya tari kecak jangan sampai punah dan diakui oleh bangsa lain.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa makna nonverbal juga ada didalam sebuah seni tari kecak. Dimana tari kecak memiliki isi makna yang terkandung didalamnya yang disampaikan melalui gerakan, ekspresi wajah, busana, waktu dan ruang karena setiap babaknya dan ceritanya tidak semua orang mengetahui makna yang terkandung didalamnya.

Akhirnya peneliti menyarankan agar alangkah baiknya kita yang terlahir di bumi pertiwi yang penuh dengan keunikan budayanya untuk terus melestarikan segala tarian khususnya tari kecak sehingga tari kecak tidak hilang tertelan zaman dan dipengaruhi oleh bangsa asing sehingga terjaga keasliannya.


(30)

3. (Hamdan Pribadi Baehaki, 2014. Ilmu Komunikasi. Konsentrasi Jurnalistik. UNIKOM)

Penelitian ini berjudul Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji. Untuk menjabarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak komunikatif dalam upacara adat Labuh Saji.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif tradisi etnografi komunikasi dengan teori subtantif yang diangkat yaitu interaksi simbolik. Subjek penelitian adalah masyarakat Pelabuhan Ratu yang mengikuti upacara adat Labuh Saji, terdiri dari 5 (lima) informan yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, catatan lapangan, studi kepustakaan, dokumentasi dan internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan referensi dan pengecekan anggota.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara adat Labuh Saji ini bersifat sakral, tempat


(31)

pelaksanaannya yaitu Pendopo, TPI (Tempat Pelelangan Ikan) atau Dermaga Pelabuhan Ratu, serta ke tengah laut. Peristiwa Komunikatif dalam upacara adat Labuh Saji yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun sekali yang sudah menjadi tradisi budaya oleh masyarakat Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi, sedangkan Tindak Komunikatif yang terdapat dalam upacara adat LabuhSaji yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal. Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi upacara adat Labuh Saji merupakan suatu kebiasaan adat yang diturunkan turun menurun untuk merayakan upacara adat itu sendiri secara khusus yang dilaksanakan setahun sekali, akan tetapi setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas yang khas. Saran penelti untuk masyarakat Pelabuhan Ratu harus tetap terus berjalan dalam menjalankan tradisi budaya upacara adat.

Tabel 2.1

Tabel Perbandingan Penelitian Terdahulu Yang Sejenis

Nama Muhammad Sofyan Niluh Ayu Anggaswari Hamdan Pribadi Baehaki

Tahun 2014 2014 2014

Perguruan Tinggi

TELKOM UNIVERSITY

UNIKOM UNIKOM

Judul Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang dilaksanakan di Desa

Komunikasi Nonverbal Dalam Pagelaran Seni Tari Kecak di Kebudayaan Bali (Studi Etnografi Komunikas

Aktivitas Komunikasi Upacara

Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi


(32)

Tegal Suci, Kabupaten Bangli (Studi Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali Di Kabupaten Bangli, Desa Tegal Suci)

i Mengenai Makna Komunikasi Nonverbal Para Penari Kecak di Kawasan Wisata Denpasar Bali)

Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara

Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)

Metode Etnografi Etnografi Etnografi

Hasil Hasil penelitian yang diperoleh yaitu situasi komunikatif pada pernikahan tersebut sangat sakral dan kental akan budaya Bali. Peristiwa

komunikatif memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai proses terjadinya pernikahan dari awal, ritual upacara pernikahan sampai akhir ritual upacara. Sedangkan tindak komunikatif mendeskripsikan

Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa makna komunikasi nonverbal yang ada pada pagelaran seni tari kecak di kebudayaan Bali antara lain terdapat makna nonverbal pada ekpresi wajah dari penari kecak yang mengartikan sikap lemah lembut, sedih, cemas dan bahagia, waktu dimana pada pelaksanaan pagelaran tari kecak yaitu khususnya sore hari, pagelaran seni tari kecak dapat dilakukan dimana saja seperti dipanggung, dipantai, dan di balai kesenian, makna

nonverbal gerakan pula

Hasil dari penelitian

menunjukan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara

adat Labuh Saji ini bersifat sakral, tempat

pelaksanaannya yaitu Pendopo, TPI (Tempat Pelelangan Ikan) atau Dermaga Pelabuhan Ratu, serta ke tengah laut. Peristiwa Komunikatif dalam upacara

adat Labuh Saji yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun sekali yang sudah menjadi tradisi budaya oleh


(33)

secara mendetail bagaimana tindakan-tindakan atau

interaksi yang terjadi memberikan arti simbolik sebagai pesan komunikasi non verbal.

terlihat pada gerakan-gerakan para penari kecak mulai dari babak 1 sampai dengan babak 5, makna pada busana yang dikenakan para penari kecak memiliki arti baik dan buruk, kebijaksanaan dan kesetiaan dan yang utama dalam pagelaran seni tari kecak adalah bertujuan untuk mempererat tali silahturahmi serta

kekompakan antarsesama serta menjaga dan melestarikan budaya tari kecak jangan sampai punah dan diakui oleh bangsa lain.

Kabupaten Sukabumi, sedangkan Tindak

Komunikatif yang terdapat dalam upacara adat Labuh Saji yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

Kesimpulan Situasi komuniasi, peristiwa komunikasi dan tindakan komunikasi kunci dalam mendeskripsikan proses komunikasi yang terdapat pada pernikahan Hindu-Bali di Desa Tegal

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa makna

nonverbal juga ada didalam sebuah seni tari kecak. Dimana tari kecak memiliki isi makna yang terkandung didalamnya yang disampaikan melalui gerakan, ekspresi wajah, busana, waktu dan ruang

Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas

komunikasi upacara

adat Labuh Saji merupakan suatu kebiasaan adat yang diturunkan turun menurun untuk merayakan upacara adat itu sendiri secara khusus yang dilaksanakan setahun sekali, akan tetapi


(34)

Suci, Kabupaten Bangli, Bali.

karena setiap babaknya dan ceritanya tidak semua orang mengetahui makna yang terkandung didalamnya.

setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas yang khas.

Saran Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan, tanpa melupakan nilai keaslian dalam penelitian dibidang Ilmu Komunikasi

Alangkah baiknya kita yang terlahir di bumi pertiwi yang penuh dengan keunikan budayanya untuk terus melestarikan segala tarian khususnya tari kecak sehingga tari kecak tidak hilang tertelan zaman dan dipengaruhi oleh bangsa asing sehingga terjaga keasliannya.

Untuk masyarakat

Pelabuhan Ratu harus tetap terus berjalan dalam

menjalankan tradisi budaya upacara adat.

Perbandingan dengan Penelitian

Penelitian ini akan mengangkat tema mengenai upacara adat Hari Raya umat Hindu, yaitu Hari Raya Pagerwesi

Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus penelitiannya yaitu mengenai situasi, peristiwa, dan tindakan komunikatif, yang

didalamnya terdapat makna komunikasi verbal dan nonverbal. Yang menjadi objek penelitian yaitu upacara adat Hari Raya Pagerwesi

Penelitian ini, akan menjelaskan, membahas dan menskripsikan

mengenai situasi, peristiwa serta tindakan komunikatif dalam upacara Hari Raya Pagerwesi.


(35)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi, dalam konteks apa pun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan. Menurut Rene Spitz, komunikasi (ujaran) adalah jembatan antara bagian luar dan bagian dalam kepribadian: “Mulut sebagai rongga utama adalah jembatan antara persepsi dalam dan persepsi luar; ia adalah tempat lahir semua persepsi luar dan model dasarnya; ia adalah tempat transisi bagi perkembangan aktivitas intensional, bagi munculnya kemauan dari kepasifan.

2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Kata atau istilah “komunikasi” (bahasa Inggris communication) berasal dari communicates dalam bahasa Latin yang artinya “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa) menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu, dalam Webster’s New Collegate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.

Menurut Hovland, Janis dan Kelley dalam Sendjaja (2007:1.10), Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam


(36)

bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).

Harold Lasswell dalam Mulyana (2004:62) mengatakan cara baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?. Dari pengertian-pengertian diatas maka diambil kesimpulan bahwa Komunikasi adalah “suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan/atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu”.

2.1.2.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup di dukung oleh tiga unsur,


(37)

sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan. (Cangara, 2006: 21).

2.1.2.3 Komponen-komponen Komunikasi

Secara linier, proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat elemen atau komponen sebagai berikut:

1. Pengirim Pesan (Komunikator), yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi/institusi yang mengambil inisiatif menyampaikan pesan.

2. Pesan, berupa lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau secara lisan, gambar, angka dan gesture.

3. Saluran, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian pengiriman pesan (misalnya telepon, radio, surat, surat kabar, majalah, televisi, gelombang udara dalam konteks komunikasi antarpribadi secara tatap muka). 4. Penerima (Komunikan), yakni seseorang atau sekelompok

orang atau organisasi/institusi yang dijadikan sasaran penerima pesan (Sendjaja,2007:2.2).


(38)

Di samping keempat elemen tersebut di atas (lazim disebut sebagai model S-M-C-R atau Source-Message-Channel-Receiver), ada tiga elemen atau faktor lainnya yang juga penting dalam proses komunikasi, yakni :

1. Akibat yang terjadi pada pihak penerima.

2. Umpan balik, yakni tanggapan balik dari pihak penerima atas pesan yang diterimanya.

3. Gangguan, yakni faktor-faktor fisik ataupun psikologis yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi.

2.1.2.4 Tujuan Komunikasi

Kegiatan atau upaya komunikasi yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud disini menunjuk pada suatu hasil atau akibat yang diinginkan oleh pelaku komunikasi. Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, tujuan komunikasi adalah :

1. Perubahan Sikap (Attitude Change) 2. Perubahan Pendapat (Opinion Change) 3. Perubahan Perilaku (Behavior Change)


(39)

2.1.2.5 Fungsi Komunikasi

Komunikasi mempunyai tiga fungsi menurut Harold D. Lasswell antara lain :

1. Pengawasan Lingkungan

2. Korelasi di antara bagian-bagian dalam masyarakat untuk pencapaian konsensus mengenai lingkungan

3. Sosialisasi (transmisi nilai-nilai/warisan sosial dari suatu generasi ke generasi selanjutnya). Fungsi pengawasan menunjukan pada upaya pengumpulan, pengolahan, produksi dan penyebarluasan informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi baik di dalam ataupun diluar lingkungan masyarakat. Upaya ini selanjutnya diarahkan pada tujuan untuk mengendalikan apa yang terjadi di lingkungan masyarakat. Fungsi Korelasi menunjukkan pada upaya memberikan interpretasi atau penafsiaran informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi. Atas dasar interpertasi informasi ini diharapkan berbagai kalangan atau bagian masyarakat mempunyai pemahaman, tindakan atau reaksi yang sama atas peristiwa-peristiwa yang terjadi. Fungsi sosialisasi menunjukkan pada upaya pendidikan dan pewarisan nilai-nilai, norma-norma, dan prinsip-prinsip dari satu generasi ke generasi lainnya atau dari satu anggota/kelompok masyarakat ke anggota-anggota/kelompok-kelompok masyarakat lainnya.


(40)

Di samping ketiga fungsi tersebut di atas, komunikasi juga mempunyai fungsi hiburan. Kegiatan komunikasi dengan demikian juga dapat diarahkan pada tujuan untuk menghibur seperti menonton televisi.

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Budaya

Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi antarbudaya. Namun, apa yang terutama menandai komunikasi antarbudaya adalah bahwa sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda. Ciri ini saja memadai untuk mengidentifikasi suatu bentuk interaksi komunikatif yang unik yang harus memperhitungkan peranan dan fungsi budaya dalam proses komunikasi. Kini kita akan mendefinisikan komunikasi antarbudaya dan membahasnya melalui perspektif suatu model. Kemudian kita akan melihat pula berbagai bentuk komunikasi antarbudaya. (Mulyana, 2010: 20).


(41)

2.1.3.1 Unsur-unsur Kebudayaan

Sedemikian pentingnya peranan bahasa bagi kebudayaan, sehingga para ahli antropologi menempatkan bahasa dalam unsur pertama dari tujuh unsur kebudayaan universal. C. Kluckhon menguraikan tujuh unsur kebudayaan yang dimaksud sebagai berikut :

1. Bahasa

2. Sistem pengetahuan 3. Organisasi sosial 4. Sistem peralatan hidup

5. Sistem mata penceharian hidup 6. Sistem religi dan

7. Kesenian

Unsur-unsur kebudayaan inilah yang digunakan oleh ilmuwan atropologi untuk mempelajari suatu kebudayaan, dan memisahkan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lainnya. (Kuswarno, 2008: 10)


(42)

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal 2.1.4.1 Definisi Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol verbal, baik secara lisan maupun tertulis. Simbol atau pesan non verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih hampir semua rangsangan bicara dan kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja.

Komunikasi verbal di tandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :  Disampaikan secara lisan/bicara atau tulisan

 Proses komunikasi eksplisit dan cenderung dua arah

 Kualitas proses komunikasi sering kali ditentukan oleh komunikasi non verbal

2.1.4.1.1 Fungsi Bahasa Sebagai Bentuk Komunikasi Verbal Bahasa dapat dianggap sebagai suatu sistem kode verbal. Bahasa di definisikan sebagai seperangkap simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan di pahami.

Menurut Larry L.Barker (Mulyana, 2008:266) bahasa memiliki 3 fungsi sebagai berikut :


(43)

1. Penamaan (naming/labeling)

Penamaan merupakan fungsi bahasa yang mendasar. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam berkomunikasi.

2. Interaksi

Fungsi interaksi menunjuk pada berbagi gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertian ataupun kemarahan dan kebingungan.

3. Transmisi informasi

Transmisi informasi adalah bahwa bahasa merupakan media untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Bahasa merupakan media transmisi informasi yang bersifat lintas waktu, artinya melalui bahasa dapat disampaikan informasi yang dihubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Sehingga memungkinkan adanya kesinambungan antara budaya dan tradisi.


(44)

2.1.4.2 Definisi Komunikasi Non Verbal

Manusia dipersepsi tidak hanya lewat bahasa verbalnya : bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dan sebagainya), namun juga melalui perilaku non verbalnya. menurut Knapp dan Hall (Mulyana, 2008:342), isyarat non verbal, sebagaimana simbol verbal, jarang punya makna denotatif yang tunggal, salahsatu faktor yang mempengaruhinya adalah konteks tempat perilaku berlangsung.

Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam (Mulyana, 2008:343) menyatakan bahwa :

“Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”.

Sementara menurut Edward T. Hall dalam (Mulyana,

2008:344) “Menamai bahasa non verbal sebagai “bahasa diam” (slient

language) dan “dimensi tersembunyi” (hiden dimension) suatu budaya. Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan non verbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunkasi, pesan non


(45)

verbal memberi kita isyarat-isyarat kontekstual. Berssama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan non verbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi”.

2.1.4.2.1 Fungsi Komunikasi Non Verbal

Dilihat dari fungsinya, perilaku non verbal mempunyai beberapa fungsi, Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan non verbal, seperti yang dapat dilukisan dengan perilaku mata, yakni sebagai :  Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol memiliki

kesetaraan dengan simbol verbal.

 Ilustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.

 Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka.

 Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respon tidak di sadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

Affect Display. Pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukan tingkat emosi.

Lebih jauh lagi, dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku non verbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :  Perilaku non verbal dapat mengulangi perilaku verbal


(46)

 Perilaku non verbal dapat menggantikan perilaku verbal  Perilaku non verbal dapat meregulasi perilaku verbal.

 Perilaku non verbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal

2.1.5 Tinjauan Tentang Etnografi 2.1.5.1 Asal Mula Etnografi

Etnografi, ditinjau secara harfiah berarti tuliasan atau laporan tentang suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan selama sekian bulan bahkan sekian tahun. Seperti yang sudah dikatakan dimuka, etnografi berkaitan dengan asal usul ilmu antropologi, sebagai disiplin ilmu, baru lahir pada paruh kedua abad ke-20, dengan tokoh-tokoh utama seperti E.B Teylor, James Frazer, dan L.H Morgan. Usaha besar mereka adalah didalam menerapkan teori evolusi biologi terhadap bahan-bahan tulisan tentang berbagai suku didunia yang dikumpulkan oleh para musafir, penyebaran agama Kristen, pegawai pemerintah colonial dan penjelajah alam. (Marzali, Amri, 2006)

Dengan bahasan tulisan-tulisan tersebut, mereka berusaha untuk membangun tingkat-tingkat perkembangan evolusi budaya manusia dari masa manusia mula muncul dimuka bumi sampai


(47)

masa terkini. Mereka bekerja dikamar sendiri dan diperpustakaan. Semua mereka kecuali L.H. Morgan, tidak pernah terjun langsung kelapangan melihat masyarakat “primitive” yang menjadi objek karangan mereka.

Menjelang akhir abad ke-19, muncul pandangan baru dalam ilmu antropologi. Kerangka evolusi masyarakat dan budaya yang disusun oleh para ahli teori terdahulu, kini dipandang tidak realistic. Tidak didukung oleh bukti yang nyata. Dari sini kemudian muncul pemikiran baru bahwa seorang antropolog harus melihat sendiri kekelompok masyarakat yang menjadi objek kajiannya. Jika dia ingin mendapatkan teori ang lebih mantap. Inilah asal mula pemikiran tentang perlunya kajian lapangan etnografi dalam antropologi.

2.1.5.2 Etnografi Modern

Metode etnografi modern seperti yang umum dijalankan orang pada masa kini, baru muncul pada 1915-1925, dan dipelopori oleh dua ahli pelopor antropologi social inggris, A.R.Radcliffe-Brown dan Bronislaw Malinao-ski. Ciri penting yang membedakan mereka dari pada etnografer awal adalah keduanya tidak terlalu memandang penting hal ihwal yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan dab suatu kelompok masyarakat.


(48)

Perhatian utama mereka adalah pada kehidupan masa kini yang sedang dijalani oleh anggota masyarakat, yaitu tentang way of life masyarakat tersebut.

Tujuan utama penelitian etnografi menurut Malinowski, adalah menangkap sudut pandang native tersebut, hubungannya dengan kehidupan, menyadari visinya dan dunianya. Sementara Radcliffe-Brown manjabarkan tujuan etnografi sebagai usaha untuk membangun “a complex network of social relations”, atau “social

structure” dikatakan oleh Radcliffe-Brown.

Mengkombinasi pandangan Malinowski dan Radcliffe-Brown, berarti tujuan dari sebuah penelitian etnografi adalah untuk mendeskripsikan dan membangun stuktur social dan budaya suatu masyarakat. Pada masa ini budaya didefinisikan sebagai the way of life suatu masyarakat. (Marzali, Amri:2006)

2.1.5.3 Pengertian Tentang Etnografi

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan Bronislaw Malinowski, bahwa tujuan

etnografi adalah “ memahami sudut pandang penduduk asli,


(49)

mengenai dunianya”. Oleh karena itu penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berfikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat.

Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna tersebut terekspresikan secara langsung dari bahasa dan diantara makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata-kata dan perbuatan. Sekalipun

demikian, didalam setiap masyarakat, orang tetap menggunakan system makna yang kompleks ini untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain, serta untuk memahami dunia tempat mereka hidup. System makna ini merupakan kebudayaan mereka dan etnografi selalu mengimplikasikan teori kebudayaan. (Marzali, Amri :2006)


(50)

2.1.6 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik

Menurut teoritis interaksi simbolik yang di kutip dari buku Deddy Mulyana, yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif adalah Kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Secara ringkas interaksi simbolik didasarkan pada premis-premis berikut:

1. Individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Ketika mereka mengahadapi suatu situasi, respon mereka tidak bersifat mekanis. Tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor eksternal. Respon mereka bergantung pada bagaimana mereka mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi sosial. Jadi individulah yang dipandang aktif untuk menentukan lingkungan mereka sendiri.

2. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala


(51)

sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindak atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindak atau peristiwa itu), namun juga gagasan yang abstrak.

3. Makna yang di interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Manusia membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lakukaan. (Mulyana, 2008: 71-72)

Adapun menurut Blummer dalam buku Engkus Kuswarno interaksi simbolik mengacu pada tiga premis utama, yaitu:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu pada mereka.

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung. (Kuswarno, 2008:22).

Keunikan dan dinamika simbol dalam proses interaksi sosial menuntut manusia harus lebih kritis, peka, aktif dan kreatif dalam menginterpretasikan simbol-simbol yang muncul dalam interaksi sosial, penafsiran yang tepat atas simbol tersebut turut menentukan arah


(52)

perkembangan manusia dan lingkungan, sebaliknya, penafsiran yang keliru atas simbol dapat menjadi petaka bagi hidup manusia dan lingkungannya.

2.1.7 Tinjauan Tentang Aktivitas Komunikasi

Sebagai makhluk sosial kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Dalam pengertiannya Aktivitas komunikasi adalah aktivitas rutin serta otomatis dilakukan, sehingga kita tidak pernah mempelajarinya secara khusus, seperti bagaimana menulis ataupun membaca secara cepat dan efektif ataupun berbicara secara efektif .

Adapun pengertian Aktivitas Komunikasi menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno adalah aktivitas yang khas atau kompleks, yang didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks yang tertentu pula. (Kuswarno, 2008:42)

Untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, perlu menangani unit-unit deskrit aktivitas komunikasi yang memiliki batasan-batasan yang bisa diketahui. Unit-unit analisis yang dikemukakan oleh Dell Hymes (1972), antara lain :


(53)

1. Situasi Komunikatif, merupakan konteks terjadinya komunikasi. Contohnya, gereja, pengadilan, pesta, lelang, kereta api, atau kelas disekolahnya. Situasi bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah, seperti dalam kereta, bus, atau mobil, atau bisa berubah dalam lokasi yang sama apabila aktivitas-aktivitas yang berbeda berlangsung di tempat itu pada saat yang berbeda. Situasi yang sama bisa mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada aktivitas yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat diversitas dalam interaksi yang terjadi disana.

2. Peristiwa Komunikatif, merupakan unit dasar untuk tujuan deskriptif. Sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai keseluruhan perangkat komponen yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, dan melibatkan partisipan yang sama, yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama untuk interaksi, dalam seting yang sama. Sebuah peristiwa berakhir apabila terdapat perubahan dalam partisipan utama, misalnya perubahan posisi duduk atau suasana hening. (Kuswarno, 2008:41).

Analisis peristiwa komunikatif dimulai dengan deskripsi komponen-komponen penting, Hymes menyebutnya sebagai nemonic. Model yang diakronimkan dalam kata SPEAKING, yang terdiri dari: setting/scence, partisipants, ends, act sequence, keys, instrumentalities, norms of interaction, genre, yaitu :


(54)

a. Genre, atau tipe peristiwa (misalnya, lelucon, cerita, ceramah, salam, percakapan).

b. Topik, atau fokus referensi.

c. Tujuan atau fungsi, peristiwa secara umum dan dalam bentuk tujuan interaksi partisipan secara individual.

d. Setting, termasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi itu (misalnya, besarnya ruang, tata letak perabot).

e. Partisipan, termasuk usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial, atau kategori lain yang relevan, dan hubungannya satu sama lain.

f. Bentuk Pesan, termasuk saluran vokal dan nonvokal, dan hakekat kode yang digunakan (misalnya, bahasa yang mana, dan varietas yang mana).

g. Isi pesan, mencakup apa yang dikomunikasikan, termasuk level konotatif dan refenesi denotatif atau.

h. Urutan tindakan, atau urutan tindak komunikatif atau tindak tutur, termasuk alih giliran atau fenomena percakapan.

i. Kaidah interaksi, atau properti apakah yang harus diobservasikan.

j. Norma-norma interpretasi, termasuk pengetahuan umum, kebiasaan kebudayaan, nilai yang dianut, tabu-tabu yang harus dihindari, dan sebagainya.


(55)

3. Tindakan Komunikatif, yaitu fungsi interaksi tunggal, seperti peryataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal (Kuswarno, 2008:41) makna.

2.1.8 Tinjauan Tentang Upacara Adat

Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Jenis upacara dalam kehidupan masyarakat antara lain: upacara penguburan, upacara perkawinan, dan upacara pengukuhan kepala suku. Upacara adat salah satu cara menelusuri jejak sejarah masyarakat Indonesia pada masa lalu dapat kita jumpai pada upacara-upacara adat merupakan warisan nenek moyang kita.

“Selain melalui mitologi dan legenda, cara yang dapat dilakukan untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki nilai sakral oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.” (Wahyudi Pantja Sunjata, 1997:1).

Upacara adat tradisional adalah peraturan hidup sehari-hari ketentuan yang mengatur tingkah anggota masyarakat dalam segala aspek kehidupan manusia. Pengertian adat adalah tingkah laku dalam suatu masyarakat (sudah, sedang, akan) diadakan. Wahyudi Pantja Sunjata (1997:2), mengatakan upacara tradisional merupakan bagian yang integral dari tradisi masyarakat pendukungnya dan kelestariannya, hidupnya dimungkinkan oleh fungsi bagi kehidupan masyarakat


(1)

viii

6. Yth, Ibu Rismawaty, S.Sos.,M.Si, Bapak Inggar Prayoga.,M.I.Kom,

Bapak Adiyana Slamet, S.IP.,M.Si, Bapak DR. HM. Ali

Syamsuddin Amin, DRS., SAG., MSI, dan Bapak Olih

Solihin,S.Sos.,M.I.Kom selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi

FISIP Unikom yang telah memberikan pembelajaran yang positif dan sangat menginspirasi peneliti selama perkuliahan.

7. Yth, Seluruh Dosen LB yang mengajar di UNIKOM yang tidak

dapat peneliti sebutkan satu-persatu, terimakasih untuk semua ilmu serta pengalamannya yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

8. Yth, Ibu Ratna Widiastuti, A. Md selaku Sekertariat Dekan FISIP

UNIKOM yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi.

9. Yth, Ibu Astri Ikawati, A. Md. Kom selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNIKOM yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi.

10. Untuk sahabat seperjuangan Annisa Fadhillah yang telah

bersama-sama melakukan penelitian ke Bali. Terimakasih atas keberbersama-samaannya, dukungan dan motivasinya kepada peneliti. Kebersamaan dan perjuangan yang kita lakukan akan menjadi kenangan tak terlupakan.

11. Terimakasih banyak kepada semua teman-teman seperjuangan

sekaligus sahabat terbaik, Annisa Fadhillah, Ria Apriyani, Marlinah,

Deliana Zairina, Dwika Ovelia, Alodia Idlal, Arieska Nabila. Terimakasih atas persahabatan yang penuh dengan canda dan kebersamaan. Sukses selalu untuk kita semua.


(2)

ix

12. Tidak lupa peneliti ucapkan terimakasih kepada sahabat sekaligus keluarga baru selama peneliti melakukan penelitian di Bali, buat Ira,

Melly, Rosita, Rara, dan Made Ardani. Terimakasih banyak untuk

pertemuan yang singkat namun berkesan dan penuh dengan canda, tawa dan keceriaan yang tidak akan pernah peneliti lupakan. Semoga kalian senantiasa diberikan kesehatan dan keselamatan. Semoga kita bisa berjumpa kembali dikemudian hari. Salam kangen untuk kalian disana. 13. Peneliti juga ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada Bli Made,

Mbok Komang dan si kecil Kian. Terimakasih telah menjadi keluarga

baru bagi peneliti yang penuh dengan canda dan tawa, juga terimakasih banyak atas bantuan yang diberikan kepada peneliti sehingga peneliti bisa melakukan penelitian di Singaraja. Titip salam buat dede bayi yang ada di dalam perut ya mbok. Semoga kalian senantiasa selalu diberikan kesehatan. Sampai jumpa kembali.

14. Kepada informan penelitian, Bli Astawa, Bli Ketut, Mbok Pur, Mbok

Widia, dan Made Astini. Peneliti ucapkan terimakasih banyak atas

bantuannya sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih telah berbagi cerita dan pengalamannya, terimakasih telah menjadi keluarga baru selama peneliti melaksanakan penelitian di Desa Patemon. 15. Terimakasih juga kepada rekan-rekan seperjuangan angkatan 2011 di

kelas IK 2, JURNALISTIK, HUMAS 1 dan HUMAS 2. Kalian merupakan teman, sahabat sekaligus keluarga yang terbaik. Terimakasih


(3)

x

atas kebersamaannya, pengalaman menyenangkan bisa kenal dengan kalian. Sukses selalu untuk kita semua.

16. Terimakasih juga peneliti ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih diperlukan berbagai penyempurnaan, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan Skripsi ini. Peneliti berharap dan berterima kasih atas segala saran dan kritik Serta menerima saran dan kritik tersebut dengan hati terbuka. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini. Untuk membalas jasa yang telah diberikan, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal nantinya. Amin yaa rabbal’alamin.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandung, Agustus 2015

Shinta Nur Imansari 41811049


(4)

ii


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

1 30 90

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung)

2 23 79

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba di Kota Bandung)

5 44 112

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Hari Raya Saraswati Di Bali

0 18 95

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)

3 27 88

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

6 39 90

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung)

2 6 1

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)

0 37 82

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarita (studi etnografi komunitas mengenai aktivitas komunikasi dalam upacara adat babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan)

7 65 99

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung)

7 36 104