Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

(1)

Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

Bena Cindiana Mega Dwita NIM. 41809220

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

vii

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ...iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGAN TAR ... vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.2.1 Pertanyaan Makro ... 10

1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian... 11

1.4 Kegunaan Penelitian... 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12


(3)

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti ... 12

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Akademik ... 13

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KER ANGKA PEMIKIRAN... 14

2.1 Tinjauan Pustaka ... 14

2.1.1 Penelitian Terdahulu Yang Sejenis ... 14

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi ... 23

2.1.2.1 Definisi Ilmu Komunikasi ... 23

2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi ... 26

2.1.2.3 Fungsi Ilmu Komunikasi ... 27

2.1.2.4 Sifat Komunikasi... 30

2.1.2.5 Tujuan Komunikasi ... 30

2.1.2.6 Konteks-konteks Ilmu Komunikasi... 31

2.1.3 Tinjauan Tentang Pernikahan... 32

2.1.3.1 Definisi Pernikahan ... 32

2.1.3.2 Fungsi Pernikahan ... 33

2.1.4 Tinjauan Tentang Etnografi Komunikasi ... 34

2.1.4.1 Sejarah Latar Belakang Etnografi Komunikasi... 34

2.1.4.2 Signifikansi Etnografi Komunikasi ... 35

2.1.5 Tinjauan Tentang Aktivitas Komunikasi ... 37

2.1.6 Tinjauan Tentang Upacara Adat ... 40

2.1.7 Tinjauan Tentang Kebudayaan... 41

2.1.7.1 Pengertian Kebudayaan ... 41

2.7.1.2 Unsur-Unsur Kebudayaan ... 42

2.1.8 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik ... 44


(4)

BAB III OBJEK DAN METOD E PENELITIAN ... 51

3.1 Objek Penelitian ... 51

3.1.1 Pernikahan Adat Jawa Timur ... 51

3.1.2 Tahapan Pernikahan Adat Jawa Timur ... 54

3.1.3 Kebudayaan Gresik ... 58

3.2 Metode Penelitian... 59

3.2.1 Desain Penelitian ... 59

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 65

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 67

3.2.5 Teknik Uji Keabsahan Data ... 69

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian... 71

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 71

3.2.6.2 Waktu Penelitian ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 76

4.1 Deskripsi Hasil Observasi... 78

4.2 Identitas Informan... 84

4.2.1 Informan Penelitian... 85

4.2.2 Informan Pendukung Penelitian... 90

4.3 Analisis Hasil Penelitian ... 93

4.3.1 Situasi Komunikatif dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur ... 94


(5)

4.3.2 Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Temanten Pada

Pernikahan Adat Jawa Timur ... 101

4.3.2.1 Acara Ijab Kabul... 103

4.3.2.2 Acara Panggih Temanten ... 111

4.3.2.3 Acara Resepsi Pernikahan ... 129

4.3.3 Tindakan Komunikatif dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur ... 135

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 137

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 160

5.1 Simpulan ... 160

5.2 Saran-saran ... 162

5.2.1 Saran Bagi Universitas... 162

5.2.2 Saran Bagi Masyarakat Kecamatan Kedamean ... 163

5.2.3 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 163

DAFTAR PUSTAKA ... 165

LAMPIRAN ... 168


(6)

165

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Public Relation Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Simbiosa Rekatama.

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Creswell, John W. 1997. Qualitative Inquiry And Research Design : Choosing Among Five Traditions. London: Sage Publication.

Effendy, Onong Uchjana.1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_____________________.2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_____________________.2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_____________________.2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hariwijaya, M. 2008. Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa. Yogyakarta : Hanggar Kreator.

Ibrahim, Abd.Syukur. 1992. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional.


(7)

Kuswarno,Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi Etnografi Komunikasi. Bandung : Widya Padjajaran.

Linton, Ralph. 1936. The Study of Man. New York : Appleton Century.

Meleong, Lexy.2007. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

______________. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

O’Reilly, Karen. 2005. Ethnographic Method. Great Britain: TJ International

Ltd. Padstow. Cornwall.

Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta.

Satori, Djam’an. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksionisme Simbolik. Malang : Averroes Press.

Soerjono, 1967. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta : PT. Gunung Agung.


(8)

Widjaja, H. A. W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Internet

http://ignatiusfaisal.wordpress.com/2013/03/12/asal-usul-suku-jawa/

http://www.jagadkejawen.com/index.php?option=com_content&view=article&id =7&Itemid=7&lang=id

http://sdnwonocolo2taman.blogspot.com/2011/06/adat-perkawinan-daerah-jawa-timur.html

http://shiroagp.blogspot.com/2012/07/kebudayaan-gresik.html

Penelitian Relevan

Septian Restu Unggara; NIM. 41808037/Ilmu komunikasi UNIKOM:2012 Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya)

Herning Wahyuningtyas; NIM. 152007020/Pendidikan Sejarah Univesitas Kristen Satya Wacana:2012

Tata Cara Perkawinan Adat Jawa Di Salatiga

Marcelyna; NIM. 41809321/Ilmu komunikasi UNIKOM:2013

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Di Kota Bandung)


(9)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur peneliti sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan lancar.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta, Mama Dra. Siyani dan Bapak Slamet, karena cinta dan pengorbanan mereka telah menghantarkan peneliti sampai jenjang perguruan tinggi. Rasa sayang dan semangat yang diberikan kepada peneliti serta do’a serta dukungan moril maupun materil tidak akan terlupakan oleh peneliti.

Terwujudnya karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung. Yang telah memimpin Unikom menjadi salah satu kampus unggulan di Bandung.

2. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu. R, Drs., M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan surat izin penelitian sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian ini.


(10)

3. Yth. Drs. Manap Solihat, M.SI. selaku Ketua Program studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia sekaligus Dosen Wali peneliti yang telah memfasilitasi peneliti untuk melakukan perwalian dan memberikan semangat untuk menjadi yang terbaik bagi semua anak walinya.

4. Yth. Melly Maulin P, S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia sekaligus sebagai dosen pembimbing Skripsi yang telah sangat banyak memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam penulisan penelitian kepada peneliti .

5. Yth. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Ilmu Komunikasi UNIKOM, yang telah mengajarkan peneliti selama ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

6. Yth. Ratna Widiastuti, A. Md, dan Astri Ikawati, A. Md.Kom, selaku Sekretariat Dekan Fisip dan Sekretariat Program Studi yang telah membantu penulis dalam memproses segala sesuatu yang berhubungan dengan proses kuliah dan surat keluar dari fakultas dan program studi.

7. Ariendy Wahyu Mega Pradana, semoga menjadi anak yang soleh dan kebanggaan mama, bapak juga nda.

8. Ibu Tine A. Wulandari, S.I.Kom, yang memberikan kesempatan kepada peneliti untuk bisa membantu sedikit pekerjaan ibu sehingga peneliti dapat menambah wawasan dan literatur.


(11)

9. Kosan 22, Mela, Alvi, Balya, Ayu, Oman, Dammar, Billy , Kosan 39B, Novi, Luki (Trio Kwek-Kwek), Seperjuangan, Ryan, Elvan, Arif, yang selalu ada di saat suka dan duka, serta nasihat, pesan, juga kritik membangun,

10. Anak Agung Bagus F.P.K, S.E a.k.a Rere Dhika Gaga, yang selalu memberi motivasi peneliti selama ini.

11. Rekan-rekan Ilmu Komunikasi 2009, Jurnal 2 2010, terima kasih atas segala kerja samanya, sampai berjumpa saat sukses nanti, kawan.

12. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 21 Juli 2014 Penulis

Bena Cindiana Mega Dwita NIM. 41809220


(12)

221  DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Bena Cindiana Mega Dwita

Nama Panggilan : Cindy

Tempat/ Tanggal Lahir : Surabaya, 09 Maret 1989

Alamat : Kedamean RT. 14 RW. 006 Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur 61175

Alamat Bandung : Jl. Tubagus Ismail Dalam Gang. Masjid Alpatah No. 39 B Kota Bandung

Email : cindy_jingga@yahoo.com


(13)

RIWAYAT PENDIDIKAN

PENDIDIKAN FORMAL

NO. TEMPAT PENDIDIKAN TAHUN

1. Universitas Komputer Indonesia - Bandung 2009 - Sekarang

2. ITS Surabaya 2007

3. SMAN 1 Kedamean Gresik 2004 - 2007

4. SMPN 1 Kedamean Gresik 2001 - 2004

5. SDN Ngagel Rejo X Surabaya 1995 - 2001

6. TK Bina Bangsa Surabaya 1994 - 1995

PENDIDIKAN NON FORMAL

NO. TEMPAT PENDIDIKAN TAHUN

1. Kursus Komputer IMAM SAYUDI 2002 - 2003 2. Kursus Bahasa Inggris SBC COLLEGE 2005 - 2006

PENGALAMAN ORGANISASI

NO. ORGANISASI TAHUN

1. Koordinator Divisi Apresiasi dan Kreasi Seni

SMPN 1 Kedamean 2002

2. Koordinator Divisi Seni dan Budaya SMAN 1

Kedamean 2004

3. Bendahara I OSIS SMAN 1 Kedamean 2005

4. Bendahara I Stixmamusic Ekstrakulikuler SMAN


(14)

NO. ORGANISASI TAHUN 5. Bendahara I Stixmamusic Ekstrakulikuler SMAN

1 Kedamean 2005

6. Koordinator Titanium FC (The Titans Band) area

Surabaya dan Sidoarjo 2007

7. Koordinator Drivemaniacs FC (Drive Band) area

Jawa Timur 2007

8. Bendahara Angkatan 2007 Jurusan Teknik Sipil

ITS Surabaya 2007

9. Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Surabaya –

Divisi Dalam Negeri 2007

10. Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Surabaya -

Divisi Luar Negeri 2008

11. Badan Eksekutif Mahasiswa ITS Surabaya –

Departemen Dalam Negeri 2008

12. Anggota Muda Mapaligi Unikom Bandung 2010 13. Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan

Public Relation Unikom Bandung 2011

14. Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unikom

Bandung 2012

PENGALAMAN KEPANITIAAN ACARA

NO. ACARA TAHUN

1. Seksi Konsumsi Persami SMPN 1 Kedamean

Gresik 2002

2. Seksi Acara Pentas Seni Tahunan SMPN 1

Kedamean Gresik. 2002

3. Seksi Pembimbing MOS SMPN 1 Kedamean

Gresik. 2003


(15)

NO. ACARA TAHUN 5. Seksi Perlengkapan Donor Darah SMAN 1

Kedamean Gresik 2004

6. Seksi Acara Perpisahan SMAN 1Kedamean

Gresik 2005

7. Seksi Acara MOS SMAN 1 Kedamean Gresik 2005 8. Seksi Konsumsi Donor Darah SMAN 1

Kedamean Gresik 2005

9. Seksi Konsumsi Latihan Dasar Kepemimpinan

Siswa SMAN 1 Kedamean 2005

10. Seksi Acara Perpisahan SMAN 1Kedamean

Gresik 2006

11. Seksi Acara MOS SMAN 1 Kedamean Gresik 2006 12. Seksi Perlengkapan Latihan Dasar Kepemimpinan

Siswa SMAN 1 Kedamean 2006

13. Koordinator Seksi Acara Tower Construction

Competition se-Jawa Timur ITS Surabaya 2007 14. Koordinator Seksi Humas Bridge Construction

Competition se-Jawa Timur ITS Surabaya 2007 15. Koordinator Seksi Humas Bridge Construction

Competition se-Jawa Timur ITS Surabaya 2008 16. Anggota Organizing Committee Pengkaderan

Jurusan ITS Surabaya 2008

17. Anggota Instructur Committee Pengkaderan

Institut ITS Surabaya 2008

18. Koordinator Dekorasi Pekan Ilmiah Mahasiswa

ITS Tahun 2008

19. Seksi Konsumsi Communication Cup Unikom

Bandung 2012

20. Koordinator Dekorasi Open House Unikom Bandung


(16)

NO. ACARA TAHUN 21. Seksi Per;engkapan Workshop Sinematografi

Communiaction 2012

22. Dan Lain-Lain

PENGALAMAN BEKERJA

NO. PEKERJAAN TAHUN

1. Marketing Crew of Riza Rizal Merchandising

Surabaya 2007

2. Part Crew of One Plus Entertaiment 2007 3. Divisi Merchandise Managemen Drive Band

Official 2008

4. Praktek Kerja Lapangan di Divisi Produksi PT.

Jawa Pos Media Televisi 2013

5. Dan Lain-Lain.

PENGALAMAN PELATIHAN / SEMINAR / WORKSHOP

NO. PELATIHAN / SEMINAR / WORKSHOP TAHUN 1. Pelatihan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa

SMPN 1 Kedamean Gresik 2002

2. Pelatihan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa

SMAN 1 Kedamean Gresik 2004

3. Pelatihan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa

SMAN 1 Kedamean Gresik 2005

4. Pelatihan ESQ Way 165 2007

5. Pelatihan Kepemimpinan & Kepribadian ITS

Surabaya 2007

6. Pelatihan Instructur Commite ITS Surabaya 2008 7. Workshop “Pembuatan Program TV” di Unikom

Bandung 2009


(17)

NO. PELATIHAN / SEMINAR / WORKSHOP TAHUN 9.

Mentoring Agama Islam Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP Unikom Bandung

2010

10.

Kajian Spiritual Agama Islam Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP Unikom Bandung

2011

11.

Pelatihan Leadership Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Public Relations 2011-2012 FISIP Unikom Bandung

2012

12. Seminar United Nations For You “UN4U” from

UNIC 2012

13. Seminar Tahunan Politik dan Hukum di Unpad

Bandung 2012

14. Workshop Great Managing Event “Master Of Ceremony” di Unikom Bandung 2012

15. Workshop Great Managing Event “Event Management” di Unikom Bandung 2012

16.

Pelatihan Leadership Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Public Relations 2012-2013 FISIP Unikom Bandung

2013

17. Workshop News Trans 7 : Edutaiment & Adventure Program di Unpad Bandung

2013

18.

Seminar Spirit of Communication Science

Student “Opportunities and Challenges in

Broadcasting and Mass Media” di Unikom Bandung

2013

19. Dan Lain-Lain

Bandung, 21 Juli 2014 Hormat Saya,


(18)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Hampir semua manusia mengalami satu tahap kehidupan yang namanya perkawinan. Perkawinan merupakan sebuah upacara penyatuan dua jiwa, menjadi keluarga melalui akad perjanjian yang diatur oleh agama. Oleh karena itu, perkawinan menjadi agung, luhur dan sakral.

Perkawinan termasuk salah satu bentuk ibadah. Tujuan perkawinan bukan saja untuk menyalurkan kebutuhan biologis, tetapi juga menyambung keturunan dalam naungan rumah tangga yang penuh kedamaian dan cinta kasih. Setiap remaja setelah memiliki kesiapan lahir dan batin hendaknya menentukan pilihan hidupnya untuk mengakhiri masa lajang. Menurut ajaran agama Islam, menikah adalah menyempurnakan agama. Oleh karena itu, barang siapa yang menuju kepada suatu pernikahan, maka ia telah berusaha menyempurnakan agamnya, dan berarti pula berjuang untuk kesejahteraan masyarakat.1

1

Hariwijaya, M. 2008. Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa. Yogyakarta :


(19)

Dengan demikian hajat perkawinan menjadi suatu hal yang sangat penting. Bagi kedua mempelai, perjanjian luhur itu berarti bertemunya cinta dan cita-cita yang mereka bangun sejak pandang pertama.

Meski hampir setiap hari kita saksikan pesta perkawinan, namun ternyata tidak mudak untuk menyelenggarakannya. Tahap demi tahap penuh pernik yang merupakan kelengkapan syariat agama, maupun adat dan tata cara masyarakat. Apalagi jika kedua mempelai berasal dari latar budaya berbeda. Banyak hal yang harus dipersiapkan, agar tidak ada yang kecewa dan semua pihak merasa diperlakukan dengan sebaik perlakuan.

Saat ini, meskipun budaya global telah menembus tembok-tembok peradaban, namun ritual perkawinan ini tidaklah sirna. Masyarakat kita masih tetap dan akan selalu berkaca pada adat dan budaya sendiri untuk merayakan hari yang paling mendebarkan dan istmewa itu. Perkawinan bagi banyak orang hanya sekali seumur hidup dan tidak main-main. Karena itulah pesta perkawinan tradisional justru kelihatan semakin meriah dan dikemas dengan segala pernik, hiasan dan kreasi yang cerdas.

Pesta perkawinan di Jawa khususnya Jawa Timur dilakukan berdasarkan adat kedua mempelai. Lazimnya, pesta perkawinan diadakan oleh pihak perempuan. Namun, karena suatu alasan tertentu, tidak menutup kemungkinan pesta perkawinan diadakan oleh laki-laki.

Hajat pesta perkawinan merupakan bagian dari prestige dan wibawa keluarga. Peristiwa ini banyak mendapat perhatian oleh tetangga dan kerabat serta


(20)

relasi secara luas. Pesta perkawinan di Indonesia juga beragam, tergantung dari budaya-budaya masing-masing suku atau etnis yang ada di Indonesia yang multikultur.

Dalam sistem kekerabatan Suku Jawa, keturunan dari ibu dan ayah dianggap sama haknya, dan warisan anak perempuan sama dengan warisan laki-laki. Tetapi berbeda dengan banyak suku bangsa lain yang ada di Indonesia, misalnya seperti suku-suku Batak yang mayoritas berada di Sumatera Utara. Masyarakat Jawa tidak mengenal sistem marga. Susunan kekerabatan Suku Jawa berdasarkan pada keturunan kedua belah pihak tersebut yang disebut Bilateral Parental yang menunjukkan sistem penggolongan menurut angkatan-angkatan. walaupun hubungan kekerabatan di luar keluarga inti tidak begitu ketat aturannya, namun bagi orang Jawa hubungan dengan keluarga jauh tetap penting.2

Jawa Timur adalah salah satu provinsi di bagian timur Pulau Jawa, berbagai ragam budaya unik ada pada Jawa Timur, seperti Reog Ponorogo dan Tari Remo yang merupakan gambaran dari perjuangan bangsa Indonesia pada masa lampau. Selain itu, makanan khas Jawa Timur yang begitu menguggah selera seperti rawon, soto lamongan, dan lain-lain membuat peneliti semakin tertarik untuk meneliti tentang Jawa Timur.

Pada umumnya, pernikahan di Jawa Timur menggunakan adat Jawa yang banyak digunakan oleh suku Jawa. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat suku Jawa khususnya Jawa Timur hanya sesekali memakai adat perinkahan Jawa.

2

Asal Usul Suku Jawa, Retrieved on 27 February 2014 21.15 WIB


(21)

Dan tak luput juga, masyarakat Jawa banyak yang mempersingkat dari adat pernikahan tersebut. Hal tersebut banyak di jumpai di Jawa Timur, khususnya pada kecamatan Kedamean kabupaten Gresik. Banyak orang-orang yang hanya menggunakan adat pernikahan Jawa tersebut tanpa tahu apa arti dari aktivitas yang mereka lakukan. Perbedaan lainnya seperti malam midodareni yang bagi kalangan biasa saja tidak terlalu dipentingkan bahkan hanya dijadikan sebagai pengajian biasa. Kemudian adat dengan berjualan cendol dan dibeli dengan menggunakan kepingan genting juga tidak ada dalam upacara temanten di Kecamatan Kedamean ini.

Pada masyarakat Jawa khususnya Jawa Timur, dalam hal perkawinan mereka melalui beberapa tahapan-tahapan. Salah satunya adalah upacara temanten. Upacara pernikahan dengan adat Jawa ini memiliki ciri yang sangat khas di dalam prosesinya. Dalam proses upacara temanten pada pernikahan adat Jawa Timur ini terjadi komunikasi antara kedua belah pihak, baik dari lelaki maupun perempuan.

Upacara temanten pada pernikahan adat Jawa Timur ini tak dapat dipisahkan dari kerangka etnografi. Karena upacara adat pernikahan tersebut adalah salah satu identitas suatu daerah. Maka dari itu etnografi adalah kajian khusus yang membahas tentang kebudayaan dan sistem kepercayaan yang disepakati oleh suatu daerah.

Berbicara mengenai upacara pernikahan, tak bisa dilepaskan oleh unsur kebudayaan yang ada. Setiap budaya dari masing-masing suku sangatlah beragam


(22)

dan berciri khas. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri mulai dari pemaknaan upacara-upacara dan ritual-ritual yang dilakukan dalam pernikahan. Pernikahan merupakan bagian upacara suatu Budaya. Penjelasan tentang kebudayaan dalam buku Pengantar Ilmu Antropoogi yang mengatakan “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.” (Koentjaraningrat, 2009:144).

Seorang antropolog lain, yaitu E.B. Tylor (1871), pernah mencoba memberikan definisi mengenai kebudayaan yaitu sebagai berikut :

“Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.” (Soekanto, 2012:150)

Selo Soemardjan dan Solaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.

Berbicara mengenai kebudayaan di Indonesia, salah satu kebudayaan yang ada di nusantara kita ini adalah Suku Jawa. Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar yang ada di Indonesia yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Setidaknya kurang lebih 41 persen penduduk Indonesia merupakan kelompok dari Suku Jawa.


(23)

Dalam buku Metode Penelitian Komunikasi Etnografi Komunikasi

dijelaskan bahwa “Etnografi pada dasarnya merupakan suatu bangunan

pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi, dan berbagai deskripsi kebudayaan.” (Kuswarno, 2008:32)

Perilaku manusia sebagai anggota suatu masyarakat terbentuk dari sekumpulan aturan dan simbol yang kompleks. Dengan menggunakan metode etnografi ini kita dapat menemukan aturan dan simbol yang berlaku tersebut. Sehingga secara tidak langsung metode etnografi ini membantu pemahaman tentang suatu masyarakat dalam berperilaku.

Dari hal-hal diatas terdapat unsur komunikasi yang melatar belakangi terbentuknya tradisi-tradisi dari upacara temanten pada pernikahan adat Jawa. Dalam hal ini, lebih fokus akan dibahas pada jalur komunikasi secara umum dan lebih khususnya pada ranah etnografi komunikasi.

Pada buku Metode Penelitian Komunikasi Etnografi Komunkasi, Engkus Kuswarno menjelaskan bahwa “Etnografi komunikasi melihat perilaku dalam konteks sosiokultural, mencoba menemukan antara bahasa, komunikasi, dan konteks kebudayaan dimana peristiwa komunikasi itu berlangsung.” (Kuswarno, 2008:17).


(24)

Bahasa hidup dalam komunikasi untuk menciptakan budaya, kemudian budaya itu sendiri yang pada akhirnya akan menentukan sistem komunikasi dan bentuk bahasa seperti apa yang pantas untuknya.3

Kaitan antara bahasa, komunikasi, dan kebudayaan melahirkan suatu

hipotesis dari Edward Safir dan Benjamin Lee Whorf yang berbunyi “Struktur

bahasa atau kaidah berbicara suatu budaya akan menentukan perilaku dan pola piker dalam budaya tersebut.” (Kuswarno, 2008:9). Hal tersebut diperkuat oleh pandangan etnografi yang menyebutkan bahwa :

“Bahasa menjadi unsur pertama sebuah kebudayaan, karena bahasa akan menentukan bagaimana masyarakat penggunaannya mengkategorikan penggunaannya. Bahasa akan menentukan konsep dan makna yang dipahami oleh masyarakat, yang pada gilirannya akan memberikan pengertian mengenai pandangan hidup yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain makna budaya yang mendasari kehidupan masyarakat, terbentuk dari hubungan antara simbol-simbol atau bahasa.” (Kuswarno, 2008:9)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini, upacara temanten pada pernikahan adat Jawa Timur memiliki simbol-simbol tertentu yang dapat menciptakan lahirnya kebudayaan tersendiri.

Aktivitas komunikasi ini sendiri masuk dalam ranah kajian etnografi komunikasi. dalam etnografi komunikasi, aktivitas komunikasi ini mengidetifikasikan peristiwa komunikasi dan proses komunikasi.

Menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno yang berjudul Metode Penelitian Komunikasi Etnografi Komunikasi, menjelaskan bahwa:

3

Kuswarno,Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi Etnografi Komunikasi. Bandung :


(25)

“Tindak tutur atau tindak komunikatif mendapatkan statusnya dari konteks sosial, bentuk gramatika dan itonasinya. Sehingga level tindak tutur berada di antara level gramatika biasa dan peristiwa komunikatif atau situasi komunikatif dalam pengertian bahwa tindak tutur mempunyai implikasi bentuk linguistik dan norma-norma sosial.” (Kuswarno, 2008:41)

Pada buku Engkus Kuswarno, Hymes juga menjelaskan tentang aktivitas

komunikasi yakni “Aktivitas yang khas yang kompleks, yang di dalamnya

terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula.” (Kuswarno, 2008:42)

Proses komunikasi dalam etnografi komunikasi adalah peristiwa-peristiwa yang khas dan berulang. Kekhasan di sini tiada lain karena mendapat pengaruh dari aspek sosiokultural partisipan komunikasi. Sedangkan pengertian komunikasi itu sendiri adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui pengguna simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain. Peristiwa komunikasi itu sendiri pada akhirnya akan membawa penelitian ini kepada pemolaan komunikasi, karena akan ditemukan hubungan-hubungan yang khas antar komponen pembentuk satu peristiwa komunikasi dalam upacara temanten pada pernikahan adat Jawa Timur.

Dalam Buku Engkus Kuswarno, Hymes mengemukakan tentang mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas dalam etnografi komunikasi diperlukan pemahaman-pemahaman mengenai uit-unit diskrit aktivitas komunikasi. unit-unit diskrit dari aktivitas komunikasi tersebut adalah situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindakan komunikatif. Situasi komunikatif disini adalah konteks terjadinya komunikasi itu sendiri. Situasi yang


(26)

sama dapat mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten dala aktivitas yang sama yang terdapat dalam komunikasi yang sedang berlangsung atau terjadi, meskipun terdapat divertasi dalam interaksi yang terjadi disana. Peristiwa komunikatif atau keseluruhan perangkat komponen yang utuh yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, dan melibatkan varietas bahasa yang sama, mempertahankan tone yang sama, dan kaidah-kaidah yang sama untuk interaksi, dalam setting yang sama. Sebuah peristiwa komukatif dinyatakan berakhir, yaitu ketika terjadi perubahan partisipan, adanya periode hening, atau perubahan posisi tubuh. Sedangkan tindak komunikati adalah fungsi interaksi tunggal, seperti pernyataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal.

Berdasarkan uraian yang ada di atas, maka peneliti menganggap tentang upacara temanten pada pernikahan adat Jawa Timur ini merupakan sebuah kebudayaan warisan leluhur yang merupakan aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh masyakat Jawa Timur khususnya. Disini peneliti ingin mengungkap bagaimana aktivitas dari upacara pernikahan tersebut dan melihat bagaimana proses-proses aktivitas komunikasi yang terjadi di dalamnya. Dengan adanya kebudayaan tentang upacara temanten dalam pernikahan adat Jawa timur tersebut, apabila dilihat dengan menggunakan pendekatan etnografi komunikasi melalui aktivitas komunikasi akan menjelaskan setiap detail dari tradisi tersebut.


(27)

1.2Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini terdiri dari pertanyaan makro dan pertanyaan mikro, yaitu sebagai berikut :

1.2.1 Pertanyaan Makro

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan oleh peneliti sebelumnya, maka pertanyaan makro dari penelitian ini adalah :

Bagaimana Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur ?

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Untuk lebih mudah menjelaskan hasil penelitian, maka peneliti merumuskan pertanyan mikro dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Situasi Komunikatif dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur ?

2. Bagaimana Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur ?

3. Bagaimana Tindakan Komunikatif dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur ?


(28)

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas memiliki maksud dan tujuan yang ingin diteliti oleh peneliti sebagai bagian dari penelitian untuk arah kedepannya, adapun maksud dan tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1.3.1Maksud Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk memberi gambaran-gambaran

secara mendalam dan terinci tentang “Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara

Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur ”.

1.3.2Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini dapat memperoleh hasil yang maksimal dan optimal maka peneliti terlebih dahulu mengerucutkan tujuan agar terarah sesuai dari penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Situasi Komunikatif dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur.

2. Untuk mengetahui Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur.

3. Untuk mengetahui Tindakan Komunikatif dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur.


(29)

1.4Kegunaan Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat sesuai dengan tujuan yang telah dipaparkan oleh peneliti sebelumnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis. Adapun keguanaan teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut :

1.4.1Kegunaan Teoritis

Kegunaan penelitian ini secara teoritis adalah untuk pengembangan secara umum Ilmu Komunikasi sedangkan pengembangan secara khususnya tentang etnografi kebudayaan pada Antopologi melalui etnografi komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi yang terjadi pada suatu kebudayaan.

1.4.2Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian yang dilakukan ini, diharapkan berguna secara praktis untuk memberikan suatu masukan yang dapat diaplikasikan dan menjadi pertimbangan. Adapun kegunaan secara praktis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.2.1Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna bagi peneliti untuk bisa dijadikan referensi pengalaman dan pengetahuan serta pengaplikasian Ilmu Komunikasi secara umum tentang etnografi komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi dalam suatu kebudayaan.


(30)

1.4.2.2Kegunaan Bagi Akademik

Penelitian yang dilakukan peneliti berguna bagi mahasiswa Unikom secara umum dan khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi sebagai literature terutama bagi penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama yaitu etnografi komunikasi.

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan agar berguna sebagai informasi, evaluasi dan memberikan wawasan juga kesadaran bagi masyarakat akan pentingnya nilai-nilai historis kebudayaan pada masyarakat tentang Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur, karena hal ini adalah suatu pengetahuan dan warisan budaya yang harus diketahui oleh generasi selanjutnya.


(31)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis dan relevan serta teori-teori yang relevan yang berhubungan dengan penelitian ini, study literature, dokumen atau arsip yang mendukung sebagai pendoman pelaksanaan pra penelitian yang telah dilakukan.

2.1.1 Penelitian Terdahulu Yang Sejenis

Untuk memperkaya dan memperkuat penelitian yang dilakukan, peneliti juga menabahkan literature tentang penelitan yang sejenis, seperti tema ataupun kajian keilmuan yang digunakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

Penelitian yang berjudul “Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya).” Merupakan penelitian yang ditulis oleh Septian Restu Unggara seorang Mahasiswa Universitas Komunikasi konsentrasi Humas. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Untuk menjabarkannya, maka fokus masalah


(32)

tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif tradisi etnografi komunikasi dengan teori subtantif yang diangkat yaitu interaksi simbolik dan pemusatan simbolis. Subjek penelitian adalah masyarakat Kampung Naga yang mengikuti upacara Hajat Sasih sebanyak 5 (lima) orang, terdiri dari 3 (tiga) informan dan 2 (dua) informan kunci yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, catatan lapangan, studi kepustakaan, dokumentasi dan internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan referensi dan pengecekan anggota.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih ini bersifat sakral, tempat pelaksanaannya yaitu Sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan yang dikeramatkan. Peristiwa Komunikatif dalam upacara Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besar Islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhurnya, sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.


(33)

Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi ritual dalam upacara Hajat Sasih bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhur Kampung Naga yang pelaksanaannya dilakukan satu tahun enam kali, namun dalam setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas khas yang sama pula. (Septian Restu Unggara; NIM. 41808037/Ilmu komunikasi UNIKOM:2012)

Selanjutnya adalah penelitian yang berjudul “Tata Cara Perkawinan Adat Jawa Di Salatiga.” Merupakan penelitian yang ditulis oleh Herning Wahyuningtyas seorang Mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana Jurusan Pendidikan Sejarah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Tata Cara Perkawinan Adat Jawa di Kota Salatiga tahun 2012. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi kepustakaan yaitu penulis berusaha untuk memperoleh data dan menyimpulkan data berdasarkan literatur yang mendukung masalah penelitian, teknik observasi atau pengamatan langsung yaitu mengumpulkan data-data dengan cara mengamati secara langsung pelaksanaan Upacara Temu Pengantin Adat Jawa dan teknik wawancara yaitu teknik yang dilakukan dengan cara Tanya jawab antara penulis dengan responden.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif analitis. Metode pendekatan deskriptif analitis yaitu usaha untuk mengungkapkan produk suatu proses peristiwa historis dengan tekanan pada bagian proses terjadinya peristiwa dan bagaimana proses perkembangannya.


(34)

Upacara adat perkawinan yang merupakan saat penegasan kembali hidup dalam tatanan masyarakat secara menyeluruh, acara yang disajikan sepenuhnya akan membosankan, dan dilupakan oleh kedua mempelai maka upacara perkawinan adat Jawa umumnya dilakukan penuh adat, dihias dengan racikan, budaya yang indah dan semuanya penuh makna. Lewat keindahan diharapkan tujuan persatuan sejiwa sraga, seumur usia, antara seorang pria dan wanita diresapi, dihayati dan diperjuangkan oleh kedua mempelai, lewat kehalusan sastra, keelokan reruntuhan tata cara perangkat kelengkapan pra nikah diharapkan kedua mempelai mengecap, menikmati kenikmatan yang dilahirkan, namun mata, telinga, dan jiwa tetap tetap terbuka terhadap segala petuah dan hikmah yang tersalut dalam Sanepa dan Selokalemba. Mengingat budaya Jawa adalah budaya yang sangat terbuka, maka pengaruh budaya nasional dan budaya asing banyak sekali mengalami perubahan upacara adat perkawinan di Jawa sehingga lunturnya nilai-nilai tradisi perkawinan adat Jawa karena adanya pengaruh budaya nasional dan masuknya budaya asing. Untuk itu masyarakat Jawa harus mampu memperkenalkan upacara adat Jawa baik yang sudah jarang dilakukan maupun yang masih sering dilakukan untuk ditularkan kepada generasi penerusnya.

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa latar belakang masyarakat Salatiga dalam melaksanakan perkawinan adat Jawa tidak mengalami perubahan sehingga nilai-nilai budaya yang diturunkan oleh nenek moyang kita tidak mengalami pergeseran yang selalu berubah dan


(35)

berubah sesuai kondisi zamannya. (Herning Wahyuningtyas; NIM. 152007020/Pendidikan Sejarah Univesitas Kristen Satya Wacana:2012)

Kemudian penelitian yang berjudul “Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak

Toba Di Kota Bandung).” Merupakan penelitian yang ditulis oleh Marcelyna seorang Mahasiswi Universitas Komunikasi konsentrasi Humas. Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan secara mendalam tentang Komunikasi Kegiatan Dalam Upacara Pernikahan Batak Toba Adat . Dalam rangka untuk menggambarkan penelitian ini , fokus dari masalah penelitian ini dibagi menjadi beberapa sub - masalah mikro . Mereka adalah situasi komunikasi , event komunikatif dan aksi komunikatif dalam upacara pernikahan Batak Toba kustom .

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif komunikasi studi etnografi yang diajukan oleh teori interaksi simbolik . Subyek penelitian ini adalah beberapa orang yang menghadiri atau berpartisipasi ketika upacara pernikahan Batak Toba kustom yang terjadi sebanyak 4 orang dan 2 informan penting dari Raja Parhata dari asosiasi klan lain yang tidak berpartisipasi dalam upacara pernikahan Batak Toba kustom . Benar-benar , ada 3 informan dan 3 informan penting yang diperoleh dengan teknik purposive sampling.


(36)

Cara untuk mengumpulkan data melalui wawancara mendalam , observasi, studi literatur , dokumentasi dan internet searching . Uji Teknik keabsahan data dengan cara observasi Ketekunan , triangulasi , kecukupan referensi , dan pemeriksaan anggota .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa , situasi komunikasi yang terkandung dalam upacara pernikahan Batak Toba adat adalah suci , di mana dalam proses, ada tahapan yang harus dilakukan . Acara komunikatif dalam upacara pernikahan Batak Toba kustom adalah pertukaran makna dengan simbol antara kedua belah pihak pengantin yang ada arti khusus bagi mereka, sedangkan tindakan komunikatif yang terkandung dalam upacara pernikahan Batak Toba kustom berbentuk perintah , pernyataan , permohonan dan perilaku nonverbal .

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kegiatan komunikasi dalam upacara pernikahan Batak Toba kustom mulai dari perilaku nenek moyang mereka di mana dalam setiap kegiatan komunikasi dalam upacara pernikahan Batak Toba kustom ada arti sendiri bagi mereka dan simbol-simbol yang mereka maksudkan dengan makna dan nilai tersendiri.

Saran dari simbol ini studi yang telah menjadi arti sendiri bagi masyarakat Batak Toba masih dipegang teguh dan kekerabatan cukup kuat ditempa dalam masyarakat Batak Toba dipertahankan . (Marcelyna; NIM. 41809321/Ilmu komunikasi UNIKOM:2013)


(37)

Tabel 2.1

Rekapitulasi Penelitian Terdahulu Yang Sejenis

Nama / Tahun Uraian

Septian Restu Unggara

Herning Wahyuningtyas

Marcelyna

2012 2012 2013

Universitas Universitas Komputer

Indonesia Bandung

Univesitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Universitas Komputer

Indonesia Bandung Judul Penelitian Aktivitas

Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga

Tasikmalaya (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga

Tasikmalaya)

Tata Cara Perkawinan Adat Jawa Di Salatiga

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Di Kota Bandung)

Metode Penelitian Kualitatif Studi Etnografi Komunikasi

Pendekatan Deskriptif Analistis

Kualitatif Studi Etnografi Komunikasi


(38)

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Situasi Komunikatif dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya, Untuk mengetahui Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya, Untuk mengetahui Tindakan Komunikatif dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Tata Cara Perkawinan Adat Jawa di Kota Salatiga tahun 2012.

Untuk mengetahui Situasi Komunikatif dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba, Untuk mengetahui Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba, Untuk mengetahui Tindakan Komunikatif dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba, Untuk mengetahui Aktivitas Komunikasi dalam upacara pernikahan adat batak toba.


(39)

Hasil Penelitian Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih ini bersifat sakral, tempat

pelaksanaannya yaitu Sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan yang dikeramatkan. Peristiwa Komunikatif dalam upacara Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besar Islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhurnya, sedangkan

Latar belakang masyarakat Salatiga dalam melaksanakan perkawinan adat Jawa tidak mengalami perubahan sehingga nilai-nilai budaya yang diturunkan oleh nenek moyang kita tidak mengalami pergeseran yang selalu berubah dan berubah sesuai kondisi zamannya.

Situasi komunikasi yang terkandung dalam upacara pernikahan Batak Toba adat adalah suci , di mana dalam proses, ada tahapan yang harus dilakukan . Acara komunikatif dalam upacara pernikahan Batak Toba kustom adalah pertukaran makna dengan simbol antara kedua belah pihak

pengantin yang ada arti khusus bagi mereka , sedangkan tindakan komunikatif yang


(40)

Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku

nonverbal.

terkandung dalam upacara pernikahan Batak Toba kustom berbentuk perintah , pernyataan , permohonan dan perilaku nonverbal . Sumber : Data Peneliti, 2014

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

2.1.2.1 Definisi Ilmu Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Seperti halnya kebutuhan makan dan minum, manusia juga membutuhkan komunikasi untuk kelangsungan hidupnya sehari-hari. Bila diibaratkan, komunikasi bisa dibilang seperti detak jantung manusia, dimana keberadaannya sangat penting bagi kehidupan, namun kita sering melupakan besarnya peranan dari alat yang sangat vital tersebut.

Sejak manusia dilahirkan, kita telah melakukan komunikasi. dimulai dengan tangisan bayi yang merupakan ungkapan perasaan untuk membina komunikasi dengan ibunya. Semakin dewasa manusia, maka semakin rumit komunikasi yang dilakukannya. Komunikasi yang


(41)

dilakukan tersebut dapat berjalan lancar apabila terdapat persamaan makna antara dua pihak yang terlibat.

Dalam buku Onong Uchjana Effendy, menjelaskan bahwa

“Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang

berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.” (Effendy,

2009: 09)

Jika dua orang tau lebih terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi dan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu.

Dalam buku Onong Uchjana Effendy, Carl I. Hovland menjelaskan tentang pengertian ilmu komunikasi, yaitu sebagai berikut :

“Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas -asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan

sikap.” (Effendy, 2009: 10)

Definisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap


(42)

publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.

Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, kurang lebih hampir 90% dari kegiatan yang dilakukan manusia sehari-hari dilakukan dengan berkomunikasi.

Berikut ini adalah beberapa definisi tentang komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

A. Carl Hovland, Janis & Kelley

“Komunikasi adalah suatu proses melalui dimana seseorang

(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)“. Definisi ini memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi adalah mengubah atau membentuk perilaku.

B. Bernard Berelson & Gary A.Steiner

“Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi,

gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui pengguna simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain”. Definisi ini menekankan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian, yaitu penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain.

C. Gode

“Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari

semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang)

menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih”. Definisi ini

memberi penekanan pada proses penularan pemilik, yaitu dari yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki oleh satu orang kemudian setelah komunikasi menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.


(43)

Adapun menurut Cherry dalam Stuart (1983) sebagaimana dikutip dalam buku Cangara, menyatakan:

“Istilah komunikasi berpangkal pada pendekatan latin

Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara 2 orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi”. (Cangara, 2005 : 18) Berbeda dengan definisi Carl I. Hovland, sebagaimana yang dikutip dalam buku Widjaja, yaitu :

“Ilmu Komunikasi adalah suatu sistem yang berusaha menyusun prinsip-prinsip dalam bentuk yang tepat mengenai hal memindahkan penerangan dan membentuk pendapat serta sikap-sikap”. Carl I. Hovland selanjutnya mengemukakan: Komunikasi adalah proses dimana seorang individu mengoperkan perangsang untuk mengubah tingkah laku individu-individu yang lain”. (Widjaja, 2000:15)

Maka, dalam definisinya mengenai komunikasi itu sendiri, Hovland menyatakan proses komunikasi itu ada suatu rangsangan-rangsangan yang secara sadar atau tidak dapat mengubah dari apa yang dilihat atau dirasakan oleh komunikan. Sehingga komunikasi bukan hanya penyampaian pesan saja melainkan ada perubahan-perubahan yang menjadi tujuan dari pesan yang disampaikan tersebut.

2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari


(44)

berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak karena itu komunikator biasa disebut pengirim, sumber, source atau encoder.

2. Pesan

Pesan (message) dalam proses komunikasi tidak lepas dari simbol dan kode, karena pesan yang dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkaian simbol dan kode baik secara verbal maupun non verbal.

3. Media

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. 4. Komunikan

Komunikan biasa disebut dengan penerima, sasaran, pembaca, pendengar, penonton, pemirsa, audience, decoder atau khalayak. Komunikan dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok dan masyarakat.

5. Efek

Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. (Effendy, 2002: 10).

2.1.2.3 Fungsi Ilmu Komunikasi

Berdasarkan pengamatan para pakar komunikasi mengemukakan fungsi-fungsi komunikasi yang berbeda-beda, meskipun adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih diantara berbagai pendapat tersebut. Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk


(45)

bertujuan kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu. Menurut Vederber, sebagian keputusan ini dibuat sendiri, dan sebagian lagi dibuat setelah berkonsultasi dengan orang lain.

Berikut empat fungsi komunikasi berdasarkan kerangka yang dikemukakan William I. Gorden. Keempat fungsi tersebut, yakni Komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual dan komunikasi instrumental.

1) Komunikasi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk berlangsung hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan, dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

2) Komunikasi Ekspresif

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendiri maupun secara berkelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi


(46)

tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.

3) Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, lamaran, sungkeman, ijab Kabul, perkawinan, hingga upacara kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik.

4) Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasive). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasive dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui. (Mulyana, 2007 : 4)


(47)

2.1.2.4 Sifat Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi

memiliki sifat-sifat adapun beberapa sifat komunikasi tersebut: 1. Tatap muka (face-to-face)

2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (Verbal)

- Lisan (Oral) - Tulisan

4. Non verbal (Non-verbal)

- Gerakan/ isyarat badaniah (Gestural) - Bergambar (Pictorial) (Effendy, 2003:7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari sikomunikan itu sendiri, dalam penyampain pesan komunikator bisa secara langsung (face-to-face) tanpa mengunakan media apapun, komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

2.1.2.5 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan opleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan


(48)

komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana dalam buku “ Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengatakan ada pun beberapa tujuan

berkomunikasi:

1. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak. 2. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan

harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.

3. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

4. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.(Effendy, 1993 : 18)

Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

2.1.2.6 Konteks-konteks Ilmu Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa sosial, melaikan dalam konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor diluar orang-orang yang berkomunikasi. Banyak pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Sebagaimana juga definisi komunikasi, konteks komunikasi


(49)

ini diuraikan secara berlainan. Selain istilah konteks (conteks) yang lazim, juga digunakan istilah tingkat (level), bentuk (type), situasi (situation), keadaan (setting), arena, jenis (kind), cara (mode), pertemuan (encounter), dan kategori. Menurut Verderber misalnya, konteks komunikasi terdiri dari konteks fisik, konteks sosial, konteks historis, konteks psikologis, dan konteks kultural. Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka, komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.(Mulyana, 2007: 77).

2.1.3 Tinjauan Tentang Pernikahan

2.1.3.1 Definisi Pernikahan

Pernikahan merupakan salah satu jalan atau suratan hidup yang dialami oleh hampir semua manusia dimuka bumi ini walaupun ada beberapa diantaranya yang tidak terikat dengan pernikahan sampai ajal menjemput. Semua agama resmi di Indonesia memandang pernikahan sebagai sesuatu yang sakral, harus dihormati, dan harus dijaga kelanggengannya. Oleh karena itu, setiap orang tua merasa tugasnya sebagai orang tua telah selesai bila anaknya telah memasuki jenjang pernikahan.


(50)

Menurut Soerojo Wignjodipoero Pernikahan adalah suatu pristiwa yang sangat penting dalam penghidupan masyarakat, sebab pernikahan tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai saja, bahkan keluarga kedua mempelai.1

2.1.3.2 Fungsi Pernikahan

Adapun fungsi pernikahan menurut Dr. Harold Shryock (seorang anatomi di sekolah Kedokteran Universitas Loma Linda, California, Amerika Serikat) dalam buku E.H Tambunan berjudul Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya, mengemukakan empat dasar kebahagiaan yang dianggap sebagai fungsi fungsi wajar dalam sebuah pernikahan,2 diantaranya yaitu ;

1. Pernikahan itu dimaksudkan untuk memberi jaminan, baik segi finansial dan emosional. Keinginan hayati manusia yang ingin hidup tenteram, itu pula yang mendorong ia untuk nikah. Di samping itu pula, keinginan untuk mendapat keamanan di bidang finansial, sejahtera dalam ekonomi rumah tangga, seirama dalam membelanjakan uang, setujuan dalam filsafat hidup mendorong ia ingin bersatu dengan pasangan pilihannya.

2. Pernikahan adalah untuk memberikan pertumbuhan rohani dan kultural kepada segenap anggota keluarga. Keluarga itu merupakan bagian kecil dari masyarakat yang membentuk satu negara. Jadi kedalaman rohani dan kultural masyarakat keluarga itu menentukan tingkat masyarakat bangsa. Baik buruknya pengaruh yang tercipta dalam rumah tangga itu sangat menentukan nilai rohani dan kultural masyarakat. Bukankah anak-anak dan tingkat rohani mereka ditentukan pula oleh ibu bapa mereka?

1

Soerjono, 1967. Pengantar dan Asas -asas Hukum Adat.Jakarta : PT. Gunung Agung.

2

Marcelyna. 2013. Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba

( Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Di Kota Bandung). UNIKOM : Bandung. Hlmn : 20-21


(51)

3. Pernikahan adalah untuk meneruskan dan menyebarkan cita-cita, tanggung jawab pribadi dan partisipasi yang menjadikan tulang punggung peradaban bangsa. Dalam usaha inilah ibu bapa harus tetap mempertahankan keutuhan itu dapat dipertahankan, sudah pastilah hal itu akan menyebar ke lingkungan terdekat dari kedua insan itu, mula-mula kepada anak, kemudian kepada tetangga, dan terus kepada lingkungan masyarakat yang lebih luas. Budi luhur yang terbina dalam rumah tangga sangat menentukan generasi manusia pada generasi mendatang. Persiapan-persiapan hidup anak yang akan membentuk rumah tangga kemudian hari mendasari tingkat keluhuran ahlak manusia dalam masyarakat ditentukan dalam cita-cita yang telah tertanam, diperkembang dalam rumah tangga.

4. Pernikahan yang dihubungkan dengan kelangsungan hidup satu bangsa. Kalau ada orang yang berpendapat bahwa pernikahan itu hanyalah untuk sebatas memperbanyak keturunan saja, maka gagalah sebuah rumah tangga guna mencapai tujuan, yakni kebahagiaan. Tetapi banyak orang yang menyadari bahwa sebuah rumah tangga tidak merasakan kebahagian itu kalau di sana tidak terdapat anak yang akan menjadi tumpuan kasih sayang sebagai refleksi kasih sayang suami tehadap istri dan sebaliknya, oleh sebab itu, anak- anak dalam rumah tangga sangat menetukan kebahagiaan sebuah pernikahan. Anak-anak itu kelak yang akan meneruskan perkembangan bangsa. Baik buruknya kehidupan dan pembinaan mereka menentukan hari depan bangsa yang lebih aman.

2.1.4 Tinjauan Tentang Etnografi Komunikasi

2.1.4.1 Sejarah Latar Belakang Etnografi Komunikasi

Etnografi komunikasi banyak mengambil latar belakang dari etnografi, pertama kali dikembangkan oleh Malinowski. Nama-nama seperti A.R. Radcliffe Brown, Bronislaw Malinowski, Boas dan John Wesley Powell (The Bureau of America Ethnology / BAE) 3, telah meimpin ilmuwan sosial, khususnya antropologi, kepada deskripsi perilaku manusia di lingkungan aslinya.

3

Kuswarno,Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi Etnografi Komunikasi. Bandung :


(52)

Dalam buku Engkus, yang pertama kali memfokuskan bidang kajiannya pada bahasa (antropologi linguistik) adalah John Wesley Powell dengan BAE-nya. Ia meneliti bahasa asli masyarakat Amerika dan membandingkannya dengan bahasa di benua Amerika Utara. Hasilnya pada saat itu adalah deskripsi mengenai sistem fonologi bahasa, struktur gramatika, dan daftar vocabulary (kosa kata). Dalam laporan yang berjudul Introduction to The study of Indian Languages (1889), Powell dengan tegas menyatakan bahwa ada hubungan antara bahasa dengan beberapa aspek kebudayaan, dimana bahasa itu hidup dan dipertukarkan4.

2.1.4.2 Signifikansi Etnografi Komunikasi

Etnografi komunikasi akan berbeda dengan antropologi linguistik dan sosiolingustik, karena etnografi komunikasi memfokuskan kajiannya pada perilaku-perilaku komunikasi yang melibatkan bahasa dan budaya. Sehingga etnografi komunikasi tidak hanya akan menyorot fonologi dan gramatika bahasa, melainkan struktur sosial yang mempengaruhi bahasa, dan kebudayaan dalam kosa kata bahasa. Etnografi komunikasi menggabungkan antropologi, linguistik, komunikasi, dan sosiologi dalam satu frame yang sama, sehingga deskripsi etnografi komunikasi sedikit banyak justru memberikan sumbangan pemahaman bagi ilmu lain.

4


(53)

Berikut ini adalah sumbangan-sumbangan yang dapat diberikan etnografi komunikasi terhadap disiplin ilmu lain,5 yaitu sebagai berikut :

a. Antropologi, Etnografi komunikasi akan membantu antropolgi untuk memahami suatu sistem budaya di mana bahasa dalam waktu yang bersamaan berhubungan dengan organisasi sosial, kaidah-kaidah interaksi, kepercayaan dan nilai yang dianut, dan pola-pola lain yang disepakati bersama, untuk kemudian diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui proses sosialisasi dan enkulturasi.

b. Psikolonguistik, Etnografi komunikasi akan membantu pemahaman psikolinguistik mengenai bagaimana semenjak anak-anak manusia memiliki kemampuan untuk memperoleh pengetahuan komunikasi dan bahasa dalam dirinya. Selain itu juga membantu pemahaman

bagaimana „cara-cara berbicara‟ dibangun dalam lingkungan kebudayaan tertentu melalui interaksi sosial.

c. Sosiolinguistik, Membantu pemahaman norma-norma sosial yang mempengaruhi pilihan bahasa yang digunakan dalam situasi-situasi tertentu.

d. Linguistik Terapan, Sumbangan pemikiran etnografi komunikasi terhadap linguistik terapan adalah membantu identifikasi apa yang harus diketahui untuk berkomunikasi dalam berbagai variasi konteks bahasa. Khususnya bagi mereka yang mempelajari bahasa itu sebagai

5


(54)

bahasa kedua. Selain itu, etnografi komunikasi juga membantu pemahaman dan analisis terhadap fenomena kesalahan berkomunikasi, khususnya dalam konteks komunikasi antarbudaya atau antara kebudayaan yang berbeda-beda. Kegiatan menterjemahkan satu bahasa ke bahasa lain, juga perlu mempelajari etnografi komunikasi ini.

e. Ilmu Linguistik Murni, Membantu memahami sifat partikularisme dan universal bahasa, terutama dalam bentuk dan penggunaannya.

Singkatnya, etnografi komunikasi melihat perilaku komunikasi dalam konteks sosiokultural. Mencoba menemukan hubungan antara bahasa, komunikasi, dan konteks kebudayaan dimana peristiwa komunikasi itu berlangsung. Seperti halnya Gumperz yang menyatakan perlunya untuk melihat konteks sosial politik yang lebih besar dimana sebuah proses komunikasi berlangsung, karena konteks itu akan mempengaruhi pola komunikasi yang digunakan6.

2.1.5 Tinjauan Tentang Aktivitas Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Maka dari itu, manusia tidak lepas dari aktivitas komunikasi setiap harinya. Dalam pengertiannya, Aktivitas Komunikasi adalah aktivitas rutin serta otomatis dilakukan, sehingga kita tidak pernah mempelajarinya secara

6


(55)

khusus, seperti bagaimana menulis ataupun membaca secara cepat dan efektif ataupun berbicara secara efektif .

Adapun pengertian Aktivitas Komunikasi menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno adalah aktivitas yang khas atau kompleks, yang didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks yang tertentu pula. (Kuswarno, 2008:42)

Untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, perlu menangani unit-unit deskrit aktivitas komunikasi yang memiliki batasan-batasan yang bisa diketahui. Unit-unit analisis yang dikemukakan oleh Dell Hymes (1972), antara lain :

1. Situasi Komunikatif, merupakan konteks terjadinya komunikasi. Contohnya,masjid, gereja, pengadilan, pesta, lelang, kereta api, atau kelas disekolahnya. Situasi bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah, seperti dalam kereta, bus, atau mobil, atau bisa berubah dalam lokasi yang sama apabila aktifitas-aktifitas yang berbeda berlangsung di tempat itu pada saat yang berbeda. Situasi yang sama bisa mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada aktifitas yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat diversitas dalam interaksi yang terjadi disana.

2. Peristiwa Komunikatif, merupakan unit dasar untuk tujuan deskriptif. Sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai keseluruhan perangkat komponen yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik


(56)

umum yang sama, dan melibatkan partisipan yang sama, yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama untuk interaksi, dalam seting yang sama. Sebuah peristiwa berakhir apabila terdapat perubahan dalam partisipan utama, misalnya perubahan posisi duduk atau suasana hening. (Kuswarno, 2008:41). Analisis peristiwa komunikatif dimulai dengan deskripsi komponen-komponen penting, yaitu7 :

a. Genre, atau tipe peristiwa (misalnya, lelucon, cerita, ceramah, salam, percakapan).

b. Topik, atau fokus referensi.

c. Tujuan atau fungsi, peristiwa secara umum dan dalam bentuk tujuan interaksi partisipan secara individual.

d. Setting, termasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi itu (misalnya, besarnya ruang, tata letak perabot).

e. Partisipan, termasuk usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial, atau kategori lain yang relevan, dan hubungannya satu sama lain.

f. Bentuk Pesan, termasuk saluran vokal dan nonvokal, dan hakekat kode yang digunakan (misalnya, bahasa yang mana, dan varietas yang mana).

g. Isi pesan, referesi denotatif level permukaan dan apa yang dikomunikasikan.

7

Ibrahim, Abd.Syukur. 1992. Panduan PenelitianEtnografi Komunikasi. Surabaya : Usaha


(57)

h. Urutan tindakakan, atau urutan tindak komunikatif atau tindak tutur, termasuk alih giliran atau fenomena percakapan.

i. Kaidah interaksi, atau properti apakah yang harus diobservasikan.

j. Norma-norma interpretasi, termasuk pengetahuan umum, kebiasaan kebudayaan, nilai yang dianut, tabu-tabu yang harus dihindari, dan sebagainya.

3. Tindakan Komunikatif, yaitu fungsi interaksi tunggal, seperti pernyataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal. (Kuswarno, 2008:41)

2.1.6 Tinjauan Tentang Upacara Adat

Berbicara upacara adat tentunya tidak terlepas dari sebuah bentuk kebudayaan atau juga adat istiadat yang sering dilakukan oleh suatu kumpulan masyarakat di suatu daerah tertentu yang memeliki suatu suatu adat istiadat yang harus dapat di pertahankan secara turun-temurun, karena dapat dikatakan bahwa kebudayaan atau istiadat yang dimilki oleh suatu masyarakat di daerah teetentu merupakan sebuah warisan dari para leluhur yang harus dipertankan sampai seterusnya.

Upacara adat itu sendiri adalah salah satu cara menelusuri jejak sejarah masyarakat Indonesia pada masa praaksara dapat kita jumpai pada upacara-upacara adat. Adat istiadat adalah sebuah ungkapan yang artinya segala aturan, ketentuan, tindakan, dan sebagainya yang menjadi kebiasaan secara turun temurun. Segala aturan, ketentuan, tindakan yang menjadi


(58)

kebiasaan secara turun temurun diistilahkan sebagai adat istiadat. Jadi pengertian adat istiadat adalah segala aturan, ketentuan, tindakan yang menjadi kebiasaan secara turun temurun. Kata istilah adat istiadat merupakan ungkapan resmi dalam Bahasa Indonesia.8

2.1.7 Tinjauan Tentang Kebudayaan

2.1.7.1 Pengertian Kebudayaan

Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan. Juga dalam kehidupan sehari-hari, orang tak mungkin berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari orang melihat, mempergunakan, dan bahkan kadang-kadang merusak kebudayaan.

Menurut buku Soekanto, penjelasan tentang kebudayaan adalah

“Kebudayaan berasal dari (bahasa Sansekerta) buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi

atau akal”. (Soekanto, 2012: 150)

Sedangkan dalam Koentjaraningrat, C. Wissler, C. Kluckhohn, A. Davis atau A. Hobel berpendapat bahwa kebudayaan adalah segala

8

Adat Istiadat (Adat Pernikahan Daerah Jawa Timur) , Retrieved on 03 Maret 2014 17.45 WIB


(59)

tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar (learned behavior).9

Menurut E.B Taylor (1871) dalam buku Soekanto, memberikan definisi mengenai kebudayaan yaitu sebagai berikut :

“Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemapuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.”

(Soekanto, 2012: 150)

Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dielajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak.

2.7.1.2 Unsur-Unsur Kebudayaan

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur-unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat kesatuan. Dalam buku Soekanto, Melville J. Herskovits mengajukan empat unsur pokok kebudayaan, yaitu :

1. Alat-alat teknologi; 2. Sistem ekonomi; 3. Keluarga

4. Kekuasaan politik. (Soekanto, 2012: 153)

9


(60)

Bronislaw Malinowski, seorang pelopor teori fungsional dalam antropologi, menyebutkan unsur-unsur pokok kebudayaan, antara lain:10

1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya,

2. Organisasi sosial,

3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama,

4. Organisasi kekuatan.

Pada buku Soerjono Soekanto yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar, C Kluckhohn menguraikan karyanya yang berjudul Universal Categories of Culture menguraikan tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai Cultural Universal, yaitu :

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport, dan sebagainya);

2. Mata pencaharian sistem-sistem ekonomi (pertanian peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya);

3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hokum, sistem perkawinan);

4. Bahasa (lisan maupun tertulis);

5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya); 6. Sistem pengetahuan;

7. Religi (sistem kepercayaan). (Soekanto, 2012: 154)

Cultural Universal tersebut diatas dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil. Ralph Linton menyebutkan kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural activity.11 Selanjutnya Ralph

10

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hlm.154


(1)

catatan lapangan setelah melakukan observasi, pada saat itu sesungguhnya ia telah melakukan analisis data. Sehingga dalam etnografi, peneliti bisa kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, sekaligus melengkapi analisisnya yang dirasa masih kurang. Hal ini akan terus berulang sampai analisis dan data yang mendukung cukup. Dengan kata lain, proses pengambilan data dalam penelitian etnografi, tidak cukup hanya sekali.5

Creswell mengemukakan tentang teknik analisis data dalam penelitian etnografi yaitu sebagai berikut 6 :

1. Deskripsi

Pada tahap ini etnografer mempresentasikan hasil penelitiannya dengan menggambarkan secara detil objek penelitiannya itu.

2. Analisis

Pada bagian ini, etnografer menemukan beberapa data akurat mengenai objek penelitian, biasanya melalui tabel, grafik model yang menggambarkan objek penelitian. Bentuk yang lain dari tahap ini adalah membandingkan objek yang diteliti dengan objek yang lain. Mengevaluasi objek dengan nilai-nilai yang umum berlaku, membangun hubungan antara objek penelitian dengan lingkungan yang lebih besar. Selain itu, pada tahap ini juga etnografer dapat mengemukakan kritik atau kekurangan terhadap

5O’Reilly, Karen

. 2005. Ethnographic Method. Great Britain: TJ International Ltd. Padstow. Cornwall.

6

Creswell, John W. 1997. Qualitative Inquiry And Research Design : Choosing Among Five Traditions. London: Sage Publication. Hlm. 152-153


(2)

penelitian yang telah dilakukan, dan menyarankan desain penelitian yang baru, apabila ada yang melanjutkan penelitian atau akan meneliti hal yang sama.

3. Interpretasi

Interpretasi menjadi tahap akhir analisis data dalam penelitian etnografi. Etnografer pada tahap ini mengambil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Pada tahap ini, etnografer menggunakan kata orang pertama dalam penjelasannya, untuk menegaskan bahwa apa yang ia kemukakan adalah murni hasil interpretasinya.

3.2.5Teknik Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, uji keabsahan data meliputi beberapa pengujian. Hal ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu penemuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.

Dalam buku Engkus Kuswarno, Moleong mengemukakan teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu sebagai berikut:

1. Ketekunan pengamatan, yaitu menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

2. Kecukupan referensi, yaitu mengumpulkan selain data tertulis selengkap mungkin. Misalnya dengan rekaman video, suara, foto, dan lain-lain.


(3)

3. Pengecekan anggota, yaitu mengecek ulang hasil analisis peneliti dengan mereka yang terlibat dalam penelitian, baik itu informan atau responden, atau dengan asisten peneliti, atau dengan tenaga lapangan. Misalnya dengan mereka yang pernah membantu peneliti untuk wawancara, mengambil foto dan sebagainya. (Kuswarno, 2008: 66-67)

4. Triangulasi, teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat merecheck temuannya dengan beberapa macam triangulasi. Dan peneliti mengambil teknik triangulasi data.

Triangulasi data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan sebagai berikut :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.


(4)

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandanga orang.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. (moleong, 2007:330)

3.2.6Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.6.1Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian berada di Rumah Keluarga Zainal, Rumah Ahli Adat yang terletak di Kelurahan Turirejo Kecamatan Kedamean Gresik, selanjutnya ada di Rumah Perias Pengantin yang terletak di Kelurahan Watu Pasang Kecamatan Kedamean, dan ada di Rumah Keluarga Riris Malasari di Kelurahan Teraseng Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur.

3.2.6.2Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dan dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan kurun waktu penelitian selama 6 (enam) bulan terhitung mulai bulat Februari 2014 sampai dengan Juli 2014, dengan time schedule waktu penelitian sebagai berikut :


(5)

Waktu Penelitian

Kegiatan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan Judul

Pra Penelitian

Penulisan Bab I

Bimbingan

Penulisan Bab II

Bimbingan

Penulisan Bab III

Bimbingan

Seminar UP

Penulisan Bab IV

Bimbingan

Penulisan Bab V

Penyusunan

SIDANG SKRIPSI


(6)

Dokumen yang terkait

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

1 30 90

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung)

2 23 79

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba di Kota Bandung)

5 44 112

Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung)

2 70 112

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)

3 27 88

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung)

2 6 1

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)

0 37 82

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarita (studi etnografi komunitas mengenai aktivitas komunikasi dalam upacara adat babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan)

7 65 99

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwasi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Provinsi Bali)

2 29 101

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung)

7 36 104