Pengalaman Masa Lalu dan Lama Tidak Menjalin Hubungan Faktor Ekonomi dan Sifat Wanita yang Tidak Baik adalah Faktor

32 ‘seneng juga gag...sedih juga gag....hehehehe...wong sudah keputusan bulat om’e...jadi makane om’e bilang gag nyesel...om’e hidup seperti ini gag nyesel karena ini sudah menjadi keputusane om’e...cuma kadang-kadang ya...wah,iya ya...kalau saya dulu-dulu itu kawin ya...itu merasa sekarang udah punya anak...kalau sakit,apa sudah ada yang ngrawat gitu ya...punya istri,ada yang ngrawat gitu ya...kalau sekarang kan gag...ya cuma itu,kadang terpikir seperti itu..’534-549 Sedangkan pada subjek 2, diketahui bahwa subjek belum puas pada hidupnya karena ada keinginan subjek yang belum terpenuhi. Selain itu, subjek lebih peduli dan percaya pada dirinya sendiri daripada orang lain. Dibawah ini kutipan jawaban subjek : ‘belum karena masih ada keinginan subjek yang belum terpenuhi..’342-343 ‘hidup saya adalah saya yang menentukan...saya tidak peduli pada orang lain yang penting diri saya...baik atau buruk terserah asal tidak merugikan orang lain..’427-431

D. Deskripsi Hasil dan Pembahasan

Setelah melakukan wawancara dan pengolahan data didapatkan beberapa hasil temuan. Hubungan subjek 1 GSS dengan saudara-saudara kandungnya tidak begitu dekat. Hal ini disebabkan karena ketika kecil, kakak-kakak subjek diasuh oleh saudaranya yang lain. Faktor ekonomi menjadi alasan orang tua subjek merelakan anak-anaknya diasuh orang lain. Meskipun tidak dekat dengan saudara-saudaranya, subjek masih diperhatikan. Ketika subjek belum mendapatkan pasangan, saudara- saudaranya berusaha membantu mengenalkan perempuan pada subjek. Subjek menolak dan memberikan alasannya sehingga mereka menerima dengan baik keputusan subjek untuk melajang. Sedangkan subjek 2 HK 33 tidak begitu dekat dengan adik-adiknya karena subjek memiliki sifat keras kepala sehingga dijauhi. Selain itu, subjek juga tidak dekat dengan kedua orang tuanya karena sifatnya tersebut. Subjek 1 GSS memutuskan melajang karena subjek pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan dan tidak disetujui oleh orang tua dari pihak perempuan. Ekonomi yang belum mapan menjadi alasan orang tuanya. Setelah mengakhiri hubungannya, subjek merasa bersalah karena mantan kekasihnya tersebut menjadi biarawati. Pengalamannya tersebut membuat subjek tidak percaya diri jika akan mendekati seorang perempuan. Meskipun teman subjek juga membantu dalam mengenalkan perempuan kepadanya, subjek tetap menolak karena secara ekonomi merasa belum mapan dan belum menjadi orang sukses. Penilaian bahwa jika akan menjalin hubungan serius maka secara ekonomi harus mapan membuat subjek menunda menikah dan memutuskan melajang pada usia 35 tahun. Umur yang bertambah menjadi pertimbangan subjek juga karena jika ia menikah d usia 35 tahun maka subjek merasa kasian pada anak-anaknya nanti. Pengalaman subjek ketika masih kecil sudah ditinggal oleh ayahnya sehingga tidak mengenal ayahnya. Subjek tidak ingin anaknya seperti itu juga jika subjek menikah. Sedangkan pada subjek 2 HK, alasan subjek melajang karena subjek memiliki pandangan bahwa semua perempuan tidak baik, kurang ajar dan kasar. Subjek berpandangan seperti itu karena subjek selalu berhubungan dengan perempuan yang kasar. Subjek tidak pernah 34 memutuskan untuk melajang namun terakhir kali ia berhubungan dengan seorang perempuan ketika berumur 33 tahun, setelah itu subjek hanya menikmati dan menjalani hidupnya. Adik-adik subjek tidak peduli pada hidupnya dan tidak pernah berusaha untuk mengenalkan seorang perempuan pada subjek. Subjek 1 GSS dan subjek 2 HK menyebutkan bahwa keuntungan dari melajang adalah kebebasan. Subjek bebas untuk melakukan apa saja tanpa ada yang melarang dan tidak terikat. Selain itu, subjek merasa tidak ada beban pikiran. Melakukan sesuatu tanpa harus malu karena tidak ada istri maupun anak. Meskipun demikian, subjek 1 merasa ada penyesalan ketika menghadapi hari tuanya karena tidak ada yang merawat dan diminta bantuan pada saat sakit. Subjek 2 hampir tidak pernah merasakan sepi karena subjek lebih banyak bekerja atau berkumpul dengan teman- temannya. Dengan demikian, subjek tidak merasa kesepian. Bagi subjek 1 GSS, pernikahan akan memiliki banyak masalah ketika belum ada persiapan yang matang. Meskipun demikian, pernikahan memiliki sesuatu yang membahagiakan yaitu anak-anak. Subjek ingin merasakan kebahagiaan dari menikah namun karena umur dan teringat masa lalu maka subjek memutuskan melajang. Jika subjek memaksa untuk menikah, subjek takut tidak dapat membahagiakan keluarganya. Pernikahan bagi subjek HK adalah masalah, membuat beban pikiran dan mencari masalah. Jika subjek membayangkan menikah pasti hidupnya akan penuh masalah belum lagi jika ada anak pasti akan bertambah lagi.