mengukur profitabilitas dari perspektif pemegang saham biasa. Imbalan bagi para pemegang saham biasa adalah laba bersih perusahaan. Rasio ini menunjukkan
seberapa banyak rupiah yang diperoleh dari laba bersih untuk setiap rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham pemilik perusahaan. Semakin tinggi
nilai rasio ROE maka semakin tinggi tingkat laba yang akan diperoleh, karena penambahan modal dari investor dapat digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan dan akhirnya menghasilkan laba.
2.2.13.3 Hubungan Net Profit Margin NPM terhadap Pertumbuhan Laba
Menurut Hapsari 2007, NPM termasuk salah satu rasio profitabilitas. NPM menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bersihnya
terhadap total penjualan bersihnya Riyanto, 1995. NPM yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan dari
kegiatan penjualan. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar NPM menghasilkan pendapatan bersihnya dari kegiatan penjualan maka semakin besar laba bersih
yang diperoleh perusahaan. 2.2.14 Teori Keagenan Agency Theory
Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan 1995 dalam Ma’ruf 2006 adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal
mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada
agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO Chief Executive Officer sebagai agent
mereka.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling
1976 menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer agent dengan pemegang saham principal. Hubugan kegenan tersebut
terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat
dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing–masing menginginkan tujuan mereka
terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas
investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan
kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.
Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan
perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan
daripada pemegang saham. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi antara manajemen agent dengan pemilik principal dapat
memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba Richardson, 1998 dalam Suryani 2010.
Eisenhardt 1989, dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007 menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. manusia pada umumya mementingkan diri sendiri self interest
2. manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
bounded rationality, dan 3.
manusia selalu menghindari resiko risk averse. Dari asumsi sifat dasar manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik agensi yang
sering terjadi antara manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar tersebut. Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan
kepentingan pribadi daripada kepentingan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku opportunictis dari manajer, manajer bertindak untuk mencapai
kepentingan mereka sendiri, padahal sebagai manajer seharusnya memihak kepada kepentingan pemegang saham karena mereka adalah pihak yang memberi
kuasa manajer untuk menjalankan perusahaan.
2.3 KERANGKA PIKIR